OLEH KELOMOK 1:
1. M. Sofyandi
2. Enfedi jayadi
3. Nisa suryana
4. Rosdiatun
5. Siska wati
6. Tania hartati rahman
7. Yuni alfiana
MATARAM
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Fraktur
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Fraktur. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
2.1 . Definisi
2.2 . Etiologi
2.3 Klasifikasi
2.4 Manifestasi klinis
2.5 Patofisiologi
2.6 Pahtway
2.7 Pemeriksaaan penunjang
2.8 penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV
8. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
2.3.2 Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan
menjadi :
1. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
2. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan
patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :
1) Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2) Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5cm dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan
pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka
operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese (
mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang
mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien
sesuai dengan kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi
Bawah Lutut (BL), dan Syme.
2) Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :
1) Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi
pemotongan tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah
dikauterisasi dan luka dibiarkan terbuka untuk mengalir.
2) Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit
yang dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan
otot.