Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN CA ENDOMETRIUM

Disusun Oleh: Kelompok 5

Nama Anggota Kelompok:

1. Dwi Putri Mauldyah (2214314201212)


2. Emia Prasintya (2214314201033)
3. Rani Sri Wahyuni (2214314201092)
4. Rindi Antika (2214314201095)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Terimakasih penyusun ucapkan kepada Ibu Dra. Gerotti
Maria Sindarti, M.Kes. Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Reproduksi yang telah mengajarkan ilmu serta membimbing penyusun sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah dengan Judul " ASUHAN KEPERAWATAN CA


ENDOMETRIUM” Ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Keperawatan Reproduksi.

Demikian pula, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini,


masih banyak kekurangan dan kesalahan. Namun, penyusun tetap berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari penulisan makalah ini sangat diharapkan sebagai masukan dalam
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya. Untuk itu penyusun
ucapkan terimakasih.

Malang, 15 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan...........................................................................................................6
1.4 Manfaat.........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................7
2.1 Definsi Ca Endometrium...............................................................................7
2.2 Patofisiogi Endomaterium.............................................................................8
2.3 Etiologi Endomaterium.................................................................................9
2.4 Faktor Resiko Endomaterium.....................................................................11
2.5 Menifestasi Klinis.......................................................................................16
2.6 Deteksi Dini Kanker Endometerium...........................................................16
2.7 Klasifikasi Endometerium...........................................................................17
2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................17
2.9 Pencegahan Dari Endometrium...................................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................25
3.1 Pengkajian...................................................................................................25
3.2 Analisis Data...............................................................................................31
3.3 Daftar PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN................................32
3.4 Intervensi Keperawatan...............................................................................33
BAB IV PENUTUP............................................................................................36
4.1 Kesimpulan.................................................................................................36
4.2 Saran............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................38

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker endometrium adalah kanker paling sering pada saluran genitalia


wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh
dunia setelah payudara, kolorektal, paru, serviks uteri, (dan keempat belas
paling sering dari seluruh kanker). Di dunia sekitar 320,000 kasus baru
didiagnosis pada tahun 2012 dan jumlahnya hampir 5 persen dari seluruh
kasus baru kanker pada wanita (2 persen dari keseluruhan kanker). Angka ini
meningkat dibandingkan sekitar 290.000 kasus baru yang didiagnosis pada
tahun 2008(Ellenson and Pirog, 2015). Penyakit ini 53% terdapat dinegara-
negara maju, insiden tertinggi adalah Amerika Utara, Eropa Tengah. Eropa
Timur dan insiden terendah di Afrika Tengah, Afrika Barat dan Asia (Ferlay
et al., 2012; Amant et al., 2012; Ellenson and Pirog, 2015) Berdasarkan data
American CancerSociety (2006), sekitar 40.880 kasus baru didiagnosis di
Amerika Serikat dengan angka kematian 7.400. Angka kejadianini meningkat
menjadi 47.130 kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2012 dengan angka
kematian diprediksi mencapai 8010.

Risiko kanker endometrium meningkat denganbertambahnya usia,sebagian


besar penyakit ini didiagnosis postmenopause. Data Cancer Research
UK(2013), 73%penyakit ini di diagnosis pada wanita berusia antara 40-74
tahun dan sekitar 25% didiagnosis pada usia 75 tahun atau lebih pada tahun
2009 sampai 201 Idilnggris. Angka kejadian berdasarkan kelompok usia
meningkat tajam dari usia sekitar 40 tahun ke kelompok usia 70-74 tahun
sebagai usia puncak kejadian kanker endometrium dan kemudian menurun
terus setelah usia tersebut. Angka kejadian menurut usia meningkat di negara-
negara yang mengalami transisi dari ekonomi rendah ketinggi(Jackson, 2013).

4
Berdasarkan data Cancer Research UK (2013), angka harapan hidup 5
tahun menurut usia lebih tinggi pada wanita usia yang lebih muda dan angka
ini terus menurun dengan bertambahnya usia. Di Inggris pada tahun 2007-
20011 angka harapan hidup 5 tahun berkisar 86,6% pada usia 40-49 tahun,
dan menurun sampai 56,1% pada usia lebih dari 70 tahun.

Endometrium merupakan jaringan yang melapisi dindingbagian


dalamuterus. Lapisan ini mengikuti proses perubahan siklus menstruasi
selama masa subur kehidupan seorang wanita. Sebagian besar kanker yang
terjadi pada uterus adalah kanker endometrium, terutama adenokarsinoma
(Young B, 2007). Karsinoma endometrium didefinisikan sebagai tumor epitel
ganas primer, biasanya dengan diferensiasi kelenjar, yang berpotensi
menginvasi ke dalam miometriumdan menyebar ke lokasi yang
jauh(Silverberg et al, 2003).

Beberapa faktor telah diidentifikasi dalam memprediksi prognosis


karsinoma endometrium, Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tipe
histopatologik, derajat histopatologik, kedalaman invasi miometrium, stadium,
serta invasi limfovaskuler(Tangjitgamolet al., 2009; Rosai J, 2011; Siegell et
al., 2012). Prognosis karsinoma endometrium sebenarnya cukup baik apabila
dijumpai pada stadium dini dan ditangani secara tepat, tetapi beberapa
karsinoma endometrium telah menyebar atau telah bermetastasissaat
didiagnosis pertama kali. Hal ini mungkin disebabkan karena karsinoma
endometrium tidak mempunyai gejala yang khas dan belum ada metode
deteksi dininya(Nurseta et al., 2008; Milam et al., 2012; Werner et al., 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Endometrium ?


2. Bagaimana patofisiologi Endometrium ?
3. Bagaiaman Etiologi Endometrium ?
4. Bagaimana faktor risiko Endometrium ?
5. Bagaimana manifestasi klinis Endometrium ?
6. Bagaiama detreksi dini Endometrium ?
7. Bagaimana klasifikasi Endometrium ?

5
8. Bagaimana penatalaksanaan Endometrium ?
9. Bagaimana pencegahan Endometrium ?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui definisi Endometrium


2. Untuk Mengetahui patofisiologi Endometrium
3. Untuk Mengetahui Etiologi Endometrium
4. Untuk Mengetahui faktor risiko Endometrium
5. Untuk Mengetahui manifestasi klinis Endometrium
6. Untuk Mengetahui detreksi dini Endometrium
7. Untuk Mengetahui klasifikasi Endometrium
8. Untuk Mengetahui penatalaksanaan Endometrium
9. Untuk Mengetahui pencegahan Endometrium

1.4 Manfaat

1. Menambah Pemahaman mengenai definisi Endometrium


2. Menambah Pemahaman mengenai patofisiologi Endometrium
3. Menambah Pemahaman mengenai Etiologi Endometrium
4. Menambah Pemahaman mengenai faktor risiko Endometrium
5. Menambah Pemahaman mengenai manifestasi klinis Endometrium
6. Menambah Pemahaman mengenai detreksi dini Endometrium
7. Menambah Pemahaman mengenai klasifikasi Endometrium
8. Menambah Pemahaman mengenai penatalaksanaan Endometrium
9. Menambah Pemahaman mengenai pencegahan Endometrium

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definsi Ca Endometrium

Kanker endometrium merupakan tumor ganas yang premir yang


berasal dari endometerium atau miometerium, sebagian besar merupakan
adenokrasinoma (90%).. Karsinoma endometerium terutama adalah
penyakit pada wanita pasacamonopause. walupun 25% kasus terdapat pada
wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia
40 tahun umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66
tahun. Indensi kanker endometrium pada wanita monopause 5 kali lebih
rendah dari pada wanita yang telah mengalami monopause. Insiden ini
meningkat sesuai betambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70
tahun.
Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe
dengan patogenesis berbeda pada masing-masing tipenya.tipe pertama
adalah estrogen dependen dan tipe kedua estrogen independen. Perubahan
genetik molekular dapat membantu dalam menjalaskan sifat-siafat
klinisnnya.

- Tipe I Estrogen Dependen


Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam
darah, yang umumnya menyrang wanita pre dan perimonopause. Pada
anamnesis didapatkan riwayat terpapar estrogen dan berasal dari
atipikal endomaterial hiperplasi. Tipe ini diferensiasi baik, minimal
invasif,sehingga mempunyai prognosis yang baik. Pada beberapa
kasus mungkin didapatkan diabets, penyakit liver, hipertensi. obesitas,
infertelitas dan gangguan menstruasi. Pada kenyatannya lesi tipe 1
berpotensi dapat dicegah melalui pengenalan resiko pada pasien,

7
diagnosis lesi prekursor (hiperplesia endoaterium atipika) dan
pengobatan yang sesuai.

- Tipe II Estogen Independen


Tipe ini biasa didapatkan pada wannita postmonopaus, kurus dan
fertil atau wanita dengan sirkdus hormonal yang normal. Tipe II lebih
agresif dan mempunyai prognosis lebih buruk dari pada tipe 1, Tipe II
paling sering di dapat pada wanita Afro-Amerika. Yang termasuk
kanker endometerium tipe II adalah :
 High-grade endometrioid cancer
 Uterine papillary seous carcinoma
 Uterine clear cell carcinoma

Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometerium sering terjadi yaitu


fundus. tuba dan isthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal
pada lapisan eterine di lokasi tersebut.

2.2 Patofisiogi Endomaterium

Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor


tirosin kinase yang berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR
telah dilaporkan pada 10-12% dari kanker endometerium identik dengan
penemuan yang didapatkan dari kelainan kraniofasial kongietal. Inhibasi
pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi masadepan bagi penderita
kanker endomaterium. Beberapa peneliti menduga terdapat dua peran
FGFR2 dalam mempengaruhi endomaterium yaitu dengan menghambat
proliferasi sel endomaterium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen
pada karsionoma endometrial.
Kanker endomaterium mungkin berasal di area minoris (misalnya,
sebuah polip endometerium) atau multi fokal difus. Pertumbuhan awal dari
tmor dicirikan oleh pola eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor di
tandai dengan kerapuhan dan pendarahan spontan, bahkan pada tahap
awal. Kemudian pertumbuhan tumor ditandai oleh invasi miometrium dan
pertumbuhan menuju leher rahim.

8
Empat rute peneyabab terjadi di luar rahim :

1. Langsung Penyebaran adenokarsinoma endomaterium biasanya


lamabat terutama pada yang diferensiasi baik. Peneybaran
kearah permukaan kavum uteri dan endoserviks. Dari kavum
uteri menuju ke stroma endomaterium ke miomaterium ke
ligamentum latun dan oragan sekitarnya. Jika telah mengenai
endoserviks, penyebab selanjutnya sperti pada adenolarsinoma
serviks.
2. Melalui kelenjar limfe
Penyebaran melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke
para aorta dan melalui kelenjar limfe uterus akan menuju
kelenjar iliaka interna, eksterna dan ilaka komunis serta melalui
kelenjar limfe ligamentum rotudum akan sampai ke
kelenjarlimfe ingunal dan femoral.
3. Melalui aliran darah
Biasanya proses penyebaran sangat lambat dan tempat
metastasenya adalah paru, hati dan otak.
4. Interperitoneal atau tuba
Biasanya disertai papilary serous carcinoma (UPSC), serupa
dengan penyebaran kanker ovarium.

2.3 Etiologi Endomaterium

Penyebab kanker endometerium tidak diketahui. Kebanyakan


kasus kanker endomaterium dihubungkan dengan endometrium terpapar
stimulasi estrogen secara kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal
adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah
besar estrogen yang disuntukan pada hewan percobaan di laboratorium
meneybabkan endometerium dan kanker.

9
Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker
endometerium telah diketahui selama 50 tahun. Satu faktor resiko yang
paling sering dan paling terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah
obesitas jaringan adiposa memiliki enzim aromatase yang aktif. Androgen
adrenal denan cepat dikonversi menjadi estrogen di dalam jaringan adiposa
pada individu yang obesitas. Estrogen yang baru disintesis ini juga
memeliki bioavailabilitas yang sangat baik karena perubahan metabolik
yang berhubungan dengan obesitas menghambat produksiglobulin
pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obesitas mungki mengalami
peningkatan drastis pada estrogen bioavaibel yang bersirkulasi dan
pajanan ini dapat menyebabkan penmbuhan hiperplastik pada
endometrium.

Dasar pemikiran yang menganggap estrogen sebagai faktor


etiologis berasal dari tiga sumber.

1. Aktivitas biologis estrogen dan progesteron pada endometrium


2. Data pada hewan dan manusia mengenai pengaru
dietilstilbestrol (DES) terhadap karsinogenesis
3. Hubungan anatara kanker endometerium dengan hiperplasia
endometerium dalam kaitannya dengan hubungan antara
hiperplasia dengan pajanan estrogen yang tidak di hambat dan
berlangsung lama

Bukti yang paling kuat untuk sensitivitas endomaterium yang


tinggi terhadap hormon steroid ovarium adalah perubahan dramatis yang
terjadi pada jaringan ini selama siklus menstruasi. Pada siklus wanita
normal: endometerium mengubah morfologinya setiap hari.

Pada fase folikular siklus estrogen menstimulas proiferasiepitel


yang menutup kelenjar endometerium dan stoma di bawahnya. Estrogen
menginduksi produksi reseptor sendiri dan reseptor progesteron selama
fase ini. Progresteron yang di sekresi dengan cepat setelah ovulasi

10
menahan aktivitas proliferasi pada kelenjar-kelenjar dan mengkonversi
epitel menjadi keadaan sekretorik. Stroma merespon progesteron dengan
angiogenesis dan matursai fungsional. Jika kehamilan terjadi, perubahan-
perubahan ini akan mempersiapkan endometerium untuk impalantasi.
Dipercaya bahwa efek mitogenik yang poten dari estrogen pada epitel
kelenjar endometerium mempercepat tingkat mutasi spontan dari onkogen
yang merupakan predisposisi atau en penekan tumor. Hal ini mengarah
pada suatu transformasi neoplastik.

2.4 Faktor Resiko Endomaterium

Kebanyakan faktor risikokanker endometrium Dipengaruhi oleh


kadar hormon estrogen dan obesitas. Dimana kadar hormon estrogen ini
dipengaruhi oleh adanya terapi sulih hormon yang biasa dilakukan pada
usia menopause, Sebelum menopause, ovarium merupakan sumber utama
2 tipe hormon wanita estrogen dan progesteron. Keseimbangan antara
kedua hormon berubah selama siklus menstruasi wanita tiap bulan. Hal ini
menghasilkan periode bulanan wanitadan menjaga endometrium tetap
sehat. Adanya ketidakseimbangan pada kedua hormon dimana
meningkatnya estrogen dapat meningkatkan risikokanker endometrium
pada wanita. Setelah menopause, ovarium berhenti membuat hormon.
tetapi jumlah kecil estrogen tetap dibuat secara alami pada jaringan lemak.
Estrogen memiliki pengaruh yang besar setelahmenopause dibanding
sebelum menopause. Hormon wanita juga terdapat (sebagai obat) pada pil
pengontrol kehamilan untuk mencegah kehamilan dan sebagai terapi
hormon untuk mengobati gejala menopause.
1) Faktor hormon
1. Terapih sulih hormon
Terapi sulih hormonbiasanya untuk mengobati gejala
menopause dengan menggunakan estrogen. Estrogen tersedia
dalam banyak bentuk seperti pil, krim, yang menempel di kulit
(skin patches), shots, dan cincin vagina untuk mengobati gejala
menopause, engobatan estrogen dapat mengurangi rasa

11
semburan panas, meningkatkan kekeringan vaginal, membantu
mencegah kelemahan pada tulang (osteoporosis), gejala
vasomotor dan gangguan tiduryang dapat terjadi saat
menopause.

2. Pil kontrol kehamilan


Penggunaan pil kontrol kehamilan (kontrasepsi oral)
memurunkan risikokanker endometrium. Namun penting untuk
melihat semua risikodan keuntungan saatmemilih metode
kontrasepsi, karena kanker endometrium merupakan.
risikoyang harus dipertimbangkan (American Cancer Society,
2012). Perkembangan hiperplasia sekunder pada anovulasi saat
menarchetidak sering terjadi, namun mudah kembali dengan
siklus normal menstruasi saat penggunaan pil kontrasepsi oral
(Di Saia & Creasman, 2012)
3. Jumlah total siklus menstruasi
Memiliki siklus menstruasi yang lebih banyak selama waktu
hidup wanita dapat meningkatkan risikokanker endometrium.
Mulainya periode menstruasi (menarche) sebelum usia 12
tahun dan/atau mengalami menopause lebih lambat
(>55tahun)dapat meningkatkan risiko(Dossus, et al, 2010).
4. Kehamilan
Keseimbangan hormon berganti selama kehamilan, dimana
progesteron lebih banyak dibanding estrogen. Peningkatan
umur kehamilan mungkin dapat melindungi atau menghindari
dari kanker dengan menurunkan kadar estrogen pada wanita
yang mendekati menopause. Paparan terhadap kadar tinggi
progesteronsaat kehamilan mungkin efektif saat seringnya
terjadi defisienasi progesteronpada usia lanjut. Paparan dalam
jangka waktu panjang pada progesteronmungkin memfasilitasi
pengangkatan lesi premalignan, sehingga risiko terjadinya

12
kanker endometrium cenderung menurun(Karageorgi, et al,
2010)
5. Obesitas
Obesitas mempengaruhi jumlah kadar hormon danfaktor
pertumbuhan. Insulin dan leptin meningkat pada orang-orang
obesitas dan dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Obesitas
juga dihubungkan dengan inflamasi kronis graderendah.
Obesitas jaringan adipose dicirikan dengan adanya infiltrasi
makrofag dan makrofag merupakan sumber penting inflamasi
di jaringan ini. Adiposit menghasilkan faktor pro-inflamasi dan
individu yang obesitas mengalami peningkatan konsentrasi dari
sirkulasi faktor nekrosis tumor (TNF)-alfa, interleukin (IL)-6,
dan protein kreatinin-C, dibandingkan dengan orang-orang
kurus. Sebagaimana leptin yang berfungsi sebagai sitokin
inflamasi. Inflamasi kronis dapat memicu terjadinya
perkembangan kanker. Hormon estrogen yang sebagian besar
dihasilkan di ovarium, diketahui juga jaringan adiposedapat
mengubah beberapa hormon menjadi estrogen. Memiliki lebih
banyak jaringan adipose dapat meningkatkan kadar estrogen
wanita, dimana hal ini juga dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium(American Institute for Cancer Research, 2013).
6. Temoxsifen
Tamoxifen adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati kanker payudara. Tamoxifen bekerja sebagai anti
estrogen di jaringan payudara, tetapi bekerja seperti estrogen di
uterus. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan dinding
rahim, yang meningkatkan risiko kanker endometrium
(American Cancer Society, 2012)
7. Tumor ovarium
Tipe Lumor ovarium, granulose-theca cell lumor, sering
menghasilkan estrogen. Estrogen dilepaskan oleh salah satu
tumor yang tidak terkontrol pelepasan hormonnya dari

13
ovarium, yang seringkali dapat memicu tingginya kadar
estrogen. Tidak seimbangan hormon dapat merangsang
endometrium dan dapat memicu terjadinya kanker
endometrium. Faktanya, terkadang terjadi pendarahan vaginal
dari kanker endometrium yang merupakan gejala awal dari
tumor.(American Cancer Society, 2012).
8. Sindrom ovarium polisistik
Wanita dengan kondisi disebutsindrom polisistik ovarian
(PCOS) mempunyai kadar hormon abnormal, seperti tingginya
androgen (hormon laki-laki) dan kadar estrogen dan kadar
progestern yang rendah. Peningkatan estrogen relatif pada
progesterondapat meningkatkan kesempatan wanita untuk
mengalami kanker endometrium(American Cancer Society,
2012).

2) Pengguna alat intrauterin


Wanita yang menggunakan alat intrauterin(IUD) untuk mengontrol
kehamilan memiliki risiko mengalami kanker endometrium yang lebih
rendah. IUD terkadang digunakan untuk mengobati pre-kanker dan kanker
endometrium awal pada wanita yang ingin mempertahankan kemampuan
melahirkan anak(American Cancer Society, 2012).
3) Usia
Risiko kanker endometrium meningkat pada wanita yang semakin tua.
Kanker endometrium jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun.
Kebanyakan kasus ditemukan pada wanita berumur 50 tahun keatas,
dengan lebih dari setengah semua kasus kanker endometrium didiagnosis
pada kelompok umur 50-69 tahun American Cancer Society, 2012).
4) Makanan dan olahraga
Makanan tinggi lemakdapat meningkatkan risiko beberapa kanker,
temasuk kanker endometrium. Karena makanan berlemak juga merupakan
makanan tinggi kalori, makanan tinggi lemak dapat memicu obesitas, yang
diketahui merupakan faktor risiko kanker endometrium. Beberapa

14
penelitiberpikir bahwa makanan berlemak juga mempunyai efek langsung
pada metabolisme estrogen, yang meningkatkan risiko kanker
endometrium, Aktivitas fisik diketahui dapat mencegah kanker
endometrium(American Cancer Society, 2012).
5) Diabetes dan hipertensi
Kanker endometrium dapat terjadi empat kali lebih sering pada wanita
dengan diabetes. Diabetes sering terjadi pada orang-orang yang kelebihan
berat badan, tetapi walaupun orang dengan diabetes tidak kelebihan berat
badan, memiliki risiko kanker endometrium yang lebih tinggi. Beberapa
peneliti menemukan bahwa hipertensi berhubungan dengan risiko kanker
endometrium (American Cancer Society, 2012).
6) Riwayat keluarga
Kanker endometrium cenderung diturunkan pada beberapa keluarga.
Risiko meningkat pada wanita yang mempunyai keluarga penderita kanker
endometrium. Wanita yang mempunyai ibu atau saudara perempuan yang
menderita kanker endometrium risiko meningkat2 kali lipat(American
Cancer Society, 2012)
7) Kanker payudara atau ovarium
Wanita yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium mungkin
meningkatkan risiko perkembangan kanker endometrium. Beberapa
makanan, hormon, dan faktor risiko reproduktif untuk kanker payudara
dan ovarium juga meningkatkan risiko kanker endometrium(American
Cancer Society, 2012).
8) Terapi radiasi pelvis
Radiasi digunakan untuk mengobati beberapa kanker yang dapat merusak
sel DNA, terkadang meningkatkan risiko kanker tipe kedua seperti kanker
endometrium(American Cancer Society, 2012)
9) Hiperplasia endometerium
Hiperplasia endometrium merupakan peningkatan pertumbuhan
endometrium. Hiperplasia ringan atau sederhana, tipe yang paling sering,
mempunyai risiko yang sangat kecil untuk menjadi kanker. Dapat
menghilang sendiri atau setelah pengobatan dengan terapi hormon. Jika

15
hiperplasia disebut atipikal, maka memiliki kesempatan lebihtinggi untuk
menjadi kanker. Hiperplasia atipikal sederhana (simple) berubah menjadi
kanker pada 8% kasus apabila tidak diobati. Hiperplasia atipikal kompleks
memiliki risiko menjadi kanker apabila tidak diobati mencapai 29%
kasus(American Cancer Society, 2012).

2.5 Menifestasi Klinis

Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometerium adalah


perdarahan pasca monopause bagi pasien yang telah monopause dan
perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum monopause. Keluhan
keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan
utama.

Gejala bisa berupa :

 Perdarahan rahim yang abnormal


 Siklus menstruasi yang abnormal
 Perdarahan diantara siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
 Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca monopause
 Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun)
 Nyeri perut bagian bawah atau kram pangul
 Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual

2.6 Deteksi Dini Kanker Endometerium

Ameican cancer society mengatakan bahwa wanita yang telah


mendekati monopause harus diedukasi mengenai gejala dan resiko kanker
endometerium.

16
Apabila terdapat pendarahan atau spotting atau cairan vagina yang
tidak normal, segera periksakan diri ke dokter.

Wanita dengan resiko hereditary nonpolyposis colon cancer


(HNPCC) diedukasi memeriksakan diri setiap tahun dimulai pada usia 35
tahun. Wanita dengan HNPCC juga memiliki resiko tinggi kanker ovarium
dan uterus. Wanita dengan resiko tingggi kanker endometerium dan tidak
mempunyai rencana untuk haml dapat melakukan pencegahan dengan
mengangkat uterus, tuba falopi, dan ovarium.

2.7 Klasifikasi Endometerium

Saat ini, setadium kanker endometerium di tetapkan berdasarkan


surgical staging, menurut the international federation of gynecology and
obstetrics (FIGO) 2010:
Kanker endomaterium juga dibagi menurut grade. Grade adalah
derajat diferensiasi tumor. Sel normal mampu bermultipikasi dengan cepat
yang teratur dan mampu berintaksi dengan selainya. Sel kanker tidak
mempunya sifat seperti sel normal dan lebh jarang berdifrensiasi. Sel yang
mempunyai sifat seperti sel normal dikatakan berdifrensiasi baik.
Jika suatu tumor glandular terdiri dari kurang dari 5% bagian yang
padat dikatakan grade I. Jika tumor terdiri dari lebi 50% bagian yang dapat
dikatakan grade III. Diantara garde I dan III adalah garde II lapiasan
endoterium normal terdiri dari sel glandural yang mensekresi mukus yang
berguna untuk menutrisi sel telur yang sudah di vertilisasi sebelum
implantasi.

2.8 Penatalaksanaan

A. Pembedahan
Pembedahan untuk kanker endometrium berupa histerektomi yang
umumnya disertai dengan salfingoooforektomi bilateral.
Salfingoooforektomi dilakukan karena sel- sel tumor bisa menyebar ke
ovarium dan sel-sel kanker dorman yang mungkin tertinggal

17
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium.

Tindakan dapat disertai dengan pelvic washing serta


limfadenektomi pelvik dan paraaortik, tetapi kedua tindakan ini masih
kontroversial.

- Laparoskopi atau Laparotomi


Laparoskopi diasosiasikan dengan tingkat komplikasi setelah operasi
yang lebih rendah sehingga lebih disarankan dibandingkan laparotomi.
Laparoskopi diasosiasikan dengan tingkat nyeri yang lebih rendah,
serta penyembuhan dan lama rawat yang lebih singkat.
- Pelvic Washing
Sitologi pelvik atau peritoneal washing (PWC) adalah indikator yang
paling berguna dari penyebaran peritoneum kanker ovarium subklinis,
terutama untuk karsinoma ovarium nonserosa. Namun, peran PWCC
dalam penentuan stadium kanker endometrium kurang jelas.
Deteksi sel-sel ganas dalam pencucian peritoneum bergantung pada
identifikasi sel-sel nonmesothelial dan pengaturannya. Walau
karsinoma tingkat tinggi dapat dengan mudah diidentifikasi, sejumlah
kondisi jinak seperti sel mesothelial reaktif, endosalpingiosis, dan
endometriosis dapat meniru tumor batas garis serosa dan karsinoma
serosa derajat rendah.
- Kontroversi Limfadenektomi
Limfadenektomi pelvik dan paraaortik masih kontroversial.
Terdapat studi yang menyatakan peningkatan harapan hidup pasien,
tetapi terdapat juga studi yang menyatakan hasil sebaliknya. Selain itu,
belum terdapat konsensus mengenai kriteria pasien yang perlu
dilakukan limfadenektomi.

18
B. Radioterapi
Radioterapi tidak perlu dilakukan pada pasien kanker endometrium
derajat 1 atau 2 dengan invasi miometrium <50% karena berhubungan
dengan reduksi kualitas hidup dan peningkatan morbiditas.

Radioterapi dapat dipertimbangkan pada kanker endometrium yang


tidak dapat menjalani pembedahan dengan penyakit yang terbatas hanya
pada uterus. Pada penyakit stadium IV B, radioterapi tidak lagi bertujuan
kuratif tetapi hanya sebagai terapi paliatif saja.

C. Kemoterapi
Hasil penelitian menunjukkan kanker endometrium pasca operasi
yang diikuti kemoterapi kombinasi memiliki angka survival lebih
tinggi. Kemoterapi terutama disarankan pada tumor stadium III atau
lebih atau rekuren. Walau demikian, belum terdapat standar
kemoterapi pilihan untuk kanker endometrium.
Kemoterapi dapat diberikan secara tunggal atau terapi kombinasi.
Pilihan kemoterapi tunggal untuk kanker endometrium adalah sebagai
berikut:
 Cisplatin 50-100 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 30
menit, setiap 3 minggu
 Carboplatin AUC 5-7 diberikan secara intravena dalam 30
menit, setiap 3 minggu
 Paclitaxel 175 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 3 jam,
setiap 3 minggu
 Doxorubicin 60-75 mg/m2 bolus intravena, setiap 3 minggu
 Doxorubicin liposomal 50 mg/m2 intravena, setiap 3-4 minggu

Pilihan kemoterapi kombinasi untuk kanker endometrium adalah


sebagai berikut :

 Carboplatin paclitaxel
 Doxorubicincisplatin

19
 Doxorubicincisplatin untuk hari pertama, paclitaxel untuk hari
kedua, filgrastim untuk hari 3-12
 Carboplatin paclitaxel bevacizumab
D. Terapi Hormonal
Terapi hormonal berupa pemberian progestin kontinu
menggunakan megestrol, medroksiprogesteron, atau intrauterine
device (IUD) levonorgestrel dapat digunakan sebagai terapi primer
pada pasien kanker endometrium yang ingin mempertahankan
fertilitasnya.
Terapi hormonal ini dapat dipertimbangkan jika kriteria berikut ini
terpenuhi :
 Hasil biopsi dilatase & kuratase terkonfirmasi adenokarsinoma
derajat I oleh ahli patologi
 Penyakit terbatas hanya pada endometrium yang dikonfirmasi
menggunakan MRI (direkomendasikan) atau USG transvaginal
 Tidak ada metastasis pada pencitraan
 Tidak ada kontraindikasi terhadap terapi hormon atau kehamilan
 Informed consent pasien bahwa terapi hormonal sebagai terapi
primer bukan merupakan terapi standar untuk penanganan kanker
endometrium Jika alasan tidak melakukan histerektomi adalah
karena ingin memiliki anak, edukasi pasien untuk segera
melakukan histerektomi setelah memiliki anak
- Terapi Target dan Imunoterapi
Terapi target dan imunoterapi untuk kanker endometrium masih dalam
tahap uji klinis dan memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum bisa
digunakan untuk penanganan kanker Endometrium. Contoh terapi
target dan imunoterapi yang sedang diuji untuk kanker endometrium,
di antaranya:
 Kinase inhibitor: lenvatinib
 Angiogenesis inhibitor: bevacizumab
 Protein mammalian target of rapamycin (mTOR): everolimus,
temsirolimus

20
 Immune checkpoint inhibitor: pembrolizumab .
E. Follow Up
Pada pasien pasca terapi dilakukan follow up yang bertujuan untuk
memantau adanya kekambuhan. Edukasi pasien untuk segera
memeriksakan diri jika mengalami keluhan perdarahan per vaginam.
Kehilangan berat badan, nyeri, dan perdarahan pervaginam dapat
mengarahkan adanya kekambuhan penyakit, yang seringkali terjadi
selama 3 tahun pertama setelah terapi primer.
Kanker endometrium awalnya digolongkan menurut stadium dan
dirawat dengan operasi. Pengobatan standar untuk kanker ini di
Amerika Serikat terdiri dari pengangkatan rahim, leher rahim, baik
saluran tuba dan ovarium, serta selektif limfadenektomi panggul dan
para-aorta (Leslie, et al, 2005).
Jenis operasi yang paling sering dilakukan pada kanker
endometrium adalah histerektomi. Operasi yang dilakukan untuk
mengangkat rahim dan leher rahim disebut histerektomi total. Ketika
rahim tersebut diangkat melalui sayatan di perut, itu adalah disebut
histerektomi abdominal total (TAH), Jika rahim akan diangkat melalui
Vagina, itu dikenal sebagai histerektomi vaginal. Suatu histerektomi
radikal dilakukan ketika kanker endometrium telah menyebar ke leher
rahim atau daerah sekitar leher rahim (parametrium). Dalam operasi
ini, seluruh rahim, jaringan di samping uterus (parametrium dan
ligamentum uterosakrum), dan bagian atas vagina (sebelah serviks)
semua diangkat (American Cancer Society, 2012)
Bagi pasien yang telah memiliki stadium yang tepat melalui
pengobatan bedah, adjuvant RT (brachytherapy vagina atau sinar
eksternal), kemoterapi atau terapi hormonal mungkin dianjurkan
tergantung pada faktor-faktor risiko. Pasien dikategorikan berdasarkan
stratifikasi risiko pada periode pasca operasi. Pasien dengan risiko
rendah mungkin tidak memerlukan terapi pasca-operasi (Leslie et al,
2012).

21
Efek samping dari terapi adjuvant, adalah penting untuk
membedakan antara pasien yang akan mendapat manfaat dari terapi
adjuvant dan mereka yang akan lebih baik dilayani hanya dengan follow
up klinis. Bagi pasien dengan risiko menengah sampai tinggi memerlukan
perawatan pasca-bedah dengan RT untuk mengurangi kekambuhan lokal
didasarkan pada fakta bahwa 75% dari rekurensi berada di panggul. Saat
ini, tidak ada protokol pengobatan untuk pasien dengan penyakit stadium
lanjut, meskipun ini adalah subyek dari uji klinis. Pasien yang berisiko
tinggi memerlukan pengobatan. adjuvant, yaitu paling sering RT untuk
kasus-kasus berisiko tinggi terbatas pada uterus dan kemoterapi untuk
kasus-kasus dengan penyakit ekstrauterin. Suatu uji klinis prospektif yang
besar telah menunjukkan bahwa terapi radiasi panggul pasca operasi
menurunkan rekurensi lokal, tetapi tidak memiliki dampak keseluruhan
pada kelangsungan hidup (Leslie et al, 2012).

Kemoterapi adalah pengobatan pilihan untuk penyakit metastasis.


Pemilihan rejimen telah berkembang selama dekade terakhir. Obat-obatan
yang paling aktif adalah anthracyclines, senyawa platinum dan taxanes.
Sebagai obat tunggal, obat ini menghasilkan tingkat respons yang lebih
besar dari 20%. Obat kemoterapi tunggal merupakan pilihan bagi pasien
yang cenderung memiliki efek samping yang tidak dapat diterima dengan
beberapa obat. Namun, untuk sebagian besar pasien, beberapa obat
digunakan bersamaan. Tingkat respon untuk terapi triple dengan
doxorubicin, cisplatin dan paclitaxel adalah 57%, namun terdapat efek
samping yang menonjol (Tulumang, Loho, and Mamengko 2016).

Penerapan terapi progestin dapat digunakan sebagai terapi


hormonal untuk kanker endometrium. Untuk mencapai efek anti-tumor,
progestin diperkirakan untuk menginduksi diferensiasi sel-sel tumor serta
memungkinkan untuk aktivasi jalur apoptosis atau memblokir pembelahan
sel yang aktif. Tidak mengherankan, prognosis dan respon terhadap terapi
progestin positif berkorelasi dengan ekspresi PR. Namun pasien yang
awalnya merespon terapi progestin akan sering kambuh. Salah satu alasan

22
yang berpotensi untuk kurangnya manfaat obat ini karena progestin
mempromosikan downregulation dari ER dan PR. Penambahan molekul
estrogen seperti tamoxifen dan penggunaan progestrin intermiten
mencegah tergantung progestin down-regulasi PR (Putri and Saputra
2018).

2.9 Pencegahan Dari Endometrium

1. Pemeriksaan rutin
Pada awal monopause, wanita harus diberitahu mengenai resiko
dan gejala awal kanker endometerium. Mereka harus didorong untuk
melaporkan apabila terdapat pendarahan vagina ataupun spontting ke
dokter. Skrining tahunan dengan sampling endometerium harus pada
usia 35 tahun pada wanita yang beresiko tinggi untuk kanker
endometerium karena HNPCC. Screening terutama harus dilakukan
jika mereka memiliki anggota keluarga yang di diagnosa kanker
endometerium.(Mirhalina 2020)
2. Operasi profilaksasi
Kanker wanita dengan NHPCC memiliki seperti risoko tinggi
terkena kanker endometrium (40 sampai 60 persen), histerektomi
profilaksi adalah salah satu pilihan. Dalam stud khort dari 315
pembawa mutasi HNPCC, schmeler dan rekan (2006) mengkonfirmasi
manfaat melaporkan pengurangan resiko 100% dari histerektomi
profiliksasi ini.
3. Konsumsi Fiteostrogen
Kaner endometrium sebagian besar terkait dengan paparan
estrogen. Phyteostrogen (yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam
makanan nabati) memiliki efek antiestrogenik. Peneliti mengevaluasi
asosiasi antara asupan makanan dari tujuh senyawa tertentu yang
mewakili tiga phytoestrogen (isoflavon, coumestans, dan lignan) dan
resiko kanker endometium. Isoflavon, tanaman nonsteroid berbasis.
polifenol yang sering ditemukan dalam kacang-kacangan, terutama
dalam kedelai. mengurangi resiko kanker endomaterium.

23
Wanita postmonopause dengan obesitas yang mengkonsumsi
phytoestrogen dengan jumlah yang relatif rendah memiliki resiko tinggi
kanker dibandingkan dengan non obesitas wanita postmonopause yang
mengkonsumsi jumlah yang relatif tinggi isoflavon, namun interaksi
anatara obesitas dan asupan phytoestrogen secara statistik tidak signifikan.
(Dewi and Budiana 2017).

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

a. Identitas
Nama Ibu : Ny. B Nama Suami : Tn. YKe: 2
Umur : 62 Tahun Umur : 62 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Sunda
Alamat : Surabaya Alamat : Jakarta Selatan

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Klien mengalami pendarahan 5 hari sebelum masuk Rumah
Sakit sebanyak 5-6 kali ganti duk nyeri di sekitar ari-ari
2) Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum saat ini:
Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang sampai ke ari – ari ,
nyeri dirasakan hilang timbul dalam rentang waktu yang tidak
dapat ditentukan, nyeri dirasakan klien seperti ditusuk – tusuk,
klien mengeluh mual dan pusing, darah masih keluar melalui
vagina sedikit – sedikit dan berwarna merah kecoklatan.
3) Penyakit/operasi yang pernah diderita:
Melakukan Operasi Tumor sekitar 3 tahun yang lalu.
4) Penyakit yang pernah diderita keluarga
Riwayat alergi: tidak
5) Keterangan:-
6) Lain-lain:-

c. Riwayat Menstruasi
Menarche: usia 12 tahun
Siklus: tidak teratur
Banyaknya: tidak teratur
Lama: 7 hari
HPHT: -
Dismenorhea:-
Usia Kehamilan: -
Taksiran Partus: -
Lain-lain: Pasien tidak sedang mengandung

25
d. Riwayat Obstetri
G....P.................
Hami Usia Jenis Usia KB/Jenis
l kehamila persalina Penolong Penyulit BB/ anak Lama
ke- n n PB saat ini

e. Genogram

= perempuan

= laki – laki

X = meninggal

= klien

------ = tinggal serumah

f. Observasi
Keadaanumum : Lemah
Kesadaran : Composmetis
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 163 cm
Tanda Vital :
TD : 180/100_mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Suhu : 36,8 0C
RR : 20 x/mnt
Lain-lain :-

26
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala

- Inspeksi: Rambut klien berwarna hitam, ikal dan agak tipis,

keadaan rambut dan kulit kepala bersih, rambut kelihatan sedikit

kusam

- Palpasi : Tidak ada benjolan dan peradangan pada kulit kepala

2) Mata

- Inspeksi: Mata klien simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik,

konjungtiva anemis

- Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada area sekitar mata

3) Telinga

- Inspeksi : Telinga klien simteris kiri dan kanan, tidak ada

serumen dan tidak terlihat ada peradangan pada telinga, klien

tidak menggunakan alat bantu pendengaran

4) Hidung

- Inspeksi: Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada

pembengkakan / polip

5) Mulut dan Gigi

- Inspeksi: Mulut bersih, gigi klien lengkap, mukosa bibir sedikit

kering

6) Leher

- Inspeksi: Leher klien tampak simetris kiri dan kanan, tidak

tampak ada lesi

27
- Palpasi: tidak tampak pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada

pembengkakan vena jugularis, tidak ada massa

7) Abdomen

- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada massa, tampak luka

bekas operasi.

- Palpasi : Nyeri tekan (+), nyeri lepas (-)

- Perkusi : tympani

- Auskultasi : bising usus (+) normal

8) Ekstremitas

- Ekstremitas atas: tangan kiri terpasang infus RL 28 gtt/i, tangan

bisa digerakkan normal, tidak ada kelemahan

- Ekstremitas Bawah : kaki klien bisa digerakkan dengan normal

tanpa kelemahan.

9) Integumen

Warna kulit klien pucat, di sekitar area perut warna kulit

kehitaman, turgor kulit jelek, kulit klien kering, tidak ada lesi.

10) Genitalia

Klien terpasang kateter, perdarahan pervagina (+) sedikit – sedikit

berwarna merah kecoklatan.

h. Perubahan

Aspek Kondisi saat ini


Nutrisi Klien merasa mual, tidak mampu untuk menghabiskan
makanan, berat badan menurun, dan lemah.
Eliminasi -
Istirahat/tidur Klien merasa lemah dan hanya berbaring
Aktivitas Klien mengatakan pusing, badan terasa lemah,
pucat,
terbaring lemah, dan perlu membutuhkan bantuan

28
untuk beraktivitas, Hemoglobin mengalami kenaikan
Seksual -
KebersihanDiri -
Koping Klien sudah merasa pasrah terhadap penyakitnya.
Ibadah -
Konsepdiri Klien lebih banyak diam, murung, respon tidak
efektif serta
sudah pasrah terhadap penyakitnya.

i. Perilaku Kesehatan dan Pengetahuan


Kontrasepsi: -
Perawatan bayi/diri (coret yang tidak perlu): -
Merokok:-
Obat-obatan/Jamu: -
Lain-lain: -
Masalah keperawatan: -

j. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Foto/ USG Lain-lain


Radiologi
16 Maret - - HGB : 6,2 ( g/dL)
2021 RBC : 2,12
(10^6/uL) HCT :
18,1 (%)
MCV : 85,4 (fL)
MCH : 29,2 (pg)
MCHC : 34,3
(g/dL) RDW-SD :
42,3 (fL)
RDW-CV : 14,5 (%)
WBC : 21,18
(10^3/uL) PLT : 332
(10^3/uL) PDW : 7,9
MPV : 8,5
P-LCR : 12,5
PCT : 0,28
Kalium : 4,09 mEq/dL
Natrium : 131,5
mEq/dL Khlorida :
105,7
mEq/dL

29
20 Maret - - HGB : 10,7 ( g/dL)
2021 RBC : 3,70
(10^6/uL) HCT :
31,3 (%)
MCV : 84,6 (fL)
MCH : 28,9 (pg)
MCHC : 34,2
(g/dL) RDW-SD :
41,2 (fL)
RDW-CV : 14,2 (%)
WBC : 11,90
(10^3/uL) PLT : 335
(10^3/uL) PDW : 8,9
MPV : 8,5
P-LCR : 13,6
PCT : 0,28

30
3.2 Analisis Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Agencedera Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri daerah pinggang bi ologis
sanpai ke daerah ari-ari
 Klien mengatakan nyeri dirasakan hilang
timbul dalam rentang waktu yang tidak
dapat ditentukan
 Klien menyatakan nyeri yang dirasakan
hilang seperti ditusuk-tusuk

DO:
 Klien tampak meringis dan skala nyeri 6-7
 Klein tampak gelisah
 Hasil TTV:
TD: 180/100 mmHg
N: 88x/i
P: 23x/i
S: 36,8 C
DS: Faktor Defisit
 Klien mengatakan merasa mual Psikologis Nutrisi
 Klien mengatakan tidak dapat
menghabiskan makanan dan hanya
mempu mengkonsumsi makanan sekitar 3-
4 sendok saja
 Keluarga mengatakan berat badan klien
menurun

DO:
 Klien tampak tidak dapat menghabiskan
porsi makanan
 Klien tampak lemah dan hanya berbaring
 BB klien sebelum sakit yaitu sebesar 58 kg
 BB klien saat ini adalah sebesar 50 kg
DS: Kelemahan Intoleransi
 Klien mengatakan pusing Fisik
 Klien mengatakan badan terasa lemah
 Keluarga mengatakan klien dibantu saat
melakukan kegiatan atau aktivitas

DO:
 Klien tampak pucat
 Klien tampak hanya berbaring dan tampak
lemah

31
 Aktivitas klien tampak dibantu oleh
keluarga
 Hb sebesar 6,2 pada pemeriksaan18 Maret
2021 (hari)
Hb sebesar 10,7 pada 22 Maret 2021
DS: Program Ketidakberda
 Klien mengatakan sudah pasrah dengan pengobatan yaan
penyakitnya atau
 Keluarga mengatakan klien banyak diam perawatan
dan murung yang
kompleks
DO: atau
 Klien tampak murung jangka
 Respon klien tidak efektif panjang

3.3 Daftar PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d mengeluh nyeri (D.0077)
2. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (D.0019)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah (D.0056)
4. Ketidakberdayaan b.d Program pengobatan atau perawatan yang
kompleks atau jangka panjang
d.d menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas
sebelumnya (D.0092)

32
3.4 Intervensi Keperawatan

DiagnosaKeperawatan
Tanggal (P-E-S) Tujuan dan KriteriaHasil Rencana (Intervensi) Rasional
Keperawatan
14/03/ (D.0077) Nyeri akut b.d Tujuan : Agar nyeri akut dapat Observasi : 1. Untuk mengathui
2021 agen cedera biologis d.d teratasi atau setidaknya berkurang - Identifikasi lokasi, lokasi, karakteristik,
mengeluh nyeri karakteristik, durasi, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, intensitas kualitas, intensitas
- Keluhan Nyeri menurun nyeri nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
- Sikap protektif menurun - Identifikasi respon nyeri skala nyeri
- Gelisah menurun non-verbal 3. Untuk mengetahi
- Kesulitan tidur menurun respon nyeri non-
Frekuensi nadi membaik Terapeutik : verbal
- Berikan teknik 4. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologi untk nyeri dan mengurangi
mengurangi rasa nyeri penggunaan terapi
- Kontrol lingkungan yang farmakologi
memperberat rasa nyeri 5. Unuk meringankan
- Fasilitasi istirahat dan tidur rasa nyeri akibat
pengaruh lingkungan
Edukasi : 6. Agar bisa tidur dengan
- - Jelaskan strategi meredakan nyenyak
nyeri 7. Agar dapat
mengetahui strategi

33
dalam meredakan
nyeri
14/03/ (D.0019)Defisit Nutrisi b.d Tujuan : Observasi : 1. Untuk mengetahui
2021 faktor psikologis Agar tidak terjadi perubahan - Idenifikasi status nutrisi status nutrisi
status nutrisi dan nutrisi bisa - Identifikasi makanan yang 2. Untuk mengetahui
terpenuhi disukai makanan yang
disukai agar klien
Kriteria Hasil : Terapeutik : mau makan
- Porsi makanan yang - Sajikan makanan secara 3. Agar menarik
dihabiskan meningkat menarik dan suhu yang perhatian klien dan
Berat badan Indeks Massa Tubuh sesuai klien tertarik untuk
(IMT) meningkat memakann7a
Kolaborasi 4. Sebagai syarat
Kolaborasi pemberian sebelum makan
medikasi sebelum makan
14/03/ Tujuan : Observasi : 1. Untuk mengetahui
2021 (D.0056) Intoleransi aktivitas Agar adanya toleransi aktifitas. - Identifikasi gangguan fungsi gangguan fungsi
b.d kelemahan d.d mengeluh tubuh yang mengakibatkan tubuh yang
lelah Kriteria Hasil : kelelahan mengakibatkan
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor pola jam dan tidur kelelahan
- Keluhan lelah menurun 2. Untuk mengatur pola
- Dispnea saat aktivitas menurun Terapeutik : jam dan tidur
Dispnea setelah aktivitas menurun - Berikan aktivitas 3. Agar klien masu
distraksi yang beraktibitas karena
menyenangkan menyenangkan
4. Agar klien mengerti
Edukasi : bagaimana cara
Ajarkan strategi koping untk mengurangi

34
mengurangi kelelahan kelelahan
14/03/ Tujuan: Observasi: 1. Untuk mengetahui
2021 (D. 0092) Ketidaknyamanan Agar psikologis klien tidak sampai mana klien
b.d Program pengobatan atau terganggu - Identifikasi pemahaman
proses penyakit paham akan proses
perawatan jangka panjang d.d penyakitnya
menyatakan frustasi atau tidak Kriteria Hasil : 2. Agar pasien lebih
mampu melaksanakan aktivitas - Pernyataan mampu Terapeutik :
- Gunakan pendekatan yang rileks dan bahagia
sebelumnya melaksanakan aktivitas 3. Agar pasien
meningkat tenang dan menyenangkan
- Fasilitasi dalam memepoleh
- Pernyataan frustasi menurun informasi tentang
Ketergantungan pada orang lain memperoleh informasi yang
dibutuhkan penyakitnya
menurun
4. Peran keluarga
Edukasi : sangat penting dalam
Anjurkan keluarga terlibat memberikan
dukungan

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker endometrium merupakan tumor ganas yang premir yang


berasal dari endometerium atau miometerium, sebagian besar merupakan
adenokrasinoma (90%)Karsinoma endometerium terutama adalah penyakit
pada wanita pasacamonopause, walupun 25% kasus terdapat pada wanita
yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia 40
tahun.umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66 tahun.
Indensi kanker endometrium pada wanita monopause 5 kali lebih rendah
dari pada wanita yang telah mengalami monopause.

Kebanyakan faktor risiko kanker endometrium dipengaruhi oleh


kadar hormon estrogen dan obesitas. Dimana kadar hormon estrogen ini
dipengaruhi oleh adanya terapi sulih hormon yang biasa dilakukan pada
usia menopause. Sebelum menopause, ovarium merupakan sumber utama
2 tipe hormon wanita-estrogen dan progesteron. Keseimbangan antara
kedua hormon berubah selama siklus menstruasi wanita tiap bulan. Hal ini
menghasilkan periode bulanan wanitadan menjaga endometrium tetap
sehat. Adanya ketidakseimbangan pada kedua hormon, dimana
meningkatnya estrogen dapat meningkatkan risikokanker endometrium
pada wanita. Setelah menopause, ovarium berhenti membuat hormon,
tetapi jumlah kecil estrogen tetap dibuat secara alami pada jaringan lemak

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat diharapkan mampu melakukan asuhan


keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur kepada klien
secara profesional. Salah satunya yaitu mampu mengetahui dan memahami
masalah yang berhubungan dengan kanker endometrium atau CA
endometrium. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi

36
dengan klien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan klien. Perawat
diharapkan mampu menangani permasalahan yang dialami klien dengan
mengikutsertakan tenaga medis lainnya sebagai peran dan kolaborasi.

Didalam menyusun makalah ini penyusun menyadari masih


terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik segi materi ataupun
bahasa. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
agar penulis makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Haenor Rafik dkk. 2021. Ca endometrium. Malang: Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Maharani Malang

Ida Sholihatun Nisa’ dkk. 2020/2021. ASUHAN KEPERAWATAN KANKER


ENDOMETRIUM PADA SISTEMREPRODUKSI. Surabaya. Universitas
Airlangga Surabaya

Haznatul Fisi. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. A dengan Kanker
Endometrium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2017. Bukittinggi: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang

Dewi, Patu Pradnya Paramitha, and I nyoman Gede Budiana. 2017. "Profil Pasien
Kanker Endometrium Di RSUP Sanglah Denpasar Periode Agustus 2012-
Juli 2014." E-Jurnal Medika 6(8): 1-7.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/33453/20261.

Mirhalina. Siti. 2020. "Jenis Dan Faktor Risiko Kanker Endometrium Di Rumah
Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015-2018." 3(1).

Putri, Sukmawati Anggraeni, and Elin Panca Saputra. 2018. "Perancangan


Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Awal Kanker Reproduksi Wanita Dengan
Metode Certainty Factor." Jurnal Media Informatika Budidarma 2(3): 63-
68.

Tulumang, Jeinyver A., Maria F. Loho, and Linda M. Mamengko, 2016,


"Gambaran Kanker Endometrium Yang Dirawat Di RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado Periode 2013- 2015." e-CliniC4(1).

38

Anda mungkin juga menyukai