Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KMB III

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

OLEH :

KELOMPOK 2

1. MUTMAINNAH
2. NOVITA MARAMIS
3. TANIA HARTATI RAHMAN
4. YARISA MAULIDIA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan : Glaukoma “ ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
Makalah ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu elisa S. Kep., Ns. selaku dosen Keperawatan Medikal Bedah
yang memberikan motivasi, bimbingan, sertaarahan.
2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalahini.

3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalahini.

Menurut penulis makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat


”Tiada Gading Yang Tak Retak” oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Mataram 15 September 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................. 3

2.1 Definisi ....................................................................................... 3

2.2 Anatomi ....................................................................................... 4


2.3 Etiologi ........................................................................................ 5
2.4 Klasifikasi ................................................................................... 9
2.5 Patofisiologi dan Patway ............................................................ 9
2.6 Manifestasi Klinis ....................................................................... 13
2.7 Komplikasi .................................................................................. 13
2.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 13
2.9 Penatalaksanaan .......................................................................... 16
2.10 Asuhan Keperawatan…………………………………………...17
BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 35

3.1 Kesimpulan ................................................................................. 35


3.2 Saran ............................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk
kehidupan manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra
penglihatan yang baik merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan.
Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang
sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja
termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat
peka.Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata,
sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma.Glaukoma adalah penyebab


kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta
penduduk dunia sampai tahun 2010 akan menderita gangguan penglihatan
karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan,
tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering


berkembang tanpa gejala yang nyata.Penderita glaukoma sering tidak
menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi kerusakan
penglihatan yang sudah lanjut.Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak
menyadari mereka menderita penyakit tersebut.Karena kerusakan yang
disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa
dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin.

Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang menderita


glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguan
penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak
5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada
pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer,2001).

1
1.1 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dari glaukoma ?
b. Apa anatomi dari glaukoma ?
c. Apa penyebab dari glaukoma ?
d. Apa patofisiologi dan patway dari glaukoma?
e. Sebutkan manifestasi klinis dari glaukoma?
f. Sebutkan klasifikasi dari glaukoma ?
g. Sebutkan komplikasi dari glaukoma :
h. Sebutkan pemeriksaan penunjang dari glaukoma?
i. Sebutkan penatalaksanaan dari glaukoma?
j. Sebutkan asuhan keperawatan dari glaukoma?
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahuai defenisi dari glaukoma
b. Untuk mengetahui anatomi dari glaukoma
c. Untuk mengetahui penyebab dari glaukoma
d. Untuk mengetahui patofisiologi dan patway dari glaukoma
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari glaukoma
f. Untuk mengetahui klasifikasi dari glaukoma
g. Untuk mengetahui komplikasi dari glaukoma
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari glaukoma
i. Untuk mengetahui penatalasanaan dari glaukoma
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari glaukoma

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

( Gambar 2.1 Glaukoma. Tamsuri A, 2010 )


Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan
saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas,2004).
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma.Glaukoma adalah sekelompok gangguan gangguan
yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai
dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah
akibatnya.(Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya


peningkatan tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik
serta defak lapang pandang yang khas. (Tamsuri A, 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala


peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan
penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi

3
syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola


mata meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan
menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)

Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo JokoWaluyo(2009),bahw


Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejalapeningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimanadapatmengakibatkanpenggaungan atau
pencekungan papil syaraf optik sehinggaterjadiatropisyaraf optik,
penyempitan lapang pandang dan penurunantajampengelihatan.Glaukoma
berasal dari kata Yunani “glaukos” yangberartihijaukebirauan, yang
memberikan kesan warna tersebut padapupilpenderitaglaukoma.Kelainan
mata glaukoma ditandai denganmeningkatnyatekananbola mata, atrofi saraf
optikus, dan menciutnya lapangpandang.Glaukomaadalah suatu penyakit
dimana tekanan di dalam bolamatameningkat,sehingga terjadi kerusakan pada
saraf optikus dan menyebabkanpenurunan fungsi penglihatan (Mayenru
Dwindra, 2009).
2.2 Anatomi fisiologi
Mata adalah organ penglihatan yang sangat penting bagi manusia.Tanpa
mata manusia tidak dapat melihat kehidupan. Adapun anatomi dan fisiologi
mata adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Anatomi Mata

4
a. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya


sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan
ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus lateralis. Kornea adalah selaput bening mata yang tembus
cahaya. Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam,
avaskularitas dan deturgensinya. Tebal kornea rata-rata orang dewasa
adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian tengah.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat


masuknya cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi
kornea adalah pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air
mata.Kornea superfisial juga mendapatkan sebagian besar oksigen dari
atmosfer.Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu : epitel, membran
Bowman, stroma, membran Descement dan endotel.

b. Sklera

Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata.Sklera terdiri atas kolagen.
Sklera mempunyai kekakuan tertentu dan tebal 1 mm. Permukaan luar
sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang elastis dan halus,
yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah sedangkan
pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna
coklat, yaitu lamina fuska, yang membatasi sklera dengan koroid. Secara
histologis sklera terdiri atas banyak pita padat yang sejajar dan berkas-
berkas jaringan kolagen teranyam.Sklera sangat mirip dengan kornea.

c. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3
bagian, yaitu:
1. Iris, mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang
berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai
kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke

5
dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan dan
melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya yang
terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap.
2. Badan siliar, terdiri dari dua bagian, yaitu : korona siliar yang
berkerut kerut dengan tebal 2 mm atau pars plicata dan pars plana
yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm. Badan siliar
merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem ekskresi
di belakang limbus. Radang badan siliar akan menyebabkan
melebarnya pembuluh darah di daerah limbus yang akan
mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran khas
peradangan intraokular.
3. Koroid, berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang
sangat besar, yang berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina
bagian terluar yang terletak di bawahnya.
d. Lensa
Lensa merupakan elemen refraktif terpenting kedua pada
mata.Lensa adalah struktur yang bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna. Lensa terletak dibelakang iris yang terdiri
dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal
dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (terfokusnya objek dekat
pada retina) dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa disangga oleh
zonula zinii yang berjalan diantara korpus siliaris dan kapsul lensa.
e. Badan Kaca
f. Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dan retina. Badan kaca tediri dari 99% air dan 1% terdiri
dari 2 komponen, yaitu: kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca
adalah mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan meneruskan sinar
dari lensa ke retina
g. Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding
bola mata.Retina membentang ke anterior hampir sejauh corpus siliar

6
dan berakhir pada ora serata dengan tepi yang tidak rata. Retina atau
selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu
: lapisan koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian luar retina,
sedangkan 1/3 bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang
arteri retina sentral.

Anatomi Dan Fisiologi Sudut Bilik Mata Depan Dan Aquos Humor

a. Sudut Bilik Mata Depan


Sudut bilik mata depan terletak padapertautan antara kornea dan
pangkal iris. Ciri-ciri anatomis utama sudut ini adalah garis Schwable,
anyaman trabekular (yang terketak di atas kanalis Schlem) dan taji sklera
(scleral spur).Garis Schwable menandai berakhirnya endotel
kornea.Anyaman trabekula berbentuk segitiga pada potongan melintang,
dengan dasar yang mengarah ke corpus siliar. Anyaman ini tersusun atas
lembar-lembar berlubang jaringan kolagen dan elastik yang membentuk
suatu filter dengan pori yang semakin mengecil ketika mendekati kanalis
Schlem.6

Jalinan trabekular terdiri atas 3 bagian, yaitu :


1. Jalinan Uveal (Uveal Meshwork). Jalinan ini menghadap ke bilik
mata depan.
2. Jalinan Korneosklera (Corneoskleral Meshwork). Jalinan ini
berada di bagian luar yang berada di dekat kanalis Schlem.
3. Jalinan Endotelial (Juxtacanalicular atau Endotelial Meshwork).
Ketiga bagian ini bagian ini terlibat dalam proses outflow aquos
humor.

b. Aquos Humor
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aquos
humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya air mata. Aquos humor
adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang.
Volumenya adalah sekitar 250 µL dan kecepatan pembentukannya adalah

7
25µL/menit.Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan
plasma. Komposisi aquos humor sama dengan plasma, kecuali bahwa
cairan itu memiliki konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat yang lebih
tinggi, protein uvea dan glukosa yang lebih rendah. Aquos humor
diproduksi oleh corpus siliar. Setelah masuk ke bilik mata depan, aquos
humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman
trabekular di sudut bilik mata depan. Selama itu terjadi pertukaran
diferensial komponen-komponen aquos dengan darah di iris. Peradangan
atau trauma intraokular menyebabkan peningkatan kadar protein. Hal ini
disebut plasmoid aquous dan sangat mirip dengan serum darah.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam anyaman
trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman tersebut sehingga
kecepatan drainase aquos humor juga meningkat. Aliran aquos humor ke
dalam Kanalis Schlem bergantung pada pembentukan saluran transelular
siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Sclem menyalurkan
cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aquos humor keluar dari mata
antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem vena
corpus siliar, koroid dan sklera.

Gambar 2.3 Struktur segmen anterior (tanda panah menunjukkan arah aliran
aquos humor)

8
2.3 Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)

a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badancilliary.

b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau


dicelahpupil

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)

a. Umur
Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2 % daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma.
Angka ini akan bertambah dengan bertambahnyausia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkenaglaucoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita
glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena
glaukoma.Resiko terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan
orang tua dan anak-anak.
c. Tekanan bolamata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena
glaukoma.Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang
lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.Untuk mengukur
tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada
dokter spesialis mata.
d. Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata
yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat
inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan
pemakai obat secara rutin lainnya.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003)
a. Glaukoma primer
1. Glaukoma sudutterbuka

9
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) ,
yangmeliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang secara lambat.Disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular.Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif
jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan.Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
2. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel
ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir
ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior
atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari
penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa
nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal.
Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera
ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
b. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah
dan trauma dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup
tergantung pada penyebab:
1) Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada
katarak
2) Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari
jaringan uvea
3) Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

c. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau
segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran

10
pembuangan cairan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik.
Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan
perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik
biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

d. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering
mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris,
keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya
glaukomahemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar
beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan
pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
2.5 Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor
aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar
humor aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada
keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan
intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer Schiotz (aplasti).Jika terjadi peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan
terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.
Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila

11
terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan
degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas


serabut saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf


optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada
bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada
bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih


belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan


serabut saraf optik.(Tamsuri M, 2010 ).

12
2.6 Manifestasi klinis
a. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
b. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
c. Mual, muntah, berkeringat.
d. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
e. Visus menurun.
f. Edema kornea.
g. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut
terbuka).
h. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
i. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 )

2.7 Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada
kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan
ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan
rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang
dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat.Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan
fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Glaukoma Akut
Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan,
parimetri genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata.


Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular
yaitu :

13
1) Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
2) Indentasi dengan tonometer schiotz
3) Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
4) Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling
tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk.
Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain.
Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata
sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup,
sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras
pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus
dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan
palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara
bergantian.Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :

1) N : normal
2) N+1 : agak tinggi
3) N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
4) N–1 : lebih rendah dari normal
5) N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

2. Glaukoma Kronik
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri
menunjukkan peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila berkisar
antara 21 – 25 mmHg dan dianggap patologik bila berada diatas 25
mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan
dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat
perdarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma
sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang
pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian meluas ke
tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum,
yang meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini
lapang pandang ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma
Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002).

14
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan
sudut bola mata dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang
pandangan mata dengan alat perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg
Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau
meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat
menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang
diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus
dan teratur.
6. Pemasangan keran Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan
memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini
berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS)
asal Timur Tengah yang pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10
tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA),
yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata
dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka
klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar,
sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan
tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
7. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata
depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan.

8. Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan
keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma
yang kronik.Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik
dan lebarnya ekskavasi.Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat
dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

15
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka
sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan
suportif (mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang),
mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata
yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan


hiperosmotik seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20%
intravena.Humor aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase
seperti acetazolamide (Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop),
methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan
dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti latanoprost
(Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil


dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam.
Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam
penggunaan.Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tanda-
tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan


memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau
kostikosteroid untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka


saluran schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar
dengan mudah.Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi
dan laser trabekuloplasti.Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan
siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan


kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit
glaukoma merupakan penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak
permanen.Kegagalan dalam pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan

16
adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan
kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang


penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir
pengobatan itu.Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa
pengobatan bukan untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya
mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.

2.10 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl
MRS, diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri
hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan
bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai
terjadi nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata
merah dan bengkak.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan
apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis
vertikal atau horisontal memiliki penyakit yang serupa.

17
4. Pengkajian pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang
penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan
juga adanya perubahan dalam pemeliharaan kesehatan.
2) Pola nutrisi dan metabolic
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami
perubahan.Pada pola nutrisi dan metabolismenya.Walaupun begitu
perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa banyak / dalam porsi,
jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
3) Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan
tetapi tetap dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur
karena nyeri / sakit hebat menjalar sampai kepala.
5) Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan
klien mengalami penurunan.
6) Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas
terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan
konsep diri.
7) Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi
penglihatan dan pada kongnitif tidak mengalami gangguan.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar
sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan.Peningkatan air mata.

18
8) Pola hubungan dan peran
Bagaimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena
penyakit yang dideritanya.
9) Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
10) Pola koping stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi
penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta
pemeriksaan TTV.
2) Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada
kepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
3) Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit
4) Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
5) Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
6) Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
7) Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
8) Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem
endokrin.

19
9) Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
10) Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena
terbatasnya lapang pandang.
b. Analisa Data
No. Symptom Etiologi Problem
1. DS: Usis >40 tahun, Nyeri Akut
1. Melaporkan (nyeri)
Korikostiroid
dengan isyarat (mis,
jangka panjang,
menggunakan skala
myopia, trauma
nyeri)
mata

DO:
Obstruksi
1. Respon otonom
jaringan
(mis, diaforesis,
Trabekuler
perubahan tekanan
darah, pernafasan,
atau denyut jantung,
Hambatan
dilatasi pupil)
pengaliran
2. Prilaku dristaksi
cairan humor
(mis, mondar-
aceueous
mandir, mencari
orang atau aktitas
TIO meningkat
lain, aktifitas
berulang)
Nyeri Akut
3. Prilaku ekspresif
(mis, gelisah,
merintih, menangis,
kewaspadaan
berlebihan, peka
terhadap
rangsangan, dan

20
menghela nafas
panjang).
4. Wajah topeng
5. Sikap melindungi
6. Fokus menyempit
(mis, gangguan
persepsi waktu,
gangguan proses
pikir, interaksi
dengan orang lain
atau lingkungan
menurun)
7. Bukti nyeri dapat
diamati
8. Posisi untuk
menghindari nyeri
9. Prilaku menjaga
atau sikap
melindungi
10. Gangguan tidur
(mata terlihat kuyu,
gerakan tidak teratur
atau tidak menentu.
2. Ds : pasien mengatkan Usis >40 tahun, Gangguan
penglihatan rabun Korikostiroid Persepsi
Do : jangka panjang, Sensori
1. Distorsi sensori myopia, trauma Pengelihatan
2. Respon tidak sesuai mata
3. Konsentrasi buruk
4. Disorientasi waktu, Obstruksi
tempat, orang atau jaringan
situasi. Trabekuler

21
Hambatan
pengaliran
cairan humor
aceueous

TIO meningkat

Gangguan saraf
optic

Perubahan
Pengelihatan
Perifer

Gangguan
Perubahan
Persepsi
Pengelihatan
3. Ds : Usis >40 tahun, Ansietas
Gejala dan tanda mayor Korikostiroid
1. Merasa bingung jangka panjang,
2. Meras khawatir myopia, trauma
dengan akibat dari mata
kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi Obstruksi
Gejala dan tanda minor jaringan
1. Mengeluh pusing Trabekuler
2. Anoreksia
3. Palpitasi Hambatan
Do : pengaliran
Gejala dan tanda mayor cairan humor

22
1. Tampak gelisah aceueous
2. Tampak tegang
Gejala dan tanda minor TIO meningkat
1. Frekuensi napas
meningkat Gangguan saraf
2. Frekuensi nadi optic
meningkat
3. Tekanan darah Perubahan
meningkat Pengelihatan
4. Tremor Perifer
5. Muka tampak pucat
6. Suara bergetar Ansietas
7. Kontak mata buruk

4. DS: Menyatakan secara Usis >40 tahun, Kurang


verbal adanya masalah Korikostiroid pengetahuan
DO: ketidakakuratan jangka panjang, mengenai
mengikuti instruksi, myopia, trauma tindakan
perilaku tidak sesuai mata prosedur
operasi
Peningkatan
Tekanan
Vitreneous

Pergerakan iris
ke depan

TIO meningkat

Glaukoma

23
Tindakan
operasi

Kurang
pengetahuan
mengenai
prosedur
tindakan
operasi

c. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan intraokuler (TIO)
b) Gangguan persepsi sensori pengelihatan b/d gangguan penerimaan
penerimaan sensori dari mata
c) Ansietas b/d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya
nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan
d) Kurang pengetahuan b/d kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d
kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi informasi.

d. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Pemberian
asuhan keperaawtan Analgesik:
selama 3×24 jam - Menggunakan agens
diharapkan nyeri farmakologis untuk
berkirang dengan mengurangi dan
indikatator: menghilangkan
Hasil NOC: nyeri
1. Kepuasan
2. Pemberian
klien:manajemen
Medikasi:
Nyeri: tingkat
- Mempersiapkan,

24
persepsi positif memberikan dan
tentang perawatan mengevaluasi
pasien untuk keefektifan obat
meredakan nyeri resep dan obat bebas
2. Tingkat 3. Manajemen Nyeri:
kenyamanan: tingkat - Meringkan atau
persepsi positif mengurangi nyeri
terhadap kemudahan sampai pada tingkat
fisik dan psikologis kenyamanan yang
3. Tingkat nyeri: dapat diterima oleh
keparahan nyeri pasien.
yang dapat diamati 4. Bantuan
atau dilaporkan Analgesik yang
dikendalikan oleh
Tujuan/Kriteria:
pasien (Patient-
1. Memperlihatakan Controlled
pengendalian nyeri, Analgesia PCA):
yang dibuktikan oleh - Memudahkan
indikator sebagai pengendalian
berikut; (sebutkan 1- pemberian dan
5: tidak pernah, pengeturan
jarang, kadang- analgesik oleh
kadang, sering atau pasien
selalu): 5. Manajen Sedatif:
- Mengenali awitan - Memberikan sedatif,
nyeri memantau respon
- Menggunakan pasien, dan
tindakan pencegahan memberikan
- Melaporkan nyeri dukunagn fisiologis
dapat dikendalikan yang dibutuhkan
2. Menentukan selama prosedur
tingakat nyeri, yang diagnostik atau

25
dibuktikan oleh terapeutik
indikator sebagai 6. Surveilans:
berikut (sebutkan 1- Mengumpulkan,
5: sangat berat, mengidentifikasi, dan
sedang, ringan, atau menyintesis data pasien
tidak ada): secara terarah dan
- Ekspresi nyeri pada kontinu untuk membuat
wajah keputusan klinis
- Gelisah atau
ketegangan otot
- Durasi episode nyeri
- Merintih dan
menangis
Gelisah
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Edukasi
Persepsi tindakan keperawatan 3 Perawatan Diri
Sensori x 24 jam diharapkan  Identifikasi
Pengelihatan gangguan persepsi pengetahuan
sensori dapat teratasi tentang
dengan Tujuan dan perawatan diri
Kriteria Hasil :  Identifikasi
1. Verbalisasi masalah dan
melihat hambatan
bayangan perawatan diri
meningkat yang dialami
2. Distorsi sensori  Identifikasi
meningkat metode
3. Kosentrasi dan pembelajaran
orientasi yang sesuai (
meningkat mis. Tanya
4. Ketajaman jawab,
pengelihatan penggunan atau

26
meningkat bantu audio
5. Identifikasi atau visual,
orang terdekat lisan , tulisan
meningkat  Sediakan
6. Pandangan kabur lingkungan
tidak ada yang kondusif
pembelajaran
oftimal ( mis.
Di ruang kelas
atau ruang
terapi yang
kosong )
 Ajarkan
perawatan diri,
praktik
perawatan diri,
dan aktivitas
kehidupan
sehari-hari
 Ajarkan
mendemonstras
ikan praktik
perawatan diri
sesuai
kemampuan.
2. Manajemen Stres
 Identifikasi
tingkat stress
 Pahami reaksi
marah terhadap
stressor
 Berikan

27
kesempatan
untuk
menenangkan
diri
 Hindari
makanan yang
mengandung
kafein, garam
dan lemak
 Anjurkan
menggunakan
tehnik
menurunkan
stress yang
sesuai untuk
diterapkan di
rumah sakit
maupun pada
situasi lainnya.
 Ajarkan tehnik
menurunkan
stress ( mis.
Latihan
pernafasan,
masase,
relaksasi
progresif,
imajinasi
terbimbing,
biofeedback,
terapi sentuhan,
terapi murattal,

28
terapi music,
terapi humor,
terapi tertawa,
mditasi.
3. Pencegahan Bunuh
Diri
 Identifikasi
gejala risiko
bunuh diri (
mis. Gangguan
mood,
halusinasi,
delusi, panik,
penyalahgunaan
zat, kesedihan,
gangguan
kepribadian )
 Pantau
lingkungan
bebas bahaya
secara rutin (
mis. Barang
pribadi, pisau
cukur, jendela )
 Pantau adanya
perubahan
mood atau
perilaku
 Libatkan
keluarga dalam
perencanaan
perawatan

29
 Lakukan
pendekatan
lansung dan
tidak
menghakimi
saat membahas
bunuh diri
 Anjurkan
mendiskusikan
perasaan yang
di alami kepada
orang lain
 Kaloborasi
pemberian obat
antiansietas,
atau
antipsikotik,
jika perlu
4. Tehnik
Menenangkan
 Identifikasi
masalah yang
dialami
 Ciptakan
ruangan yang
tenang dan
nyaman
 Anjurkan
berdoa,
berzikir,
membaca kitab
suci,ibadah

30
sesuai agama
yang dianut
 Anjurkan
mendengarkan
music yang
lembut atau
music yang
disuakai
3. Ansietas Setelah dilakukan 1. gunakan
tindakan keperawatan pendekatan yang
selama 3 x 24 jam menenangkan
diharapkan ansietas 2. Nyatakan dengan
berkurang atau hilang : jelas harapan
Kriteria Hasil : terhadappelaku
1. Klein mampu pasien
mengidentifikasi 3. Temani pasien
dan untuk memberikan
mengungkapkan keamanan dan
gejala cemas mengurangi takut
2. Mengidentifikasi, 4. Dorong keluarga
mengungkapkan untuk menemani
dan menunjukkan anak
tehknik untuk 5. Identifikasi tingkat
mengontrol cemas kecemasan
3. vital sign dalam 6. Dorong pasien
batas normal untuk
4. postur tubuh, mengungkapkan
ekspresi wajah, peasaan ketakutan
bahasa tubuh dn dan presepsi .
tingkat aktivitas 7. Intruksikan klien
menunjukkan untuk
berkurangnya menggunakan

31
kecemasan tehknik relaksasi
8. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan

4. Kurang NOC NIC :


Pengetahuan 1. Kowlwdge : disease
1. Kaji tingkat
process
pengetahuan pasien
2. Kowledge : health
dan keluarga
Behavior
2. Jelaskan
Setelah dilakukan
patofisiologi dari
tindakan keperawatan
penyakit dan
selama 3 x 24 pasien
bagaimana hal ini
menunjukkan
berhubungan dengan
pengetahuan tentang
anatomi dan
proses penyakit dengan
fisiologi, dengan
kriteria hasil:
cara yang tepat.
1. Pasien dan keluarga
3. Gambarkan tanda
menyatakan
dan gejala yang
pemahaman tentang
biasa muncul pada
penyakit, kondisi,
penyakit, dengan
prognosis dan
cara yang tepat
program pengobatan
4. Gambarkan proses
2. Pasien dan keluarga
penyakit, dengan
mampu
cara yang tepat
melaksanakan
5. Identifikasi
prosedur yang
kemungkinan
dijelaskan secara
penyebab, dengan
benar
cara yang tepat
3. Pasien dan keluarga
6. Sediakan informasi
mampu menjelaskan
pada pasien tentang
kembali apa yang
kondisi, dengan cara

32
dijelaskan yang tepat
perawat/tim 7. Sediakan bagi
kesehatan lainnya keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
8. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
10. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat

e. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan tersusun, selanjutnya
rencana tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan
tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang
dipercaya dibawah pengawasan orang yang masih seprofesi dengan
perawat. (Nursalam, 2001)

33
f. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi soapier meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-


tahap, namun evaluasi berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan
proses keperawatan (Alfaro-LeFevre, 1998). Tahap evaluasi merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam
keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan

34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata
tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang
mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta
Ilyas,2004).Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut
(Sidharta Ilyas, 2004) :

a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badancilliary.

b.Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik


mata atau dicelahpupil
3.2 Saran
a. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada
glaukomauntuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal
dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

b. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami


dan menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan glaukoma.

35
DAFTAR PUSTAKA
Anas Tamsuri. 2010.Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan
medical-bedah. Jakarta: EGC.
Nurachmah elly, dkk.2011.Dasar-dasar anatomi dan Fisiologi.Jakarta:
Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Nanda NIC
NOC.Yogyakarta: Media Action Publishing
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan
Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC
NOC.Yogyakarta: Media Action Publishing

36

Anda mungkin juga menyukai