Anda di halaman 1dari 56

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN CHOLELITHIASIS
DIRUANG MANALAGI 1 RSUD INDRAMAYU

Disusun Oleh : Kelompok 1

AAN MILAYANTI R210415001


ANDRES MEILINO R210415007
ANI MAULANI S R210415008
ARLIS OLIVIA A R210415010
ATI WARYATI R210415011
DIMAS PRASETYO R210415016

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INDRAMAYU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia-Nya dan nikmat sehat yang tiada henti-hentinya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.H Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Diruang
Manalagi 1 Rsud Indramayu”.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu

dan mendukung sehingga makalahini dapat diselesaikan dengan baik diantaranya :

1. Drs. H. Turmin, B.Sc., Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada

Indramayu, yang telah menjadi inspirator bagi kami.

2. M Saefulloh, S.Kep., M.Kep., Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes) Indramayu, yang selalu mendukung dan memotivasi kami.

3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep.,Ns., M.Kep., Ketua Program Studi Profesi

Ners STIKes Indramayu, yang selalu memberikan motivasi kepada kami.

4. Ridho Kunto Prabowo, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.M.Bselaku

pembimbing stase KMB yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan dan

memotivasi kepada kami.

5. Wayunah, S.Kp., M.Kep., selaku pembimbing stase KMB yang dengan

sabar selalu memberikan bimbingandan motivasi kepada kami.

6. Eka Juwita Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing stase

KMB yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan dan memotivasi kepada

kami.

i
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya

bagi pembaca sekalian. Jika ada kekurangan dalam penulisan makalahini. Kami

sangat berterimakasih apabila ada saran dan kritik bagi penulis yang sifatnya

membangun sehingga akan memperbaiki kualitas kami ini.

Indramayu, November 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 3
D. Manfaat ........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Cholelithiasis................................................................. 4
B. Klasifikasi Cholelithiasis ................................................................ 5
C. Etiologi Cholelithiasis ..................................................................... 6
D. Patofisiologi Cholelithiasis ............................................................. 7
E. Manifestasi Klinis. .......................................................................... 8
F. Pemeriksaan Diagnostik. ................................................................. 9
G. Penatalaksanaan Medis. .................................................................. 10
H. Komplikasi. ..................................................................................... 12
I. Pengkajian. ...................................................................................... 12
J. Analisa Data. ................................................................................... 15
K. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 17
L. Intervensi Keperawatan. .................................................................. 18

BAB III TINJAUAN KASUS. .................................................................. 21


BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 51
B. Saran ................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data World Health Orgazation ( WHO) tahun 2014 menunjukan bahwa
terdapat 400 juta penduduk di dunia megalami Cholelithiasis dan mencapai
700juta penduduk pada tahun2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk
akibat ketidakseimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang
menyebabkan pengendapan satu atau lebih komponen empedu. . Cholelithiasis
merupakan maslah kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun
memiliki prevalensi yang berbeda-beda di setiap daerah.
Gaya hidup adalah pola hidup setiap orang seluruh dunia yang di
ekspresikan dlam bentuk aktivitas, minat, dan opininya. Secara umum gaya hidup
dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan cara bagaimana
seseorang mengahbiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting bagi orang untuk
menjadikan pertimbagan pada lingkungan (minat), dan apa orang yang selalu
pikiran tentang dirinya sendiri dan dunia disekitarnya (opini), serta faktor-faktor
tertentu yang mempegaruhi gaya hidup sehat diantaranya adalah makanan dan
olahraga (Tjokropawiro, 2015).
Berdasarkan beberapa banyak faktor yang dapat memicu atau meyebabkan
terjadinya Cholelithiasis adalah gaya hidup masyarakat yang semakin meningkat
terutama masyarakat dengan ekonomi menengah keatas lebih suka mengkonsumsi
makanan cepat saji dengan tinggi kolestrol sehingga kolesrol darah berlebihan dan
mengendap dalam kandung empeu dan menjad kantung empedu dan dengan
kurangya pengetahuan dan kesadaran tentang akibat dari salah konsumsi makanan
sangat berbahaya untuk kesehatan. Kolestrol yang berlebihan tersebut mengendap
di dalam kandung empedu (dengan cara belum diketahui seacara pasti) untuk
membentuk batu empedu, gangguan kontraksi kandung empedu. Faktor hormon (
hormon kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu, infeksi bakteri atau radang empedu dapat menjadi
penyebab terbentukny batu empedu. Mukus dapat meningkatkan viskositas

1
empedu dan unsur bakteri dapat dari terbentuknya batu, di bading penyeba
terbentuknya Cholelithiasis(Haryono, 2013).
Banyaknya faktor yang mempegaruhi terjadinya Cholelithiasis adalah
faktor keluarga, tingginya kadar estrogen, insulin, dan kolestrol, penggunaan pil
KB, infeksi, obesitas, gangguan pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan,
tingginya kandung lemak dan rendah serat, merokok peminum alkohol, penurunan
berat badan dalam waktu yang singkat, dan kurang olahraga ( Djumhana, 2017).
Penyakit batu empedu meruakan masalah kesehatan yang penting di
negara barat sedangkan di indonesia kejadian batu empedu terus meninhgkat
terutama pada usia muda, dan baru mendapat perhatian secara klinis, sementara
publikasi penelitian batu empedu madih terbatas ( Lesmana, 2006).
Cholelithiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena
frekuensi kejadian tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban sosial
bagi masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara
barat. Angka kejadian lebih dari 20% pupulasi dan insden meningkat dengan
menambahnya usia.
Cholelithiasis sangat bnayak di temukan pada populasi umum dan laporan
menunjukan bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi ditemukan 13,1% adalah
prian san 33,7% adalah wanita yang menderita batu empedu. Di negara barat
penderita cholelithiasis banyak di temukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia
sering adalah 40-50 tahun dan meningkat saat usia 60 tahun bertambahnya usia
dari 20 juta orang di negara barat 20% perempua dan 8% laki-laki menderita
cholelithiasis dengan usia lebih dari 40 tahun ( Cahyono,2014).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien Cholelithiasis
1. Apa pengertian dari kolelitiasis ?
2. Apa penyebab dari kolelitiasis ?
3. Apa saja diagnose keperawtan yang muncul pada pasien kolelitiasis ?
4. Apa intervensi yang diberikan pada pasien dengan kolelitiasis ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis ?

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan beberapa faktor yang terkait dengan batu
empedu pada penderita batu empedu yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Indramayu
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan pre dan post operatif
Cholelithiasis
b. Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan pre dan post
operatif Cholelithiasis
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
masalah keperawatan pada klien dengan pre dan post opertif Choleliathiasis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan
tindakan keperawatan pada pasien Choleliathiasi
e. Mengevaluasi dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada pasien Choleliathiasis

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Hasil makalah diharapkan dapat menjadikan pengalaman belajar di lahan
praktik dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada
Klien Dengan Choleliathiasis, sehingga perawat dapat melakukan tindakan
asuhan keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat memberi masukan atau saran dan bahan
dalam merencnakan Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Choleliathiasis
3. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang aplikasi teori Asuhan

Keperwatan pada Klien Dengan Choleliathiasis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Cholelithiasis
Cholelitiasis adalah 90% batu kolesterol dengan komposisi kolesterol lebih
dari 50%, atau bentuk campuran 20-50% berunsurkan kolesterol dan predisposisi
dari batu kolesterol adalah orang dengan usia yang lebih dari 40 tahun, wanita,
obesitas, kehamilan, serta penurunan berat badan yang terlalu cepat. (Cahyono,
2014).
Cholelitiasis adalah terdapatnya batu di dalam kandung empedu yang
penyebab secara pasti belum diketahui sampai saat ini, akan tetapi beberapa faktor
predisposisi yang paling penting tampaknya adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu dan infeksi yang terjadi pada
kandung empedu serta kolesterol yang berlebihan yang mengendap di dalam
kandung empedu tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti, faktor
hormonal selama proses kehamilan, dapat dikaitkan dengan lambatnya
pengosongan kandung empedu dan merupakan salah satu penyebab insiden
kolelitiasis yang tinggi, serta terjadinya infeksi atau radang empedu memberikan
peran dalam pembentukan batu empedu.(Rendi, 2012).
Cholelitiasis merupakan endapan satu atau lebih komponen diantaranya
empedu kolesterol, billirubin, garam, empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan
fosfolipid. Batu empedu biasanya terbentuk dalam kantung empedu terdiri dari
unsur- unsur padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki
ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu yang tidak
lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidenya semakin sering
pada individu yang memiliki usia lebih diatas 40 tahun (Haryono, 2012).

4
B. Klasifikasi Cholelithiasis
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan. (Sylvia and Lorraine, 2006)
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung
> 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama
:
a. Supersaturasi kolesterol
b. Hipomotilitas kandung empedu
c. Nukleasi atau pembentukan nidus cepat
2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang
mengandung <20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen cokelat
terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat
disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan
infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E. Coli, kadar
enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi
bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin menjadi kalsium
bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan adanya
hubungan erat antara infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen
cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam
empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan
kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah tipe
batu yang banyak ditemukan pada pasien dengan hemolisis kronik atau sirosis
hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin.

5
Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam
terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.
3. Batu campuran
4. Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20
50% kolesterol.

C. EtiologiCholelithiasis
Menurut Cahyono 2014 etiologi Kolelitiasis yaitu:
1. Supersaturasi kolesterol secara umum komposisi
Komposisi cairan empedu yang berpengaruh terhadap terbentuknya batu
tergantung keseimbangan kadar garam empedu, kolesterol dan lesitin. Semakin
tinggi kadar kolesterol atau semakin rendah kandungan garam empedu akan
membuat keadaan didalam kandung empedu menjadi jenuh akan kolesterol
(Supersaturasi kolesterol).
2. Pembentukan inti kolesterol
Kolesterol diangkut oleh misel (gumpalan yang berisi fosfolipid, garam
empedu dan kolesterol). Apabila saturasi, Kolesterol lebih tinggi maka ia akan
diangkut oleh vesikel yang mana vesikel dapat digambarkan sebagai sebuah
lingkarandua lapis. Apabila konsentrasi kolesterol banyak dan dapat diangkut,
vesikel memperbanyak lapisan lingkarannya, pada akhirnya dalam kandung
empedu, pengangkut kolesterol, baik misel maupun vesikel bergabung menjadi
satu dan dengan adanya protein musin akan membentuk kristal kolesterol, kristal
kolesterol terfragmentasi pada akhirnya akan dilem atau disatukan.
3. Penurunan fungsi kandung empedu
Menurunnya kemampuan menyemprot dan kerusakan dinding kandung
empedu memudahkan seseorang menderota batu empedu, kontraksi yang
melemah akan menyebabkan statis empedu dan akan membuat musin yang
diproduksi dikandung empedu terakumulasi seiring dengan lamanya cairan
empedu tertampung dalam kandung empedu. Musin tersebut akan semakin kental
dan semakin pekat sehingga semakin menyukitkan proses pengosongan cairan
empedu. Beberapa keadaan yang dapat mengganggu daya kontraksnteril kandung

6
empedu, yaitu : hipomotilitas empedu, parenteral total (menyebabkan cairan asam
empedu menjadi lambat), kehamilan, cedera medula spinalis, penyakit kencing
manis.

D. Patofisiologi Cholelithiasis
Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan
masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen.
Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu
dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu.
Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti
sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan
lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah,
atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, Kristal kolesterol
keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel
sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai
benih pengkristalan. Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari
keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen
(bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu.

7
Phatway :

E. Manifestasi Klinis
Gejala klinik kolelitiasis bervariasi dari tanpa gejala hingga munculnya
gejala. Lebih dari 80% batu kandung empedu memperlihatkan gejala
asimptomatik (pasien tidak menyadari gejala apapun). Gejala klinik yang timbul
pada orang dewasa biasanya dijumpai gejala:
1. Nyeri pada perut kanan atas
2. Dispepsia non spesifik
3. Mual, muntah
4. Demam

8
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur
diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping
itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini
akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam
harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan
ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali.
Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
koleduktus yang mengalami dilatasi.
2. Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu
dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,
memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi
tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan
media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi.
3. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi)
Pemeriksaan ini memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang
hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop serat optik yang fleksibel ke dalam esophagus hingga mencapai
duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus
serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus
tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan
visualisassi serta evaluasi percabangan bilier.
4. Pemeriksaan Laboratorium
- Kenaikan serum kolesterol
- Kenaikan fosfolipid
- Penurunan ester kolesterol.
- Kenaikan protrombin serum time.

9
- Kenaikan bilirubin total, transaminase (Normal < 0,4 mg/dl).
- Penurunan urobilirubin.
- Peningkatan sel darah putih: 12.000 - 15.000/iu (Normal : 5000 -
10.000/iu).
- Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di
duktus utama (Normal: 17 - 115 unit/100ml).

G. Penatalaksanaan medis
Penanganan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan non
bedah dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya gejala yang
menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simptomatik dan
kolelitiasis yang asimptomatik.
1. Penatalaksanaan Non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
Kurang lebih 80% dari pasien-pasien inflamasi akut kandung empedu
sembuh dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesic dan
antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evalusi
yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk.
Manajemen terapi :
1) Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
2) Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut.
3) Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign.
4) Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi
syok.
5) Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati).
b. Disolusi medis
Oral Dissolution Therapy adalah cara penghancuran batu dengan
pemberian obat-obatan oral. Ursodeoxycholic acid lebih dipilih dalam pengobatan
daripada chenodeoxycholic karena efek samping yang lebih banyak pada
penggunaan chenodeoxycholic seperti terjadinya diare peningkatan
aminotransfrase dan hiperkolesterolemia sedang Pemberian obat-obatan ini dapat

10
menghancurkan batu pada 60% pasien dengan kolelitiasis, terutama batu yang
kecil. Angka kekambuhan mencapai lebih kurang 10%, terjadi dalam 3-5 tahun
setelah terapi. Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi
nonoperatif diantaranya batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang dari
batu, fungsi kandung empedu baik dan duktus sistik paten. Pada anak-anak terapi
ini tidak dianjurkan, kecuali pada anak-anak dengan risiko tinggi untuk menjalani
operasi.
2. Penatalaksanaan Bedah
a. Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga
kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi
adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas
yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum
untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
b. Kolesistektomi laparaskopi
Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990 dan
sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi. 80-90%
batu empedu di Inggris dibuang dengan cara ini karena memperkecil resiko
kematian dibanding operasi normal (0,1 – 0,5% untuk operasi normal) dengan
mengurangi komplikasi pada jantung dan paru. Kandung empedu diangkat
melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut Indikasi
awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut.
Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan
prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus
koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan prosedur
konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang
dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan
kosmetik. Masalah yang belum terpecahkan adalah keamanan dari prosedur ini,
berhubungan dengan insiden komplikasi seperti cedera duktus biliaris yang
mungkin dapat terjadi lebih sering selama kolesistektomi laparoskopi

11
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis:
1. Asimtomatik
2. Obstruksi duktus sistikus
3. Kolik bilier
4. Kolesistitis akut
5. Perikolesistitis
6. Peradangan pankreas (pankreatitis)
7. Perforasi
8. Kolesistitis kronis
9. Hidrop kandung empedu
10. Empiema kandung empedu
11. Fistel kolesistoenterik
12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut
kembali dan batu empedu muncul lagi)
13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)

I. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua
data-data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien
saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek
biologis, psikologis, sosial, maupun spritual klien. Tujuan pengkajian adalah
untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama
yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik. (Asmadi, 2008)

a. Identitas pasien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat
tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya ditemukan pada 20 -
50 tahun dan lebih sering terjadi anak perempuan pada dibanding anak laki – laki.
(Cahyono, 2014)

12
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri
menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi
nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang
sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
disbanding dengan tanpa riwayat keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda vital
yaitu tekanan darah, nadi, RR, dan suhu.
2) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kulit. Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi, bintik–
bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada cairan atau tidak,
kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak..
b) Kepala. Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut biasanya
ubun-ubun cekung, rambut kering.
c) Wajah..

13
d) Mata. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya Nampak
edema pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan skelera
anemis.
e) Telinga. Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada
serumen atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi adanya nyeri
tekan atau tidak.
f) Hidung. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,
perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau tidak dan
nyeri tekan.
g) Mulut
Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis. Langit–langit
keras (palatum durum) dan lunak, tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi,
sekret, kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.
h) Dada. Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah
bunyi napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels), adakah bunyi
jantung tambahan seperti (mur mur), takipnea, dispnea, peningkatan frekuwensi,
kedalaman (pernafasan kusmaul).
i) Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya nyeri
tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi bising usus, palpasi
seluruh kuadran abdomen.
Biasanya pada Kolelitiasis terdapat nyeri pada perut bagian kanan
Atas.
j) Genitalia dan rectum
Lubang anus ada atau tidak. Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis
apakah terjadi hipospadia atau epispadia, adanya edema skrotum atau terjadinya
hernia serta kebersihan preputium. Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya
edema atau massa, labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina, adakah
secret atau bercak darah.
k) Ekstremitas. Inspeksi pergerakan tangan dan kaki, kaji kekuatan otot,
palpasi ada nyeri tekan, benjolan atau massa.

14
J. Analisa Data
Data penunjang Etiologi Masalah.kep
Ds Cholelithiasis Nyeri Akut
- Pasien mengatakan
nyeri Penalataksanaan

Do Terapi pembedahan
- Pasien tampak gelisah kolesistektomi
- Pasien tampak
meringis Luka insisi
- Tekanan darah
meningkat Merangsang saraf nyeri
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah Nyeri Akut
- Proses berfikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis

Data Subjektif : Cholelithiasis Hipovolemia


- Klien mengatakan haus
terus Infeksi pada kandung kemih
- Klien mengeluh lemah
Data Objektif : Vaskularisasi meningkat
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa Permeabilitas pembuluh
kering darah meningkat
- Suhu tubuh meningkat
Kebocoran cairan

15
Data penunjang Etiologi Masalah.kep
intravaskuler ke intertisial

Oedema

Tekanan intraabdomen

Penekanan gaster

Peningkatan rasa mual dan


muntah

Hipovolemia

Data Subjektif : Cholelithiasis Defisit Nutrisi


- Kram atau nyeri
abdomen Infeksi pada kandung kemih
- Nafsu makan menurun
Data Objektif : Vaskularisasi meningkat
- Berat badan menurun
minimal 10% di bawah rentang Permeabilitas pembuluh
ideal darah meningkat
- Bising usus hiperaktif
- Otot menelan lemah Kebocoran cairan
intravaskuler ke intertisial

Oedema

Tekanan intraabdomen

Penekanan gaster

16
Data penunjang Etiologi Masalah.kep

Peningkatan rasa mual dan


muntah

Anorexia

Defisit Nutrisi

Data Subjektif : - Cholelithiasis Hipertermia


Data Objektif :
- Suhu tubuh di atas Infeksi pada kandung kemih
normal
- Kulit merah Hipertermia
- Takikardi
- Kulit terasa hangat

K. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas


1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses inflamasi, prosedur
bedah, infeksi.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
4. Hipertermi b.d infeksi pada kandung empedu.

17
L. Intervensi Keperawatan
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan 1. Untuk
Nyeri Akut selama 1x24 jam diharapkan pengkajian secara mengetahui tingkat
nyeri pasien dapat teratasi komperhensif, observasi dan nyeri yang di rasakan
dengan kriteria hasil: catat lokasi, beratnya (skala sangat penting karena
Indikator Ir Er 1-10) dan karakteristik nyeri dapat membantu
Keluhan 3 1 (menetap, hilang timbul). menentukan intervensi
Nyeri 2. Ciptakan yang tepat.
Meringis 3 1 lingkungan yang nyaman dan 2. Lingkungan
Gelisah 3 5 tenang dan beri posisi yang yang nyaman dapat
nyaman. membuat klien
3. Anjurkan pasien beristirahat dengan
untuk melakukan teknik tenang dan posisi yang
relaksasi. nyaman dapat
4. Kolaborasi dengan menghindarkan
dokter pemberrian terapi penekanan pada area
secara farmakologis. nyeri.
3. Teknik
relaksasi dapat membuat
klien merasa nyaman
dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian
klien terhadap nyeri
sehingga dapat
mengurangi nyeri yang
di rasakan.
4. Obat-obat
analgetik akan memblok
reseptor nyeri sehingga
nyeri tidak dapat

18
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
dipersepsikan.
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji input dan 1. Pengkajian
Hipovolemia selama 1x24 jam diharapkan output cairan. tersebut menjadi dasar
hypovolemia pasien dapat 2. Timbang BB setiap rencana askep dan
teratasi dengan kriteria hasil: hari. evaluasi.
Indikator Ir Er 3. Beri cairan 2. Penuruna BB
3 1 intervena yang terdiri dari dapat terjadi karena
3 1 glukosa, elektrolit dan muntah berlebihan.
3 5 vitamin. 3. Mencegah
4. Anjurkan untuk kekurangan cairan dan
minum air dengan perlahan. memperbaiki
keseimbangan asam
basa.

4. Pemberian
cairan sesuai dengan
toleransi klien.
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Catat status nutrisi 1. Dapat
Defisit Nutrisi kep. Selama 1x24 jam pasien, BB, integritas mukosa menentukan intervensi
diharapkan deficit nutrisi oral, kemampuan menelan, yang tepat.
dapat teratasi dengan kriteria tonus otot, mual muntah. 2. Membantu
hasil: 2. Perhatikan diet. mengidentifikasi
Indikator Ir Er 3. Beri makanan kebutuhan/ kekuatan
3 5 dalam porsi sedikit pada khusus.
3 5 awalnya. 3. Merangsang
4. Beri makanan nafsu makan.
dengan cara yang menarik. 4. Meningkatkan
keinginan untuk makan.
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan kompres 1. untuk

19
No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Hipertermia keperawatan selama 1x24 hangat pada area ketiak atau melepaskan panas
jam diharapkan hipertermia lipatan paha. melalui konveksi.
pada pasien dapat teratasi 2. Anjurkan pasien 2. agar panas
dengan kriteria hasil : mengenakan pakaian tipis. dapat dilepaskan
Indikator Ir Er 3. Anjurkan pasien melalui evaporasi.
4 5 minum sebanyak mungkin air 3. agar
4 5 jika tidak di kontra mengganti cairan yang
indikasikan. hilang karena panas.
4. Pantau suhu tubuh 4. Agar dapat
setiap 30 menit – 1 jam, nadi meyakinkan
frekuensi napas, dan perbandingan data yang
tekanan darah. akurat

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menjelaskan dan membahas asuhan keperawatan
pada ny. H dengan post operasi cholelithiasis di ruang manalagi 1, selama tiga
hari. Dimulai dari tanggal pengkajian 3 november sampai dengan tanggal 6
november 2021. Proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada ny. H ini
dimulai dari pengkajian, menganalisa data setelah pengkajian, merumuskan
diagnosa keperawatan, melakukan intervensi keperawatan, lalu melaksanakan
implementasi keperawatan serta mengevaluasi hasil tindakan yang sudah
dilakukan selama tiga hari tersebut.

I. Pengkajian
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Janda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Sleman, Jati Barang
Tanggal Masuk : 2 November 2021
Tanggal Pengkajian : 3 November 2021
No. Rm : 152942
Diagnosa Medis : Cholelitiasis/Batu Ampedu
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 Tahun

21
Hub. : Saudara
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sleman, Jati Barang

B. Riwayat Kesehatan Sekarang


1. Keluhan Utama\
Nyeri luka op
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk ke poli bedah pada tanggal 1 November 2021 untuk
kontrol, kemudian pasien dirawat ruang manalagi 1 pada hari Selasa tanggal 2
November 2021 pukul 10.00. Hasil pemeriksaan USG pada tanggal 23 Oktober
2021 yaitu terdapat batu pada kantong ampedunya berukuran 1.2 cm dan akan
dilakukan operasi. Pasien dilakukan operasi pada hari Rabu pukul : 10.30. pada
saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, nyeri seperti
ditusuk-tusuk,di bagian luka operasi umbilikal dengan skala 7 (0-10) dan nyeri
timbul saat bergerak maupun tidak, nyeri dirasa menetap.
Pasien enggan untuk melakukan pergerakan karena merasakan nyeri luka
post op pada saat bergerak, tampak meringis, gelisah. Keadaan fisik lemah,
tampak menahan nyeri, gerakan terbatas. Saat dilakukan pemeriksaan tingkat
kesadaran GCS 15 : compos mentis ( E4 M6 V5) . Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital didapat TD: 120/70 mmHg Nadi: 95x/menit suhu: 36.6 Frekuensi nafas ;
20x/menit.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu pernah dirawat rumah sakit untuk
menjalani operasi apendiksitis, pasien juga mengatakan memiliki riwayat
kolesterol tinggi, namun di RS tidak dilakukan pengecekan kolesterol, pasien
tidak mempunyai riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit turunan seperti DM,
jantung, Ginjal, namun mempunyai riwayat hipertensi dari orang tuanya.

22
Genogram
Pasien mengatakan suaminya sudah meninggal, dan sekarang tinggal
bersama dua anaknya.

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

: Pasien

5. Diagnosa Medis Dan Terapi


Diagnosa medis: Cholelitiasis
Terapi:
a. Infus RL 20 tpm
b. Ceftriaxone 1x1 gram
c. Omeprazole 2x1
d. Keterolac 3x1

23
C. Pola Kebutuhan Dasar
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan apabila mengalami keluhan atau sakit berobat ke
Puskesmas terdekat
2. Pola nutrisi-metabolik
Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari, 1 porsi habis, makanan yang
biasa dikonsumsi dimasakan dengan cara direbus, tidak ada keluhan
Saat sakit : pasien makan 3 kali sehari, 1 porsi kadang tidak habis,
makanan dari rumah sakit, tidak ada keluhan
3. Pola eliminasi
a. BAB
Sebelum sakit : bab 1x sehari, kadang 2 hari baru bab, bab lunak, warnA
kuning kecoklatan,tidak ada keluhan
Saat sakit : sudah bab 1x sehari, bab lunak, warna kuning kecoklatan, tidak
ada keluhan
b. BAK
Sebelum sakit : >5x sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
Saat sakit : terpasang kateter urin, warna kuning keruh, tidak ada keluhan
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Aktivitas
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
Keterangan
0: mandiri
1: alat bantu
2: di mana orang lain

24
3: dibantu orang lain dan
4: tergantung total
b. Latihan
Sebelum sakit : pasang jarang berolahraga, pasien hanya melakukan
kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga
Saat sakit : tidak melakukan apapun hanya tirah baring
5. Pola kognitif dan persepsi
Orientasi baik, bicara jelas, bahasa Inggris gunakan bahasa Indonesia,
kemampuan bicara bayi, komponen interaksi sesuai, respon pasien terhadap
penyakit yang menerima, pengetahuan pasien tentang penyakit mengerti.
6. Pola persepsi-konsep diri
Pasien mengatakan meskipun sekarang kondisinya sedang sakit, pasien
selalu semangat untuk sembuh, dan ingin segera sehat kembali untuk menjalankan
perannya sebagai ibu.
7. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien jarang tidur siang, pasien tidur 7-8 jam pada malam
hari, kualitas nyenyak, tidak ada keluhan
Saat sakit : kurangnya karena merasakan sakit pada luka operasi, dan
sering terbangun
8. Pola peran-hubungan
Hubungan pasien dengan tetangga di rumah baik, dengan anak-anaknya
baik, pasien menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga.
9. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan suami yg sudah meninggal
10. Pola toleransi stres-koping
Pasien mengatakan ketika ada masalah selalu dibicarakan secara baik-baik
dan diselesaikan secara baik-baik, sehingga masalah itu dapat terpecahkan dan
diselesaikan.
11. Pola nilai-kepercayaan
Pasien beragama Islam, menjalankan ibadah sesuai dengan
kepercayaannya, dan selalu berdoa untuk meminta kesembuhan

25
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
Tanda-tanda vital :
1. Frekuensi nadi ; 95x/ menit
2. Suhu ; 38
3. Tekanan darah ; 120/70 mmHg
4. Frekuensi nafas : 20x/menit
a. Kepala dan leher
Kepala: rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak ada
nyeri tekan pada kepala, mata simetris, telinga simetris, tujuan yang ditetapkan
pada mata dan telinga, bibir simetris, lembab, warna murah muda.
Leher: tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada pergeseran
trakea, tidak ada nyeri tekan
b. Dada
Paru-paru: perkembangan paru kanan dan kiri simetris tidak ada yang
tertinggal, tidak ada lesi, kulit berwarna sawo matang, tidak ada krepitasi pada
dada kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan, suara perkusi sonor, suara alkulturasi
vesikuler.
Jantung: tidak ada pembengkakan, terdengar suara lup-dup, spo2 : 98%
c. Payudara dan ketiak
Kedua payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak boleh, tidak ada nyeri
tekan, pada ketiak tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
d. Abdomen
Perut simetris, tidak ada pembesaran, terdapat luka operasi pada daerah
umbilikal dengan lebar kurang lebih 2 cm, luka jahitan kering, terdapat
kemerahan, tidak ada pus, terdapat nyeri tekan pada luka, skala 7 (0-10) dan nyeri
timbul saat bergerak maupun tidak, nyeri dirasa menetap, bising usus 20x/menit

26
e. Genitalia
Terpasang kateter urin
f. Integumen
Terdapat luka operasi pada umilikal, dengan lebar kurang lebih 2 cm, luka
jahitan kering, terdapat kemerahan, tidak ada pus kulit teraba hangat, CRT < 3
detik, tidak ada edema, turgor kulit elastis
g. Ekstremitas
Atas : terpasang infus RL 20 tpm ada tangan kiri, kekuatan otot tangan
kanan dan kiri 5/5, jari-jari utuh, tidak ada fraktur.
Bawah : kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5/5 , jari-jari utuh, tidak ada
faktur
h. Neurologis
Status mental dan emosi : pasien sabar dan menerima penyakitnya
Pengkajian saraf kranial : -
Pemeriksaan refleks : -

C. Pemeriksaan penunjang
1. Data laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Darah lengkap
 Leukosit 7000 43.00-11.300 /uL
 Eritrosit 4.3 3.8-5.2 10^6uL
 Hemoglobin 12.8 11.7-15.5 g/dL
 Hematokrit 38.6 35-47 %
 Trombosit 219.000 150.000-400.000 uL
 MCV 90 80-100 fL
 MCH 29.7 28-33 pg
 MCHC 33.1 33-36 g/dL
 RDW-CV 10.9 11 .3-14.7 %
 Gula darah 102 74-180 mg/dL
sewaktu

27
 Ureum 20 13-43 mg/dL
 Kreatinin 0.79 0.6-1.2 mg/dL
 SGOT 23 <31 U/L
 SGPT 19 <31 U/L

2. Pemeriksaan radiologi
Pada tanggal 23 oktober 2021
Pemeriksaan Ultrasonografi Whole Abdomen
Hepar : Ukuran tidak membesar, sudut tajam, permukaan rata,
tekstur parenkim homogen halus, kapsul tidak menebal, tidak tampak bayangan
nodul/massa. Vena porta dan vena hepatika tidak melebar. Tidak tampak koleksi
cairan di sekitamya.
K. Ampedu : Besar normal, dinding nomal, tampak lesi hiperdens
dengan postarior acoustic shadow barukuran 1,2 cm di intraluminal gallbladder.
Duktus biliaris intra/akstrahepatal tidak melebar, tidak tampak bayangan
hiperakhoik dengan acoustic shadow.
Spleen : Ukuran tidak membasar, tekstur parenkim
homogen halus, tiduk tampak nodul / massa. Vena lienalis tidak melebar.
Pancreas : Besar normal, kontur normal, tekstur parenkim homogen,
tidak tampak massa/kalsifikasi. Duktus pankreatikus tidak melebar.
Renal dextra : Ukuran normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal. Batas tekstur parenkim dengan dengan central
echocomplek normal. Tidak tampak bayangan hiperekhoik dengan acoustic
shadow. Sistem pelvokalises tidak melebar. Ureter tidak terdeteksi.
Renal sinistra : Ukuran normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal. Batas tekstur parenkim dengan dengan central
echocomplek normal. Tidak tampak bayangan hiperekhoik dengan acoustic
shodow. Sistem pelvokalises tidak melebar. Ureter tidak terdeteksi.
Vesikaurinaria : Dinding tidak menebal, reguler, tidak tampak
bayangan hiperekhoik dengan acoustic shodow/massa.

28
Uterus : Ukuran normal, kontur normal, tekstur parenkim
homogen. Ovarium kanan dan kiri tidak terdeteksi.
Kesan : " Cholelithiasis.
*USG hepar, spleen, pankreas, ginjal kanan/kiri, vesica urinaria dan uterus
saat ini tak tampak kelainan.
3. Hasil konsultasi
-
4. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya
-
D. Program pengobatan
Terapi:
1. Infus RL 20 tpm
2. Ceftriaxone 1x1 gram
3. Ranitidin 2x1
4. Keterolac 3x1
5. Paracetamol infus 1 gram

E. Woc/pathway

29
F. Analisa data
Ds Do Etiologi Masalah kep
Pasien mengeluh Tampak Agen pencedera fisik ( Nyeri akut
nyeri pada luka Meringis, operasi) (D.0077)
operasi, nyeri Gelisah
seperti ditusuk- Sulit tidur
tusuk,di bagian Adanya luka operasi
luka operasi dengan
skala 7 (0-10) dan
nyeri timbul saat Merangsang saraf
bergerak maupun nyeri
tidak

Nyeri akut
- Tampak Perubahan sirkulasi Gangguan
menahan nyeri, integritas
terdapat luka kulit/jaringan
operasi pada Post op cholelithiasis (D.125)
daerah
umbilikal
dengan lebar Kerusakan
kurang lebih 2 kulit/jaringan pada
cm, luka jahitan luka
kering, terdapat post op
kemerahan,
tidak ada pus
Gangguan integritas
kulit/jaringan
Pasien Gerakan Nyeri Gangguan
enggan untuk terbatas mobilitas

30
Ds Do Etiologi Masalah kep
melakukan Titah baring fisik
pergerakan karena Tampak lemah Luka post operasi (D.0054)
merasakan nyeri Tampak
luka post op pada menahan nyeri
saat bergerak Gerakan terbatas

Aktivitas dibantu

Gangguan mobilitas
fisik

G. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (operasi) d.d mengeluh nyeri luka
operasi
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kebun sirkulasi d.d luka operasi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d enggan untuk melakukan
pergerakan karena merasakan nyeri pada luka post op saat bergerak

H. Perencanaan Keperawatan
Dx. Kep Tujuan Rencana tindakan Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk
DS: Pasien keperawatan selama 3 x 24 jam lokasi ,karakteristik mengetahui lokasi
mengeluh nyeri di harapkan nyeri akut dapat ,kualitas, dan ,karakteristik,
pada luka operasi, teratasi dengan kriteria intensitas nyeri kualitas dan
nyeri seperti 2. Identifikasi intensitas nyeri ada

31
Dx. Kep Tujuan Rencana tindakan Rasional
ditusuk-tusuk,di Kriteria Ir Er skala nyeri pasien
bagian luka operasi Keluhan nyeri 3 5 3. Berikan teknik 2. Untuk
daerah umbilikal Meringis 3 5 non farmakologi mengetahui skala
dengan skala 7 (0- Gelisah 3 5 (tarik nafas dalam) nyeri pasien
10) dan nyeri Sulit tidur 3 5 4. Kolaborasi 3. Untuk
timbul saat pemberian analgetik relaksasi
bergerak maupun keterolac 4. Untuk
tidak, nyeri dirasa meredakan nyeri
menetap
Do:Tampak
meringis, gelisah,
sulit tidur
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor 1. Untuk
integritas keperawatan selama 3 x 24 jam karakteristik luka ( mengetahui
kulit/jaringan di harapkan gangguan drainase, ukuran) karakteristik luka
DS:- integritas kulit/jaringan dapat 2. Lepaskan 2. Untuk
Do: Tampak teratasi dengan kriteria balikin secara mengurangi nyeri
menahan nyeri, Kriteria Ir Er perlahan 3. Untuk
terdapat luka Nyeri 3 5 3. Cuci luka membersihkan luka
operasi pada daerah Kemerahan 3 5 dengan NaCL 4. Untuk
umbilikal dengan Kerusakan kulit/ 3 5 4. Pasang balutan menyesuaikan
lebar kurang lebih jaringan sesuai jenis luka dengan luka
2 cm, luka jahitan 5. Makanan tinggi 5. Untuk
kering, terdapat kalori tinggi protein mempercepat
kemerahan, tidak 6. Kolaborasi proses
ada pus pemberian antibiotik penyembuhan luka
Ceftriaxone 6. Untuk
mengatasi infeksi
Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi 1. Untuk

32
Dx. Kep Tujuan Rencana tindakan Rasional
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 jam adanya nyeri atau mengetahui adanya
DS:Pasien enggan di harapkan gangguan keluhan fisik lainnya nyeri atau keluhan
untuk melakukan mobilitas fisik dapat teratasi 2. Monitor kondisi fisik lainnya
pergerakan karena dengan kriteria umum selama 2. Untuk pantai
merasakan nyeri Kriteria Ir Er melakukan kondisi selama
luka post op pada Nyeri 3 5 mobilisasi melakukan
saat bergerak Gerakan terbatas 3 5 3. Libatkan mobilisasi
Do: Gerakan Kelemahan fisik 3 5 keluarga untuk 3. Untuk
terbatas membantu pasien memotivasi pasien
Titah baring dalam meningkatkan dalam melakukan
Tampak lemah pergerakan mobilisasi
Tampak menahan 4. Ajarkan 4. Untuk melatih
nyeri mobilisasi sederhana pergerakan selama
yang harus post op
dilakukan (duduk di
tempat tidur, disisi,
indah dari tempat
tidur ke kursi)

I. Implementasi Keperawtan
Dx. Tanggal/jam Tindakan Ttd
Keperawatan
Nyeri akut 3 November 1. MengIdentifikasi lokasi ,karakteristik Kelompok
(D0077) 2021 ,kualitas, dan intensitas nyeri 1
Pukul 14.20 R: pasien mengeluh nyeri luka operasi,
nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul
saat bergerak maupun tidak
2. Mengdentifikasi skala nyer

33
Dx. Tanggal/jam Tindakan Ttd
Keperawatan
R: skala nyeri 7 (0-10)
3. Memberikan teknik non farmakologi
(tarik nafas dalam)
R: masih melakukan tarik nafas dalam
4. Berkolaborasi pemberian analgetik
keterolac
R: pasien mengatakan nyeri berkurang
setelah obat di suntikan

Gangguan 3 November 1. Monitor karakteristik luka ( drainase, Kelompok


integritas 2021 ukuran) 1
kulit/jaringan Pukul 14.40 R: pasien mengatakan nyeri pada luka
(D0125) operasi
2. Melepaskan balutan secara perlahan
R:pasien tampak meringis
3. Cuci luka dengan NaCL
R: pasien menahan nyeri
4. Memasang balutan sesuai jenis luka
R: Luka pasien ditutup dengan kasa steril
5. Mengajurkan makanan tinggi kalori
tinggi protein
R: pasien memakan makanan dari rumah
sakit
6. Berkolaborasi pemberian antibiotik
Ceftriaxone
R: Pasien mengatakan padih pada saat
obat dimasukkan

34
Dx. Tanggal/jam Tindakan Ttd
Keperawatan
Gangguan 3 November 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau Kelompok
mobilitas 2021 keluhan fisik lainnya 1
fisik Pukul 14.50 R: mengeluh nyeri saat melakukan
(D0054) pergerakan
2. Memonitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
R: gerakan terbatas karena nyeri
3. Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
R: Kori membantu dalam melakukan
pergerakan
4. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (duduk di tempat
tidur, disisi, indah dari tempat tidur ke
kursi
R: pasien belajar bagian menggerakkan
tubuhnya

J. Catatan perkembangan 1
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
4 November nyeri akut S: pasien mengatakan: nyeri luka op Kelompok
2021 (D.00.77) P: nyeri luka bekas op 1
Pukul 10.00 Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R; di perut bagian luka operasi
S: skala 6 (0-10)
T: nyeri timbul saat bergerak maupun tidak
O: tampak meringis, gelisah, sulit tidur
A: masalah belum teratasi

35
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
P: lanjutkan intervensi
I:
1. Mengidentifikasi lokasi
,karakteristik ,kualitas, dan intensitas
nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Memberikan teknik non
farmakologi (tarik nafas dalam)
4. Berkolaborasi pemberian
analgetik keterolac
E: S: pasien mengatakan nyeri luka op
P: nyeri luka bekas op
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R; Di perut bagian luka operasi
S: skala 5 (0-10)
T: nyeri timbul saat bergerak
maupun tidak
O: Tampak Meringis, Gelisah, Sulit
tidur
A: masalah belum teratasi
P: lanjutan intervensi
R:-
4 November gangguan S: - Kelompok
2021 integritas O: Tampak menahan nyeri, tampak luka 1
Pukul 10.30 kulit/jarin jahitan , kemerahan
gan A: masalah belum teratasi
(D.0125) P: lanjutan intervensi
I:
1. Memonitor karakteristik luka (

36
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
drainase, ukuran)
2. Melepaskan balikin secara
perlahan
3. Mencuci luka dengan NaCL
4. Memasang balutan sesuai jenis
muka
5. Menganjurkan makanan tinggi
kalori tinggi protein
6. Berkolaborasi pemberian
antibiotik Ceftriaxone
E: S: -
O: Tampak menahan nyeri, tampak luka
jahitan , kemerahan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutan intervensi
R: -
4 November Gangguan S: Pasien mengatakan tidak melakukan Kelompok
2021 mobilitas pergerakan karena merasakan nyeri luka 1
Pukul 10.40 fisik post op pada saat bergerak
(D.0054) O: Gerakan terbatas, Titah baring, Tampak
lemah, Tampak menahan nyeri
A: masalah belum teratasi
P: lanjutan intervensi
I:
1. Mengidentifikasi adanya nyeri
atau keluhan fisik lainnya
2. Memonitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
3. Melibatkan keluarga untuk

37
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
4. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan
(duduk di tempat tidur, disisi, indah
dari tempat tidur ke kursi)
E:S: Pasien mengatakan takut untuk
melakukan pergerakan karena merasakan
nyeri luka post op pada saat bergerak
O: Gerakan terbatas, Titah baring,
Tampak lemah, Tampak menahan nyeri
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
R: -

K. Catatan perkembangan 2
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
5 November 2021 nyeri akut S: pasien mengatakan nyeri Kelompok
Pukul 09.10 (D.00.77) berkurang 1
P: nyeri luka bekas op
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R; Di perut bagian luka
operasi
S: skala 4 (0-10)
T: nyeri timbul saat bergerak
O: Tampak Meringis, menahan
sakit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

38
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
I:
1. Mengidentifikasi lokasi
,karakteristik ,kualitas, dan
intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala
nyeri
3. Memberikan teknik non
farmakologi (tarik nafas
dalam)
4. Berkolaborasi
pemberian analgetik
keterolac
E: S: pasien mengatakan nyeri
berkurang setelah diberikan obat
anti nyeri oleh perawat
P: nyeri luka bekas op
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R; Di perut bagian kanan atas
S: skala 3 (0-10)
T: nyeri timbul saat bergerak
O: tampak sudah bisa
beristirahat dan rileks
A: masalah belum teratasi
P: pasien pulang
R:-
5 November 2021 gangguan S: - Kelompok
Pukul 09.10 integritas O: Tampak menahan nyeri, 1
kulit/jaringan tampak luka jahitan , kemerahan
(D.0125) A: masalah belum teratasi

39
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
P: lanjutan intervensi
I:
1. Memonitor
karakteristik luka ( drainase,
ukuran)
2. Melepaskan balikin
secara perlahan
3. Mencuci luka dengan
NaCL
4. Memasangan berurutan
sesuai jenis muka
5. Menganjurkan makanan
tinggi kalori tinggi protein
6. Kolaborasi pemberian
antibiotik Ceftriaxone
E: S: -
O: Tampak menahan nyeri
pada saat dibersihkan,
kemerahan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutan intervensi
R: -
5 November 2021 Gangguan S: keluarga pasien mengatakan Kelompok
Pukul 09.10 mobilitas fisik sudah melakukan pergerakan 1
(D.0054) mulai dari duduk, miring kanan
kiri
O: tampak melakukan pergerakan
sederhana
A: masalah belum teratasi

40
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
P: lanjutan intervensi
I:
1. Mengidentifikasi
adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
2. Memonitor kondisi
umum selama melakukan
mobilisasi
3. Melibatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan
4. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (duduk di tempat
tidur, disisi, indah dari tempat
tidur ke kursi)
E:S: Pasien mengatakan sudah
melakukan pergerakan sederhana
O: Gerakan terbatas, tirah
baring,
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
R: -

41
L. Catatan perkembangan ke-3
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
6 November nyeri akut S: pasien mengatakan nyeri Kelompok
2021 (D.00.77) berkurang 1
Pukul 13.00 P: nyeri luka bekas op
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R; Di perut bagian kanan atas
S: skala 3 (0-10)
T: nyeri kadang-kadang,
timbul
O: Tampak sudah bisa beristirahat
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
I:
1. Mengidentifikasi skala
nyeri
2. Memberikan teknik non
farmakologi (tarik nafas dalam)
3. Berkolaborasi pemberian
analgetik keterolac
E: S: pasien mengatakan nyeri
berkurang
O: skala 2 (0-10), tampak rileks,
tidur nyenyak
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
R: pasien pulang
6 November gangguan S: - Kelompok
2021 integritas O: tampak menahan nueri saat 1
Pukul 13.20 kulit/jaringan dilakukan perawatan luka,

42
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
(D.0125) kemerahan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutan intervensi
I:
1. Memonitor karakteristik
luka ( drainase, ukuran)
2. Melepaskan balikin secara
perlahan
3. Mencuci luka dengan
NaCL
4. Memasang balutan sesuai
jenis muka
5. Menganjurkan makanan
tinggi kalori tinggi protein
6. Berkolaborasi pemberian
antibiotik Ceftriaxone
E: S: -
O: luka tampak bersih tidak ada
pus
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
R: pasien pulang
6 November Gangguan S: Pasien mengatakan sudah Kelompok
2021 mobilitas fisik mampu untuk melakukan pergerakan 1
Pukul 13.30 (D.0054) duduk di tempat tidur, disisi tempat
tidur, miring kanan kiri, namun
belum mampu untuk berjalan
O: tampak mampu melakukan
pergerakan dan latihan berjalan

43
Tanggal/jam No. Dx Soapier Ttd
A: masalah belum teratasi
P: lanjutan intervensi
I:
1. Mengidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Memonitor kondisi umum
selama melakukan mobilisasi
3. Melibatkan keluarga
untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
4. Mengajarkan mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan
(duduk di tempat tidur, disisi,
indah dari tempat tidur ke kursi)
E:S: Pasien mengatak sedang
belajar untuk berjalan pelan-pelan
O: tampak bersemangat untuk
melakukan pergerakan
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
R: pasien pulang

44
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisa Pengkajian
1. Data yang harus dikaji pada pasien Cholelithiasis
a. Identitas pasien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat
tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya ditemukan pada 20 -
50 tahun dan lebih sering terjadi anak perempuan pada dibanding anak laki – laki.
(Cahyono, 2014)
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
c. Riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri
menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi
nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri tersebut.
2). Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya.
3). Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang
sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.

45
Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
disbanding dengan tanpa riwayat keluarga.
d. Pemeriksaan fisik
1). Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda
vital yaitu tekanan darah, nadi, RR, dan suhu.
2). Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a). Kulit. Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi,
bintik–bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna, bentuknya ada cairan
atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau tidak..
b). Kepala. Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut
biasanya ubun-ubun cekung, rambut kering.
c). Mata. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya Nampak
edema pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan skelera
anemis.
d). Hidung. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi, sumbatan,
perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan cuping hidung atau tidak dan
nyeri tekan.
e). Mulut. Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis.
Langit–langit keras (palatum durum) dan lunak, tenggorokan, bentuk dan ukuran
lidah, lesi, sekret, kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.
f). Dada. Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah
bunyi napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels), adakah bunyi jantung
tambahan seperti (mur mur), takipnea, dispnea, peningkatan frekuwensi,
kedalaman (pernafasan kusmaul).
g). Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya
nyeri tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi bising usus,
palpasi seluruh kuadran abdomen. Biasanya pada Kolelitiasis terdapat nyeri pada
perut bagian kanan Atas.

46
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu
atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
2. Radiografi: Kolesistografi
Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan
mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan
isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya.
3. Pemeriksaan Laboratorium
- Kenaikan serum kolesterol
- Kenaikan fosfolipid
- Penurunan ester kolesterol.
- Kenaikan protrombin serum time.
- Kenaikan bilirubin total, transaminase (Normal < 0,4 mg/dl).
- Penurunan urobilirubin.
- Peningkatan sel darah putih: 12.000 - 15.000/iu (Normal : 5000 -
10.000/iu).
- Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu
di duktus utama (Normal: 17 - 115 unit/100ml).

2. Data yang didapatkan dari pasien Cholelithiasis


Dari pengkajan yang dilakukan pada Ny H didapatkan hasil pasien
mengeluh nyeri pada luka operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk,di bagian luka
operasi dengan skala 7 (0-10) dan nyeri timbul saat bergerak maupun tidak.
Pasien enggan untuk melakukan pergerakan karena merasakan nyeri luka post op
pada saat bergerak, tampak meringis, gelisah. Keadaan fisik lemah, tampak
menahan nyeri, gerakan terbatas Saat dilakukan pemeriksaan tingkat kesadaran
GCS 15 : compos mentis ( E4 M6 V5) . Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapat TD: 120/70 mmHg Nadi: 95x/menit suhu: 36.6 Frekuensi nafas ;
20x/menit.

47
Hasi pemeriksaan fisik didapatkan hasil, Kepala: rambut hitam, kulit
kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri tekan pada kepala, mata
simetris, telinga simetris, tujuan yang ditetapkan pada mata dan telinga, bibir
simetris, lembab, warna murah muda. Leher: tidak ada pembesaran pada kelenjar
tiroid, tidak ada pergeseran trakea, tidak ada nyeri tekan. Paru-paru:
perkembangan paru kanan dan kiri simetris tidak ada yang tertinggal, tidak ada
lesi, kulit berwarna sawo matang, tidak ada krepitasi pada dada kiri dan kanan,
tidak ada nyeri tekan, suara perkusi sonor, suara alkulturasi vesikuler. Jantung:
tidak ada pembengkakan, terdengar suara lup-dup, spo2 : 98%. Kedua payudara
simetris, tidak ada benjolan, tidak boleh, tidak ada nyeri tekan, pada ketiak tidak
ada benjolan, tidak ada nyeri tekan. Perut simetris, tidak ada pembesaran, terdapat
luka operasi, terdapat nyeri tekan pada luka, bising usus 20x/menit. Terpasang
kateter urin. Terdapat luka operasi pada abdomen, kulit teraba hangat, CRT < 3
detik, tidak ada edema, turgor kulit elastis. Ekstremitas Atas : terpasang infus RL
20 tpm ada tangan kiri, kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5/5, jari-jari utuh,
tidak ada fraktur. Bawah : kekuatan otot kaki kanan dan kiri 5/5 , jari-jari utuh,
tidak ada faktur
Hasil pemeriksaan USG dengan hasil K. Ampedu : Besar normal,
dinding nomal, tampak lesi hiperdens dengan postarior acoustic shadow
barukuran 1,2 cm di intraluminal gallbladder. Duktus biliaris intra/akstrahepatal
tidak melebar, tidak tampak bayangan hiperakhoik dengan acoustic shadow.

B. Analisa Diagnosa Keperawatan


1. Dianosa keperawata yang muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses inflamasi, prosedur
bedah, infeksi.
b. Hipovlemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan
d. Hipertermi b.d infeksi pada kandung empedu.

48
2. Setelah dilakukan pengkajan dengan data yang didapat, diagnosa yang
kami angkat yaitu:
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (operasi) d.d mengeluh nyeri luka
operasi
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kebun sirkulasi d.d luka operasi
c. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d enggan untuk melakukan
pergerakan karena merasakan nyeri pada luka post op saat bergerak

Diagnosa yang muncul pada Chlelithiasis yang telah diuraikan diatas


terdapat 4 masalah keperawatan namun pada Ny H dengan diagnosa medis post
operasi cholelithiasis diagnosa keperawatan yang muncul terdapat 3 diagnosa.
Alasan pengambilan diagosa berbeda :
1. Hipovolemia tidak diangkat karena kurangnya data yang menunjukan
bahwa pasien mengalami kekurangan volume cairan
2. Defisit Nutrisi tidak diangkat karena tidak ada kelhan alam pola nutrisi.
3. Hipertermi tidak diangkat karna pasien tidak mengalami gejal demam
dan suhu tubuh masih dalam batas normal.

C. Analisa Tindakan Keperawatan


1. Nyeri Akut
a. Identifikasi lokasi ,karakteristik ,kualitas, dan intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Berikan teknik non farmakologi (tarik nafas dalam)
d. Kolaborasi pemberian analgetik keterolac
2. Ganguan Integritas Kulit / Jaringan
a. Monitor karakteristik luka ( drainase, ukuran)
b. Lepaskan balikin secara perlahan
c. Cuci luka dengan NaCL
d. Pasang balutan sesuai jenis luka
e. Makanan tinggi kalori tinggi protein
f. Kolaborasi pemberian antibiotik Ceftriaxone

49
3. Gangguan Moblitas Fisik
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
d. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk di tempat
tidur, disisi, indah dari tempat tidur ke kursi)

50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penyakit batu empedu adalah kondisi yang ditandai dengan sakit perut
mendadak akibat terbentuknya batu di dalam kantung empedu. Penyakit batu
empedu juga bisa terjadi di saluran empedu. Kantung empedu adalah organ
berukuran kecil yang terletak di bawah organ hati. Organ ini mampu
memproduksi dan menyimpan cairan empedu yang berperan penting dalam proses
pencernaan, termasuk mencerna kolestrol yang terkandung dalam makanan yang
anda komsumsi. Batu empedu diduga muncul akibat endapan kolestrol dan
bilirubin yang menumpuk di dalam kantung empedu. Penumpukan terjadi ketika
cairan empedu tidak mampu melarutkan melarutkan kolesterol dan bilirubin
berlebih yang di hasilkan hati.

B. Saran
Semua orang bisa terkena penyakit batu empedu, umumnya bagi mereka
yang memiliki gaya hidup yang buruk. Oleh karena itu untuk mencegah batu
empedu, sebaiknya anda menerapkan gaya hidup sehat dari sekarang. Sehingga
bisa mengurangi risiko terkena penyakit batu empedu.

51
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Suharjo B. (2014). Batu Empedu. Yogyakarta: Kanisus


Djumhana, (2017). Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom Mirizzi.
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia
Haryono, (2013). Karakteristik Pasien Koleliatis Di Rsup Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar
Isselbacher, dkk. (2012). Prinsi-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih Bahasa Asdie
Ahmad H, ed 13. Jakarta : EGC
Lesmana, L, (2006). Batu Empedu. In: Latchie, M., editor. Oxford Handbook of
Clinical Sugery, Oxford Universitas Indonesia.p.380-384.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta
Smeltzer. (2012). Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku Brunner Dan
Suddarth. Jakarta : EGC
Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakitdalam Jilid 3, Ed 5. Jakarta : Interna
Publishing.
Tjokropawiro, (2015). Analisis Praktik. Juliana Br Sembiring, FIK UI, 2015.

52

Anda mungkin juga menyukai