Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

TUMOR DAN KEGANASAN PADA SISTEM INTEGUMEN


(KARSINOMA SEL BASAL DAN KARSINOMA SEL SKUAMOSA)

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1. NABIL TORIQ
2. MAHYUNI WULANDARI
3. MUTMAINNAH
4. NURUL AULIANA
5. REZA SEPTIANA HANDAYANI
6. PARLAN BAMBANG
7. SRI APRIYANTI
8. TANIA HARTATI RAHMAN
9. YOLANDA AULIA LESTARI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAATAN
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong


kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-
Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat
dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW.
Makalah dengan juduI “Tumor Dan Keganasan Pada Sistem Integumen
(Karsinoma Sel Basal Dan Karsinoma Sel Skuamosa)” ini kami susun untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
yang diberikan oleh Ibu Heny Marlina, Kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada Ibu selaku dosen mata kuliah, terimakasih kepada anggota kelompok 4,
serta pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon saran dan kritiknya. Terimaksih

Mataram, 10 Oktober 2019

Penulis

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 4
2.1 Konsep penyakit tumor pada sistem integumen...................... 4
2.1.1 Konsep penyakit karsinoma sel basal .............................. 4
1. Definisi .............................................................................. 4
2. Etiologi .............................................................................. 5
3. Patofisiologi ...................................................................... 7
4. Manifestasi Klinis ............................................................. 9
5. Kompikasi ......................................................................... 9
6. Pemeriksaan Diagnostik .................................................... 9
7. Penatalaksaan Medis ........................................................ 11
2.1.2 Konsep Penyakit Karsinoma sel skuamosa ..................... 14
1. Definisi ............................................................................. 14
2. Etiologi ............................................................................. 15
3. Patofisiologi ..................................................................... 16
4. Manifestasi Klinis ............................................................ 17
7. Penatalaksaan Medis ........................................................ 18
2.2 Asuhan Keperawatan ............................................................ 21
BAB III PENUTUP ............................................................................... 32
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 32
3.2 Saran ....................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan
jumlahnya terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan
beberapa penelitian, mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak
menderita jenis kanker kulit ini. Hal tersebut diprediksikan sebagai akibat
seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di Indonesia
penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3 negara
tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain
menyebabkan kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat
berakibat fatal bagi penderita.
Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan
mengadakan pemeriksaan biopsy, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat.
Oleh karena itu sebelumnya kanker kulit dapat dideteksi secara dini. Tetapi
kenyataannya masih banyak pasien datang berobat untuk kanker kulit berada
dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sulit diobati
atau dengan anak sebar. Hal ini sangat disayangkan oleh karena kalau
dideteksi sedini mungkin dapat segera dilakukan tindakan pengobatan, maka
hasilnya akan sangat memuaskan. Oleh Karena itu pengetahuan mengenai
tanda-tanda dini dari kanker kulit sangat penting, baik untuk pasien, maupun
untuk para praktisi dokter dan petugas kesehatan.
Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah
karsinomasel basal (basalioma), karsinomasel squamosa, yang tergolong non
melanoma dan melanoma maligna. Karsinomasel basal adalah paling umum.
Di Amerika, sekitar 800.000 orang menghidapi kanker ini setiap tahun. 75%
kanker kulit adalah kansersel basal. Karsinoma sel skuamos pula didapati apa
200.000 orang Amerika setiap tahun. Melanoma adalah yang paling jarang
dijumpai tetapi menyebabkan paling banyak kematian. Menurut WHO,
sebanyak 160.000 orang menghidapi melanoma setiap tahun dan sebanyak
48.000 kematian dilaporkan setiap tahun.

1
Kanker merupakan penyebab kematian yang ke enam di Indonesia,
sedangkan pada negara-negara maju merupakan penyebab kematian yang
kedua setelah penyakit-penyakit kardiovaskular. Kanker diderita oleh semua
golongan masyarakat. Golongan sosial yang ekonominya kurang umumnya
berobat pada stadium lanjut, sehingga sangat sukar untuk menyembuhkannya
walaupun dengan cara-cara pengobatan yang mutakhir seperti sekarang ini.
Khusus keganasan kulit memang sedikit disinggung di seminar Kanker
nasional pertama maupun yang kedua. Akan tetapi semua pihak mengakui
bahwa keganasan kulit merupakan 3 besar di antara keganasan payudara dan
leher rahim (serviks). Pada beberapa daerah seperti di Medan malah
menduduki tempat teratas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa?
2. Apa apa penyebab karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa?
3. Bagaimana perjalanan karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa?
4. Apa manifestasi klinis dari karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa?
5. Apa komplikasi dari penyakit karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari karsinoma sel basal dan
karsinoma sel skuamosa?
7. Bagaimana penatalaksaan karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep tumor jinak seperti
karsinoma sel basal dan karsinoma skuamosa serta bisa mengetahui cara
pembuatan askep.
2. Tujuan khusu
a. Untuk mengetahui pengertian karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa

2
b. Untuk mengetahui penyebab karsinoma sel basal dan karsinoma sel
skuamosa
c. Untuk mengetahui perjalanan penyakit karsinoma sel basal dan
karsinoma sel skuamosa
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari karsinoma sel basal dan
karsinoma sel skuamosa
e. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit karsinoma sel basal dan
karsinoma sel skuamosa
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari karsinoma sel basal
dan karsinoma sel skuamosa
g. Untuk mengetahui penatalaksaan karsinoma sel basal dan karsinoma
sel skuamosa
h. Serta mengetahui cara pembuatan asuhan keperawatan karsinoma sel
basal dan karsinoma sel skuamosa

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep penyakit tumor dan keganasan pada sistem integumen


2.1.1 Konsep karsinoma sel basalioma
1. Karsinoma Sel Basalioma

Karsinoma sel basal merupakan tumor kulit agresif local yang


lazim ditemukan, dan jarang bermetastasis. Biasanya terdapat pada
wajah dan daerah yang mengandung rambut sebagai papula
semitembus pandang, abu-abu seperti mutiara dengan telangiektasia.
Lesi ini dapat timbul sebagai plak, modulus hitam atau coklat atau
daerah berindurasi dengan ulserasi. (Of Surgery, 2012)
Karsinoma sel basal tak lazim pada telapak tangan dan lengan
bawah, yang merupakan daerah yang terpapar sinar matahari. Lesi ini
lazim pada palpebra dan kantus medialis, daerah yang lazim terlindung
dari sinar matahari oleh folikel pilosebasea yang padat sindrom nevus
sel basal yang jarang ditemukan merupakan kelainan secara dominan
yang disertai dengan perkembangan (dalam kehidupan dini) banyak
karsinoma sel basal serta kelainan tulang, kulit, susunan saraf, mata

4
dan susunan reproduksi. Pada sistem seroderma pigmentosum juga ada
peningkatan resiko berkembangnya karsinoma sel basal. (Of Surgery,
2012)
Basalioma atau karsinoma sel basal merupakan kanker kulit
yang paling sering ditemukan. Berasal dari sel-sel epidermis sepanjang
lapisan basal (Arif, 2011).
Tumor tumbuh-lambat yang jarang bermetastasis dan umum
ditemukan. Tumor ini memiliki kecenderungan terbentuk di tempat
yang mendapat pajanan matahari kronis dan pada orang yang berkulit
terang. Seperti karsinoma sel skuamosa, insiden karsinomma sel basal
meningkat tajam pada imunosupresi dan pada pasien pada defek
herediter replikasi atau perbaikkan DNA (xeroderma pigmentosum).
2. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi ada berbagai
faktor yang menjadi predisposisi terjadinya basalioma: (Arif, 2011)
a. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogeni adalah sinar
yang memiliki panjang gelombang sekitar 280 sampai 320 nm.
Spektrum ini terutama bertanggung jawab dalam membakar dan
membuat kulit menjadi coklat. Pemakaian bahan-bahan yang
melindungi kulit dari sinar matahari sangat dianjurkan pada setiap
orang yang dalam keluarganya ada yang menderita kanker kulit,
dan pada orang-orang yang berkulit peka. Sehingga mudah sekali
menderita luka bakar karena sinar matahari.
b. Orang yang tidak memproduksi (pigmen) melanin dengan jumlah
yang cukup di dalam kulit untuk melindungi jaringan dibawahnya
sangat rentan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Orang
yang paling berisiko itu adalah orang yang berkulit cerah, bermata
biru, rambut merah yang nenek moyangnya berdarah Celtic, atau
orang dengan warna kulit yang merah muda atau cerah disamping
orang yang sudah lama terkena sinar matahari tanpa terjadi
perubahan warna kulit menjadi coklat kekuningan.

5
c. Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat kimia tertentu
(Senyawa Arsen, Nitrat, Batu bara, Ter dan Aspal, serta Parafin).
d. Xeroderma pigmentosum : penyakit ini merupakan penyakit resesif
autosomal yang menjadi predisposisi untuk penuaan dini pada
kulit, di mulai dengan perubahan pigmen dan perubahan menjadi
karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Efek dari
xeroderma pigmentosum adalah karena ketidakmampuan untuk
memperbaiki kerusakan DNA akibat sinar ultraviolet dari matahari.
e. Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat
mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian.
Kanker kulit telah menyebabkan banyak potensi, ini meliputi:
a. Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok tembakau dan
produk-produk terkait dapat melipatgandakan risiko kanker kulit.
b. Overexposure untuk UV-radiasi dapat menyebabkan kanker kulit
baik melalui kerusakan DNA langsung atau melalui mekanisme
DNA kerusakan tidak langsung. Overexposure (pembakaran) UVA
& UVB memiliki keduanya telah terlibat dalam menyebabkan
kerusakan DNA mengakibatkan kanker. kekuatan Sun 10:00-4:00
paling intens. Alam (matahari) & UV paparan buatan (tanning
salon) yang kemungkinan terkait dengan kanker kulit. UVB
terutama mempengaruhi epidermis menyebabkan sunburns,
kemerahan, dan terik kulit saat overexposed. Melanin dari
epidermis diaktifkan dengan UVB sama dengan UVA, namun efek
yang lebih tahan lama dengan pigmentasi terus selama 24 jam.
c. Kronis non-penyembuhan luka, terutama luka bakar. Ini disebut
tukak Marjolin didasarkan pada penampilan mereka, dan dapat
berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa.
d. Predisposisi genetik, termasuk “bawaan Melanocytic Nevi
Syndrome”. CMNS dicirikan oleh adanya “Nevi” atau mol dengan
ukuran berbeda yang baik muncul pada atau dalam 6 bulan
kelahiran. Nevi lebih besar dari 20 mm (3 / 4) dalam ukuran berada
pada risiko tinggi untuk menjadi kanker.

6
e. Paparan arsenik,. Arsenik logam beracun yang ditemukan secara
luas di lingkungan, meningkatkan risiko karsinoma sel basal dan
kanker lainnya. Setiap orang memiliki beberapa paparan arsenik
karena terjadi secara alami di udara, tanah dan air tanah. Tetapi
orang-orang yang mungkin terekspos pada tingkat yang lebih
tinggi dari arsenik termasuk petani, pekerja kilang, dan orang yang
minum air sumur yang tercemar atau tinggal di dekat pabrik
peleburan.
f. Warisan sindrom yang menyebabkan kanker kulit. tertentu
penyakit genetik yang langka meningkatkan risiko karsinoma sel
basal. Nevoid karsinoma sel basal (Gorlin-Goltz sindrom)
menyebabkan karsinoma basal sel banyak, serta pitting di tangan
dan kaki dan kelainan tulang belakang. pigmentosum xeroderma
menyebabkan kepekaan ekstrim untuk sinar matahari dan resiko
tinggi kanker kulit karena orang dengan kondisi ini memiliki
kemampuan sedikit atau tidak untuk memperbaiki kerusakan pada
kulit dari sinar ultraviolet.
g. Produksi pigmen melanin sedikit, barier pelindung kulit tipis,
PTCH dan p53 tidak aktif.
3. Patofisiologi
Radiasi sinar ultraviolet adalah penyebab paling umum dari
kanker kulit baik yang melanoma maupun yang non melanoma.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh binatang, sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang yang paling efektif adalah UVB. Hal ini
disebabkan oleh karena kemampuan dari UVB itu sendiri untuk
menembus kedalam lapisan ozon dan juga startum korneum yang
akhirnya akan diabsorbsi oleh DNA. Langkah pertama dari proses
karsinogenik ini adalah penginduksian DNA oleh photon UVB. Photon
UVB ini biasanya akan diabsorbsi pada 5 – 6 ikatan dobel dari
pyrimidine, yang akan menyebabkan terbukanya ikatan tersebut.
Sebagai hasilnya akan terbentuk cyclobutane dimmer atau pyrimidine-

7
pyrimidone photoproduct. Keduanya menyebabkan struktur DNA yang
abnormal.
Pada saat terjadi replikasi DNA, DNA polymerase sering salah
memasukkan cytosine yang telah rusak berseberangan dengan
thymine. Mutasi ini muncul hanya apabila cytosine berada
berseberangan dengan thymine atau dengan cytosine yang lain, yang
merefleksikan sisi spesifik dimana photoproduct UV muncul. Dua gen
yang secara normal dapat mencegah terjadinya kanker akan tetapi
menjadi tidak aktif pada kanker kulit adalah PTCH dan P53. PTCH
yang merupakan komponen dari jalur signal seluler, bermutasi pada
sekitar 90% dari BCC. Sedangkan P53 yang mengkode regulator dari
siklus sel dan kematian sel bermutasi pada sekitar setengah dari BCC
dan lebih dari 90% SCC.
Aspek terpenting dari basalioma adalah bahwa kanker kulit ini
terdiri dari sel tumor epithelial berasal dari sel primitive selubung akar
rambut sementara komponen stroma menyerupai lapisan papilaris
dermis dan terdiri dari kolagen, fibroblast dan subtansia dasar yang
sebagian besar berupa berbagai jenis glukosa aminoglikans (GAGs).
Kedua komponen ini saling ketergantungan sehingga tidak bisa
berkembang tanpa komponen yang lainnya. Hubungan ketergantungan
ini sifatnya sangat unik, hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa
basalioma sangat jarang bermetastase dan mengapa pertumbuhan
basalioma pada kultur sel dan jaringan sangat sulit terjadi. Hal ini
dikarenakan bolus metastase yang besar dengan komponen sel dan
stroma didalamnya sulit memasuki system limfatik ataupun system
vascular. Dan inilah yang membedakan antara basalioma dengan
melanoma maligna dan karsinoma sel skuamosa yang keduanya sering
mengadakan metastase.
Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat
berubah menjadi sel-sel lain) yang ada pada stratum basalis epidermis
atau lapisan follikuler. Sel ini diproduksi sepanjang hidup kita dan
membentuk kelenjar sebacea dan apokrin. Tumor tumbuh dari

8
epidermis dan muncul dibagian luar selubung akar rambut, khususnya
dan stem sel folikel rambut, tepat dibawah duktus glandula sebacea.
Sinar ultraviolet menginduksi mutasi pada gen suppressor tumor p53,
yang terletak pada kromosom 17p. Sebagai tambahan mutasi gen
suppressor tumor pada lokus 9q22 yang menyebabkan sindrom nevoid
basalioma, suatu keadaan autosomal dominan ditandai dengan
timbulnya basalioma secara dini. Mutasi pada gen supresi tumor p53
ditemukan dalam hampir 50% kasus karsinoma sel basal secara
sporadic.
4. Manifestasi Klinis
Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah,
leher dan kulit kepala. Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis
ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir
meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan
parut dan lecet/luka yang tidak sembuh-sembuh.
5. Komplikasi karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa
a. Sebuah risiko kekambuhan karsinoma basal. Sel umumnya
kambuh. Bahkan setelah pengobatan berhasil, mereka mungkin
kambuh, sering di tempat yang sama.
b. Peningkatan risiko jenis lain kanker kulit. Sebuah sejarah
karsinoma sel basal juga dapat meningkatkan kemungkinan
mengembangkan jenis lain kanker kulit, seperti karsinoma sel
skuamosa dan melanoma.
c. Kanker yang menyebar di luar kulit. Langka, bentuk agresif
karsinoma sel basal dapat menyerang dan merusak otot di
dekatnya, saraf dan tulang. Sangat jarang, karsinoma sel basal
dapat menyebar ke area lain dari tubuh.
6. Pemeriksaan Diagnostik sel basal dan karsinoma sel skuamosa
a. Foto polos ( X-ray ) terutama pada lesi BCC yang besar dan luas
untuk melihat adanya inflitrasi sel tumor pada tulang di bawahnya.
b. CT Scan untuk melihat luas destruksi tulang, operabilitas dan
perencanaan pembedahan.

9
c. Anamnesis: Dikeluhkan adanya lesi kulit seperti ‘’tahi lalat’’ yang
berubah warnanya, gatal, nyeri, berdarah, membesar atau timbul
“tukak” atau ulkus. Kadang disebut sebagai “borok” yang tidak
sembuh-sembuh.
d. Pemeriksaan Fisik: Gambaran klinis dikenal sebagai ulkus Rodent,
yaitu ulkus dengan satu sisi berbentuk tidak rata, seakan –akan
seperti gambaran “ gigitan rodent/tikus”. Biasanya seperti adanya
hiperpigmentasi pada bagian tepi dan ulkus di tengah. Bentuk klinis
yang dijumpai pada BCC adalah :
1) Jenis nodulo-ulseratif (paling seringm : mula-mula berbentuk
papul (papula) meninggi, “pearly” atau permukaan mengilat
seperti “mutiara”, sering terdapat telengiectasi disentral yang
biasanya mengalami ulseratif. Kadang berskuama halus dan
berkrusta tipis dan tumbuh lambat.
2) Jenis berpigmen : gambaran sama nodulo-ulseratif hanya
bewarna coklat hitam,berbintik dan homogen.
3) Jenis morphea liek atau fibrosis jarang : bentuk “plakat”,
kekuningan, tepi tidak jelas, kadang meninggi. Pada pada
permukaan tampak beberapa folikel rambut yang konkaf dan
membentuk jaringan seperti sikratriks, dan kadang tertutup
krusta. Ulserasi jarang.
4) Jenis superficial : lokasi pada kepala, leher, badan berupa bercak
kemerahan, berskuamosa halus, tepi sedikit meninggi. Tumbuh
dan meluas secara lambat, ulserasi. Sering dijumpai multiple
terutama pada pasien berkulit putih.
5) Jenis fibro-epitelial : Sering dijumpai dipunggung, soliter,
bernodul padat, bertangkai pendek, permukaan halus sedikit
kemerahan seperti fibroma.
6) Nevoid Basal Cell Syndrome (Sindroma Gortin Galzt)
7) Sindroma Xeroderma Pigmentosum.
8) Jenis linear and generalized follicular basal cell nevi.

10
9) Jenis generalized follicular : disertai kerontokan rambut
sebagai akibat kerusakan folikel rambut karena pertumbuhan
tumor.
10) Albinism : sensitif terhadap UV (tidak adanya “melanin”
perlindung kulit ) mudah terjadi BCC, SCC ataupun melanoma.
7. Penatalaksaan Medis sel basal dan karsinoma sel skuamosa
Penggunaan agen kemoterapi seperti 5-Fluorourasil atau
Imiquimod, dapat mencegah perkembangan kanker kulit. Hal ini
biasanya dianjurkan untuk individu dengan kerusakan akibat sinar
matahari yang luas, sejarah kanker kulit beberapa, atau pertumbuhan
prekanker. Hal ini sering diulang setiap 2 sampai 3 tahun untuk lebih
mengurangi risiko kanker kulit.
Metode berikut ini digunakan dalam pengobatan karsinoma sel
basal (BCC) :
a. Standar bedah eksisi
Tingkat obat untuk metode ini, baik yang dilakukan oleh
dokter ahli bedah plastik, dokter keluarga, atau dokter kulit benar-
benar tergantung pada margin bedah. Ketika margin bedah standar
diterapkan (biasanya 4 mm atau lebih), tingkat kesembuhan tinggi
dapat dicapai dengan eksisi standar dermatoscope A dapat
membantu ahli bedah yang berpengalaman dapat mengidentifikasi
tumor tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Semakin sempit
margin bedah ( terlihat kulit dengan tumor yang bebas dibuang )
semakin tinggi tingkat kekambuhan. Kelemahan dengan eksisi
bedah standar adalah tingkat kekambuhan tinggi kanker sel basal
dari wajah, terutama di sekitar kelopak mata, hidung, dan struktur
wajah. Sebuah diagram pada halaman 33 dari publikasi NCCN
menunjukkan daerah risiko tinggi kambuh karena kebanyakan
wajah dengan pengecualian pada pipi pusat dan dahi atas)
menggunakan bagian histologi yang dibekukan.
b. Mohs pembedahan (atau Mohs operasi mikrografi)

11
Mohs pembedahan (atau Mohs operasi mikrografi) adalah
prosedur rawat jalan di mana tumor pembedahan dipotong dan
kemudian segera diperiksa di bawah mikroskop. Ini adalah bentuk
pengolahan patologi yang disebut CCPDMA. Hal ini diklaim
memiliki tingkat penyembuhan tertinggi 97% menjadi 99,8% oleh
beberapa individu. Dasar dan ujung-ujungnya mikroskopis
diperiksa untuk memverifikasi margin yang cukup sebelum bedah
perbaikan situs. Jika margin tidak cukup, lebih akan dihapus dari
pasien sampai margin yang cukup. Hal ini juga digunakan untuk
karsinoma sel skuamosa, namun, tingkat penyembuhan tidak
setinggi operasi Mohs untuk karsinoma sel basal.
c. Kemoterapi
Beberapa kanker dangkal menanggapi terapi lokal dengan
5-fluorouracil, agen kemoterapi. pengobatan topikal dengan krim
Imiquimod 5%, dengan lima aplikasi per minggu selama enam
minggu memiliki tingkat dilaporkan 70-90% keberhasilan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan karsinoma sel BCC.
d. Imunoterapi
Imunoterapi penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
dengan menggunakan peplus Euphorbia, gulma kebun yang umum,
mungkin efektif. perusahaan Australia Peplin biofarmasi adalah
mengembangkan pengobatan topikal untuk BCC. Imiquimod atau
Aldara adalah sebuah immunotherapy tetapi yang tercantum di sini
di bawah kemoterapi.
e. Radiasi
Terapi radiasi yang sesuai untuk semua bentuk BCC
sebagai dosis memadai akan memberantas penyakit tersebut.
Terapi radiasi dapat disampaikan baik sebagai sinar radioterapi
eksternal atau sebagai brachytherapy (radioterapi internal).
Meskipun radioterapi umumnya digunakan pada pasien yang lebih
tua yang tidak kandidat untuk operasi, itu juga digunakan dalam
kasus-kasus di mana eksisi bedah akan menodai atau sulit untuk

12
merekonstruksi (terutama pada ujung hidung, dan rims lubang
hidung). pengobatan Radiasi sering mengambil sesedikit 5
kunjungan ke sebanyak 25 kunjungan untuk terapi radiasi.
Biasanya, kunjungan lebih dijadwalkan untuk terapi, komplikasi
kurang atau kerusakan yang dilakukan terhadap jaringan normal
yang mendukung tumor. Cure rate bisa setinggi 95% untuk tumor
kecil, atau serendah 80% untuk tumor yang besar. Biasanya, tumor
berulang setelah radiasi diperlakukan dengan operasi, dan tidak
dengan radiasi. perlakuan radiasi lebih lanjut lebih lanjut akan
merusak jaringan normal, dan tumor mungkin resisten terhadap
radiasi lebih lanjut.
f. Terapi Photodynamic
Terapi Photodynamic adalah modalitas baru untuk
pengobatan karsinoma sel basal, yang dikelola oleh aplikasi
photosensitizers ke daerah sasaran. Ketika molekul ini diaktifkan
oleh cahaya, mereka menjadi beracun, sehingga menghancurkan
sel target. Metil aminolevulinate disetujui oleh Uni Eropa sebagai
fotosensitizer sejak tahun 2001. Terapi ini juga digunakan dalam
jenis kanker kulit lainnya.
g. Cryosurgery
Cryosurgery adalah suatu modalitas tua untuk pengobatan
kanker kulit banyak. Ketika akurat digunakan dengan probe
temperatur dan instrumen cryotherapy, dapat menghasilkan angka
kesembuhan sangat baik. Kekurangan termasuk kurangnya kontrol
margin, nekrosis jaringan, atas atau di bawah pengobatan tumor,
dan waktu pemulihan yang lama. Beberapa buku diterbitkan pada
terapi, dan beberapa dokter masih menerapkan perlakuan untuk
pasien tertentu.
h. Electrodessication dan kuret atau EDC
EDC dilakukan dengan menggunakan pisau bulat, atau
kuret, untuk mengikis pergi kanker lembut. Kulit kemudian dibakar
dengan arus listrik. Hal ini semakin melembutkan kulit,

13
memungkinkan untuk pisau untuk memotong lebih dalam dengan
lapisan berikutnya kuretase. Siklus ini berulang, dengan margin
keamanan kuretase kulit normal di sekitar tumor terlihat. Siklus ini
diulang 3 sampai 5 kali, dan margin kulit bebas diperlakukan
biasanya 4 sampai 6 mm. Cure rate sangat banyak digunakan
tergantung pada ukuran dan jenis tumor.
2.1.2 Konsep Penyakit sel karsinoma sel skumosa
1. Karsinoma sel skumosa

Karsinoma sel skuamosa (SCC) kulit merupakan poliferasi


maligna yang timbul dari dalam epidermis. Karsinoma sel skuamosa
sering muncul pada kulit yang rusak karena terkena sinar matahari dan
individu lanjut usia (Arif, 2011)
Tumor tersering yang terbentuk di daerah terpajan matahari
pada orang yang berusia lanjut. Kecuali untuk lesi di tungkai bawah,
tumor ini memiliki insiden lebih tinggi pada laki-laki dari pada
perempuan. Yang diperkirakan merupakan faktor predisposisi, selain
sinar matahari, adalah karsinogen industry (tar dan minyak), ulkus
kronis dan osteomielitis yang membasa, luka bakar lama, ingesti arsen,

14
radiisi pengion, dan (dirongga mulut) tembakau dan mengunya buah
pinang.
Karsinoma sel skuamosa yang belum menginvasi menembus
basal taut dermoepidermis (karsinoma in situ) tampak sebagai plak
merah berskuama dan berbatas tegas. Lesi tahap lanjut yang berinvasif
tampak nodular, memperlihatkakn produksi keratin dalam jumlah
bervariasi yang secara klinis tampak sebagai hyperkeratosis, dan
mungkin mengalami ulserasi.
2. Etiologi
Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan
membutuhkan suatu proses multipel. Perubahan dan terganggunya
DNA dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kanker.
Sebuah penelitian mengindikasikan virus seperti Herpes Simplex Virus
dan Papilloma Virus berperan dalam proses tersebut. Namun penyebab
pasti dari kanker masih belum jelas, tetapi faktor-faktor pendukung
dapat merangsang terjadinya kanker. Faktor-faktor tersebut
digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal (herediter dan
faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal (bakteri, virus, jamur, bahan
kimia, obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, dan diet). Faktor-
faktor tersebut dapat berperan secara individual atau berkombinasi
dengan faktor lain sehingga dapat mencetuskan kanker.
a. Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring
di Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau
yaitu termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol. Penggunaan
alkohol dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki
resiko yang lebih tinggi daripada digunakan secara terpisah.
Merokok cerutu dan merokok menggunakan pipa mempunyai
resiko yang lebih tinggi terhadap kanker mulut dibandingkan
dengan merokok kretek.
b. Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan
dengan terjadinya kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan
kanker di lingkungan antara lain, seperti cool tar, polycylic

15
aromatic hydrocarbons, aromatic amines, nitrat, nitrit, dan
nitrosamin.
c. Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan
kanker mulut adalah candida albicans. Hubungan antara candida
albicans dengan penyakit speckled leukoplakia pertama kali
ditemukan oleh Jespen dan Winter pada tahun 1965. Beberapa
studi menunjukkan bahwa, sekitar 7-39% dari leukoplakia
dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini mempunyai
kecenderungan berubah menjadi kanker.
d. Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kanker. Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A,
C, E, dan Fe dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya
kanker. Vitamin-vitamin tersebut mempunyai efek antioksidan.
Defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia. Radiasi sinar
ultraviolet adalah suatu bahan yang diketahui bersifat karsinogenik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983)
terhadap efek radiasi di Hiroshima dan Nagasaki Jepang,
melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi kanker kelenjar
ludah pada orang yang selamat setelah terkena radiasi bom atom
pada periode antara 1957-1970, terjadinya kanker 2,6 kali lebih
tinggi dibandingkan yang tidak terkena radiasi.
e. Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga
menderita kanker memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3
sampai 4 kali lebih besar dari yang tidak memiliki riwayat keluarga
menderita kanker.
f. Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan
insidensi kanker pada pasien yang mendapat penekanan sistem
kekebalan tubuh, seperti pada penderita transplantasi, AIDS, dan
defisiensi kekebalan genetik. Insidensi tumor pada pasien yang
mendapat tekanan sistem kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan
sistem kekebalan selain disebabkan kerusakan genetik juga
disebabkan oleh penuaan, obat-obatan, infeksi virus.

16
3. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma ganas keratinosid
yang terbentuk dari sel-sel epidermis yang lebih berdiferensiasi
(keratinosid). Sering kali tumor ini terlihat pada orang tua berkulit
terang. Karsinoma sel skuamosa secara has muncul pada kulit yang
rusak karena sinar matahari dengan keratosis atinik multiple. Sinar
matahari merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan
katsinoma sel skuamosa. Seperti pada karsinoma sel basal, bagian
sinar matahari yang menyebabkan timbulnya tumor ini adalah sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang antara 280-320 nm (spectrum
UVIBI). Tetapi penelitian terakhir yang memakai sinar ultraviolet
dengan panjang gelombang dengan panjang gelombang berkisar antara
320-400 nm (spectrum UVA), yang dikombinasi dengan psoralen oral
dalam pengobatan psoriasis, membuktikan bahwa pasien yang terpapar
UVA dengan psoralen secara kronik dan lama juga dapat menderita
karsinoma sel skuamosa.
Penyebab lain dari karsinoma sel skuamosa adalah menelan
arsenic, iradiasi dengan sinar-X, luka bakar, jaringan parut, dan
kerentanan genetic. Pasien yang pernah menjalani pengobatan akne
atau hemangioma dengan radioterapi beberapa tahun sebelumnya dapat
mengalami kanker sel basal dan kanker sel skuamosa. Individu yang
50 tahun yang lalu diobati dengan arsenic karena menderita psoreasis
atau asma, baik dengan cara menelan arsenic yang berada dalam air
minum atau dengan menghirup ttanaman yang berbau arsen, memiliki
kecenderungan untuk menderita karsinoma sel skuamosa. Beberapa
penyakit genetic yang jarang (albino dan xeroderma pigmentosum)
juga menjadi faktor predis posisi untuk timbulnya kanker ini.
Pemakaian alat untuk membuat kulit menjadi coklat seperti terbakar
sinar matahari yang berlebihan juga meningkatkan karsinoma sel
skuamosa diamsa depan.
Karsinoma sel skuamosa biasanya dengan nodul yang menebal,
bersisik, dan berulserasi serta kadang-kadang berdarah. Nodul-nodul

17
ini biasanya timbul pada kulit yang rusak karena matahari didaerah
muka, kulit kepala, telinga, leher, tangan, atau lengan. Sering kali
nodul ini dikelilingi oleh keratosis aktinik yang multiple, yang apabila
tidak diobati dapat berdegenerasi menjadi kanker sel skuamosa.
4. Manifestasi Klinis
Ini dimulai sebagai nodul kecil dan memperluas pusat menjadi
necrotic dan sloughs dan nodul berubah menjadi ulkus.
a. Lesi yang disebabkan oleh SCC sering asimtomatik
b. Maag atau kemerahan kulit plakat yang tumbuh lambat
c. Intermiten pendarahan dari tumor, terutama pada bibir
d. Penampilan klinis sangat bervariasi
e. Biasanya tumor menyajikan sebagai lesi ulserasi dengan keras,
mengangkat tepi
f. Tumor mungkin dalam bentuk sebuah plakat yang keras atau
papule, sering dengan kualitas terbuat dr batu baiduri, dengan
telangiectasia
g. Tumor dapat terletak di bawah permukaan kulit sekitarnya, dan
akhirnya ulcerates dan menyerang jaringan yang mendasari
h. Tumor umumnya menyajikan pada matahari yang terkena bidang
(misalnya belakang tangan, kulit kepala, bibir, dan unggul
permukaan daun telinga)
i. Pada bibir, tumor membentuk ulkus kecil, yang gagal untuk
menyembuhkan dan berdarah sebentar-sebentar
j. Bukti dari kulit yang kronis photodamage, seperti beberapa actinic
keratoses (Surya keratoses)
k. Tumor tumbuh relatif lambat
l. Tidak seperti sel basal karsinoma (BCC), karsinoma sel skuamosa
(SCC) memiliki risiko besar metastasis
m. Risiko metastasis lebih tinggi di SCC timbul di bekas luka, di
bawah bibir atau mukosa, dan terjadi pada pasien
immunosuppressed. Tentang * satu-sepertiga dari tumor lingual

18
dan mukosa metastasize sebelum diagnosis (ini sering
berhubungan dengan tembakau dan alkohol menggunakan)
n. Muncul bercak – bercak berwarna merah di sekitar dubur.
o. Muncul bercak – bercak merah di sekitar kelamin.
p. Muncul bercak – bercak putih di dalam mulut (bisa juga muncul di
gusi).
q. Muncul borok atau bisul pada kulit yang tidak kunjung sembuh.
r. Tahi lalat yang membesar, berubah warna.
5. Penatalaksanaan (Arif, 2011)
a. Eksisi Bedah
Tujuan utamanya adalah untuk mengangkat keseluruhan
tumor. Cara yang terbaik untuk mempertahankan penampilan
kosmetika adalah dengan menempatkan garis insisi di sepanjang
garis tegangan kulit yang normal dan garis anatomis tubuh yang
dialami. Dengan cara ini, jaringan parut yang terbentuk tidak akan
mudah terlihat, ukuran insisi tergantung pada ukuran dan lokasi
tumor, kendati biasanya meliputi rasio panjang terhadap lebar yaitu
3 : 1. Memadainya eksisi dengan pembedahan dipastikan melalui
evaluasi mikroskopik terhdap potongan-potongan spesimen.
Apabila tumornya berukuran besar, pembedahan rekonstruksi
dengan menggunakan skin flap atau graft kulit mungkin
diperlukan. Luka insisi ditutup lapisan demi lapisan untuk
memperbesar efek kosmetika. Perban tekan dipasang pada luka
untuk penyangga. Infeksi jarang dijumpai sesudah tindakan eksisi
yang sederhana jika tindakan aseptik bedah yang benar tetap
dipertahankan selama dan sesudah operasi.
b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi sering dilakukan untuk kanker kelopak mata,
ujung hidung, dan daerah pada atau di dekat struktur yang vitas
(misalnya nervus fasialis). Terapi ini hanya dikerjakan pada pasien
yang berusia lanjut karena perubahan akibat sinar –x dapat terlihat
sesudah 5 hingga 10 tahun kemudian dan perubahan maligna pada

19
sikatriks dapat ditimbulkan oleh sinar x setelah 15 sampai 30 tahun
kemudian. Pasien harus diinformasikan bahwa kulit dapat menjadi
merah dan melepuh. Salep kulit yang netral (yang di resepkan oleh
dokter) dapat dioleskan untuk mengurangi gangguan rasa nyaman.
Pasien juga harus diingatkan agar kulitnya tidak terkena sinar
matahari.
c. Kemoterapi
Formulasi kemoterapi topikal dari 5-fluorouracil (5-FU)
digunakan untuk pengobatan Actinic keratosis dan dangkal
karsinoma sel basal. Keberhasilan pengobatan pada pasien dengan
sel karsinoma skuamosa juga telah dilaporkan. Karsinoma
skuamosa invasif tidak harus ditangani oleh kemoterapi topikal.

20
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
1. Asuhan keperawatan karsinoma sel basal
A. Pengkajian
1. BiodataPasien
a. Data Demografi
1) Identitas Pasien
a) Nama
b) Usia : lebih sering pada usia 15 – 44 tahun, lebih meningkat
pada usia 20 tahun yang selalu terpapar sinar matahari.
c) Jenis kelamin : Jenis kelamin pria dan wanita memiliki
resiko yang sama untuk terjadinya kanker kulit semua
tergantung pada aktivitas (terpapar sinar UV) atau
pekerjaan.
d) Pekerjaan : Orang yang paling berisiko adalah orang yang
berkulit cerah, berambut merah yang nenek moyangnnya
berdarah Celtic atau orang dengan warna kulit merah muda
atau disamping orang yang sudah lama terkena sinar
matahari tanpa terjadi perubahan warna kulit menjadi coklat
kekuningan.
Populasi lain yang berisiko adalah para pekerja yang diluar
rumah (seperti petani, pelaut dan pelayan) orang-orang
yang terpajan sinar matahari untuk suatu periode waktu,
para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat
tertentu (senyawa Arsen, Metra, Batu bara, Ter serta Aspal
dan Parafin) juga termasuk dalam kelompok yang berisiko.
2) Keluhan Utama
Sesuai tanda dan gejala seperti benjolan yang agak berkilat,
kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak
kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/luka yang
tidak sembuh-sembuh dan disertai nyeri.

21
3) Riwayat Penyakit Saat Ini
Adanya benjolan pada lokasi kanker (leher, wajah dan
ektremitas) perubahan tahi lalat yang semakin luas dan luka
yang tak sembuh-sembuh.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat
dapat mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun
kemudian. Ulkus yang lama pada ektremitas bawah juga dapat
menjadi lokasi asal kanker kulit.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang
sama pada pasien.
b. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya
c. Faktor Lingkungan
2. Pola kesehatan fungsional Gordon
a. Riwayat kepereawatan untuk pola persepsi kesehatan-penanganan
kesehatan. Pola sehat-sejahtera yang dirasakan, pengetahuan
tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat,pengetahuan
tentang praktik kesehatan preventif, ketaan pada ketentuan medis
dan keperawatan.
b. Riwayat keperawatan untuk pola nutrisi
Pola makan biasa dan masukan cairan, tipe makanan dan cairan,
penigkatan/penurunan berat badan, nafsu makan,pilihan makanan.
c. Riwayat keperawatan untuk pola eliminasi
Deteksi,berkemih, penggunaan alat bantu, penggunaan obat-
obatan.
d. Riwayat keperawatanuntuk pola aktiviatas
Pola aktivitas, latihan dan rekreasi, kemampuan untuk
mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja, dll)
e. Riwayat keperawatan untuk pola istirahat-tidur
Pola tidur-istirahat dalam 24 jam, kualitas dan kuantitas tidur
f. Riwayat keperawatan untuk pola kognitif perceptual

22
Pengelihatan,perasa,pembau, kemampuan bahasa,belajar,ingatan
dan pembuatan keputusan.
g. Riwayat keperawatan untuk pola konsep diri
Sikap klien mengenai dirinya,persepsi klien tentang kemampuanya,
pola emosional,citra diri, identitas diri, ideal diri,harga diri, dan
peran diri
h. Riwayat keperawatan untuk pola peran/hubungan
Persepsi klien tentang pola hubungan, persepsi klien tentang peran
d an tanggung jawab
i. Riwayat keperawatan seksaulitas/reproduksi
Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan klien terhadap
seksualitasnya, tahap dan pola reproduksi, termasuk didalamnya
penggunaan kontrasepsi
j. Riwayat keperawatan untuk koping/toleransi stress
Kemampuan mengendalikan stress, sumber pendukung
k. Riwayat keperawatan untuk nilai/kepercayaan
Nilia tujuan dan keyakinan, spiritual/agama,konflik.
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut bersih atau kotor, warna rambut, ada lesi atau tidak
b. Mata dan telinga
Konjungtiva anemis atau tidak, pupil iskoranisokor, lubang telinga
kotor atau tidak
c. Hidung
Lubang hidsung sama besar atau tidak, sekitar hidung kotor atau
bersih,ada polip atau tidak
d. Mulut
Sianosisi atau tidak sekitar mulut kotor atau tidak
e. Kulit
Inspeksi : ada perbahan warna atau tidak, ada lesi, warna lesi, luas
lesi,banyak area yang terkena

23
Palpasi : kering atau lembab, halus atau kasar, nyeri atau tidak saat
ditekan, teraba hangat atau dingin, areal dingnin atau panas
f. Dada jantung-paru
Paru-paru :
Inspeksi : bagaimana kembang kempis dada, simeteris atau tidak
Palpasi : bagaimana sterfimituskanankiri sama atau tidak
Perkusi : Pekak seluruh lapang paru atau tidak
Auskultasi : Suara cardius tampak atau tidak
Jantung :
Inspeksi : ictus cardio tanpak atau tidaak
Palpasi :ictus cardio tanpak atau tidaak
Perkusi : Konfigurasi normal atau tidak
Auskultasi : terdapat suara abdomen atau tidak
g. Perut :
Inspeksi : tidak ansietas
Auskultasi : terdengar bising usus
Palpasi : ada nyeri atau tidak
Perkusi : kembung atau tidak
h. Genetalia
apakah terpasang kateter atau tidak, bersih atau tidak
i. Ekstremitas
Atas : odem atau tidak, terpadsang infuse atau tidak
Bawah : odem atau tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
1. Tanda dan gejala Paparan sinar UVB Nyeri akut
mayor (panjang gelombang
Ds: mengeluh 280-320), bahan
nyeri kimia, produksi
Do: tempak melanin sedikit
meringis, bersikap

24
protektif, gelisah, Karsinoma sel
frekuensi nadi skuamosa
meningkat dan
sulit tidur Bersifat invasive dgn
2. Gejala dan tanda melakukan metastase
minor
Ds: - Lesi tampak kasar,
Do: TD meningkat, tebal dan bersisik
pola napas berubah,
nafsu makan berubah, Memperlihatkan
proses berfikir reaksi inflamasi
terganggu, menarik
diri, berfokus pada Merangsang
diri sendiri dan pengeluaran mediator
diaforesis kimiawi, (bradikinin,
prostaglandin, dan
histamine)

Merangsang sel saraf


bebas

Muncul respon nyeri

Nyeri akut
1. Gejala dan tanda Paparan sinar UVB Gangguan integritas
mayor (panjang gelombang kulit/jaringan
Ds: - 280-320), bahan
Do: kerusakan kimia, produksi
jaringan dan atau melanin sedikit
lapisan kulit.
2. Gejala dan tanda Karsinoma sel
skuamosa
minor
Bersifat invasive dgn

25
Ds: - melakukan metastase
Do: nyeri,
perdarahan, Lesi tampak kasar,
kemerahan, tebal dan bersisik
hematoma.
Kerusakan integritas
kulit

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi yang terjadi pada kulit
sehingga muncul respon nyeri.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara
dernal – epidermal sekunder akibat kanker pada kulit.
C. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi
dengan inflamasi selama 3x24 jam lokasi,
yang terjadi pada diharapkan nyeri karakteristik,
kulit sehingga berkurang dengan durasi, frekuensi,
muncul respon kriteria hasil kualitas
nyeri. 1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala
2. Frekuensi nadi nyeri
membaik 3. Indentifikasi
3. Kesulitan tidur respon nyeri non
menurun verbal
4. Anoreksia 4. Identifikasi
menurun faktor yang
5. Tekanan darah memperbart dan
membaik memperingan
6. Proses berpikir nyeri

26
membaik 5. Kontrol
7. Nafsu makan lingkungan yang
membaik memperberat
rasa nyeri
6. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
7. Kolaborasi
pemberian
anlagesik jika
perlu
Kompres dingin
1. Identifikasi kulit
yang akan
dilakukan
kompres dingin
2. Periksa suhu alat
kompres
3. Monitor iritasi
kulit atau
kerusakan
jaringan selama
5 menit pertama
4. Pilih metode
kompres yang
aman dan mudah
5. Pilih lokasi
kompres
6. Lakukan
kompres dingin
pada daerah yang
cedera

27
2. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan
integritas kulit tindakan keperawatan integritas kulit
berhubungan selama 3x24 jam 1. Identifikasi
dengan inflamasi diharapkan kerusakan penyebab
antara dernal – integritas dapat gangguan
epidermal teratasi dengan integritas kulit
sekunder akibat kriteria hasil sebagai (mis, perubahan
kanker pada kulit. berikut: sirkulasi,
1. Elastisitas perubahan status
integumen nutrisi,
membaik perubahan
2. Kerusakan kelembaban,
jaringan menurun suhu lingkungan
3. Kerusakan lapisan eksterm,
kulit menurun penurunan
4. Kemerahan pada mobiltas)
kulit menurun 2. Gunakan produk
5. Hematoma berbahan
menurun petroilum atau
6. Pigmentasi minyak pada
abnormal menurun kulit kering
7. Tidak terdapat 3. Anjurkan
jaringan parut menggunakan
8. Suhu kulit pelembab (mis,
membaik lotion, serum)
9. Tekstur membaik 4. Anjurkan minum
10. Pertumbuhan air yang cukup
rambut membaik 5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
yang seimbang

28
6. Anjurkan
menggunakan
tanir surya SPF
minimal 30 saat
berada di luar
rumah
Perawatan luka
bakar
7. Identifikasi
penyebab luka
bakar
8. Monitor kondisi
luka (mis,
presentasi ukuran
luka, derajat
luka, perdarahan,
warna dasar luka,
infeksi, eksudat,
bau luka kondisi
tepi luka)
9. Gunakan
antiseptik selama
merawat luka
10. Bersihkan luka
dengan cairan
steril (mis, Nacl
0,9%, cairan
antiseptik)
Edukasi perawatan
kulit
11. Identifikasi
kesiapan dan

29
kemampuan
menerima
informasi
12. Sediakan materi
dan media
penidikan
kesehatan
13. Anjurkan
menggunakan
tabir surya saat
berada di luar
rumah
14. Anjurkan minum
cukup cairan
15. Anjurkan mandi
dan
menggunakan
sabun
secukupnya
16. Anjurkan
menggunakan
pelembab
17. Anjurkan
melapor jika ada
lesi kulit yang
tidak biasa
Pemberian obat
kulit
18. Identifikasi
kemungkinan
alergi, interaksi,
dan

30
kontraindikasi
obat
19. Monitor efek
terapeutik obat
20. Monitor efek
lokal, sistemik
dan efek
samping obat
21. Lakukan prinsip
enam benar
(benar obat,
dosis, waktu,
rute, dan
dokumentasi)
22. Cuci tangan dan
gunakan sarung
tangan
23. Bersihkan kulit
dan hilangkan
obat sebelumnya
24. Oleskan agen
topikal pada kulit
yang tidak
mengalami luka,
iritasi atau
sensitif
25. Hindarai terpapar
sinal ultraviolet
pada kulit yang
mendapatkan
obat topikal
26. Jelaskan jenis

31
obat, alasan
pemberian,
tindakan yang
diharapkan dan
efek samping
obat sebelum
pemberian
Perawatan luka
bakar
27. Identidikasi
penyebab luka
bakar
28. Identifikasi
durasi terkena
luka bakar dan
riwayat
penanganan luka
sebelumnya
29. Monitor kondisi
luka (mis,
presentasi ukuran
luka, derajat
luka, perdarahan,
warna dasar luka,
infeksi, eksudat,
bau luka dan
kondisi tepi luka)
30. Gunakan teknik
aseptik selama
merawat luka

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumor ganas kuli tadalah proses keganasan yang timbul dipermukaan
kulit dan berasal dari selepitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di
dalam kulit.
1. Menurut etiologinya, tumor ganas kulit dapat disebabkan oleh
(1) faktor ekstrinsik berupa paparan sinar ultraviolet, paparan sinar-X,
pemakaian bahan kimia dana dan jaringan parut yang luas dan lama; (2)
faktor intrinsic berupa genetik, system imun yang rendah dan ras.
2. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada wajah dan leher dengan gejala
klinis berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superficial dan
fibroepitelioma. Biasanya ditandai dengan tepiulkus yang meninggi tanpa
adanya metastasis jauh.
3. Predileksi karsinoma sel skuamosa pada daerah kulit yang terpapar sinar
matahari dan pada membrane mukosa dengan gambaran klinis berupa:
nodul berwarna seperti kulit normal dengan permukaan halus tanpa krusta
atau nodul kemerahan dengan permukaan papilomatosa/verukosa yang
menyerupai bungankol atau ulkus dengan krusta pada permukaannya
dengan tepi meninggi berwarna kuning kemerahan.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan bagi perawat maupun mahasiswa/i sehingga dapat memberikan
perawatan kepada klien dengan tumor ganas ataupun jinak dapat dilakukan
secara maksimal dengan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hal yang
dibutuhkan pasien.

33
DAFTAR PUSTAKA

A. M. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:


Salemba Medika.

Of Surgery, S. E. (2012). Buku Ajar Bedah Sabiston. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III


(Revisi). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan indonesia Defimisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Prastiwi, N. P. (2013). Makalah Tumor Kulit. Jakarta Selatan:


https://id.scribd.com/doc/131777466/makalah-tumor-kulit-dox.

Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Kulit.


Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai