Keperawatan Reproduksi I
Asuhan Keperawatan pada Klien Mioma Uteri dan Kista Ovarium
Dosen Pembimbing:
Ni Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes.
Kelas A3 Angkatan 2015
Nama Anggota Kelompok 2:
Nurfa Dwiki Fitriana 131511133079
Meilia Dwi Cahyani 131511133083
Gita Kurnia Widiastutik 131511133086
Ainil Fikroh Rahma Dheaning 131511133087
Herlyn Afifah Nurwitanti 131511133092
Dilruba Umi Shalihah 131511133097
Mitha Wulan Nur’ Aini 131511133103
1
Kata Pengantar
Segala Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Small Group Discussion “Asuhan
Keperawatan pada Klien Mioma Uteri dan Kista Ovarium” sebagai tugas dalam
pembelajaran mata kuliah Keperawatan Reproduksi I.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami, Ni
Ketut Alit Armini, S.Kp., M.Kes. dan semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
sebaik mungkin. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang cukup terbatas. Kami berharap
makalah ini dapat memberi wawasan pada pembacanya.
Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan
untuk makalah ini supaya menjadi lebih baik. Kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan ejaan pada kata maupun penyusunan dalam makalah ini yang
tidak berkenan bagi para pembaca, selamat membaca dan semoga bermanfaat.
2
Daftar isi
Halaman Judul............................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan ........................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................
BAB 2 TINAJUAN TEORI.....................................................................................
2.1 Mioma Uteri................................................................................................
2.1.1 Definisi.............................................................................................
2.1.2 Klasifikasi.........................................................................................
2.1.3 Etiologi.............................................................................................
2.1.4 Patofisiologi......................................................................................
2.1.5 Web of Catution................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis.............................................................................
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................
2.1.8 Penatalaksanaan................................................................................
2.1.9 Komplikasi........................................................................................
2.1.10 Asuhan Keperawatan Umum..........................................................
2.2 Kista Ovarium.............................................................................................
2.2.1 Definisi.............................................................................................
2.2.2 Klasifikasi.........................................................................................
2.2.3 Etiologi.............................................................................................
2.2.4 Patofisiologi......................................................................................
2.2.5 Web of Catution................................................................................
2.2.6 Manifestasi Klinis.............................................................................
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................
2.2.8 Penatalaksanaan................................................................................
2.2.9 Komplikasi........................................................................................
3
2.2.10 Asuhan Keperawatan Umum..........................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ........................................................
3.1 Asuhan Keperawatan Mioma Uteri............................................................
BAB 4 KESIMPULAN............................................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
antara 20-50 tahun dan jarang pada pubertas. Data yang diperoleh pada
Rekam Medik di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar 2011-2013
terdapat 124 kasus kista ovarium (Elica dkk. 2015), sedangkan di Rumah
Sakit ST. Elisabeth Medan, data penderita kista ovarim tahun 2008-2012
diperoleh 116 orang (Dumaris dkk. 2013).
Sebagian besar penderita Mioma uteri dan Kista ovarium tidak
menunjukkan gejala. 1 dari 4 penderita menunjukkan gejala pendarahan dan
nyeri. Kedua hal tersebut merupakan gejala yang sering dirasakan oleh
penderita. Penelitian 1111 pasien di Hospital of king Abdulaziz University
menjelaskan bahwa 236 terdiagnosa dengan Ultrasound, 65 pasien
mengalami pendarahan dan 32 pasien mengalami nyeri (Hanan dkk, 2016).
Akibatnya penderita sering mengeluhkan dampak negatif pada kehidupan
seksual, pekerjaan, dan hubungannya dengan keluarga akibat gejala yang
ditimbulkan (Anne dkk, 2012). Selain itu, tumor ini memiliki kemungkinan
menimbulkan efek infertile pada wanita. Ibu hamil penderita tumor otot rahim
dapat berdampak pada kehamilannya, berupa keguguran, kelainan letak janin,
lahir prematur, dan menghalangi proses kelahiran (Manuaba dkk, 2007).
Sedangkan untuk kista ovarium, penelitian di Rumah Sakit Vita Insani
Pematang Siantar proporsi penderita kista ovarium berdasarkan keluhan
tertinggi yaitu nyeri abdomen bawah (56,2%) dan status haid tertinggi yaitu
tidak teratur (70,2%) (Elica dkk. 2015).
6
wanita meninggal setiap tahunnya akibat komplikasi dari hysterectomies
(National Uterine Fibroids Foundation, 2010).
BAB 2
TINJAUAN TEORI
7
2.1 Mioma Uteri
2.1.1 Definisi
Miom nama lain tumor otot rahim. Miom merupakan sel-sel
abnormal yang jinak, yang tumbuh dari otot dinding rahim. Pada
dasarnya, miom tidak berbahaya. Namun, miom bisa menimbulkan
gangguan, walaupun tidak selalu demikian. Awalnya miom tumbuh
sebagai bibit kecil yang kemudian membesar dalam lapisan
miometrium, yaitu jaringan otot polos pada dinding rahim. Miom
dapat tumbuh satu atau lebih, bahkan ada yang sampai tiga puluh buah
dalam rahim. Miom memiliki ukuran yang berbeda-beda. Miom yang
sangat kecil sulit untuk dillihat sehingga perlu memakai mikroskop,
tetapi ada pula yang besar bahkan sampai 30 Kg. (Kasdu, 2005)
8
Mioma uteri (leiomioma) adalah tumor jinak yang berasal
dari otot rahim dan jaringan ikat yang menumpangnya. Tumor ini
disebabkan oleh produksi hormone estrogen yang berkepanjangan.
Mioma paling banyak ditemukan pada umur 35-45 tahun (kurang
lebih 25%). Mioma uteri sering didapat pada wanita yang belum
menikah dan yang kurang subur. Faktor keturunan juga berperan.
Penderita mioma sering mengalami menopause yang terlambat.
(Harmanto, 2006)
9
Ada tiga kategori mioma pada rahim: mioma submucosa,
mioma intramural, mioma subserosa. Ada pula mioma, baik
submukosa maupun subserosa, yang bertangkai (pendunculated).
Mioma submucosa bertangkai seringkali sampai keluar melewati
ostium uteri eksternum dan disebut sebagai mioma lahir (myoom
geburt). (Achadiat, 2003)
10
gambar 2. Klasifikasi Mioma uteri
Fibroid intramural.
Miom jenis ini tumbuh di antara jaringan otot rahim. Lokasi ini
merupakan tempat yang paling umum terbentuknya miom.
Fibroid subserous.
Miom yang tumbuh di bagian luar dinding rahim, ke rongga
panggul. Jenis ini bisa tumbuh menjadi sangat besar.
Fibroid submucous.
Miom ini tumbuh di lapisan otot bagian dalam dari dinding rahim.
Jika sampai tumbuh, miom ini bisa menyebabkan pendarahan
parah saat menstruasi dan komplikasi serius lainnya.
Fibroid pedunculated.
Miom jenis ini tumbuh di batang kecil di dalam atau di luar
rahim. (ALODOKTER, 2017)
2.1.3 Etiologi
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti
sampai saat ini, tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami
11
keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan
biologi molekular untuk tumor jinak ini (Parker, 2007).
b. Estrogen
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen
berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui
estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma
terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun
konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium.
12
harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke
arah keganasan yang berkisar sebesar 0,04%.
1. Umur
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun. Mioma
uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang
relative infertile, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah
infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri
yang menyebabkan infertilitas, atau apakah keadaan ini saling
mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetic
Di negara Amerika, prevalensi mioma uteri adalah 5%-
21%. Kejadian mioma uteri antara ras Africa-American adalah
sebanyak 60% dan antara ras Caucasian adalah 40%. Resiko ini
tidak berhubungan dengan faktor lain. Walaubagaimanapun, pada
penelitian terbaru menunjukkan yang Val/Val genotype untuk
enzim essensial kepada metabolisme estrogen, catechol-O-
methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita
Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih.
Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri.
Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita
mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.
4. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali
kemungkinan resiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita
13
mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri
mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a
myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita
mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma
uteri.
2.1.4 Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak
dibanding miometrium normal. Teori cellnest ata teori genitoblast
membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri
dari
Sel-sel otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi
yang
belumpseudokapsul.
matang Pengaruh
Mioma uteri lebih estrogen pada nulipara,
sering ditemukan
faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma
uteri sebagian besar bersifa degeneratif karena berkurangnya aliran
Proliferasi sel otot polos
darah ke mioma uteri.
MIOMA
Jika UTERI
ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus
uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila
terletak pada dinding
Pecahnya depan uterus, uterus
Tekanan mioma dapat menonjol
Menekan ke
Post operasi
pembuluh darah
depan sehingga pada rektumdan mendorongureter
menekan kandung kencing ke atas
sehingga sering menimbulkan keluhan miksi. Bekas luka
Perdarahan MK : Gangguan MK : Gangguan insisi
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi:
Eliminasi Urin berkurangnya
berlebihan Eliminasi Fekal
pemberian darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor
MK : Resiko
membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu
MK : Resiko tinggi Infeksi
kekuranganmasalah
carian dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada
uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa
mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah. Selain itu
Terjadi torsi mioma submukosa
Kurangnya
dengan perdarahan atau
yang banyakdan
subserosa bisa mengakibatkan seseorang
Menyempitkan
support sistem kanalis servikalis
mengalami kekurangan volume cairan
2.1.5 Web of Caution
Informasi tidak
MK : Nyeri Akut
adekuat
Takut penyakit
14
semakin parah
MK : Ansietas
2.1.6 Manifestasi Klinis
Sebagian wanita pernah memiliki miom dalam hidup mereka.
Namun terkadang kondisi ini tidak diketahui oleh sebagian wanita
yang mengalami karena tidak muncul gejala. Jika ada, gejala yang
mungkin muncul akibat miom adalah:
15
Masa menstruasi menyakitkan atau berlebih.
Rasa sakit atau nyeri pada bagian perut atau punggung bawah.
Rasa tidak nyaman, bahkan sakit, saat berhubungan seksual.
Sering buang air kecil.
Mengalami konstipasi.
Keguguran, mengalami kemandulan, atau bermasalah pada masa
kehamilan (sangat jarang terjadi). (ALODOKTER, 2017)
16
menempelnya hasil pembuahan serta pertumbuhan janin dalam rahim
menjadi tidak sempurna dan akhirnya gagal. Selain itu, miom sebagai
benda asing dalam rahim menyebabkan suasana rahim tidak kondusif
sehingga sperma maupun embrio (jika berhasil dibuahi) tidak bertahan
hidup. Jika pada saat hamil terdapat miom dalam Rahim, dapat
mengganggu pertumbuhan janin, menimbulkan kelainan letak janin,
atau menghambat turunnya kepala janin saat melahirkan. (Kasdu,
2005)
17
Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Gangguan pertumbuhan dan perkemmbangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi:
Kehamilan dapat mengalami keguguran
Persalinan prematuritas
Gangguan saat proses persalinan
Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan
perdarahan (Manuaba, Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan, 1998)
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. USG
Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan
kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran
sonografi mioma kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas,
hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic. USG
menunjukkan gambaran massa padat dan homogen pada uterus.
Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah dan pelvis, dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi (Howard, 2000).
2. Magnetic Resonance Imagine (MRI)
Lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu menentukan
size, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak
penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium.
MRI akan menghasilkan gambaran dengan menyerap energy dari
suatu gelombang radio berfrekuensi tinggi yang menunjukkan
adanya mioma.
3. Histerosalfingografi (HSG)
Digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh kearah
kavum uteri pada pasien infertil. Merupakan suatu prosedur yang
menghasilkan gambaran foto rontgen bagian dalam lavitas uterus
dan untuk mengetahui keadaan tuba falopii. Sejumlah cairan yang
mengandung iodine diinjeksikan melalui cervix ke dalam uterus
dan tuba falopii, hasil foto rontgen didapatkan.
18
4. Urografi intravena
Digunakan pada kasus massa di pelvis sebab pada kasus
tersebut sering terjadi deviasi ureter atau penekanan dan
anomali sistem urinarius. Cara ini baik untuk mengetahui posisi,
jumlah massa pada ureter dan ginjal.
5. Computed Tomography (CT)
CT merupakan salah satu tipe rontgen yang menggunakan
komputer untuk menghasilkan gambaran struktur tubuh seperti
uterus. Walapun jarang dibutuhkan, hasil gambaran CT dapat
memperlihatkan adanya mioma.
6. Sonohistografi
Suatu prosedur ultrasonic di mana kavitas uterus dibatasi oleh
sejumlah kecil cairan. Cairan ini ditempatka pada uterus melalui
suatu selang plastik kecil. Pasien bisa merasakan kram yang ringan.
Sonohistografi meningkatkan kemampua pemeriksa untuk
mengidentifikasi mioma yang masuk ke dalam kavum uteri (Stuti,
2011)
2.1.8 Penatalaksanaan
A. Terapi
Observasi: bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus
kehamilan 12 minggu, tanpa disertai penyulit lain.
Ekstirpasi: biasanya untuk mioma submucosa bertangkai atau
mioma lahir/geburt, umumnya dilanjutkan dengan tindakan D/K
Laparotomi/Miomektomi: bila fungsi reproduksi masih
diperlukan dan secara teknis memungkinkan untuk dilakukan
tindakan tersebut. Biasanya untuk mioma intramural, subserosa
dan subserosa bertangkai, tindakan ini telah cukup memadai.
Laparotomi/Histerektomi:
Fungsi reproduksi tak diperlukan lagi
Pertumbuhan tumor sangat cepat
Sebagai tindakan hemostasis, yakni dimana terjadi perdarahan
yang terus menerus dan banyak serta tidak membaik dengan
pengobatan. (Achadiat, 2003)
B. Obat-obatan
19
menstruasi berat dan tekanan panggul. Mereka tidak
menghilangkan fibroid, tapi mungkin akan mengecilkan fungsinya.
Pengobatan meliputi:
d. Obat lainnya.
20
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), yang bukan
merupakan obat hormonal, mungkin efektif dalam mengurangi
rasa sakit yang berkaitan dengan fibroid, namun tidak mengurangi
perdarahan yang disebabkan oleh fibroid. Dokter mungkin juga
menyarankan agar pasien mengonsumsi vitamin dan zat besi jika
mengalami menstruasi berat dan anemia.
C. Prosedur Non-Invasive
21
gambar 5 Prosedur Non-Invasive
22
gambar 6. Uterine artery embolization
Myolysis
23
dari rahim pasien, menawarkan ketepatan, keluwesan dan
ketangkasan lebih tinggi daripada yang mungkin dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik lainnya.
Hysteroscopic myomectomy
Prosedur ini bisa menjadi pilihan jika fibroid terkandung di dalam
rahim (submukosa). Dokter bedah mengakses dan menghilangkan
fibroid dengan menggunakan instrumen yang dimasukkan melalui
vagina dan leher rahim pasien.
Ablasi endometrium
Perawatan ini dilakukan dengan alat khusus yang dimasukkan ke
rahim, menggunakan panas, energi gelombang mikro, air panas
atau arus listrik untuk menghancurkan lapisan rahim pasien, baik
yang mengakhiri menstruasi atau mengurangi aliran menstruasi
pasien. Biasanya, ablasi endometrium efektif dalam menghentikan
pendarahan abnormal. Fibroid submukosa dapat diangkat pada saat
histeroskopi untuk ablasi endometrium, namun hal ini tidak
mempengaruhi fibroid di luar lapisan dalam rahim.
24
Food and Drug Administration (FDA) menyarankan agar tidak
terjadi morcellation bagi kebanyakan wanita. Secara khusus, FDA
merekomendasikan bahwa wanita yang sedang atau pascamenopause
menghindari keburukan. Wanita yang lebih tua atau memasuki masa
menopause mungkin memiliki risiko kanker yang lebih tinggi, dan wanita
yang tidak lagi peduli untuk menjaga kesuburan mereka memiliki pilihan
pengobatan tambahan untuk fibroid.
G. Pengobatan alternative
Beberapa situs web dan buku kesehatan konsumen
mempromosikan perawatan alternatif, seperti rekomendasi diet khusus,
terapi magnet, cohosh hitam, sediaan herbal atau homeopati. Sejauh ini,
tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung keefektifan teknik ini. (Mayo
Clinic Staff, 2011)
H. Perawatan Rumah Sakit
Perbaikan keadaan umum (misalnya keadaan anemia gravis atau
perdarahan hebat)
Persiapan pembedahan (Achadiat, 2003)
2.1.9 Komplikasi
Meski miom jarang menyebabkan komplikasi yang berat,
terdapat kondisi yang disebabkan miom yang bisa mengganggu
kesehatan pasien sebagai wanita. Komplikasi yang terjadi tergantung
kepada gejala, letak dan ukuran miom yang ada pada tubuh Anda.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
25
Anemia defisiensi besi
Pendarahan berlebih yang diakibatkan oleh miom bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi. Suplemen zat besi bisa
dikonsumsi untuk membantu menggantikan darah yang
hilang ketika mengalami menstruasi.
Kemandulan
Jika miom yang ada sangat besar, akibatnya berpotensi
menghalangi sel telur yang telah dibuahi untuk menempel
pada dinding rahim atau menghalang sel sperma sehingga
tidak bisa mencapai sel telur. Tapi kondisi ini jarang sekali
terjadi.
Gangguan yang terjadi pada kehamilan
Miom bisa mengganggu perkembangan bayi dan mempersulit
proses persalinan. Kelahiran prematur juga bisa terjadi.
Selain itu, mungkin diperlukan operasi Caesar apabila miom
besar menghalangi vagina. Meski jarang sekali, miom juga
bisa menyebabkan keguguran. (ALODOKTER, 2017)
26
Terjadi red degeneration mioma uteri
Kemungkinan torsi mioma bertangkai (Manuaba I. B.,
Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri,
ginekologi, dan KB, 2000)
Perdarahan
Infeksi atau degerasi (kistik maupun merah)
Mioma subserosa bertangkai kadang-kadang terpuntir
(twisted) yang mengakibatkan abdomen akut
Perlekatan pascamiomektomi
Terjadinya ruptura/kerobekan rahim, apabila penderita
hamiil setelah tindakan miomekomi (Achadiat, 2003)
27
Riwayat Kesehatan Klien
Sejak kapan klien menderita penyakit, Apakah klien pernah
mengalami tindakan operasi pengangkatan sel tumor atau
rahim
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit mioma
uteri
Riwayat Reproduksi
- Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause
- Hamil dan Persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini
dihasilkan dalam jumlah yang besar. Jumlah kehamilan dan
anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya organ kewanitaan.
Riwayat KB
Pada wanita yang memakai KB hormonal, kadar estrogen
lebih tinggi dimana kadar estrogen dapat memicu terjadinya
mioma
Pola kebiasaan sehari-hari
- Nutrisi
Pada tumor yang berat dapat terjadi nafsu makan turun
- Eliminasi
Pola eliminasi mengalami perubahan, seperti perubahan
pola BAK (polakisuria, dysuria, atau retensi urin) dan BAB
(obstipasi terhalangnya pergerakan feses dalam usus).
- Seksualitas
Perubahan pola seksual dapat berupa dyspaurenia
dikarenakan adanya mioma
- Aktifitas
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul
- Kondisi psikososial
Mengalami kecemasan karena dampak/gejala yang
ditimbulkan oleh adanya penyakit seperti perdarahan, ada
benjolan, perdarahan yang terus-menerus dan lama
28
- Kondisi spiritual
Merasa terganggu dengan adanya perdarahan dan gejala lain
dari penyakitnya
1.2 Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : Tidak ada keluhan
B2 (Blood) : Nadi pasien tidak teratur, tekanan darah kurang
dari normal
B3 (Brain) : Nyeri, pusing, peningkatan suhu tubuh
B4 (Bladder) : Retensi urin
B5 (Bowel) : Pasien mengalami mual, muntah dan juga
konstipasi
B6 (Bone) : Merasa lemah
1.3 Pemeriksaan Penunjang
USG: Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga
pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT Scan ataupun
MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak
memvisualisasi uterus sebaik USG
Histeroskopi: Terlihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai
Laparoskopi: untuk mengevaluasi massa pada pelvis
Laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (Hb: turun,
Albumin: turun, Leukosit: turun/ meningkat, Eritrosit: turun),
urine lengkap gula darah, tes fungsi hati, ureum, kreatinin
darah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan ansietas.
Pasien akan mendapat kriteria hasil:
Menunjukkan strategi koping yang positif
Angka kecemasan menurun
b. Diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan pendarahan.
Pasien akan mendapatkan kriteria hasil:
Klien menunjukkan tanda tanda vital dalam nilai normal
29
Intake dan output dalam keadaan seimbang
Mendapat berat badan stabil
3. Intervensi Keperawatan
Pengukuran untuk membantu klien dengan mioma uteri
Monitor tanda tanda vital, level hemoglobin, dan intake output
Pada klien dengan anemia karena pendarahan hebat, beri
transfusi darah sesuai petunjuk dokter
Membantu klien untuk mengekspresikan perasaannya terkait
kondisinya. Meyakinkan klien dan menjawab dengan jujur
Membantu klien untuk mengidentifikasi dan menggunakan
koping mekanisme yang efektif
Memberikan obat anti ansietas sesuai perintah dokter, dan
monitor keefektifan obat
Latihan untuk Pasien
30
2.2.1 Definisi
Kista adalah struktur tertutup yang menyerupai kantung yang
dilapisi dengan epitel dan mengandung cairan, semi padat, atau padat.
Sedangkan ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang
menghasilkan sel telur atau ovum.
Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan organ
reproduksi wanita. Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak
ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa
reproduksinya. Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti
balon berisi air yang terdapat di ovarium. Kebanyakan kista ini jinak,
sementara sebagian kecil lainnya bisa berupa kista yang ganas. Kista
ovarium yang ganas disebut juga dengan kanker ovarium.
Kista ovarium diklasifikasikan sebagai kista folikel dan
kista korpus luteum. Kista folikular berkembang sebagai akibat
kegagalan folikel dewasa terhadap ruptur atau kegagalan folikel belum
matang untuk menyerap kembali cairan setelah ovulasi. Kista corpus
luteum berkembang sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon
oleh korpus luteum setelah ovulasi.
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi menjadi dua,
yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak
dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan.
Sementara kista neoplastic umumnya harus dioperasi, namun hal itu
tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Kista ovarium neoplastic diantaranya:
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma Ovarii Simpleks merupakan kista yang permukaannya rata
dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat
menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa
dan berwarna kuning. Penatalaksaan: pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium.
31
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentu kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh
menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat pendarahan dalam
kista dan perubahan degenerative sehingga timbul perlengketan kista
dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain itu,
bisa terjadi ileus karena perlengketan dan produksi musin yang terus
bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan:
pengangkatan kista in tito tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau
tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya
unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan.
Kista ini dapat membesar, tetapi tidak sebesar kista musinosum.
Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites.
Penatalaksaan: sama dengan kistadenoma ovarii musinosum
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur
ectodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada
mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega.
Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain
seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-
abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian
lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid.
Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis.
Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah
karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat rupture
sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan:
pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.
32
kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya
dengan diameter 1– 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar
jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas
beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam
kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista
berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab
itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista
folikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau
bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika
diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu
karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang
sendiri.
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang
sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi
cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista
korpus luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista
terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak
teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut
bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak
dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika
dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum
memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum
Universitas Sumatera Utara ialah menunggu sampai kista hilang
sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik
terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan
ovarium.
33
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa
adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi
kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju.
Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-
sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi
seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini
ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan,
dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil
spontan.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih
banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya
jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat
waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium,
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah,
dan isinya cairan jernih dan serus.
e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip
dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel
di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut
juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-
kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis
yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal
dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa
karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak
ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut
melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya
tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista
ini sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat
haid tidak semua darah akan tumpah dari rongga rahim ke liang
vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini
34
merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap
penyakit baru yang dikenal dengan endometriosis. Karena sifat
penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering disebut kanker
jinak.
f. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan
permukaannya licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal
dengan nama sindrom Stein-Leventhal dan kiranya disebabkan oleh
gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita
terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya
dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
2.2.3 Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab
inilah nantinya yang akan menentukan tipe dari kista. Etiologi dari
kista ovari (Prawiroharjo, 1999), antara lain:
1. Kista Folikel.
Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi
namun tubuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel
primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi kista.
35
koriongonadrotopin yang berlebihan dan dengan hilangnya mola
atau koreokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
5. Kista Endometrium.
Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.
36
2. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol
3. Degenerasi ovarium
f. Sering stress
5. Faktor genetik
2.2.4 Patofisiologi
Kista ini terdiri dari folikel-folikel pra ovulasi yang
mengalami atresia dan berdegenerasi pada ovarium, di ovarium ini
folikel folikel ini tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH
rendah dan hormon LH tinggi pada keadaan yang tetap ini
menyebabkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi dan
berdegenerasi dan membentuk kista. Kista ovarium dapat
menimbulkan komplikasi berupa invertilitas akibat tidak adanya
ovulasi (J. Charwim, 1997).
37
Penatalaksanaan pada kista ovarium adalah dengan
pengangkatan kista dengan cara melakukan reseksi pada bagian
ovarium yang mengandung kista, akan tetapi jika kista besar atau ada
komplikasi perlu di lakukan pengangkatan ovarium. Biasanya di sertai
dengan pengangkatan tuba (salpingo-oofarektomi). Pada saat
melakukan pembedahan kedua ovarium harus di periksa untuk
mengetahui apakah kista di temukan pada satu atau pada dua ovarium
(Prawiroharjo, 1999).
38
Sekresi hormon korionik Penyebab belum pasti Epitel germinatikum infeksi
peradangan
FSH naik, LH turun degenerasi
Kista Ovarium
2.2.8 Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah, missal laparatomi, kistektomi, atau laparotomy
salpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat
kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan
abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar
biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat
dicegah dengan memberikan gurita abdoen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan selanjutnya adalah memberikan
pengetahuan kepada klien tentang pilihan pengobatan seperti
kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi nafas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda-
tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
e. Pemberian anastesi kepada klien yang akan melakuka tindakan
pembedahan. Pemberian anastesi ini dilakukan oleh perawat
anastesi yang berkolaborasi dengan dokter anastesi.
2.2.9 Komplikasi
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ini
ialah sita tersebut berubah menjdi ganas dan banyak terjadi
komplikasi. Komplikasi dari kista ovarium yang dapat terjadi ialah
1. Pendarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit hingaa berangsur-angsur menyebabkan
kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-
gejala klinik yang minimal, akan tetapi jika pendarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari
kista yang menimbulkan nyeri di perut. Kista berpotensi untuk
pecah, tidak ada patokan mengenai besarnya kista yang berpotensi
pecah. Pecahnya kista bisa menyebabkan pembuluh darah robek
dan menimbulkan terjadinya pendarahan.
2. Infeksi pada kista
Jika terjadi didekat tumor ada sumber kuman patogen
3. Torsio (putaran tangkai)
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
aligamentum roduntum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini
dapat berkembang menjadi infark peritonitis dan kematian. Torsi
biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma TOA,
masa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada wanita usia
reproduksi gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuasrat
abdomen bawah, mual dan muntah dapat terjadi demam
leukositosis.
4. Perubahan keganasan
Selain tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya,
adanya asites dalam hal ini mencurigakan masa kista ovarium
berkembang setelah masa menapouse sehingga bisa kemungkinan
untuk berubah menjadi kanker.
5. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada
waktu melakukan hubungan seksual, jika robekan kista disertai
hemoragi yang timbul secara akut, maka pendarahan bebas
berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda akut.
2.2.10 Asuhan Keperawatan Umum
1. Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data
yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar
untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap
selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi:
Biodata
Meliputi:
- Identitas pasien: Nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat dan nomor register.
- Identitas penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.
- Identitas masuk.
Riwayat kesehatan
Meliputi:
- Keluhan utama: Nyeri di sekitar area jahitan.
- Riwayat kesehatan sekarang: Mengeluhkan ada atau
tidaknya gangguan ketidaknyamanan.
- Riwayat kesehatan dahulu: Pernahkah menderita penyakit
seperti yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan
operasi.
- Riwayat kesehatan keluarga: Adakah anggota keluarga yang
menderita tumor atau kanker terutama pada organ
reproduksi.
- Riwayat sosial ekonomi: Pendapatan perbulan, hubungan
sosial dan hubungan dalam keluarga.
- Riwayat kebiasaan sehari-hari :
a. Personal hygiene: Kebiasaan personal hygiene klien
meliputi keadaan kulit, rambut, mulut, gigi, dan vulva
hygiene.
b. Pola makan: Kebiasaan makan dalam porsi makan,
frekuensi makan.
c. Pola eliminasi
BAB: Frekuensi, warna, bau, konsistensi atau keluhan
saat BAB.
BAK: Frekuensi, warna, bau dan keluhan saat berkemih.
d. Pola aktifitas dan latihan: Kegiatan dalam pekerjaan dan
kegiatan di waktu luang sebelum selama di RS.
e. Pola tidur dan istirahat: Waktu, lama tidur per hari,
kebiasaan saat tidur.
- Riwayat penggunaan zat: Kebiasaan dan lama penggunaan
rokok.
- Riwayat Psikososial dan Spiritual
Psikososial : Respon klien terhadap penyakit yang diderita
saat ini.
Spiritual : Kegiatan keagamaan klien yang sering
dilakukan di rumah dan di RS.
Status Obstetrikus, meliputi :
1. Menstruasi: menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan
bau.
2. Riwayat perkawinan: berapa kali menikah, usia
perkawinan.
3. Riwayat persalinan: berapa kali partus, jenis partus.
4. Riwayat KB: jenis kontrasepsi yang digunakan, sejak
kapan.
5. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram,
Barbara, 1999 dalam Zakiah, 2014).
a. Kaji tingkat kesadaran
b. Ukur tanda-tanda vital
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Kaji turgor kulit
e. Pengkajian abdomen :
- Inspeksi ukuran dan kontur abdomen.
- Auskultasi bising usus.
- Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa.
- Tanyakan tentang perubahan pola defekasi.
- Kaji status balutan.
6. Kaji terhadap nyeri atau mual.
7. Kaji status alat intrusive.
8. Palpasi nadi pedalis secara bilateral.
9. Evaluasi kembali adanya reflek gag.
10. Periksa laporan pasien setelah operasi.
11. Data penunjang operasi terhadap tipe anestesi yang
diberikan dan lamanya waktu di bawah anestesi.
12. Kaji status psikologis
a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah
lengkap (NB, HT, SDP).
b. Terapi: terapi yang diberikan pada post operasi baik
injeksi maupun peroral.
Pemeriksaan B1-B6
B1 (Breath) : Tidak ada keluhan
B2 (Blood) : Menstruasi tidak teratur, palpitasi,
perubahan pada tekanan darah
B3 (Brain) : Pusing
B4 (Bladder) : Perubahan pada pola defekasi (sulit buang
air besar), perubahan eliminasi urinarius
(nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria), nyeri saat buang air
B5 (Bowel) : Pasien mengalami mual atau muntah,
anoreksia, perubahan pada berat badan, perut
terasa kembung/distensi abdomen
B6 (Bone) : Terjadi kelemahan atau keletihan, nyeri
perut bagian bawah (nyeri panggul)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Altered nutrition: Less than body requirements, related to
malnutrition.
Pasien akan mendapatkan kriteria hasil:
Mengkonsumsi diet seimbang dengan kalori dan protein
yang tinggi.
Mengkonsumsi suplemen yang dibutuhkan untuk
menambah berat badan dan mengurangi malnutrisi.
Mengembalikan berat badan yang hilang dan
mempertahankan berat badan dalam kisaran normal.
b. Anticipatory grieving related to the threat of death.
Paien dan keluarga akan mendapatkan kriteria hasil:
Mengungkapkan perasaan mereka terkait diagnosis dan
prognosis.
Menggunakan mekanisme koping yang sehat untuk
mengatasi kesedihan
Mendemonstrasikan kontrol atas situasi dengan
berpartisipasi dalam keputusan tentang perawatan yang
dijalankan
c. Fluid volume excess related to ascites
Pasien akan mendapatkan kriteria hasil:
Memenuhi pembatasan natrium dan cairan yang ditentukan
untuk meminimalkan retensi cairan.
Melakukan ambulasi dan kegiatan sehari-hari yang ditolerir.
Mendeskripsikan tanda dan gejala retensi cairan yang
memburuk dan meminta bantuan medis jika terjadi
3. Intervensi Keperawatan
Tindakan ini membantu pasien dengan kanker ovarium.
Jika pasien kesakitan, buat dia senyaman mungkin. Berikan
pasien analgesik yang ditentukan seperlunya, berikan kegiatan
pengalihan perhatian, dan mintalah pasien melakukan teknik
relaksasi.
Dengarkan kekhawatiran dan keluhan pasien, dan jawab
pertanyaan yang diajukan pasien dengan jujur. Berikan
dukungan untuk pasien dan keluargnya.
Jika pasien adalah wanita muda yang harus menjalani operasi
dan kehilangan kemampuan melahirkan anaknya, bantu dia
dan keluarganya dalam mengatasi perasaan putus asa. Jika
pasien itu masih anak-anak, cari tahu apakah orang tuanya
telah mengatakan bahwa dia menderita kanker dan tanggapi
pertanyaannya dengan sesuai.
Berikan perawatan suportif untuk efek buruk terapi. Jika
pasien menjalani kemoterapi intraperitoneal, bantu
meringankan ketidaknyamanannya dengan memasukkan cairan
pada kecepatan lambat dan lakukan reposisi untuk
mendistribusikan cairan secara merata.
Jika penderita mengalami gejala seperti flu dengan
imunoterapi, berikan aspirin atau asetaminofen. Berikan
selimut atau kompres hangat untuk meredakan menggigil.
Berikan antiemetik sesuai kebutuhan.
Persiapkan pasien untuk operasi, seperti yang diindikasikan.
Jika pasien mengalami efusi dan harus menjalani paracentesis
dan thoracentesis, bantu dengan prosedur yang sesuai
kebutuhan. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang
nayman saat melakukan prosedur; lalu banu dia untuk
mempertahankan posisinya, menggunakan bantalan. Setelah
prosedur, anjurkan pasien untuk minum cairan.
Monitor status cairan pasien, dan ukur intake dan output-nya.
Jika pasien menderita asites, ukur ketebalan perutnya setiap
hari.
Monitor status nutrisi dan berat badan pasien setiap hari.
Berikan nutrisi enteral atau parenteral pada pasien malnutrisi,
sesuai perintah. Jika saluran pencernaannya utuh, berikan
makanan kecil dengan frekuensi sering. Jika saluran
pencernannya terdapat obstruksi, diskusikan kemungkinan
tindakan gastrotomy atau jejunostomy tube dengan dokter dan
pasien.
Kaji respon pasien terhadap terapi dan tingkat kenyamanan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3. Pengkajian
1. Data Demografi
a. Nama : Ny.S
b. Umur : 30 tahun
c. Agama : Islam
d. Suku : Jawa
e. Pendidikan : Sarjana
f.Alamat : Surabaya
g. Pekerjaan : Akuntan
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri.
P : klien mengatakan bahwa nyeri semakin parah saat
digunakan untuk bergerak.
Q : klien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk.
R : klien mengatakan nyeri di perut bagian bawah.
S : skala nyeri 7 dari 10.
T : klien mengatakan bahwa nyerinya hilang timbul.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan bahwa nafsu makannya berkurang akibat
nyeri yang dirasakan, durasi menstruasinya semakin panjang,
dan jumlah darah yang dikeluarkan lebih banyak daripada
biasanya. Klien nampak lemas, mata anemis, dan wajahnya
pucat.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien tidak pernah mengalami sakit yang berhubungan dengan
penyakitnya saat ini.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak memiliki riwayat mioma uteri.
6. Riwayat Obstetri
Klien mengalami haid pertama saat berusia 12 tahun. Siklus
haid klien 28 hari dengan lama kurang lebih 7 hari. Akan tetapi,
selama setahun ini lama menstruasi klien berubah menjadi
kurang lebih 14 hari dengan jumlah darah yang lebih banyak
daripada biasanya.
7. Riwayat Persalinan
Klien pernah melahirkan satu kali dengan keadaan bayi
prematur. Akan tetapi, bayi tersebut meninggal setelah berusia 1
minggu.
8. Pemeriksaan Fisik
Breath : hasil pemeriksaan TTV menunjukkan RR 24 x/
menit (meningkat) dan suhu 36,5oC (normal).
Blood : hasil pemeriksaan TTV: TD 90/60 x/ menit
(rendah) dan nadi 100 x/ menit (normal). Hasil
pemeriksaan lab: hemoglobin, hematokrit, dan MCH
rendah serta RDW tinggi. Pemeriksaan fisik klien
menunjukkan mata tampak anemis, wajah klien
pucat, dan klien nampak lemas.
Brain : kesadaran klien compos mentis.
Bladder : klien mengatakan sering buang air kecil.
Bowel : klien mengalami nyeri di bagian perut bawah.
Klien terlihat meringis menahan nyeri sambil
memegang perut bagian bawah saat dilakukan
pemeriksaan.
Bone : klien nampak lemas.
4. Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Rangsangan esterogen Nyeri Kronis (00133)
secara terus menerus
Klien mengeuh nyeri. Domain 12.
P : klien mengatakan setiap bulan
Kenyamanan
bahwa nyeri semakin
parah saat digunakan Kelas 1. Kenyamanan
memegang perut
bagian bawah
Hipermenorea
DO:
Hasil pemeriksaan
TTV menunjukkan Kadar Hb, Hc, MCH
RR 24 x/ menit turun dan RDW naik
(meningkat) dan suhu
36,5oC (normal), TD
90/60 x/ menit Anemia
(rendah) dan nadi 100
x/ menit (normal).
Pemeriksaan fisik
menunjukkan mata
klien tampak anemis,
wajah klien pucat, dan
klien nampak lemas.
5. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan nyeri selama 1 tahun.
2. Risiko intoleransi aktivitas (00094) berhubungan dengan
Intervensi Keperawatan :
7. Evaluasi
1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan nyeri selama 1
tahun.
S : klien mengatakan intensitas nyeri yang dirasakan semakin
menurun dan klien mampu mengaplikasikan teknik
relaksasi yang diajarkan oleh perawat.
O : klien sudah tidak mengeluh nyeri di perut bagian bawah.
A : data subjektif dan objektif memuaskan, masalah teratasi.
P : intervensi diberhentikan.
2. Risiko intoleransi aktivitas (00094) berhubungan dengan
masalah sirkulsi (TD 90/60 mmHg, menstruasi tidak normal,
Hb, Hc, dan MCH rendah serta RDW tinggi) dan kondisi
respirasi (RR 24x/ menit).
S : klien mengatakan badannya sudah tidak terlalu lemas.
O : berdasarkan pemeriksaan TTV, tekanan darah klien masih
dibawah normal sedangkan kadar hematokrit dan
hemoglobin normal.
A : data subjektif dan objektif kurang memuaskan, masalah
belum teratasi keseluruhan.
P : intervensi dilanjutkan.
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Tumor pada saluran sistem reproduksi wanita paling banyak terjadi
berada di ovarium dan endometrium. Mioma uteri adalah tumor otot rahim,
bersifat jinak dan tidak berbahaya. Sedangkan kista ovarium adalah tumor
ovarium berupa benjolan besar seperti balon yang berisis cairang yang
tumbuh di indung telur. Kedua jenis tumor ini lebih menyerang pada wanita
periode masa subur, usia diatas 40 tahun. Mereka merupakan pembunuh yang
diam-diam karena penderita tidak merasakan gejala apapun. Sudah banyak
wanita yang meninggal akibat penyakit tersebut didunia. Sehingga, kita
sebagai perawat memiliki peran yang sangat penting dalam peran educator
dan caregiver. Perawat berperan untuk mendeteksi dini terhadap Mioma utern
dan Kista ovarium untuk dapat terdiagnosa lebih awal dan mendapatkan
perawatan segera. Berbago pengetahuan kepada klien dapat memberikan
pemahaman sehingga mengurangi angka kejadian terhadap tumor ini.
Daftar Pustaka
Achadiat, C. (2003). Obsteri & Ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:
EGC.
ACOG. (2017, 09 06). Uterine Fibroids. Retrieved from www.acog.org:
https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq074.pdf?dmc=1.
ALODOKTER. (2017, 09 02). Retrieved from /www.alodokter.com:
http://www.alodokter.com/miom.
Anne dkk. 2012. Prevalance, symptoms, and management of uterine fibroids: an
international internet-based survey of 21,746 women. 12:6. BMC Women’s
Health.
Can, J. O. (2015). The Management of Uterine Leiomyomas. SOGC CLINICAL
PRACTICE GUIDELINE, 157-178.
Dumaris dkk. 2013. Karakteristik Penderita Kista Ovarium yang Dirawat Inap di
Rumah Sakit ST Elisabeth Medan Tahun 2008-2012.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=131360&val=4108.
Diakses pada 6 September 2017.
Elica dkk. 2015. Karakteristik Wanita Penderita Kista Ovarium Di Rumah Sakit
Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013.
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=322072&val=4108&title=KARAKTERISTIK%20%20WANITA
%20PENDERITA%20KISTA%20OVARIUM%20DI%20%20RUMAH
%20SAKIT%20VITA%20INSANI%20PEMATANG%20SIANTAR
%20TAHUN%202011-2013. Diakses pada 6 September 2017.
Hanan dkk. 2016. Prevalence and incidence of Uterine Fibroid at King Abdulaziz
University Hospital Saudi Arabia. 6(3):45-48. Clinical Medicine and
Diagnostics.
Harmanto, N. (2006). SHK : Ibu Sehat & Cantik dg Herbal. Jakarta: PT Elex
MMedia Komputindo Kelompok Gramedia.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-srirahayug-5147-2-
bab2.pdf. Diakses pada 7 September 2017 pukul 17.00
http://zakiah-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-115146-Kep.%20Reproduksi-
Asuhan%20Keperawatan%20Mioma%20Uteri.html. Diakses pada tanggal 5
September 2017 pukul 15.05
http://zakiah-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-115146-Kep.%20Reproduksi-
Asuhan%20Keperawatan%20Mioma%20Uteri.html. Diakses pada 3
September 15.00
https://books.google.co.id/books?
id=o7rIQ70xKjYC&pg=PA410&dq=mioma+uteri&hl=id&sa=X&ved=0ahU
KEwjYuoa5_f7VAhUEFJQKHVuzC18Q6AEILjAC#v=onepage&q=mioma
%20uteri&f=false. Diakses pada 6 September
https://books.google.co.id/books?
id=PVJ6pCnlsSEC&pg=PA94&dq=mioma+uteri&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
EwjYuoa5_f7VAhUEFJQKHVuzC18Q6AEIKjAB#v=onepage&q=mioma
%20uteri&f=false. Diakses pada 6 September
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-srirahayug-5147-2-
bab2.pdf. Diakses pada 6 September
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25190/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=C6ADEBBB1FCB2974C04FC84881C4B673?
sequence=4. Diakses pada 6 September
http://eprints.ums.ac.id/20274/14/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses pada 6
September
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21363/Chapter
%20II.pdf?sequence=4. Diakses pada 6 September
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56152/Chapter
%20II.pdf?sequence=4. Diakses pada 6 September
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ariastuti0-5245-1-
babi.pdf. Diakses pada 6 September
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-ikamerdeka-6744-2-
babii.pdf. Diakses pada 7 September 2017.
Kasdu, D. (2005). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Buletin
Jendela.
Linton, Adrianne Dill. 2012. Introduction to medical surgical nursing 5th edition.
St. Louis: Elsevier Sanders.
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Manuaba, I. B. (2000). Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri, ginekologi,
dan KB. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Manuaba, I. B. (2000). Kepaniteraan Klinik Obsterri & Ginekologi Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Manuaba, C. M. (2003). Pengantar Kuliah Bstertetri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: ECG.
https://books.google.co.id/books?id=KSu9cUd-
cxwC&pg=PA524&dq=mioma+uteri+adalah&hl=en&sa=X&redir_esc=y
#v=onepage&q=mioma%20uteri%20adalah&f=false. Diakses pada 4
September 2017.
Narula dkk. 2013. Overview of Benign and Malignant Tumors of Female Genital
Tract. Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 3(01), pp. 140-149.
National Uterine Fibroids Foundation. 2010.
http://www.nuff.org/health_statistics.htm. Diakses pada 4 September 2017.
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. Ilmu kandungan. Edisi 2.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono; 2007
Springhouse. 1997. Medical-Surgical Nursing: Disorders and treatments. USA:
Elsevier.
Staff, M. C. (2011, 06 09). Mayo Clinic. Retrieved from www.mayoclinic.org:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uterine-fibroids/home/ovc-
20212509.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Ramuan lengkap herbal taklukkan penyakit.
Jakarta: Pustaka Bunda. https://books.google.co.id/books?
id=MPZrWtgMZ98C&pg=PT166&dq=mioma+uteri+adalah&hl=en&sa=
X&redir_esc=y#v=onepage&q=mioma%20uteri%20adalah&f=false.
Diakses pada 4 September 2017.
Zakiah.2014. “Asuhan Keperawatan Kista Ovarium”.5 September 2017.
http://zakiah-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-115145-Kep.
%20Reproduksi-Asuhan%20Keperawatan%20Kista%20Ovarium.html.
Diakses pada 7 September 2017.