Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPRAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKLETAL PADA KASUS

FRAKTUR DAN AMPUTASI

OLEH KELOMOK 1:

1. M. Sofyandi
2. Enfedi jayadi
3. Nisa suryana
4. Rosdiatun
5. Siska wati
6. Tania hartati rahman
7. Yuni alfiana

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Fraktur
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai penyakit Fraktur. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Mataram, 09 November 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah...........................................................................1


1.2 Rumusan masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan ....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 . Definisi
2.2 . Etiologi
2.3 Klasifikasi
2.4 Manifestasi klinis
2.5 Patofisiologi
2.6 Pahtway
2.7 Pemeriksaaan penunjang
2.8 penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 konsep asuhan keprawatan pada fraktur dan amputasi

BAB IV

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................12


4.2 Saran ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan
oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada
fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan
hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh
Internal Fixation).
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelamatkan seluruh
tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang lain. Terdapat berbagai sebab mengapa
dilakukan amputasi. 70% amputasi dilakukan karena penyumbatan arteri yang sebagian
besar disebabkan oleh diabetes militus, 3% amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5%
amputasi dilakukan karena adanya tumor dan 5% lainnya karena cacat kongenital.
Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini.
Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara
ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh
nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian
Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian,
dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694
mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas
yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah
kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai
1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun 2004, jumlah
ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September, jumlah
korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
Adanya kecenderungan yang terus naik setap tahunan atas penderita kecacatan yang
mengalami amputasi di Indonesia pada kahir tahun 2009 menunjukkan data terjadinya kasus
amputasi anggota gerak bawah kaki adalah sebelum sebesar 25% pertahunya., yang terbagi
untuk amputasi kaki diatas lutut atau prothese jenis above knee amputation (AKA) sebesar
18% dan amputasi dibawah lutut atau prothese jenis below knee amputation (BAK) sebesar
7%, sedangkan kejadian amputasi pada anggota gerak atas tangan sebesar 15%, yang terbagi
amputasi di bawah siku tangan atau prothese jenis below elbow amputation (BEA) sebesar
10% dan maputasi diatas siku tangan atau protese jenis above elbow amputation (AEA)
sebesar 5%.
Berdasarkan data dari rekam medic RS Fatmawati Jakarta diraung Orthopedi periode
januari 2010 s/d mei 2010 berjumblah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletal,
termasuk yang mengalami amputasi 31 oarang (5,59).
Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah
tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu
jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur
tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum,
fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam,
biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian
yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa
mengarah ke samping, depan, atau belakang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi fraktur dan amputasi?
2. Apa saja etiologi dari fraktur dan amputasi?
3. Apa saja klasifikasi dari fraktur dan amputasi?
4. Apa saja manifestasi klinis dari fraktur dan amputasi ?
5. Bagaimana patofisiologi fraktur dan amputasi?
6. Bagaimana pathway fraktur dan amputasi?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang fraktur dan amputasi?
8. Apa saja penatalaksanaan fraktur dan amputasi?
9. Bagaimana asuhan keperawatan fraktur dan amputasi?
1.3 Tujuan Masalah
1. Apa definisi fraktur dan amputasi?
2. Apa saja etiologi dari fraktur dan amputasi?
3. Apa saja klasifikasi dari fraktur dan amputasi?
4. Apa saja manifestasi klinis dari fraktur dan amputasi ?
5. Bagaimana patofisiologi fraktur dan amputasi?
6. Bagaimana pathway fraktur dan amputasi?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang fraktur dan amputasi?
8. Apa saja penatalaksanaan fraktur dan amputasi?
9. Bagaimana asuhan keperawatan fraktur dan amputasi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.1.1 Fraktur
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 2007 : 1138). Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang normal yang terjadi karena adanya
tekanan yang besar, dimana tulang tidak dapat menahan tekanan tersebut dan disertai
dengan perlukaan jaringan sekitarnya (Brunner dan Suddrat). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
2.1.2 Amputasi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi
organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Daryadi,2012).
2.2 ETIOLOGI
2.2.1 Fraktur
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan, terutama
tekanan membengkok, memutar, dan menarik. Trauma muskuloskeletal yang dapat
mengakibatkan fraktur adalah :
1. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Frakur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan. Misalnya karena trauma yang tiba tiba mengenaii
tulang dengan kekuatan dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu
menahan trauma tersebut sehingga terjadi patah.
2. Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan
fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh, tekanan
membengok yang menyebabkan fraktur transversal, tekanan berputar yang
menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik
3. Trauma patologis
Trauma patologis adalah suatu kondisi rapuhnya tulang karena proses patologis.
Contohnya:
a. Osteoporosis terjadi karena kecepatan reabsorbsi tulang melebihi kecepatan
pembentukan tulang, sehingga akibatnya tulang menjadi keropos secara cepat
dan rapuh sehingga mengalami patah tulang, karena trauma minimal.
b. Osteomilitis merupakan infeksi tulang dan sum sum tulang yang disebabkan
oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah.
c. Ostheoartritis itu disebabkan oleh rusak/ menipisnya bantalan sendi dan tulang
rawan. (Arif Muttaqin, 2008)
2.2.2 Amputasi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh :
1. Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orangtua seperti pada
penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
2. Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelaian
kongenital.
3. Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
f. Deformitas organ.
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Fraktur
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi (Soedarman, 2000 )
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.
a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
a. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c. Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah
sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
6. Berdasarkan posisi frakur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial
c. 1/3 distal
7. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

8. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
2.3.2 Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart 2001), dibedakan
menjadi :
1. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat
penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan
sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
2. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.
Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta
memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan
patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :
1) Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2) Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5cm dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan
pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka
operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese (
mungkin ). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang
mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien
sesuai dengan kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi Lutut, amputasi
Bawah Lutut (BL), dan Syme.
2) Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku (BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :
1) Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi
pemotongan tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh darah
dikauterisasi dan luka dibiarkan terbuka untuk mengalir.
2) Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap kulit
yang dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada kulit dan
otot.

Anda mungkin juga menyukai