Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

HERPES ZOSTER SIMPLEK DAN GENETALIA

OLEH
KELOMPOK 1:
1. MUH EFENDI JAYADI
2. NI WYN NOVIANI SHINTARI
3. NISA SURYANA
4. NISWATUN ASNAWATI
5. PARIJAN MAHMUD
6. RIMA MERLINA
7. ROSTITAWATI
8. SISKA WATI
9. TWIARTI
10. WARIDATUL ISMI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Herpes Zoster Simplek Dan
Genetalia
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata
bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Mataram, 10 oktober 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
2.1 Harpes simplek virus ............................................................................ 3
2.1.1 Pengertian ................................................................................. 3
2.1.2 Epidemologi ............................................................................. 4
2.1.3 Etiologi ..................................................................................... 6
2.1.4 Patofisiologi.............................................................................. 7
2.1.5 Patogenesis ............................................................................... 8
2.1.6 Manifestasi klinis ..................................................................... 10
2.1.7 Pemeriksaan laboratorium ........................................................ 13
2.1.8 Komplikasi ............................................................................... 14
2.1.9 Penatalaksanaan........................................................................ 15
2.1.10 Pencegahan ............................................................................... 17
2.1.11 Kerangka konsep ...................................................................... 18
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 19
2.2.1 Pengkajian ................................................................................ 19
BAB III PENUTUP .............................................................................. 32
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 32
3.2 Saran .................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Herpes merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
anggota famili hepertoviridae. Oleh karena itu apabila seseorang
menderita penyakit ini makan akan terlihat suatu ruam bintik-bintik
merah nanah yang berkelompok. Dan virus ini kebanyakan menyerang
pada bagian kulit dan selaput lendir. Namun walaupun begitu virus ini
juga ada yang khusus menyerang pada alat kelamin manusia dan juga
pada membran mukus yang terletak dimulut bibir. Di dalam penyakit
herpes terdapat jenis virus. Penyakit Herpes ini mengakibatkan
munculnya luka-luka di permukaan kulit. Karenanya, gejala yang
terlihat pada penderita adalah adanya lepuhan pada kulit penis atau
vagina yang jika pecah mengeluarkan cairan bening dan terasa pedih.
Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang
ditakuti oleh setiap orang. Torres melaporkan bahwa HSV-II telah
menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia. Syahputra dkk di
Amerika,Inggris dan Australia ditemukankurang lebih 50% wanita
dengan HSV-II positif. Di Eropa HSV-II berkisar antara 7-16%
Afrika 30-40% oleh karena itu dikatakan bahwa saat ini herpes
genitalis sudah merupakan endemik di banyak negara. di Indonesia
sampai saat ini belum ada angka yang pasti dari 13 rumah sakit
disebutkan bahwa herpes genitalis merupakan penyakit menular
seksual dengan gejala ulkus genital adalah kasus yang sering
dijumpai. kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang dengan perilaku yang tidak sehat. untuk mengatasi
peningkatan prepalensi penderita herpes genetalis diperlukan adanya
pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMSS dan
komplikasinya, pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan,
cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya dan cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating.
Selain itu untuk wanita hamil dengan infeksi herpes genitalis harus

1
melaksanakan kultur, harus tiap minggu dari serviksdan genitalia
eksterna sebagai jalan lahir. persalinan secara sectio caesaria
Direkomendasikan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir.
Herpes genitalis merupakan salah satu penyakit menular seksual
yang masih sering di jumpai diIndonesia. Setiap orang dewasa
mempunyai kesempatan untuk terjangkit penyakitini dan
penularannya pun sangat mudah yaitu kontak langsung atau melalui
hubungan seksual maka dari itu penulis tertarik untuk menulis
tentang penatalaksaan herpes genitalis.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian Herpes Zoster Simplek Dan Genetalia?
2. Bagaimana epidemiologi Herpes Zoster Simplek Dan Genetalia?
3. Apa etiologi Herpes Zoster Simplek Dan Genetalia?
4. Bagaimana patofisiologi Herpes Zoster Simplek Dan Genetalia?
5. Bagaimana patognesis Herpes Zoster Simplek Dan Genetalia?
6. Bagaimana manifestasi klinis Herpes Zoster Simplek Dan
Genetalia?
7. Apa komplikasi Herpes Zoster Simplek Dan Genetalia?
8. Bagaimana penatalaksanaan Herpes Zoster Simplek Dan
Genetalia?
9. Bagaimana pencegahan Herpes Zoster Simplek Dan Genetalia?
10. Bagaimana kerangka konsep Herpes Zoster Simplek Dan
Genetalia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui herpes secaa umum
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien penderita
herpes

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Harpes simplek virus
2.1.1 Pengertian
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit
yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri,
parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui
hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama
jenis. Herpes simpleks adalah penyakit berbentuk lesi pada kulit
di sebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) yang
menimbulkan infeksi akut dan di tandai dengan vesikel
berkelompok pada kulit yang lembab. (Patmuji, 2011)
Herpes simpleks adalah penyakit infeksi akut oleh Herpes
Simplex Virus (HSV) tipe I dan tipe II yang di tandai dengan
vesikel berkelompok pada kulit eritematosa pada daerah dekat
mukokutan. Sedangkan infeksi berlangsung secara primer
ataupun rekuren. (Patmuji, 2011)
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis,
penyakit kelamin dan infeksi pada neonatal. Komplikasi tersebut
menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli seperti
: ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli
mikrobiologi dan lain sebagainya. Virus herpes merupakan
sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae yang
mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan
untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah
infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat
bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup
penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk
mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi
rekuren. (Patmuji, 2011).

3
2.1.2 Epidemologi
Prevalensi antibodi dari HSV-1 pada sebuah popoulasi
bergantung pada faktor-faktor seperti Negara, kelas sosial
ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral
pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi
terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender
mempengaruhi HSV-2. Prevalensi HSV-2 lebih rendah dibanding
HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi
karena kontak seksual. Studi serologis pada populasi menunjukan
bahwa lebih 50% usia 20 tahun telah terpajan HSV. Studi pada
populasi juga populasi juga menunjukan bahwa 2-4% adalah
karier asimptomatik dan merupakan suatu continual virus
reservoir untuk terjadinya infeksi baru.
Dari data klinik penyakit mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut
FKG UI dan Unit Pelayanan Fungsional Gigi dan Mulut RSCM
pada tahun 2000-2001 dijumpai 25 kasus stomatitis herpetika, 5
diantaranya merupakan infeksi primer dan sisanya infeksi rekuren
yang terdiri dari 1 herpes labialis rekuren dan 14 herpes intra oral
rekuren.
Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara
signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan
kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi
HSV-2 adalah 5% pada populasi wanita secara umum di inggris,
tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia
antara 60-69 tahun di USA. Kelompok yang mengalami
peningkatan tertinggi ialah remaja (peningkatan insidens 2 kali
lipat).
Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun
1960-an dan 1990- an. Di Inggris laporan pasien dengan herpes
genital pada klinik PMS meningkat enam kali lipat antara tahun
1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang di lakukan oleh
pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes

4
genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di
tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien
yang berkunjung. Disamping itu lebih banyaknya golongan
wanita di bandingkan pria disebabkan oleh anatomi alat genital
(permukaan mukosa lebih luas pada wanita). Seringnya rekurensi
pada pria dan lebih ringan gejalanya pada pria. Walaupun
demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari
akan penyakitnya.
Studi pada tahun 1960 menunjukan bahwa HSV-1 lebih
sering berhubungan dengan kelainan oral dan HSV-2
berhubungan dengan kelainan genital. Atau dikatakan HSV-1
menyebabkan kelainan di atas pinggang dan HSV-2
menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan
juga jumah signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-1.
HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga
karena meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang
didapatkan kelainan oral karena HSV-2 tanpa infeksi genital. Di
Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan
tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes Genitalis merupakan PMS
dengan gejala ulkus genital yang paling sering di jumpai.
Tabel 2.1. Angka kejadian global prevalensi infeksi Herpes
Simplex, pada tahun 2003.
Prevalensi Global dalam jutaan (Presentase per populasi)

Um Wanita Pria Keduan


ur ya
15- 25.8 14.6 (4.8) 40.4
19 (9.0) (6.9)
20- 39.4 24.1 (8.8 63.5
24 (15.1) ) (11.9)
25- 46.5 30.5 77.1
29 (19.0) (12.0) (15.4)

5
30- 51.5 36.1 87.6
34 (21.4) (14.6) (18.0)
35- 52.9 38.8 91.8
39 (23.8) (17.1) (20.3)
40- 50.8 38.8 89.6
44 (25.9) (13.4) (22.6)
45- 47.9 37.8 85.6
49 (27.7) (21.5) (24.6)
Tota 314.8 220.7 535.5
l (19.4) (13.1) (16.2)

2.1.3 Etiologi
Herpes Genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus
hominis (HVH), yang merupakan anggota dari famili
herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV adalah:
1. Herpes Simplex Virus tipe I : pada umumnya menyebabkan
lesi atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan
leher.
2. Herpes Simplex Virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi
pada genital dan sekitarnya (bokong, anal dan paha).
Herpes Simplex Virus tergolong dalam famili herpes virus,
selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah
Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang menyebabkan
herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes
genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup
kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan sama. Pada
umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara
utama melalui vaginal atau anak seks. Beberapa tahun ini,
HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital.
HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold
sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan
dari vaginal atau anal seks.

6
Gambar Gambar Infeksi HSV Tipe I (Cold Sore).

Sumber : McGraw-Hill, 2006


2.1.4 Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara
virus dengan mukosa atau setiap kerusakan dikulit. Virus herpes
simpleks tidak dapat hidup diluar lingkungan yang lembab dan
penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil
kemungkinan terjadi. Virus herpes simpleks memiliki
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung
dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi
sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak , menghancurkan
sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk
menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer , virus
menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun selular dan humoral yang
menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi
aktif. setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus
masuk kedalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang
terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi
didalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.

7
Patofisiologi herpes zozter. Herpes zoster adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus varicella zoster (VZV). Virus DNA
ini adalah virus yang menyebabkan penyakit cacar air
(chickenpox) yang merupakan infeksi awal sebelum seseorang
mengalami herpes zoster. Jadi herpes zoster hanya dapat muncul
pada seseorang yang telah mengalami cacar air sebelumnya.
Setelah episode cacar air telah sembuh, varicella zoster akan
bersifat laten didalam badan sel saraf kemudian varicella
menyebar secara sintripetal kesensori fiber dan sensori ganglia.
Virus tersebut dorman dan tanpa menimbulkan gejala
(Fitzpatrick, 2012).
Virus dapat menyebar dari satu atau lebih ganglion
mengikuti dermatum saraf (daerah pada kulit yang disarafi oleh
satu spinal nerve )yang meenimbulkan tanda dan gejala pada kulit
berupa cluspre atau gerombolan bencolan yang kecil yang
kemudian menjadi blister. Blister tersebut akan terisi cairan limfa
dan kemudian pecah lalu menjadi krustal dan menghilang
(Fitzpatrick, 2012).
Postherpatic neuralgia terkadang terjadi dikarnakan
kerusakan pada saraf system imum akan mengeliminasi sebagian
besar virus sehinga seseorang dapat dikatakan sebuh. Meskipun
tanda dan gejala tidak ada, namun virus bersifat laten pada
gaglion saraf (ganglion dorsal root maupun ganglion gasseri)
pada dasar tengkorak. Apa bila system imun menurun virus akan
mengalami multipikasi dan meyebar sepanjang ganglion
menyebabkan nekrosis dineoron yang ditandai oleh nulagia (
Fitzpatrick,2012).

8
1. Phatway

9
10
2.1.5 patogenesis
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili
herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai ganda lipid-
enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia.
Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai
hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa
herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan
secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel inang.
Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali
melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada
sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron,
dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi
HSV sering kali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien
yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus
menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak
langsung dengan saliva yang terinfeksi. Seseorang terpajan HSV-
1 pada umumnya sebelum pubertas. Kulit dan mukosa merupakan
pintu masuk sekaligus tempat multplikasi virus, yang
menyebabkan sel lisis dan terbentuknya vesikel.
HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk
ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA
hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan
pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi
spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada
daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional
dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1
menimbulkan infeksi laten di ganglion syaraf trigeminal,
sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten
diganglia dorsalis sakralis. Bila pada suatu waktu ada faktor
pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi

11
kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam
tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang
timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau
koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan
pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus
tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir
selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital
maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa
gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap
penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak
virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit
yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis dan dermis
menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
2.1.6 Manifestasi klinis
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah
asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode
berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara
3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik
berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di
lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang
juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih
berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Manifestasi klinis stomatitis herpetika primer berbeda dari
bentuk rekurennya. Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi
pada beberapa keadaan menimbulkan manifestasi berat di daerah
oral dan disebut gingivostomatitits herpetika primer. Manifestasi
bentuk rekuren dapat terjadi di ekstra oral (herpes labialis) atau
intra oral (herpes intra oral).
Keparahan dan kekerapan manifestasi klinis serta rekurensi
herpes genital dipengaruhi oleh faktor virus dan pejamu, misalnya
tipe virus, imunitas sebelumnya, jenis kelamin, dan status imun

12
pejamu. Pengaruh faktor pejamu lainnya terhadap kemudahan
tertular infeksi ataupun ekspresi penyakit, termasuk umur, ras,
tempat inokulasi, latar belakang genetic masih belum jelas.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar
vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari
herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat
muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes disebut
juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang
terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu.
Adapun gejalanya sebagai berikut:
1. Nyeri dan disuria
2. Uretral dan vaginal discharge
3. Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
4. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
5. Nyeri pada rectum, tenesmus

Tanda-tanda :
1. Eritem, vesikel, pustule, ulserasi multiple, erosi, lesi dengan
krusta pada tingkat infeksi
2. Limfadenopati inguinal
3. Faringitis
4. Servisitis
Macan-macam herpese genital:
1. Herpes Genital Primer
Infeksi primer biasanya terjadi dalam waktu 2-21 hari setelah
hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi
lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya
setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat
didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah
diagnosis sebagai influenza dan juga di tandai dengan gejala
sistemik dan lokal yang lama. Demam, nyeri kepala, malaise,
dan mialgia. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem
dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi

13
superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans
penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang
terlihat.
2. Herpes genetalia recuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada
suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani
reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi
rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi
spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak
seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma,
koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan,
kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa
kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar
orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks
beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di
tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan
bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan
dapat timbul luka ditempat terjadinya outbreaks.
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis :
gejaia klinis herpes progenital dapat ringan sampai berat
tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu.
Stadium penyakit meliputi: Infeksi primer stadium laten
replikasi virus stadium rekuren.
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada
tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer
dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya
kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang
biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda
sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1. Infeksi oro-fasial
2. Infeksi genital

14
3. Infeksi kulit lainnya
4. Infeksi ocular
5. Kelainan neurologis
6. Penurunan imunitas

7. Herpes neonatal
2.1.7 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes
Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan
terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas
pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan
laboratorium yang lain adalah sebagai berikut termasuk chancroid
dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui
mikroskop elektron atau kultur jaringan.
Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis
anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan
infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada
kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester
pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada
trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi
kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes
genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan
gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise,
dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70%
dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan
infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi
infeksi rekuren terlokalisir pada genital.
Tabel 2.2. Penggunaan berbagai teknik diagnosis pada infeksi
virus herpes.
Teknik HSV VZV CMV EBV HHV6 HHV
1&2 &7 8
Serodiagnosti + + ++ +++ + +
k +

15
Kultur +++ + ++ ± ± ±
+
Deteksi +++ +++ +++ + ± ±
antigen
Deteksi asam ++ + ++ ++ +++ +++
nukleat +
Sumber: Marechal V. dkk 1999

Dalam banyak kasus hasil serologi herpes tidak memberikan nilai


yang berarti. Antibodi spesifik HSV pada periode simptomatik
infeksi primer belum di produksi, sehingga teknik serologi tidak
dapat digunakan untuk penentuan terapi pada kasus darurat.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan prevalensi
pada populasi dan mendeteksi kasus asimptomatik. Selain itu
pemeriksaan serologi juga dipakai untuk mengevaluasi status
imun kelompok tertentu, kepastian status wanita hamil, dan
pernapisan antara infeksi primer dan rekuren.
Hasil serokonversi memberikan nilai yang besar untuk
diagnostik, tetapi perlu waktu. Pengukuran afinitas yang lemah IgG
dan adanya IgM dalam serum merupakan petunjuk infeksi primer
baru.
Pemeriksaan serologic untuk HSV-2 dapat menjadi
komponen penting untuk progam pencegahan herpes genitalis,
tetapi rekomendasi untuk pemeriksaan dan skrining dapat
bervariasi terhadap populasi yang berbeda.
2.1.8 Komplikasi
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah
kesehatan yang serius pada orang dewasa. Sering dijumpai
komplikasi pada susunan syaraf pusat (SSP) dan superinfeksi
jamur. Kompliasi pada SSP berupa meningitis aseptik, disfungsi
sistem syaraf otonom. Pada pria bias terjadi impotensia. Pada
sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik,

16
bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung
parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang
normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes
okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun
terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat
menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi
bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau
mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada
kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian
serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi
fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada
janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh
dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada
mata.
2.1.9 Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi
herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan,
seperti :
1. Menjaga kebersihan lokal
2. Menghindari trauma atau faktor pencetus
3. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks
secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl
sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini
memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan
mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga
terjadi.

Pengobatan herpes genitalis bertujuan untuk mencegah infeksi


(terapi profilaksis), memperpendek masa sakit termasuk
kekerapan komplikasi infeksi primer, mencegah terjadinya
latensi dan rekurensi klinis setelah episode pertama, mencegah
rekurensi pada merka yang asimtomatik, mengurangi transmisi

17
penyakit dan eradikasi infeksi laten.

Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan


kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk
menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya
outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes
pada pasangan seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes
genital adalah:
1. Asiklovir
2. Valasiklovir
3. Famsiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg
BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama
10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol)
dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta
mempercepat penyembuhan
a. Asiklovir
Atau yang dikenal juga dengan nama asikloguanosin, adalah
obat antiviral yang digunakan secara luas untuk pengobatan
herpes simplex, Mekanisme kerja asiklovir didasarkan atas
penghambatan enzim DNA polimerase virus. Asiklovir
segera diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh
enzim timidin kinase virus, kemudian diubah lagi menjadi
asiklo-guanosin trifosfat (asiklo-GTP). Asiklo-GTP
bergabung dengan DNA virus yang akan mengakibatkan
terhentinya aktifitas enzim DNA polimerase.
b. Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara
cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh
enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir
sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg
valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang
sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg

18
telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10
hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
c. Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang
efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama
dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidinkinase
virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering
terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh
intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10
jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali
sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan
cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan
baik.
Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus
dengan cara sectio caesaria bila pada saat melahirkan
diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya
dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam
setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil
tidak dianjurkan.
2.1.10 Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah
HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi
penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup
kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi
surfaktannonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara
invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral
genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital
yaitu:
1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan
herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi
penularan.

19
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau
asimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi
dan follow up dengan tepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu
yang terinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat
berperan dalam pencegahan.

2.1.11 kerangka konsep

Penyakit menular
seksual

Golongan virus

Herpes simplek
virus

Herpes simplex virus tipe Herpes simplex virus tipe 2


1

Factor-faktor:
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Pendidikan
5. Status
pernikahan

20
2.2 Konsep AsuhanKeperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. IdentitasKlien
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur;
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Jenis
kelamin; dapat terjadi pada pria danwanita.
b. KeluhanUtama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke
tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada fase-
fase awal.
c. Riwayat PenyakitSekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada
area kulit yang mengalami peradangan berat dan
vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
d. Riwayat KesehatanLalu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang
sama sebelumnya

e. Riwayat KesehatanKeluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota
keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
f. RiwayatPsikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya
berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh
orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri,
harga diri, penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu
bagiantubuh.

21
2) Menarik diri dari kontak social.
3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada Klien dengan Varicella, herpes simplek,
herpeszoster Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi
timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien. pada kondisi
awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.
Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel
berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula
timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia
pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis,
batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita,
daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor,
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat
jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi
kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe
regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon
individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui
respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan
peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai
menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri
dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa.
Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.

22
3. Analisa data

SYPTOM ETIOLOGI PROBLEM

DS:- invasi virus varisella Gangguan integritas


zoster kulit/jaringan
DO:
susunan saraf tepi
1. Kerusakan jaringan
dan atau lapisan menyerang
kulit gangglion anterior

2. Nyeri masuk melalui lairan


darah
3. Berdarah
menetap digangglion
4. Kemerahan
sensori
5. Hematoma
Reaktivasi virus
1.
varisella zoster

Kelainan/ lesi kulit


pada daerah
gangglion

Herpes zoster

Merangsang
pelepasan mediator
kimiawi

Pelepasan zat
pirogen ednogen

Merangsang
peningaktan titik
patokan suhu tubuh

Gejala sistemik

Demam

23
Hipertermia

DS:- Herpes simplek virus Hipertermia

DO: Kontak langsung ke


dalam mukosa
1. Suhu tubuh diats
nilai normal HSV-2 (penularan
2. Kulit merah secara seksual)
3. Kejang
Infeksi primer 2
4. Takikardia
sampai 20 hari
5. Takipnea
Kesi berbentuk
6. Kulit terasa hangat
macula/papula

Pustula

Pecah menjadi ulkus

Respon sistemik
tubuh

hipertermi

DS: Herpes simplek virus Nyeri akut

1. Mengeluh nyeri Kontak langsung ke


dalam mukosa
DO:
HSV-2 (penularan
1. Tanpak meringis
secara seksual)
2. Bersikap protektif
(mis: waspada, Infeksi primer 2
posisi menghindari sampai 20 hari
nyeri)
Kesi berbentuk
3. Gelisah frekuensi
macula/papula
nadi meningkat
Pustula
4. Sulit tidur

24
5. Nafsu makan
Pecah menjadi ulkus
berubah
Genetalia
6. Proses berfikir
terganggu Pria (glens, penis,
7. Menarik diri batang penis dan
lain-lain)
Berfokus pada diri sendiri.
Nyeri akut

DS: Herpes simplek virus Gangguan citra


tubuh
1. Mengungkapkan Kontak langsung ke
kecatatan atau dalam mukosa
kehilangan bagian
HSV-2 (penularan
tubuh
secara seksual)
2. Tidak mau
Infeksi primer 2
mengungkapkan
sampai 20 hari
kecacatan atau
Kesi berbentuk
kehilangan bagian
macula/papula
tubuh
Pustula
3. Mengungkapkan
perasaan negatif Pecah menjadi ulkus
tentang perubahan
Genetalia
tubuh
Wanita (vulva,
4. Mengungkapkan
klitoris, serviks dan
kekhawatiran pada
anus)
penolakan atau
Struktur kulit
reaksi orang lain
berubah
5. Mengungkapkan
Gangguan citra
perubahan gaya
tubuh
hidup

DO:

25
1. Kehilangan bagian
tubuh

2. Fungsi atau struktur


bagaian tubuh
berubaha atau
menghilang

3. Menyembunyikan
atau menunjukkan
bagian tubuh secara
berlebihan

4. Menghindari melihat
dan atau menyentuh
bagian tubuh

5. Fokus berlebihan
pada perubahan
bagian tubuh

6. Respon non verbal


pada perubahan dan
persepsi tubuh

7. Fokus pada
penampilan dan
kekuatan masalalu

8. Hubungan sosial
berubah

DS: Herpes simplek virus Resiko infeksi

DO: Kontak langsung ke


dalam mukosa

HSV-2 (penularan
secara seksual)

26
Infeksi primer 2
sampai 20 hari

Kesi berbentuk
macula/papula

Pustula

Pecah menjadi ulkus

Genetalia

Wanita (vulva,
klitoris, serviks dan
anus)

Wanita hamil

Jalan lahir bayi

Resiko infeksi

DS: Herpes simplek virus Ansietas

1. Merasa bingung Kontak langsung ke


2. Merasa khawatir dalam mukosa
dengan akibat dari
HSV-2 (penularan
kondisi yang
secara seksual)
dihadapi
Infeksi primer 2
3. Sulit
sampai 20 hari
berkonsentrasi
4. Merasa tidak Kesi berbentuk
berdaya macula/papula

DO: Pustula

1. Tamapak gelisah Pecah menjadi ulkus

2. Tampak tegang Genetalia

3. Sulit tidur Pria (glens, penis,

27
batang penis dan
4. Frekuensi nafas
lain-lain)
meningkat
Gangguan pada pola
5. Frekuensi nadi
seks
meningkat
Ansietas
6. Muka tampak
pucat

4. Diagnosa

1) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan


inflamsi jaringan

2) Hipertermia berhubugan dengan respon sistemik tubuh


terhadap infeksi

3) Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit


4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur kulit berubah akibat penyakit herpes simpleks
5) Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan melalui
kontak langsung dengan jalan lahir bayi

6) Ansietas berhubungan dengan gangguan pola seks akibat


penyakit herpes simpleks

5. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


1. Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan integritas
integritas tindakan 1x24 jam di kulit
kulit/jaringan harapkan integritas 1. Identifikasi penyebab
kulit membaik. gangguan integritas
Dengan kreteria hasil: kulit (mis. Perubahan
1. Nyeri menurun sirkulasi, perubahan
2. Perdarahan status nutrisi,

28
menurun penurunan
3. Kemerahan kelembabapan, suhu
menurun lingkungan ekstrim,
4. Hematoma penurunan mobilitas)
menurun 2. Ubah posisi tiap 2
jam jika tirah baring
3. Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
4. Gunakan produk
berbahan ringan atau
alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
5. Anjurkan minum air
yang cukup
Perawatan luka
1. Monitor karakteristik
luka (mis. Draenase,
warna, ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda
infeksi
3. Berikan salep yang
sesuai kekulit atau
lesi jika perlu
4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan Termoregulais
berhubugan tindakan 1x24 jam 1. Ajarkan kompres air
dengan penyakit diharapkan suhu hanagat jika demam

29
menurun. Dengan 2. Ajarkan cara
kreteria hasil: pengukuran suhu
1. Kulit merah 3. Anjurkan penggunaan
membaik pakaian yang
2. Kejang membaik menyerap
3. Pucat membaik keringatanjurkan
4. Takikardi pemberian antipiretik,
membaik sesuai indikasi
5. Takipnea 4. Anjurkan banayak
membaik minum
6. Tekanan darah 5. Anjurkan penggunaan
membaik pakaian yang longgar
3. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
menurun. Dengan frekuensi, kualitas,
kreteria hasil: intensitas nyeri
1. Melaporakan 2. Identifikasi skala
nyeri terkontrol nyeri
meningkat 3. Identifikasi respon
2. Kemampuan nyeri non verbal
menegenali omset 4. Identifikasi faktor
nyeri meningkat yang memperberat
3. Kemampuan dan memperingan
menegenali nyeri nyeri
meningkat 5. Identifikasi pengaruh
4. Kemampuan budaya terhadap
menggunakan respon nyeri
tehnik non 6. Berikan tehnik non
farmakologi farmakoligi untuk
meningkat mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS,

30
hiponesis, akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi
bermain)
7. Fasilitasi istirahat dan
tidur
8. Jelaskan penyebab,
priode, dan pemicu
nyeri
9. Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa
nyeri
10. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
4. Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi citra tubuh
tubuh tindakan 1x24 jam 1. identifikasi harapan
diharapkan gangguan citra tubuh
citra tubuh membaik. berdasarkan tahap
Dengan kreteria hasil: perkembangan
1. verbalalisasi 2. identifikasi budaya,
kecacatan bagian agama, jenis kelamin,
tubuh meningkat dan umur terkait citra
2. verbalisasi tubuh
perasaan negatif 3. idetifikasi perubahan
tentang perubahan citra tubuh yang
tubuh meningkat mengakibatkan isolasi
3. verbalisasi sosial.

31
kekhawariran pada 4. Diskusikan perubahan
penolakan/ reaksi tubuh dan pungsinya
orang lain 5. diskusikan
meningkat penampilan fisik
4. verbalisasi terhadap harga diri
perubahan gaya 6. diskusikan cara
hidup meningkat mengembangan
harapan citra tubuh
7. jelaskan kepada
keluarga tentang
perwatan perubahan
citra tubuh
8. anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
5. Resiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi tindakan 1x24 jam 1. Identifikasi status
diharapkan gangguan nutrisi
nutrisi terpenuhi. 2. Identifikasi makanan
Dengan kreteria hasil: yang disukasi
1. Porsi makan yang 3. Identifikasi
dihabiskan kebutuhan kalori dan
membaik jenis nutrien
2. Verbalisasi 4. Monitor asupan
keingan untuk makanan
meningkatkan 5. Monitir berat badan
nutrisi membaik 6. Pasilitasi menentukan
3. Pengetahuan pedoman diet (misal
tentang standar piramida makanan)
asupan nutrisi 7. Beri makan tinggi
yang tepat kalori dan tinggi

32
membaik protein
4. Sikap terhadap 8. Berikan suplemen
makanan atau makanan bila perlu
minuman sesuai 9. Ajarkan diet yang
dengan tujuan diprogramkan
kesehatan 10. Kolaborasi dengan
membaik ahli gizi untuk
menentukan jumblah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan jika perlu
6. Resiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan integritas
tindakan 1x24 jam kulit
diharapkan gangguan 1. Identifikasi penyebab
resiko infeksi gangguan integritas
menurun. Dengan kulit (mis. Perubahan
kreteria hasil: sirkulasi, perubahan
1. Demam menurun status nutrisi,
2. Kemerahan penurunan
menurun kelembabapan, suhu
3. Nyeri menurun lingkungan ekstrim,
4. Bengkak menurun penurunan mobilitas)
2. Ubah posisi tiap 2
jam jika tirah baring
3. Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
4. Gunakan produk
berbahan ringan atau
alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif

33
5. Anjurkan minum air
yang cukup
7. Ansietas Setelah dilakukan Termoregulais
tindakan 1x24 jam 1. Ajarkan kompres air
diharapkan gangguan hanagat jika demam
ansietas membaik. 2. Ajarkan cara
Dengan kreteria hasil: pengukuran suhu
1. Verbalisasi 3. Anjurkan penggunaan
kebingungan pakaian yang
menurun menyerap
2. Verbalisasi keringatanjurkan
kekhwatiran pemberian antipiretik,
akibat kondiri sesuai indikasi
yang dihadapi 4. Anjurkan banayak
menurun minum
5. Anjurkan penggunaan
3. Prilaku gelisah
pakaian yang longgar
menurun

4. Prilaku tegang
menurun

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Herpes merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus anggota famili
hepertoviridae. Oleh karena itu apabila seseorang menderita penyakit
ini makan akan terlihat suatu ruam bintik-bintik merah nanah yang
berkelompok. Dan virus ini kebanyakan menyerang pada bagian kulit
dan selaput lendir. Namun walaupun begitu virus ini juga ada yang
khusus menyerang pada alat kelamin manusia dan juga pada membran
mukus yang terletak dimulut bibir.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
menguasai materi tentang herpes zoster simplek dan genetalia.
Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menjadi penambah refrensi
untuk mahasiswa.

35
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningati, L. K. (2015). Studi Retrospektif:Karakteristik Pasien
Herpes Zoster. Surabaya: https://e-
jurnal.unair.ac.id/BIKK/article/download/1575/1223.
Fatmuji, O. S. (2011). PREVALENSI PENDERITA HERPES
SIMPLEKS DI RSUD TANGGERANG PRIODE 1 JANUARI 2010 - 31
DESEMBER 2011. Jakarta:
https://scholar.google.co.id/scholar?star=10&q=artikel+herpes+zoster+simp
lek&hl=id&as_sdt=0,5.
S, P. V. (2002). Herpes Zoster Oftalmikus Sinitra Diseminata dengan
Infeksi Sekunder pada Anak. Jakarta:
https://www.researchgate.net/publication/312175607_Herpes_Zoster_Oftal
mikus_Sinistra_Diseminata_dengan_Infeksi_Sekubder_pada_Anak.
Saragih. (2014). Herpes Zoste rGeriatri. Lampung:
http://scholar.google.co.id.penyakit+herpes+zoster.

Anda mungkin juga menyukai