Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH DAN STUDY KASUS

RADANG GENETALIA INTERNA

“ENDOMETRITIS”

Mata Kuliah : Obstetri dan Ginekologi

[ Dosen Pembimbung : Widya Lusi Arisona, S.S.T., MPH ]

Oleh :

Kelompok 9

Santini Yulce Nyeurmaha (190106017)

TINGKAT II

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG

JL. Raya Tulungagung- Blitar Km 4 Sumbergempol Tulungagung

Telp. (0355) 331080


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis ahirnya dapat
menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “RADANG GENETALIA INTERNA
“ENDOMETRITIS”” Makalah ini telah disesuaikan dengan perkembangan kurikulum
terbaru, khususnya pada mata kuliah Obstetri dan Ginekologi.

Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, penulis berharap agar pembaca dan
penggunanya mendapat pengetahuan serta manfaat yang lebih baik, sebagaimana yang tertera
dalam tujuan pembuatan makalah ini.

Atas terselesaikannya makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan. Khususnya dosen pengampu mata
kuliah Obstetri dan Ginekologi Ibu Widya Lusi Arisona, S.S.T., MPH, dan teman – teman
semua yang telah mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu, kritik dan
saran sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini.

Tulungagung, 1 Februari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................

1.3 Tujuan......................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................

2.1 Defini Endometritis.................................................................................................................

2.2 Etiologi.....................................................................................................................................

2.3 Bakteriologi.............................................................................................................................

2.4 Patofisiologi............................................................................................................................

2.5 Gejala Klinis...........................................................................................................................

2.6 Klasifikasi...............................................................................................................................

2.7 Diagnosis................................................................................................................................

2.8 Faktor Resiko.........................................................................................................................

2.9 Komplikasi.............................................................................................................................

2.10 Terapi dan Penatalaksanaan.................................................................................................

BAB III STUDI KASUS.....................................................................................................................

3.1 Soap Note................................................................................................................................

3.1.1 Data Subyektif............................................................................................................

3.1.2 DataObyektif...............................................................................................................
3.1.3 Analisis........................................................................................................................

3.1.4 Penatalaksanaan...........................................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................................

3.1 Daftar Pertanyaan...................................................................................................................

3.2 Kesimpulan..............................................................................................................................

3.3 Saran........................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Infeksi nifas” atau dalam istilah medis disebut juga “infeksi puerperalis”. Infeksi
nifas adalah infeksi bakteri pada saluran genital (kemaluan) yang terjadi setelah
melahirkan yang ditandai dengan kenaikan suhu tubuh sampai 38°C atau lebih selama
dua hari, terjadi dalam sepuluh hari setelah melahirkan tapi dengan mengecualikan 24
jam pertama.

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman-


kuman ke dalam alat-alat genital pada saat kehamilan dan persalinan.
Salah satu contoh infeksi nifas yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu
endometritis. Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium pada lapisan
sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada masa nifas
diindonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam penanganan
mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan maupun persalinan .
Dinegara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari
keaadaan sempurna kejadian infeksi nifas ini masih besar. Infeksi nifas umumnya
disebabkan oleh bakteri yang dalam keadaan normal berada dalam jalan lahir.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga personal
higiene, kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan jangka panjang
endometritis bagi ibu menjadi salah satu juga faktor atau dasar bagi penulis untuk
membahas tentang infeksi nifas mengenai endometritis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Penyakit Endometritis?
2. Apa Etiologi dari Penyakit Endometritis?
3. Apa saja Bakteriologi dari Penyakit Endometritis?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Penyakit Endometritis?
5. Bagaimana Gejala Klinis dari Penyakit Endometritis?
6. Bagaimana Klasifikasi dari Penyakit Endometritis?
7. Bagaimana Diagnonis dari Penyakit Endometritis?
8. Apa saja Faktor Resiko dari Penyakit Endometritis?
9. Apa saja Komplikasi dari Penyakit Endometritis?
10. Bagaiamana Terapi dan Penatalaksanaan dari Penyakit Endometritis?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Definisi dari Penyakit Endometritis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Etiologi dari Penyakit Endometritis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Bakteriologi dari Penyakit Endometritis.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi dari Penyakit Endometritis.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Gejala Klinis dari Penyakit Endometritis.
6. Mahasiswa dapat mengetahui Klasifikasi dari Penyakit Endometritis.
7. Mahasiswa dapat mengetahui Diagnonis dari Penyakit Endometritis.
8. Mahasiswa dapat mengetahui Faktor Resiko dari Penyakit Endometritis.
9. Mahasiswa dapat mengetahui Komplikasi dari Penyakit Endometritis.
10. Mahasiswa dapat mengetahui Terapi dan Penatalaksanaan dari Penyakit
Endometritis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Endometritis

Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang


terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang
terjadi akibat infeksi. Metritis atau endometritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik , peritonitis,
syok septik, thrombosis vena yang dalam , emboli pulmunal, infeksi pelvik menahun,
dispareunia ,penyumbatan tuba dan infertilitas. Biasanya terjadi 48 sampai 72 jam
setelah melahirkan.
2.2 Etiologi Penyakit Endometritis
Endometritis adalah penyakit polymicrobial yang melibatkan, rata-rata, 2-3
organisme.
Penyebab secara umum Endometritis adalah
1) Aborsi
2) Kelahiran kembar
3) Kerusakan jalan lahir
4) Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan involusi pasca persalinan
menjadi menurun
5)  Adanya korpus luteun persisten.
6) Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc, maka timbulnya
endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang.Bila persalinan
pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang lama,
partus yang lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian
endometritis akan meningkat sampai mendekati 6%. Bila terjadi
korioamniotis intrapartum, maka kejadian endometritis akan lebih tinggi yaitu
mencapai 13%.
7) Persalinan SC
SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya endometritis dan erat
kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor resiko penting
untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah,
pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal.
Karena adanya faktor resiko tersebut america college of obsetricians
andgynekologists menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada
tindakan secsio caesarea.
2.3 Bakteriologi
Meskiun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri biasanya steril sebelum
selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses persalinan dan manipulasi yang
dilakukan selama proses persalinan tersebut, cairan ketuban dan mungkin uterus akan
terkontaminasi oleh bakteri aerob dan anaerob.
Bakteri anaerob :
 peptosreptococcus sp
  peptococcus sp
  bakterioides sp
 klostridium sp
Bakteri  aerob gram positif:
 enterococcus
  grub B streptococcus
 Bakteri gran negatif:
 Echerichia coli.
Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.  Pada
infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada
endometrium.  Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrotis
dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrotis serta cairan. 
Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah yang sehat terdapat lapisan yang
terdiri atas leukosit-leukosit.  Pada infeksi yang lebih berat, batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran. Ada berbagai macam faktor predisposisi dari
endometritis. Ada sinergisme antara A. pyogenes, F. necrophorum, dan Prevotella
melaninogenicus, menyebabkan lebih beratnya kasus endometritis. Gangguan
mekanisme pertahanan uterus seperti involusi uterus atau fungsi neutrofil akan
menunda fungsi eliminasi kontaminasi bakteri. Distosia, kelahiran kembar atau
kematian janin dan inseminasi buatan meningkatkan kesempatan untuk kontaminasi
pada traktus genital. Retensi membrane fetus adalah faktor predisposisi endometritis
dan berhubungan dengan peningkatan endometritis berat.

2.4 Patofisiologi Penyakit Endometritis


Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat
banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara
asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah
mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat
terjadi endometritis . Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat
kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak
bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E.
coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik
(Brucella sp, Vibrio  foetus dan Trichomonas foetus).
Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari infeksi naik dari
saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat
diklasifikasikan sebagai akut versus kronis. Endometritis akut dicirikan oleh
kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh
kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium. Dalam populasi
nonobstetric, panggul inflammatory penyakit dan ginekologi prosedur invasif adalah
prekursor-prekursor yang paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi
obstetri, infeksi setelah bersalin adalah pendahulu paling umum.
Endometritis kronis dalam populasi obstetri biasanya berhubungan dengan
produk-produk yang tetap dari konsepsi setelah pengiriman atau elektif aborsi. Dalam
populasi nonobstetric, kronis endometritis telah melihat dengan infeksi (misalnya,
klamidia, tuberkulosis, bakterial vaginosis) dan kehadiran perangkat intrauterine.
2.5 Gejala Klinis Penyakit Endometritis
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita,
dan derajat trauma pada jalan lahir.  Kadang-kadang lochia tertahan oleh darah, sisa-
sisa palsenta dan selaput ketuban.  Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan diatasi.  Uterus
pada endometriosis agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek.  Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat
dan perut nyeri.  Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi
dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu
keadaan sudah normal kembali.  Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan
kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan
bahwa infeksinya berat.  Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia
yang sedikit dan tidak berbau.
Endometritis dapat terjadi penyebaran:
 Miometritis (infeksi otot rahim)
 Parametritis (infeksi sekitar rahim)
 Salpingitis (infeksi saluran telur)
 Ooforitis (infeksi indung telur)
 Dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar)
 Pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung
telur.
Secara umum gejala klinis dapat di uraikan sebagai berikut :

 Suhu tubuh berkisar melebihi 38 -39 0c


 Menggigil
 Demam biasanya timbul pada hari ke-3 disertai nadi yang cepat.
 Nadi cepat
 Nyeri abdomen
 Pada pemeriksaan bimanual teraba agak mem besar, nyeri dan lembek.
 Lokhea berbau menyengat namun ada juga yang tidak yaitu yang disebabkan
olek sreptococcus lokheanya bening dan tidak berbau.
 Lendir vagina berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan
 Rahim membesar
 Penderita nampak sehat namun dampak yang diberikan dalam jangka pendek
yaitu menurunkan kesuburan dan dalam jangka panjang menyebabkan
gangguan reproduksi karena perubahan saluran reproduksi.
2.6 Klasifikasi Penyakit Endometritis
Endometritis dibagi menjadi 3 macam:
1. Endometritis postpartum Peradangan yang terjadi setelah melahirkan.
2.  Endometritis sinsitial Peradangan pada dinding rahim akibati tumor jinak
yang disertai sel intisial dan trofoblas yang banyak.
3. Endometritis tuberkulosa Peradangan pada endometrium dan tuberculosa.
1. Endometritis Akut
Terutama terjadi pada postpartum atau postabortum.  Pada endometritis
postpartum, regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis
postpartum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.  Endometritis postabortum
terutama terjadi pada abortus provocatus.  Endometritis juga dapat terjadi pada
masa senil.
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan
pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit
berinti polimoni yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab
yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus,
dan oleb sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.  Infeksi post abortum dan
post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks uteri, luka pada
dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi kuman-
kuman patogen. Selain in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan
tidak sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Gejala-gejala:
 Demam
 Lochia berbau, pada endometritis postabortum kadang-kadang keluar
fluor yang purulent.
 Lochia lama berdarah, malahan terjadi metrorrhagi.
 Jika radang tidak menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak ada
nyeri.
 Nyeri pada palpasi abdomen (uterus) dan sekitarnya.

2. Endometritis Kronik
Kasusnya jarang ditemui oleh karena infeksi yang tidak dalam
masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena
pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.  Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. 
Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan
dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia.
Pengobatannya tergantung dari penyebab nya
Endometritis knonika ditemukan:
 pada tuberkulosis;
 jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
 jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
 pada polip uterus dengan infeksi;
 pada tumor ganas uterus;
 pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvik.
 Fluor albus yang keluar dari ostium 
 Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi 
Endometritis tuberkulosa umumnya timbul sekunder pada penderita dengan
salpingitis tuberkulosa.  Pada penderita dengan tuberculosis pelvic yang
asimptomatik, endometritis tuberkulosa ditemukan bila pada seorang wanita dengan
infertilitas dilakukan biopsy endometrial dan ditemukan tuberkel dalam sediaan. 
Terapi yang kausal terhadap tuberculosis biasanya dapat menyebabkan timbulnya
haid lagi.
2.7 Diagnosis
Diagnosa endometritis tidak didasarkan pada pemeriksaan histologis dari
biopsy endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagina dan palpasi
traktus genital per rectum adalah teknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa
endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas
pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak
selalu mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari
uterus, cervik atau vagina dan mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah
sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik,
pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari
diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina. 
Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan memberi perlakuan pada kasus
endometritis di awal periode post partum. Setiap ibu harus mengalami pemeriksaan
postpartum dengan segera pada saat laktasi sebagai bagian dari program kesehatan
yang rutin. Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari
vagina yang diketahui lewat palpasi rektal.
Diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin
diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal
meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna,
bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distosia, retensi plasenta
atau vagina purulenta saat periode postpartum dapat membantu diagnosa endometritis.
Cara sederhana juga adalah dengan melakukan pemeriksaan manual pada
vagina dan mengambil mukus untuk di inspeksi. Keuntungan teknik ini adalah murah,
cepat, menyediakan informasi sensory tambahan seperti deteksi laserasi vagina dan
deteksi bau dari mukus pada vagina.
2.8 Faktor Resiko
Wanita sangat rentan terhadap endometritis setelah kelahiran atau aborsi.
Dalam kedua setelah bersalin dan postabortal negara, risiko meningkat karena dari os
serviks terbuka, kehadiran jumlah besar darah dan puing-puing, dan instrumentasi
rahim.
Faktor-faktor risiko utama untuk obstetri endometritis meliputi:
o Cesarean pengiriman (terutama jika sebelum 28 minggu kehamilan)
o Berkepanjangan sindrom
o Tenaga kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina
o Parah penyakit bernoda cairan amnioti
o Penghapusan plasental manual [3]
o Ekstrem dari pasien usia
o Status sosial ekonomi rendah.
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
1. Luka infeksi
Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam
menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya
dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi.
2. Karena peritonitis
Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas
abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan
dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas
hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis.
Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus  atau nekrosis insisi
uterus ,sebaiknya diterapi secara bedah .
3. Parametrial phlegmon
Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis
parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang
disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau
dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini
umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi
ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien
sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
4. Panggul abses
Flegmon parametrium dapat dapat mengalami supurasi,membentuk abses
ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah , dapat timbul peritonitis yang
mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan
computed tomography , kolpotami, atau  melalui abdomen, bergantung pada lokasi
abses.  
5. Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus
Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesaradalah
terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di
sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . hal ini bermanifestasi sebagai drainase
subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan
pengangkatan uterus yang terinfeksi.
6. Septik panggul thrombophlebitis
Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus.
Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan munkin mengenai vena-vena di
ovarium.
Penyebaran infeksi dari endometrium tabung saluran indung telur, indung telur
atau rongga peritoneal dapat mengakibatkan, salpingitis, oophoritis, karena peritonitis
lokal atau abses tubo ovarium. Salpingitis kemudian mengarah ke tubal dysmotility
dan pelekatan yang mengakibatkan infertilitas, insiden yang lebih tinggi dari
kehamilan ektopik, dan kronis nyeri panggul.

2.10 Terapi dan Penatalaksanaan Penyakit Endometritis


Rencana yang harus dilakukan pada pasien endometritis adalah dengan
memberikan beberapa terapi dan dilaksanakan sebagai berikut:
Terapi endometritis, dapat dilakukan melalui pemberian antibiotik sistemik,
irigasi rahim, pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon rahim, dan
injeksi prostaglandin untuk menginduksi estrus . Pengobatan yang direkomendasikan
untuk endometritis yang agak berat adalah memperbaiki vaskularisasi dengan
mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik ringan seperti lugol dengan konsentrasi
yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3
hari. Antibiotik diberikan secara intra uterin dan intra muskular. Leleran dapat
dikeluarkan dengan menyuntikkan preparat estrogen. Untuk endometritis ringan
cukup diberikan antibiotika intra uterina
1.  Endometritis Akut
Terapi:
a) Pemberian uterotonika
b) Istirahat, posisi/letak Fowler
c) Pemberian antibiotika
d) Endometritis senilis, perlu dikuret untuk mengesampingkan
diagnosa corpus carcinoma.  Dapat diberi estrogen.
2. Endometritis Kronik
Terapi:
Perlu dilakukan kuretase untuk diferensial diagnosa dengan carcinoma
corpus uteri, polyp atau myoma submucosa.  Kadang-kadang dengan
kuretase ditemukan emndometritis tuberkulosa.  Kuretase juga bersifat
terapeutik.

PENATALAKSANAAN

Pada penderita endometritis ringan pasca persalinan normal pengobatan


dengan antibiotika oral biasanya memberikan hasil yang baik.
Pada penderita sedang dan berat , termasuk panderita pasca secsio caesarea,
perlu diberikan antibiotik spektrum luas secara intravena, dan biasanya penderita akan
membaik dalam waktu 48 – 72 jam.
Bila setelah 72 jam demam tidak membaik perlu dicari dengan lebih teliti
penyebabnya karena demam yang menetap ini jarang yang disebabkan oleh resistensi
bakteri terhadap antibiotika atau suatu efek samping obat.
Penyulit endometritis yang sering menimbulkan demam yang menetap ini
diantaranya parametrial flegmon, abses pelvis atau tempat insisi, infeksi pada
hematom dan pelvik trombo flebitis. Oleh karenanya, pada kasus endometritis yang
berat dan disertai penyulit perlu dipertimbangkan intervensi bedah untuk drainase
abses atau evakuasi jaringan yang rusak.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 DATA SUBYEKTIF


Ibu mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, terasa nyeri pada vagina,
vagina mengeluarkan banyak darah dan lendir yang berwarna putih kekuningan
berlebihan dan berbau sejak 2 hari yang lalu, Ibu juga mengatakan mengalami
demam, menggigil, suhu tubuh naik, serta di ikuti dengan nadi cepat.
3.2 DATA OBYEKTIF
SECARA UMUM
Kesadaran : Composmetis, lemas
TANDA-TANDA VITAL
Tensi : 110/80 mmHg
Suhu : 38,7 ° C
Nadi : 40 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Pemeriksaan fisik
a) Abdomen : Tidak ada bekas luka, adanya linea nigra, TFU sesuai
masa postpartum, kontraksi uterus kuat, uterus teraba keras,
kandung kemih kosong.
b) Genetalia :
 Tanda chadwich : +/tidak terlalu
 Varices : tidak ada
 Perineum : terdapat bekas luka jahitan, keputihan
berwarna putih kekuningan, ada nyeri tekan
 Kelenjar Bartholini : tidak membesar
 Pengeluaran lokhea : lokhea (Sangungilenta berbau
menyengat)
 Tidak ada Odema
c) Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

3.3 Analisis

“Ny. W Umur 28 Tahun P1001 Post Partum hari ke 3 dengan Endometritis”


3.4 Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga tentang kondisi terkini ibu

Tensi : 110/80 mmHg


Suhu : 38,7 ° C
Nadi : 40 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Hasil : Ibu mengerti dan berusaha untuk memperbaiki kondisi.

2. Menjelaskan kepada ibu dan suami pasien tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
mengalami endometritis. Endometritis adalah infeksi pada endometrium, yaitu lapisan
sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi.

Hasil : Ibu mengerti dan berusaha untuk memperbaiki kondisi.


3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan personal hygien dan menjaga
kebersihan dari alat genital yaitu mandi 2x sehari,selalu menjaga kebersihan alat
genital dengan cara memebersihkannya dengan menggunakan air hangat, selalu
keringkan. menegringkannya dengan kain bersih Menggunakan celana dalam yang
terbuat dari katun, sebelum tidur wajib ganti agar tidak lembab sehingga akan
terhindar dari kuman yang bisa menyebabkan infeksi leih parah.

Hasil : Ibu Mengerti dan bersedia melakukan.

4. Menganjurkan Ibu untuk memperbanyak makanan berserat yaitu sayuran hijau,


buah buahan, menu seimbang, kebutuhan cairan dalam sehari. Hindari konsumsi
makanan junk food, makanan dengan kadar gula atau garamnya tinggi
Hasil : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan.
5. Menginformasikan pada Ibu untuk tidak menggunakan produk pembersih vagina
Hasil : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan.

6. Memberikan dukungan kepada ibu, dan memotivasi keluarga untuk mendoakan


agar kondisi ibu membaik.

Hasil : Ibu merasa tenang dan keluarga bersedia.

7. Memberikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yaitu asam mefenamat.


Hasil : Asam mefenamat telah diberikan kepada ibu

8. Memasang infus. Infus telah dipasang cairan berupa RL .

Hasil : Infus terpasang dan pasien terlihat lebih baik.

9. Menganjurkan Ibu untuk melakukan Terapi Endometritis

Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran Bidan

10. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk dilakukan pemeriksaan ginekologi

Hasil : Ibu bersedia melakukan ajuran Bidan.

11. Melakukan pendokumentasian.

Hasil : Telah dilakukan dokumentas.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Daftar Pertanyaan


Pertanyaan dari Kelompok 10, Penanya Ajeng Oktavia
Kurniawati
Saya Ajeng oktavia kurniawati, dari kelompok 10 izin bertanya,
kenapa pada ibu yang didiagnosa memiliki endometritis tidak
diperbolehkan menggunakan produk pembersih vagina ?
terimakasih 🙏
Jawab:
Baik Terimakasih Mbak Ajeng untuk pertanyaannya Saya Santini
Yulce Nyeurmaha akan mencoba menjawab, Pada vagina normal
terkandung bakteri yang tidak membahayakan bila dalam jumlah
tepat, yaitu laktobasilus.
Bakteri tersebut berguna menjaga keasaman pH vagina yang
berkisar antara 3.8-4.5, dan mencegah infeksi bakteri yang patogen.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebenarnya tidak diperlukan
karena aturan penggunaan yang keliru justru meningkatkan risiko
ketidak seimbangan pH atau bakteri dalam vagina dan menyebabkan
infeksi.
Membersihkan vagina cukup dengan menjaga agak tidak lembab
karena kondisi lembab berisiko infeksi jamur. Setelah persalinan
sebetulnya sudah terjadi proses secara alami untuk membersihkan
daerah rahim dan vagina yaitu "Lochia" ini terdiri dari peluruhan
dari dinding rahim setelah melahirkan, disertai darah dan bakteri.
Peluruhan ini akan terus terjadi hingga terbentuk lapisan dinding
rahim yang baru. Lochia akan tetap dialami oleh setiap ibu yang baru
melahirkan, baik dengan kelahiran normal maupun dengan operasi
cesar. Bersihkan area vagina dari arah depan ke belakang untuk
menghindari kuman dari anus masuk ke vagina. Dari uraian diatas
Ibu Post Partum tidak disarankan menggunakan cairan pembersih
vagina. Terimakasih.
4.2 Kesimpulan
Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang
terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang
terjadi akibat infeksi.
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium.
Endometritis ini terjadi karena karena kurangnya kesadaran ibu nifas dalam
hal perrsonal  higiene dan merawat luka perineum. Padahal infeksi ini dalam jangka
pendek dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan dan dalam jangka
panjang menggannggu sistem reproduksi karena perubahan saluran reproduksi.
Pengobatan dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam kasus ini.
4.3 Saran
1. Untuk Klien
a. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi tinggi serat dan
memperbanyak buah buahan dan sayuran, tidak mengkonsumsi junk food makanan
/minuman yang manis, cara merawat organ reproduksi dengan benar, serta
memperdalam pengetahuan tentang penyakit endometritis.
b. Menganjurkan ibu untuk mengetahui tentang apa-apa saja yang menjadi faktor
pendorong penyakit nifas ini yaitu penyakit endometritis.

2. Untuk Bidan
a. Bidan harus memperdalam ilmu lagi mengetahui tentang hal-hal apa saja yang
menjadi wewenangnya dan apa-apa saja yang tidak boleh untuk dilakukan dan
tindakan apa saja yang harus melakukan penanganan segera maupun kolaborasi
dengan dokter spesialis kandungan.
b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan
yang baik selama Klien mengalami masa nifas agar Klien bisa merasa puas
dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan.

3. Untuk Prodi

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya pembelajaran tentang


penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah penyakit masa
nifas lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat
bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya
manusia yang berpotensi dan professional.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/72224218/Makalah-Asuhan-Kebidanan-Ivb-
Patologi-Endometritis
http://teens1502.blogspot.com/2012/10/askeb-endometritis.html
https://id.scribd.com/document/427785074/ASUHAN-KEBIDANAN-
Endometritis

Anda mungkin juga menyukai