Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL
“FRAKTUR METATARSAL”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas PBK V

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Agnes Sari Permana NIM R.17.01.002


2. Della Putri Solecha NIM R.17.01.013
3. Enes Astriani NIM R.17.01.021
4. Iip Taip NIM R.17.01.031
5. Ika Erikah NIM R.17.01.032
6. Mahari NIM R.17.01.040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU
INDRAMAYU
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmanirrohim,

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kaami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Fraktur Metatarsal” dapat selesai tepat pada
waktunya.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan.

Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas PBK V dengan harapan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca sehingga InsyaAllah dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Cirebon, 23 Januari 2020

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGTANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................... 3
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................. 17
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 32
A. Kesimpulan................................................................................................... 32
B. Saran.............................................................................................................. 32
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang
melebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut jenis (transversal,
spiral, oblik segmental, kominutiva), lokasi (diafise, metafise, epifise), dan integritas
dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilinginya (terbuka atau compound dan
tertutup) (Schwartz, 2000).
Fraktur apabila kulit di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (atau
sederhana), bila kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus, keadaan ini disebut
fraktur terbuka (atau compound), yang cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi
(Apley & Solomon, 2010).
Fraktur yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas pada struktur tulang atau
tulang rawan umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung seperti benturan pada
lengan bawah yang mengakibatkan patah tulang pada radius dan ulna, namun pada
trauma tidak langsung dapat pula mengakibatkan tulang patah seperti ketika jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah
(Sjamsuhidajat & De Jong, 2004). Selain itu, retak dapat terjadi akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal,
terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang berbaris dalam jarak jauh. Fraktur
juga dapat terjadi oleh tekanan normal namun tulang tersebut lemah (misalnya oleh
tumor) atau bila tulang tersebut sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget) (Apley
& Solomon, 2010).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6
juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi
cukup tinggi yaitu insiden fraktur sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2011 di Indonesia didapatkan
sekitar 8 juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan
penyebab yang berbeda. Hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita
fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stres
psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan
dengan baik (Depkes RI, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud fraktur ?
2. Bagaimana tanda dan gejalanya?
3. Bagaimana penatalaksanaan medisnya?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa fraktur metatarsal?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan deengan pasien diagnosa fraktur
metatarsal
2. Tujuan khusus
Mengkaji dan menegakan diagnosa keperawatan serta melakukan intervensi pada
pasien dengan fraktur metatarsal

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang,
baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong,
2005).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007). Fraktur
adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price dan
Wilson, 2006).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Fraktur dapat dibagi menjadi
:
1. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
2. Fraktur tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi pada sebagian
dari garis tengah tulang.
3. Fraktur tertutup (closed) adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
atau bila jaringan kulit yang berada diatasnya/ sekitar patah tulang masih utuh.
4. Fraktur terbuka (open/compound) adalah hilangnya atau terputusnya jaringan
tulang dimana fragmen-fragmen tulang pernah atau sedang berhubungan dengan
dunia luar.Fraktur terbuka dapat dibagi atas tiga derajat, yaitu :
a) Derajat I
1) Luka < 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
3) Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kontinuitif ringan
4) Kontaminasi minimal
b) Derajat II
1) Laserasi > 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
3) Fraktur kontinuitif sedang
4) Kontaminasi sedang
c) Derajat III
1) Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III
terbagi atas :
2) IIIA : Fragmen tulang masih dibungkus jaringan lunak
3) IIIB : Fragmen tulang tak dibungkus jaringan lunak terdapat
pelepasan lapisan periosteum, fraktur kontinuitif.
4) IIIC : Trauma pada arteri yang membutuhkan perbaikan agar bagian
distal dapat diperthankan, terjadi kerusakan jaringan lunak hebat.

3
5. Fraktur metatarsal Fraktur metatarsal penyebab yang paling sering trauma
langsung seperti crush injury atau twisting dan juga akibat gaya langsung yang
bersifat kronis sehingga menyebabkan stress fracture a) Manifestasi Trauma
langsung, karena kejatuhan barang yang cukup berat, atau karena trauma tak
langsung, hal ini terjadi sewaktu kaki menginjak tanah dengan kuat secara tiba-
tiba badan melakukan gerakan memutar. b) Pemeriksaan fisik Penderita
mengeluh sakit didaerah pedis. Tampak pembengkakan dan ekhymosis. Pada
palpasi didapatkan nyeri tekan krepitasi dan nyeri sumbu. c) Radiologi Proyeksi
anteroposterior, proyeksi oblique, proyeksi lateral. d) Penanggulangan Bila
fragmen fraktur tak mengalami dislokasi dilakukan imobilisasi dengan
pemasangan gips sirkuler, dipertahankan sampai 4-6 minggu. e) Klasifikasi
fraktur metatarsal OTA mengklasifikasikan fraktur metatarsal secara detail
mengenai bentuk frakturnya tetapi tidak berdasarkan stabilitasa ataupun
penatalaksanaannya. Fraktur metatarsal berdasarkan klasifikasi ini adalah 81.
Identifikasi huruf untuk menunjukkan metatarsal yang terkena, yaitu: - T:
metatarsal 1 - N: metatarsal 2 - M: metatarsal 3 - R: metatarsal 4 - L: metatarsal 5
Lalu dilanjutkan dengan kompleksitas dari fraktur - A: diafiseal fraktur simpel
dan bentuk baji - B: parsial artikular dan diafesial bentuk baji - C: fraktur
intraartikular yang kompleks Diikuti dengan area yang terkena: - 1: metafisis
proksimal - 2pada grup dari nomor yang pertama

B. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan
bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada
anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan.
Menurut (Doenges, 2000) adapun penyebab fraktur antara lain :

4
1. Trauma Langsung, yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut
mendapat ruda paksa misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang
mengakibatkan fraktur.
2. Trauma Tak Langsung, yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat kejadian kekerasan.
3. Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal (kongenital,peradangan,
neuplastik dan metabolik)
Menurut Carpenito (2000) adapun penyebab fraktur antara lain :
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,
dan penarikan.
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu :
1.    Cidera atau benturan
2.    Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3.   Fraktur beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan
bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.

5
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah
serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian
inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya 
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,
dan kepadatan atau kekerasan

6
D. Pathways

Kondisi patologis
Trauma langsung Trauma tdk langsung

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tlg Nyeri Akut

Perubahan jaringan sekitar Kerusakan fragmen tlg

Pergeseran fragmen tulang Spasme otot Tekanan sumsum tulang


lbh tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tek kapiler


Melepaskan katekolamin

Ggn fungsi ekstermitas Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak

Hambatan mobilitas fisik Protein plasma hilang Bergabung dg trombosit

Laserasi kulit Edema Emboli

Penekanan pembuluh darah Menyumbat pembuluh


darah

Mengenai jaringan kutis dan sub kutis Ketidakefektifan perfusi


Kerusakan integritas
kulit jaringan perifer

Perdarahan
Resiko Infeksi
Kehilangan volume cairan

Resiko syok
(hipovolemik)

7
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari faktur , menurut (Brunner and Suddarth, 2002) :
1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai almiah yang di
rancang utuk meminimalkan gerakan antar fregmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan cenderung
bergerak secara alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap rigid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen tulang pada fraktur lengan dan tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstermitas yang bisa
diketahui membandingkan ekstermitas yang normal dengan ekstermitas yang
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering
saling melingkupi satu samalain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji
krepitus dapat mengaibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat trauma dari
pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa terjadi setelah beberapa
jam atau hari setelah cidera.

E. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a.  Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan
b.  Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di
otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan
hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot.
Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa
sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa
sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia.
Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
(radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini
terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan
mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan
dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang
menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,

8
perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat
e.  Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan  nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang
kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala
dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai
darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode
waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar
dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting.
Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten
atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang
dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi
yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka,
luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur
terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur
dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang
lebih besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai
darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi,  cacat diisi  oleh  jaringan  fibrosa. Kadang –
kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor – faktor yang dapat
menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak,
pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas,
angulasi atau pergeseran.

9
F. Penatalaksanaan Medis
Empat tujuan utama dari penanganan fraktur adalah :
1) Untuk menghilangkan rasa nyeri. Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena
frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah
tersebut. Untuk mengurangi nyeri tersebut, dapat diberikan obat penghilang
rasa nyeri dan juga dengan tehnik imobilisasi (tidak menggerakkan daerah
yang fraktur). Tehnik imobilisasi dapat dicapai dengan cara pemasangan bidai
atau gips.

 Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.

 Pemasangan gips: Merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang


yang patah. Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan
bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah
- Immobilisasi dan penyangga fraktur
- Istirahatkan dan stabilisasi
- Koreksi deformitas
- Mengurangi aktifitas
- Membuat cetakan tubuh orthotik
- Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips
adalah :
- Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
- Gips patah tidak bisa digunakan
- Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan
klien
- Jangan merusak / menekan gips
- Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
- Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama

10
2) Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Bidai
dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk
itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi
kontinyu, fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis
frakturnya sendiri.
a. Penarikan (traksi) : Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban
dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa
sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode
pemasangan traksi antara lain :
 Traksi manual: Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur,
dan pada keadaan emergency
 Traksi mekanik, ada 2 macam :
1. Traksi kulit (skin traction): Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk
sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan
beban < 5 kg.
2. Traksi skeletal: Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka
operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
1. Mengurangi nyeri akibat spasme otot
2. Memperbaiki & mencegah deformitas
3.  Immobilisasi
4. Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi
5.  Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
2. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan
pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
3. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
4. Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
5. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai

11
b. Dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan atau batang logam pada
pecahan-pecahan tulang.Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut
fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat
yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat
yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang
telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar
menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan
paku.
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
1. Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
2. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada
didekatnya
3. Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
4. Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
5. Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasus-
kasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan
fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan
dijalankan
1). Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya
kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya
dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol
rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan
bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal
ini hampir selalu menyebabkan non-union. Keuntungan intramedullary
nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran
(alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk
meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian
meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.Closed
nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal,
tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted

12
fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan
panjang dan rotasi.

2)   Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada
pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat
dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi
yang rigid juga cocok untuk tindakan ini.

3) Agar terjadi penyatuan tulang kembali Biasanya tulang yang patah akan mulai
menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam
waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang,
sehingga dibutuhkan graft tulang.
4) Untuk mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan
upaya mobilisasi secepat mungkin.

13
G. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Anamnesa
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayar penyakit keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Pola-pola fungsi kesehatan
b. Pemeriksaan fisik
1. Gambaran umum
a. Keadaan umum
b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
2. Keadaan lokal
Pain, pallor, parestesia, pulse, pergerakan

H. Pemeriksaan Penunjang
a. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang yang
cedera.
b. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
c. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
d. CCT kalau banyak kerusakan otot.
e. Pemeriksaan Darah Lengkap

I. Informasi Tambahan
1. Terapi yang diberikan
Terapi yang diberikan adalah terapi farmakologis dan non farmakologis
2. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan

J. Analisa Data
Data Senjang
Penyebab / Etiologi Masalah Keperawatan
(DS dan DO)
DS : Trauma Nyeri Akut

- Mengeluh nyeri Fraktrur terbuka atau tertutup (D.0077)

DO : Kehilangan integritas tulang

- Tampak meringis Ketidakstabilan posisi fraktur


- Gelisah
- Sulit tidur Fragmen tulang yang patah
- Frekuensi nadi menusuk organ sekitar
meningkat

14
- Tekanan darah
meningkat Nyeri akut

DS : Trauma Gangguan Mobilitas


Fisik
- Engeluh sulit Perubahan fragmen
menggerakan tulang,kerusakan pada jaringan (D.0054)
ekstremitas dan pembulu darah
- Meraasa cemas saat
bergerak Perdarahan lokal
- Enggan melakukan
pergerakan Hematoma pada daerah fraktur
- Nyeri saat bergerak
Aliran darah kedaerah distal
DO : berkurang

- Kekeuatan otot Warna jaringan pucat,nadi


menurun lemah,sianosis,kesemutan.
- Rentang gerak (ROM)
menurun Kerusakan neuromuskular
- Sendi kaku
- Fisik lemah
- Gerakan terbatas’ Gangguan fungsi organ distal
- Gerakan tidak
terkoordinasi Gangguan mobilitas fisik

DS : - Fraktur terbuka ujung tulang Gangguan Integritas


menembus otot dan kulit Kulit
DO :
Adanya luka (D.0129)
- Kerusakan jaringan
atau lapisan kulit Gangguan integritas kulit
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematonma

K. Diagnosa keperawatan menurut prioritas


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Gangguan mobuilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
3. Gangguan integritas kulit b.d penurunan mobilitas

L. Intervensi keperawatan

15
No Diagnosa Perencanaan keperawatan Rasional
Keperawatan Tujuan intervensi
D.0077 Setelah dilakukan tindakan O : Identifikasi skala - u/ mengetahui
(Nyeri Akut) keperawatan selama 3x24 nyeri skala nyeri
jam nyeri akut dapat teratasi N : Berikan teknik non - u/ mengurangi
dengan kriteria hasil: farmakologi nyeri
E : Jelaskan stretegi - u/ membantu
ir Er meredakan nyeri meredakan nyeri
Indikator C : Kolaborasi - u/ mengurangi
Keluhan nyeri 3 5 pemberian analgesik nyeri dengan
Meringis 3 5
teknik
Bersikap 3 5
farmakologi
protektif
Gelisah 3 5
Kesulitan tidur 3 5
D.0054 Setelah dilakukan tindakan O : Identifikasi adanya - u/ mengetahui
(Gangguan keperawatan selama 3x24 nyeri atau keluhan fisik keluhan nyeri
mobilitas jam Gangguan mobilitas lainnya - u/ membantu
fisik) fisik dapat teratasi dengan N : Fasilitasi pasien
kriteria hasil : melakukan pergerakan melakukan
E : Anjurkan pergerakan
IR ER mobilisasi dini - u/ membantu
Indikator C : Kolaborasi dengan mobilisasi dini
Pergerakan 3 5 fisioterapi - u/ membantu
ekstremitas mengatasi
Kekuatan otot 3 5
mobilitas fisik
Rentang gerak 3 5
yang terganggu
Nyeri 3 1
Kecemasan 3 1
D.0129 Setelah dilakukan tindakan O : Identifikasi - u/ mengetahui
(Gangguan keperawatan selama 3x24 gangguan integritas gangguan
integritas jam Gangguan integritas kulit integritas kulit
kulit) kulit dapat teratasi dengan N : Ubah posisi klien 2 - u/ mencegah
kriteria hasil : jam sekali terjadinya
E : Anjurkan minum dekubitus
IR ER air yang cukup - u/ mencukupi
Indikator C: - cairan
Kerusakan 3 5
jaringan
Kerusakan 3 5
lapisan kulit
Nyeri 3 5
Perdarahan 3 5
Hematoma 3 5

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

Nama mahasiswa : Kelompok 2


Tanda tangan :
Tanggal pengkajian : 14 Januari 2020
Tanggal masuk RS : 13 Januari 2020
No. Rekam medik : 155000

I. BIODATA
a. Identitas Pasien
Nama pasien : Tn S
Umur : 38 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh/Pekerja Lepas
Suku bangsa : Betawi
Status perkawinan : Menikah
Diagnosa medis : Fraktur Metatarsal Dextra
Alamat : Sumber,Cirebon

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny E
Umur : 33 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sumber,Cirebon
Hubungan Keluarga : Istri

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan utama
Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan punggung kaki kanan nyeri, nyeri dirasakan setelah
pencabutan pen ,nyeri dirasakan karena kaki pasien terkena gergaji, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada punggung kaki sebelah
kanan,dengan skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan jika reaksi obat analgesik
habis, pada saat setelah operasi pencabutan pen,nyeri dirasakan hilang
timbul,pasien berharap rasa nyerinya berkurang dan hilang,pasien tampak
meringis.

17
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan dahulu pernah dirawat dirumah sakit ciremai pada bulan
oktober 2019 setelah kakinya terkena gergaji dan langsung dibawa ke rumah
sakit dan dilakukan pemasangan pen,pasien merokok 4 batang sehari

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengidap penyakit menular dan
penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes mellitus

IV. STRUKTUR KELUARGA

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Pasien

Meninggal

---- Hubungan Keluarga

V. RIWAYAT IMUNISASI
Pasien mengatakan tidak ingat dengan riwayat imunisasinya.

VI. RIWAYAT SOSIAL


Pasien mengatakan rumahnya dekat dengan jalan raya dan dekat dengan kandang.

VII. DATA BIOLOGIS

No Pola Kehidupan Sehari-hari Saat Sehat Saat Sakit


.
1. Pola Nutrisi
a. Makan
1) Jenis Nasi,tahu,tempe,sayuran Nasi
2) Frekuensi 3x sehari 3x sehari

18
3) Porsi 1 porsi dihabiskan 1 porsi
4) Pantangan Tidak ada dihabiskan
5) Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Minuman Tidak ada
1) Jenis Air putih,kopi,susu
2) Frekuensi 4xsehari Air putih
3) Porsi 500 ml 1 jam
4) Pantangan Tidak ada sekali
5) Keluhan Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
2. Pola Eliminasi
a. Urin (BAK)
1) Frekuensi 5x sehari 5x sehari
2) Warna Kuning jernih Kuning
3) Perasaan setelah BAK Leg jernih
4) Keluhan Tidak ada Lega
Tidak ada
b. Alvi (BAB)
1) Frekuensi 3x sehari
2) Warna Kuning 3x sehari
3) Konsistensi Padat Kuning
4) Bau Tidak terkaji Padat
5) keluhan Tidak ada Tidak
terkaji
Tidak ada

3. Pola Istirahat dan Tidur


a. Tidur Siang
1) lamanya 3 jam 3 jam
2) kualitaas Nyenyak Nyenyak
3) kebiasaan sebelum Nonton tv Main HP
tidur
4) perasaan waktu Puas Puas
bangun tidur
5) keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada
keluhan
b. Tidur Malam 8 jam
1) lamanya Nyenyak 8 jam
2) kualitas Bekerja Nyenyak
3) kebiasaan sebelum Main HP
tidur Puas
4) perasaan waktu Puas
bangun tidur Tidak ada

19
5) keluhan Tidak ada

4 Pola Aktivitas dan Kebersihan Diri


1) Mandi
- frekuensi 3x sehari 3x sehari
- sarana mandi Air,sabun. Belum
2) Gosok Gigi mandi
- frekuensi 3xsehari
- sarana gosok gigi Air,pasta gigi,sikat gigi 2xsehari
3) Keramas Air,pasta
- frekuensi Setiap hari gigi,sikat
- sarana keramas Shampoo gigi
4) Kebersihan Kuku
- keadaan kuku Bersih,padat Belum
- frekuensi potong kuku Sekali seminggu keramas
Shampoo

Bersih
pendek
Sekali
seminggu

VIII. DATA PSIKOLOGIS


1. Pola kognisi dan persepsi
a. Status mental : sadar
b. Orientasi : baik
c. Keadaan emosional : baik
d. Bicara : normal
e. Bahasa yang digunakan : indonesia
f. Kemampuan membaca : bisa
g. Kemampuan interaksi : sesuai
h. Pengetahuan tentang penyakitnya : tidak mengerti
i. Respon klien terhadap penyakitnya : menerima
2. Pola Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien tidak merasa malu dengan luka di kakinya
b. Ideal diri
Pasien mnegatakan akan tetap menjadi suami yang baik,setelah luka
di kakinya sembuh.
c. Harga diri
Pasien mengatakan sudah melakukan yang terbaik untuk keluarganya.
d. Peran diri

20
Pasien mengatakan siapa yang akan menafkahi isterinya jika dirinya
berlama-lama di rumah sakit.

e. Identitas diri
Pasien mengatakan rasa sakitnya berasal dari yang maha kuasa dan
harus diterima dengan sabar.
3. Pola peran berhubungan
Pasien mengatakan orang yang paling dekat yaitu isteri dan ibunya,kerja
sama dengan tim kesehatan baik.
4. Pola seksual dan seksualitas
-
5. pola mekanisme kooping
Pasien mengatakan dia selalu bersabar dan berdo’a jika mengatasi masalah.
6. Pola nilai kepercayaan
Pasien mengatakan sholatnya lima waktu dan seminggu sekali mengikuti
pengajian.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Kesehatan
a. Keadaan Umum : baik
b. Keasadaran : compos mentis E :4 M: 6 V: 5
c. Penampilan : bersih
d. Orientasi : baik
e. Berat Badan : sebelum sakit 55,saat sakit 55kg
f. TTV
a) TD : 120/80 mmHg
b) N : 74x/menit
c) RR : 20x/menit
d) S : 36,2
2. Sistem Pernafasan
Inspeksi : tipe pernafasan hidung,bentuk dada normal,bentuk tualng
belakang normal,peregrakan dada simetris,tidak ada pernafasan cuping
hidung,frekuensi nafas 20x/mnt,irama nafas reguler.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dada,taktil premitus normal,tidak ada
pembengkakan dada.
Perkusi : resonan.
Auskultas : lobus kanan dan kiri atas,lobus kanan dan kiri
bawah,bronchial,bronkovesikuler,vesikuler (suara nafas normal),spo2 98
3. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva anemis,sklera anikterik,mukosa bibir lembab,tidak ada
sianosis,irama jantung reguler,bunyi jantung normal,tidak ada bunyi
jantung tambahan,crt 2 dtk.
4. Sistrem persyarafan

21
Fungsi penciumanbaik,bentuk hidung normal,fungsi penglihatan baik,pupil
anisokor,gerakan bola mata simetris,refleks mengunyah baik,wajah klien
simetris,fungsi pendengaran baik,fungsi menelan baik,lidah simetris,fungsi
pengecapan baik.
5. Sistem penglihatan
Bola mata simetris,sklera mata anikterik,reflek cahaya pada pupil
mengecil,tidak ada pembengkakan,tidak ada sektret pada mata.
6. Sistem pendengaran
Bentuk telinga kiri dan kanan simetris,fungsi pendengaran baik,tidak ada
pembengkakan telinga.
7. Sistem perkemihan
Genitalia tidak dikaji,sistem perkemihan tidak ada pembengkakan
ginjal,tidak ada distensi kandung kemih,tidak terpasang kateter.
8. Sistem pencerna’an
Mulut bersih,bentuk bibir simetris,mukosa bibir lembab,reflek mengunyah
baik,reflek menelan baik,bentuk abdomen simetris,tidak ada lesi,jaringan
parut,auskultasi bising usus 12x/menit,tidak ada nyeri tekan,tidak ada
pembengkakan,palpasi kuadran 1-4 thympani.
9. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas : warna kulit sawo matang,bentuk simetris,tidak
terdapat fraktur,jari-jari tangan utuh,kekuatan otot tangan kiri 5,tangan
kanan 5, tidak ada nyeri dan pembengkakan pada tangan kanan dan
kiri,tidak ada nyeri pada sendi,tangan kanan terpasang infusan RL,reflek
bisep dan trisep baik.
Ekstremitas bawah : bentuk simetris,tidak ada edema,kekuatan otot kaki
kiri dan kanan (5,5) terdapat fraktur di punggung kaki sebelah kanan,jari-
jari kaki utuh,terpasang perban dan terdapat nyeri pada punggung kaki
kanan.
10. Sistem endokrin
Ridak ada tremor ekstremitas,tidak ada penonjolan mata,tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
11. Sistem integumen
Warna kulit sawo matang,turgor kulit baik,terdapat luka post operasi di
punggung kaki sebelah kanan.

X. DATA PENUNJANG

No. Jenis Pemeriksaan Tanggal Hasil Nilai Interpretasi


Normal
1 Labolatorium 13
a. Hemoglobin januari 16,8 gr/dl 12,0-16,5 Meningkat
b. Leukosit 2020 9,5ribu g/dl Normal
c. Eritrosit mm3 4,0-10,0 Meningkat
d. Hemtokrit 5,6 juta rb mm3 Meningkat

22
e. Trombosit mm3 Pria 4,5 Notmal
Kimia 51,1% juta
a. Glukosa sewaktu 280 40-48% Normal
Elektrolit ribu/mm3 150-390
a. Kalsium rb/mm3 Normal
b. Clorida 111,4 Meningkat
c. Kalium mg/dl < 150,0 Normal
d. Natrium mg/dl Normal
9,45 mg/dl
109,8 8,20-
mmol/L 10,20
3,68 mg/dl
mmol/L 96,0-
135,9 106,0
mmol/L mmol/L
3,58-5,50
mmol/L
135,3-
145,6
mmol/L

XI. PENGOBATAN

No Nama Dosis Waktu Cara Ket


Obat pemberian
1 Ketorolac ( 1x1 11.00 IV Anti
IGD ) ml inflamasi,mengurangi
nyeri
2 ATS 1x1 11.00 IV Mencegah tetanus
( IGD) ml
3 Ambacin 2x1 16.00,04.00 IV Antibiotik
ml
4 Santagesik 3x1 16.00,24.00.08.00 IV Mengatasi nyeri
ml
5 Omeprazol 2x1 16.00,24.00,08.00 IV Gangguan lambung
ml
6 Infus RL 20 IV
tpm

XII. ANALISA DATA

Tanggal,jam Data Senjang Penyebab/Etiologi Masalah Tanda


DS dan DO Keperawatan Tangan
dan Nama
Jelas

23
14-01-2020 DS: Trauma langsung Nyeri akut Kelompok
09.00 Pasien (D0077) 2
mengatakan Fraktur terbuka
punggung kaki
kanan nyeri, nyeri Kehilangan
dirasakan setelah integritas tulang
pencabutan pen
,nyeri dirasakan Ketidakstabilan
karena kaki posisi fraktur
pasien terkena
gergaji, nyeri Proses operasi
dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, Nyeri akut
nyeri dirasakan
pada punggung
kaki sebelah
kanan,dengan
dirasakan jika
reaksi obat
analgesik habis,
pada saat setelah
operasi
pencabutan
pen,nyeri
dirasakan hilang
timbul,pasien
berharap rasa
nyerinya
berkurang dan
hilang,pasien
tampak meringis.

DO:
Pasien tampak
meringis, Skala
nyeri 5, TD
120/80 mmHg,
Nadi 74x/m, RR
20x/m, Suhu
36,2C, nyeri 5
(0-10).
14-01-2020 DS: - Fraktur terbuka Gangguan Kelompok
09.00 DO: Integritas 2
Tampak Ujung tulang Kulit

24
Kerusakan menembus otot (D0129)
pada dan kulit
jaringan
kulit, Luka
Terdapat
luka operasi Proses operasi
di punggung
kaki sebelah Terjadi luka
kanan dan operasi
nyeri
Gangguan
integritas kulit
DS: - Fraktur terbuka Resiko Kelompok
DO: - Infeksi 2
Faktor resiko : Luka (D0142)
Efek prosedur
invasif (tindakan Gangguan
operasi integritas kulit
pencabutan pen)
Proses operasi

Kuman mudah
masuk

Resiko infeksi

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi pencabutan pen)
2. Gangguan integritas kulit b.d prosedur operasi pencabutan pen
3. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif

XIV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan Keperawatan
Tangg Tanda
Rencana Tangan
al, No Dx
Jam Kep Tujuan Tindaka Rasional dan
n Nama
Jelas
14-01- D0077 Setelah dilakukan O = - u/ mengetahui Kelomp
2020 (Nyeri tindakan Identifik skala nyeri ok 2
15.00 Akut) keperawatan asi skala - u/ mengurangi
selama 3x24 jam nyeri nyeri
nyeri akut dapat N = - u/ membantu

25
teratasi dengan meredakan
kriteria hasil: Berikan nyeri
teknik u/ mengurangi
I E non nyeri dengan
Indikator r r farmakol teknik
Keluhan 3 5 ogi farmakologi
nyeri dengan
Meringis 3 5 gate
Bersikap 3 5 control
protektif E =
Gelisah 3 5 Jelaskan
Kesulita 3 5
stretegi
n tidur
meredak
an nyeri
dengan
gate
control
C=
Kolabora
si
pemberia
n
santagesi
k
14-01- D0129 Setelah dilakukan O = - u/ mengetahui
2020 (Gangg tindakan Identifik gangguan
15.00 uan keperawatan asi integritas kulit
Integrita selama 3x24 jam ganggua - u/ mencegah
s Kulit) Gangguan n terjadinya
integritas kulit integritas dekubitus
dapat teratasi kulit u/ mencukupi
dengan kriteria N = cairan
hasil : Ubah
posisi
I E klien 2
Indikato R R jam
r sekali
Kerusak 3 5 E
an =Anjurk
jaringan an
Kerusak 3 5
minum
an
air yang
lapisan
cukup
kulit

26
Nyeri 3 5
Perdara 3 5 C=-
han
Hemato 3 5
ma
D0142 Setelah dilakukan O= - u/
(Resiko tindakan monitor mengetah
Infeksi) keperawatan tanda ui tanda
selama 3x24 jam dan dan gejala
resiko infeksi dapat gejala infeksi
teratasi dengan infeksi - untuk
kriteria hasil : N= mencegah
I E berikan infeksi
Indikato R R perawata - mengetah
r n luka ui tanda
Demam 3 1 operasi dan gejala
Kemera 3 1 Gunakan infeksi
han APD - mencegah
Nyeri 3 1 Cuci penularan
Bengka 3 1
tangan infeksi
k
sebelum nosokomi
melakuk al
an
tindakan
E=
Jelaskan
tanda
dan
gejala
infeksi
C=
kolabora
si
dengan
pasien
dan
keluarga
untuk
menjaga
kebersih
an diri
dan
batasi
pengunju

27
ng

XV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

N Tang Implementasi TTD Tangg Evaluasi TTD


o gal Keperawatan dan al , dan
D Jam Nama waktu Nama
x Jelas Jelas
Ke
p
I. 15-  mengidentifika Kelom 15-01- S : pasien Kelom
01-20 si skala nyeri pok 2 2020 mengatakan pok 2
15.00  respon 21.00 nyeri sudah
 pasien turun
mengatakan
skala nyeri di O : pasien
kakinya 5 sudah tampak
 DO pasien rileks
tampak A: masalah
meringis saat teratasi
reaksi sebagian
analgesik habis P : lanjutkan
 memberikan intervensi
teknik non
farmakologi
dengan gate
control
 respon
 pasien
mengatakan
skala nyeri
turun di angka
3
 DO : pasien
tampak
meringis
 menjelaskan
stretegi
meredakan
nyeri dengan
gate control
 respon

28
 pasien
mengatakan
mengerti
dengan aopa
yang
dijelaskan
 DO : pasien
tampak rileks
 memberikan
injeksi
santagesik
 respon
 pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
 pasien tampak
rileks
II.15-  mengidentifika Kelom 15-01- S : pasien Kelom
01-20 si gangguan pok 2 20 mengatakan pok 2
15.00 integritas kulit 15.00 luka
 respon operasinya
 pasien sudah
mengatakan membaik
kulitnya ada O : luka
luka karna operasi
tindakan tampak kering
operasi A : masalah
 terdapat luka teratasi
operasi di P : hentikan
punggung kaki intervensi
kanan
 mengubah
posisi klien
miring kanan
miring kiri
setiap 2 jam
sekali
 respon
 pasien
mengatakan
sudah
melakukan

29
perubahan
posisi
 menganjurkan
minum air
yang cukup
 respon
 pasien
mengatakan
sudah minum
air yang cukup

15-  memonitor Kelom 15-01- S : pasien Kelom


01-20 tanda dan pok 2 2020 mengatakan pok 2
15.00 gejala infeksi 21.00 tidak ada
 respon demam,bengk
 DS : pasien ak,dan
mengatakan kemerahan
tidak ada pada luka
demam,bengka O : tidak ada
k,kemerahan tanda-tanda
 Do : tidak infeksi
terdapat tanda A : masalah
dan gwejala teratasi
infeksi P : hentikan
- Memberikan intervensi
perawatan
luka operasi
- Respon :
- Pasien
mengatakan
luka sudah
membaik
- Do : tidak
ditemukan
tanda dan
gejala infeksi

30
XVI. CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal Catatan Perkembangan Tanda Tangan


Dx Waktu Dan Nama Jelas
Kep
I. 15-01- S : pasien mengatakan nyeri sudah Kelompok 2
2020 turun skala 2
21.00 O : pasien sudah tampak rileks
A: masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
I : berikan teknik non farmakologis
dengan gate control
E : S : pasien mengatakan nyerinya
berkurang skala nyeri 1
O : pasien terlihat lebih baik
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
R:-
II. 15-01- S : pasien mengatakan luka operasinya Kelompok 2
2020 sudah membaik
21.00 O : luka operasi tampak kering
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
I :-
E:-
R:-
III. 15-01- S : pasien mengatakan tidak ada Kelompok 2
2020 demam,bengkak,dan kemerahan pada
21.00 luka
O : tidak ada tanda-tanda infeksi
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
I :-
E:-
R:-

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga
yang melebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut jenis
(transversal, spiral, oblik segmental, kominutiva), lokasi (diafise, metafise,
epifise), dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilinginya
(terbuka atau compound dan tertutup).
Fraktur apabila kulit di atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur
tertutup (atau sederhana), bila kulit atau salah satu dari rongga tubuh
tertembus, keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound), yang
cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi.hasil diskusi kelompok
kami,kami mengambil tiga diagnosa keperawatan,yaitu:
Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi), gangguan integritas
kulit b.d prosedur operasi, resiko infeksi d.d efek prosedur invasif.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini kelompok kami menyarankan agar
pembaca dapat memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat
membuat kita lebih hati-hati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas
sehari-hari serta dapat membantu pasien fraktur.

32
33

Anda mungkin juga menyukai