Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

CA ENDOMATRIUM

DOSEN PENGAMPU: Winda Nurmayanti Ners.,MPH.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

1. Aprinita Wulan Cahyani

2. Elmiana

3. Indah Kurnita

4. Liza karlina

5. M. Triono Eko Putro

6. Muslihin

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam
nabi besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman
kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti
saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut
serta dalam memberikan tugas makalah “Ca Endometrium”. Makalah ini kami
susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh. Kami berusaha
menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.Aamiin.

Mataram, 3 Mei 2022

Kelompok 8
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB l........................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Definisi...........................................................................................................6
2.2 Anatomi dan Fisiologi....................................................................................8
2.3 Etiologi...........................................................................................................9
2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................11
2.5 Komplikasi...................................................................................................12
2.6 Patofisiologi.................................................................................................12
2.7 Pathways.......................................................................................................14
2.8 Penatalaksanaan...........................................................................................15
2.9 Pembedahan.................................................................................................15

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................17


3.1 Pengkajian....................................................................................................17
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................23
3.3 Intervensi......................................................................................................23
3.3 Impelementasi..............................................................................................30
3.4 Evaluasi........................................................................................................30
BAB IV..................................................................................................................32
PENUTUP..............................................................................................................32
4.1 Kesimpulan...................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut (Anderton, 2012) Kanker endometrium merupakan tumor ganas
primer yang berasal dari endometrium atau miometrium. Sebagian besarnya
merupakan adenokarsinoma (90%). Karsinoma endometrium terutama adalah
penyakit pada wanita pascamenopause, walaupun 25% kasus terdapat pada
wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia
dibawah 40 tahun. Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66
tahun. Insidensi kanker endometrium pada wanita premenopause 5 kali lebih
rendah daripada wanita yang telah mengalami menopause. Insidensi ini
meningkat sesuai bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70
tahun.

Di seluruh dunia, setiap tahun 142.000 perempuan terdiagnosis dan sebanyak


42.000 perempuan meninggal karena penyakit ini (Amant, 2005). Di regional
Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk di dalamnya insiden kanker
endometrium mencapai 4,8 persen dari 670.587 kasus kanker pada
perempuan. Sementara kanker payudara sebanyak 30,9%, serviks 19,8% dan
ovarium 6,6%. (Anderton.C.2012)

Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan


meningkatnya status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita
semakin tinggi yang menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin
banyak yang diiringi dengan penggunaan terapi hormone pengganti untuk
mengatasi gejala-gejala menopausenya. Kanker endometrium umumnya
ditemukan pada penderita berusia 60 keatas. Selain itu, telah ditemukan bahwa
peningkatan kejadian obesitas juga memegang peranan penting dalam
meningkatnya angka kejadian kanker endomerium. Kanker endometrium
lebih banyak menyerang para wanita yang berasal dari golongan ekonomi
menengah keatas. Tingginya kemampuan ekonomi selanjutnya mengakibatkan
gizi yang mereka peroleh berlebihan sehingga berubah menjadi obesitas.
Karena prevalensi factor resiko ini semakin meningkat, maka insiden kanker
endometrium juga semakin meningkat akhir – akhir ini. Dimasa depan,
dengan makin tingginya angka penderita obesitas maka angka kejadian kanker
endometrium diperkirakan akan makin bertambah, yang sudah terbukti di
Amerika Serikat. (Schorge JO.2008)

Di Indonesia sendiri, kanker endometrium masih belum akrab di masyarakat.


Jenis kanker yang popular di kalangan wanita adalah kanker payudara, kanker
serviks atau kanker rahim. Meskipun kemungkinan mortalitas atau angka
kematian dari penderita lebih kecil dibandingkan kanker yang lain, bukan
berarti kanker endometrium tidak berbahaya. Jika dilihat secara epidemiologi
deskriftif, di Indonesia belum ada data jumlah kasus kanker endometrium. Di
RSCM Jakarta, ditemukan 72 kasus baru sepanjang tahun 1993-2004 dengan
kecendrungan penderita lebih muda. Dan dijumpai 63,9% penderita yang
berusia>50 tahun. (Riskesda, 2011)

Tahun 2005, kanker endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka


kejadian di Indonesia, sebagian karena penderita hidup lebih dan pelaporan
lebih akurat. sekitar 32.000 kasus diperkirakan akan terjadi setiap tahunnya
dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita dengan perdarahan pascamenopause
mempunyai kanker uterus usia rata-rata  adalah 61 tahun dan kebanyakan
pasien setidaknya berusia 55 tahun. (Anwar, 2011)

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan pada ca
endometrium
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari


endometrium atau miometrium. Sebagian besarnya merupakan
adenokarsinoma (90%). Karsinoma endometrium terutama adalah penyakit
pada wanita pascamenopause, walaupun 25% kasus terdapat pada wanita
yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia dibawah
40 tahun. Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66 tahun.
Insidensi kanker endometrium pada wanita premenopause 5 kali lebih rendah
daripada wanita yang telah mengalami menopause, insidensi ini meningkat
sesuai bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70 tahun
(Anderton,2012)

Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh
di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding
rahim. Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran
menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat hubungan
seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena penyakit ini.
Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua. Tumbuhnya
jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah
menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari
lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar
rahim.

Kanker endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah
pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker endometrium
kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain dalam rahim yang
bisa menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium. Kanker endometrium
sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan
vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009)

Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75 %), yang


berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan
membentuk kelenjar endometrium. Ada banyak subtipe mikroskopis
karsinoma endometrium, termasuk jenis common endometrioid, di mana sel
kanker menyerupai gambaran endometrium normal, Papillary serous
carcinoma yang agresif serta clear cellcarcinoma. Kanker endometrium
adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan patogenesis berbeda pada
masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe
kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekular yang terdapat pada
karsinoma endometrium tipe I dan tipe II berbeda dan mungkin dapat
membantu dalam menjelaskan sifat-sifat klinisnya.
a. Tipe I Estrogen dependen
Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah,
yang umumnya menyerang wanita pre dan pasca menopause. Pada
anamnesis didapatkan riwayat terpapar estrogen dan berasal dari atipikal
endometrial hiperplasia. Tipe ini berdiferensiasi baik minimal invasif,
sehingga mempunyai prognosis yang baik. Pada beberapa kasus mungkin
didapatkan diabetes, penyakit liver, hipertensi, obesitas, infertilitas dan
gangguan menstruasi. Pada kenyataannya, lesi tipe I berpotensi dapat
dicegah melalui pengenalan risiko pada pasien, diagnosis lesi prekursor
(hiperplasia endometrium atipikal) dan pengobatan yang sesuai.
(Anderton,2012) 

b. Tipe II Estrogen Independen


Tipe ini bisanya didapatkan pada wanita post menopause, kurus dan fertil
atau wanita dengan siklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif
dan mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I. Tipe II paling
sering didapat pada wanita Afro-Amerika. Yang termasuk kanker
endometrium tipe II adalah :
1) high-grade endometrioid cancer
2) uterine papillary serous carcinoma
3) uterine clear cell carcinoma
Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometrium sering terjadi yaitu fundus,
tuba danisthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada
lapisan uterine di lokasi tersebut. (Anderton,2012)

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Fisiologi nya :

Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari


kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).
Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarkan
cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina.
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker
endometrium, tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan
estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa menyebabkan kanker
endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan
munculnya kanker endometrium :
a. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi
konversi androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini
ditemukan sebanyak 25-20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama
pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan
berat badan 10-25 Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3 kali
lipat dibanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat
badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9
kali lipat.
b. Haid pertama (menarche).

Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun


mempunyai resiko 1,6 kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai
riwayat menars setelah usia lenih dari 12 tahun. Menstruation span
merupakan metode numerik untuk menentukan faktor resiko dengan usia
saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion span
(MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko
terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
c. Tidak pernah melahirkan.

Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik


sudah menikah atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan.
Penelitian menunjukkan bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak
pernah melahirkan anak (nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan
bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah
melahirkan (paritas).
d. Penggunaan estrogen.

Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon.


Peningkatan penggunaan hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko
kanker endometrium.
e. Hiperplasia endometrium.

Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari


jaringan selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat
rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus. Disebut
neoplasia endometrium intraepitel jika hiperplasia endometrium disertai
sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko menjadi kanker endometrium
sebesar 23%.
f. Diabetes mellitus (DM).

Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml


merupakan faktor resiko keganasan endometrium. Angka kejadian
diabetes melitus klinis pada penderita karsinoma endometrium berkisar
antara 317%, sedangkan angka kejadian TTG yang abnormal berkisar
antara 1764%.
g. Hipertensi.

50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan


dengan 1/3 populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian
hipertensi pada keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi
secara bermakna daripada populasi kontrol.
h. Faktor lingkungan dan diet.

Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka


kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-negara
yang sedang berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika
Utara dan Eropa lebih tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia,
Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan
menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan adanya
perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan
kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang negro
yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga
terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan
merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila
dan Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada
di negaranegara Asia lainnya.
i. Riwayat keluarga.

Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat


anggota keluarga yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat
kecil.
j. Tumor memproduksi estrogen.

Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel


granulosa, akan meningkatkan angka kejadian kanker endometrium.

2.4 Manifestasi Klinis


Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah
perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan
perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan
keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan
utama. Gejalanya bisa berupa :
1. Perdarahan rahim yang abnormal

2. Siklus menstruasi yang abnormal

3. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih


mengalami menstruasi)
4. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause

5. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun)
6. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
8. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

9. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

2.5 Komplikasi
1. Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya
perdarahan.
2. Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat
menekan usus.
3. Depresi sum-sum tulang disebabkan faktor penghasil sel darah
merah dari sum-sum tulang sebagai sistem imun. Sel darah merah
berusaha untuk menghancurkan sel-sel tumor sehingga kerja sel-sel
tumor optimal.
4. Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang
dapat menyebabkan ruptur

2.6 Patofisiologi
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalam
endometrium yang merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim.
Rahim terletak di daerah panggul dan menyerupai bentuk sebuah pepaya
atau buah pir. 90% dari semua kanker rahim yang terbentuk di
endometrium. Profesional medis tidak tahu persis apa yang menyebabkan
kanker endometrium, tetapi telah dikaitkan dengan estrogen terlalu
banyak, yang merupakan hormon wanita. Ini adalah ovarium yang
memproduksi estrogen, tetapi mereka juga memproduksi hormon lain yang
disebut progesteron yang membantu untuk menyeimbangkan estrogen.
Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu banyak estrogen yang
diproduksi akan menyebabkan endometrium tumbuh, sehingga
meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada faktor lain yang
meningkatkan kadar estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan
lemak dalam tubuh juga memproduksi hormon estrogen. Pola makan
dengan asupan tinggi lemak hewani, termasuk daging, susu, dan unggas,
bersama dengan makanan olahan dan gula halus adalah nomor satu
penyebab obesitas. Makanan ini harus dihindari terutama oleh mereka
yang beresiko. Mereka yang berisiko adalah wanita yang telah melalui
menopause, tidak punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker
payudara, atau sering mengkonsumsi makanan dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau
bercak. Pendarahan atau bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker,
tetapi ide yang baik untuk segera memeriksakan ke dokter agar diperiksa
lebih detail lagi. Gejala lain dari kanker endometrium adalah penurunan
berat badan, kelelahan, nyeri panggul, kesulitan buang air kecil dan nyeri
selama hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita yang
telah melewati menopause. Mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-
70 tahun.

2.7 Pathways
2.8 Penatalaksanaan
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan
pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi,
sedangkan staging surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan
contoh kelenjar getah bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum
adenokarsinoma endometrium.
2.9 Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan
rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi
bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker
dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang
oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di
dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening
tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah
bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka
penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.

a) Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
selsel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-
sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi
penyinaran dan pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien
kanker endometrium menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan
operasi dan penyinaran. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan
(untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk
membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I dan II secara medis hanya
diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA grade 1
atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
b) Kemoterapi

Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi


merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai
sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.
Tujuan Kemoterapi

a. Membunuh sel-sel kanker.

b. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

c. Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.


2.10 Pencegahan

Pencegahan Kanker Endometrium

Kanker endometrium sulit dicegah karena penyebabnya belum diketahui.


Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko
seseorang terkena kondisi ini, yaitu:

a. Melakukan pemeriksaan kandungan secara berkala, seperti


pemeriksaan panggul, USG rahim, dan pap smear, sebagai deteksi dini
bila ada gangguan atau kelainan pada organ reproduksi
b. Berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakan
metode kontrasepsi
c. Menjaga berat badan agar tetap ideal
d. Mengonsumsi makanan sehat, bergizi lengkap dan seimbang
e. Berolahraga secara rutin, selama 30 menit setiap hari
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Data Subjektif 
1. Biodata 
1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil
dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara
bidan dan pasien menjadi lebih akrab.
2) Umur
Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66
tahun. Insidensi kanker endometrium pada
wanita premenopause 5 kali lebih rendah daripada wanita yang
telah mengalami menopause, Insidensi ini meningkat
sesuai bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70
tahun
3) Suku/bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh
pasien dan keluarga.
4) Agama
Sebagai dasar bagi bidan dalam memberikan dukungan mental
dan spiritual terhadap pasien dankeluarga.
5) Pendidikan
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan. Informasi
ini membantu klinisi memahami klien sebagai individu dan
memberi gambaran kemampuan baca tulisnya.
6) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk mengetahui
apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji
potensi kelahiran prematur dan pajanan terhadap bahaya
lingkungan kerja yang dapat merusak janin.
7) Alamat
Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah serta tahu
lingkungan pasien.

2. Alasan Datang
3. Keluhan Utama
a. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul 
b. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
c. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
d. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
e. Siklus menstruasi yang abnormal
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang
Data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu bidan
ketahui, yaitu apakah pasien atau sedang menderita penyakit,
seperti penyakit jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi atau
hepatitis. (Sulistyowati: 114)
Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 kali lebih
besar berisiko terkena kanker endometrium jika disertai diabetes.
Tingginya kadar estrone dan lemak dalam plasma wanita dengan
diabetes menjadi penyebabnya. Hipertensi menjadi faktor risiko
pada wanita pasca menopause dengan obesitas.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Begitu juga
dengan riwayat kanker endometrium dalam keluarga.
6. Riwayat Perkawinan
Riwayat Perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa,
usia mulai hamil.
7. Riwayat Menstruasi
Riwayat Menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya, keluhan waktu haid, HPHT
8. Riwayat KB
Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan
rendah progestin. Sebaliknya pengguna kontrasepsi oral kombinasi
estrogen dan progestin dengan kadar progesterone tinggi
mempunyai efek protektif dan menurunkan risiko kanker
endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian.
9. Pola Fungsional Gordon
a. Pola Nutrisi
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan
oleh peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak
hewani dalam diet. Konsumsi sereal,kacang-kacangan, sayuran
dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan risiko
kanker yang memproteksi melalui fitoestrogen.
b. Pola Eliminasi
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami
obstipasi, retensi urine, poliuri yang dapat disebabkan
metastase sel kanker
c. Pola Istirahat
Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola
tidur juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh
pasien.
d. Pola Aktivitas
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi
pola aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan
diri (0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 =
dibantu orang lain dan alat, 4 = tergantung total). Pasien
dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan
sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat
dari terapi yang dijalaninya, selain itu pasien juga akan merasa
sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan
tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari
progresivitas kanker endometrium sehingga harus  beristirahat
total.
e. PolaSeksual
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi
pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola
seksualitas pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang
selalu dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual
(dispareuni) serta adanya  perdarahan setelah berhubungan.
Serta keluar cairan encer (keputihan) yang berbau busuk dari
vagina. Kaji riwayat penggunaan kontrasepsi, menggali jenis
dan lama kontrasepsi yang digunakan (pemakaian KB suntik 3
bulan lebih dari 6 tahun, KB IUD).
f. Pola Kognitif dan Perceptual

Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan,


karena klien masih dapat berkomunikasi.

g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri


Sikap penerimaan klien terhadap tubuhnya, persepsi
klien tentang tubuhnya dan penyakitnya.

h. Pola Peran dan Hubungan

Peran klien sebagai ibu dan istri biasanya akan


terganggu karena penyakit yang dideritanya, begitu
juga hubungannya dengan orang lain disekitarnya.

i. Seksual Reproduksi

Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan


pasangan meliputi : frekuensi koitus atau hubungan
intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,
kesulitan melakukan skes, kontinuitas hubungan
seksual.

j. Pola Nilai dan Kepercayaan

Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan


yang diyakininya. Ini sering kali berpengaruh terhadap
intervensi yang akan diberikan.

k. Data Psikososial dan Spiritual

Dampak psikologis yang dialami oleh tiap orang


berbeda - beda tergantung pada tingkat keparahan
(stadium), jenis pengobatan yang dijalani dan
karakteristik masing – masing penderita. Sekitar
30,0% penderita kanker mengalami permasalahan
penyesuaian diri dan 20,0% didiagnosis mengalami
depresi. Dampak psikologis yang sering dirasakan oleh
pasien yaitu berupa ketidakberdayaan, kecemasan, rasa
malu, harga diri menurun, stress dan amarah.

(Rayburn, F. William.2001)
b. Data Objektif 

1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan
akan bidan laporkan dengan kriteria:
1) Baik.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain. 
2) Lemah.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain.
b) Kesadaran
Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat
kesadaran pasien dari keadaan compos mentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam
keadaan sadar).
a. Tekanan Darah
b. Nadi: 60-90 x/menit
c. Pernapasan: 16-24 x/menitf.
d. Suhu: 36,5-37,5
c) Berat Badan
Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker
endometrium. Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan
meningkatkan risiko sampai 3 kali lipat. Sedangkan
kelebihan di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai
10 kali lipat.
2. Pemeriksaan fisik

a) Muka : Pucat jika mengalami gangguan pola menstruasi

b) Dada : Pemeriksaan ginekologi sadaris (ada tidaknya


penyebaran).
c) Abdomen : Pemeriksaan nyeri tekan. Adanya masa.

d) Genetalia

Terdapat sekret pervaginam (banyak, kekuning-kuningan,


berbau amis atau busuk, dapat bercampur darah, purulent),
perdarahan. Terdapat lesi, erosi, tukak kecil, tumor papiller,
tumor eksofitik.
e) Ekstremitas

Bisa terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri kronis ( D. 0078 )
2. Nausea ( D. 0076 )
3. Gangguan citra tubuh ( D. 0083 )

3.3 Intervensi

SDKI SLKI SIKI

Nyeri Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri


kronis keperawatan selama 3 x 24 1. Observasi
jam diharapkan nyeri a. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun b. Indentifikasi skala
3. Gelisah menurun nyeri
4. Kesulitan tidur menurun c. Identifikasi respon
5. Perasaan takut nyeri non verbal
mengalami cedera d. Iddentifikasi factor
berulang menurun yang memperberat dan
6. Muntah menurun memperingan nyeri
7. Mual menurun e. Identifikasi
8. Anoreksia menurun pengetahuan dan
9. Perasaan depresi keyakinan tentang nyeri
(tertekan) menurun f. Identifikasi budaya
terhadap respon nyeri
g. Identifikasi nyeri pada
kualitas hidup
h. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
a. Berikan terapi
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS,
hypnosis, terapi pijat,
terapi musik,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
b. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan
tidur
d. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab
periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
e. Anjurkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu.
Nauses Setelah dilakukan asuhan Manajemen muntah
keperawatan selama 3 x 24 1. Observasi
jam diharapkan perasaan a. Identifikasi
tidak nyaman pada bagian karakteristik
lambung yang dapat muntah (mis.
mengakibatkan muntah Warna, konsistensi,
menurun dengan kriteria adanya darah,
hasil : waktu, frekuensi,
1. Keluhan mual dan durasi.)
menurun b. Periksa volume
2. Perasaan ingin muntah
muntah menurun c. Identifiksi riwayat
3. Perasaan asam diet (mis. Makanan
dimulut menurun yang disuka, tidak
4. Sensasi panas disuka, dan
menurun budaya)
5. Umlah saliva d. Identifikasi factor
menurun penyebab muntah
6. Nafsu makan e. Identifikasi
meningkat kerusakan
7. Pucat membaik esophagus dan
8. Takikardi membaik faring posterior
9. Dilatasi pupil jika muntah terlalu
membaik lama
f. Monitor efek
manajemen muntah
secara menyeluruh
g. Monitor
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
2. Terapeutik
a. Kontor factor
lingkungan
penyebab muntah
b. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab muntah
c. Atur posisi untuk
aspirasi
d. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
e. Berikan dukungan
fisik saat muntah
f. Berikan cairan
yang mengandung
karbonasi mnimal
30 menit setelah
muntah.
3. Edukasi
a. Anjurkan
membawa kantong
plastic untuk
menampung
muntah
b. Anjurkan
memperbanyak
istirahat
c. Anjrkan
penggunaan teknik
nonfarmakologi
untuk mengelola
muntah (mis.
Relaksasi,
akupresuri)
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
antiemetic, jika
perlu.
Ganggua Termoregulasi setelah PROMOSI CITRA TUBUH
n citra dilakukan asuhan 1. Observasi
tubuh keperawatan selama 3x24  Identifikasi harapan citra
jam diharapkan persepsi tubuh berdasarkan tahap
tentang penampilan, struktur perkembangan
dan funsgi fisik individu  Identifikasi budaya,
meningkat dengan kriteria agama, jenis kelamin, dan
hasil : umur terkait citra tubuh
1. Melihat bagian tubuh  Identifikasi perubahan
1-4 cukup meningkat citra tubuh yang
2. Menyentuh bagian mengakibatkan isolasi
tubuh menurun social
3. Verbalisasi kecacatan  Monitor frekuensi
bagian tubuh pernyataan kritik terhadap
menurun diri sendiri
4. Verbaliasi kehilangan  Monitor apakah pasien
bagian tubuh bisa melihat bagian tubuh
menurun yang berubah
5. Verbalisasi perasaan
negative tentang 2. Terapeutik
perubahan tubuh  Diskusikan perubahan
menurun tubuh dan fungsinya
6. Verbalisasi  Diskusikan perbedaan
kekhawatiran pada penampilan fisik terhadap
penolakan/reaksi harga diri
orang lain cukup  Diskusikan kondisi stres
menurun yang mempengaruhi citra
7. Verbalisasi tubuh ( mis. Luka,
perubahan gaya penyakit, pembedahan)
hidup meningkat  Diskusikan cara
8. Menyembunyikan mengembangkan harapan
bagian tubuh citra tubuh secara realistis
berlebihan menurun  Diskusikan persepsi
9. Menunjukan bagian pasien dan keluarga
tubuh berlebihan tentang perubahan citra
menurun tubuh
10. Fokus pada bagian 3. Edukasi
tubuh cukup  Jelaskan kepada keluarga
menurun tentang perawatan
11. Fokus pada perubahan citra tubuh
penampilan masa lalu
 Anjurkan
menurun
mengungkapkan
12. Fokus pada kekuatan
gambaran diri terhadap
masa lalu menurun
citra tubuh
13. Respon nonverbal
 Anjurkan menggunakan
pada perubahan
alat bantu (mis. Pakaian,
tubuh membaik
wig, kosmetik)
14. Hubungan social
 Latih fungsi tubuh yang
membaik
dimiliki
 Latih peningkatan
penampilan diri
Latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok

3.3 Impelementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan)yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
(Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi,
kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien
serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan
kinerja aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (Nursalam, 2008).

3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak (Hidayat, 2004). Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu
evaluasi formatif yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek
adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan
yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi
akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan
tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan
format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan
balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya
(Nursalam 2008)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang


tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi
dinding rahim. Kanker endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan
saluran menuju vagina. Kanker ini bukan merupakan penyakit akibat
hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua dapat terkena
penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan
oleh darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa
jaringan dari lapisan dinding rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan
tumbuh di luar rahim.
Kanker endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau
pada dinding rahim. Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti
buah pir sebagai tempat tertanam dan berkembangnya janin. Kanker
endometrium kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi ada sel-sel lain
dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium.
Kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering
menghasilkan pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah
menopause (Whoellan 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Baraero, Mary, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC

Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC

Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta. EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC-NOC. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai