2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Terimakasih penyusun ucapkan kepada Ibu Dra. Gerotti
Maria Sindarti, M.Kes. Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Reproduksi yang telah mengajarkan ilmu serta membimbing penyusun sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................5
1.3 Tujuan...........................................................................................................6
1.4 Manfaat.........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................7
2.1 Definsi Ca Endometrium...............................................................................7
2.2 Patofisiogi Endomaterium.............................................................................8
2.3 Etiologi Endomaterium.................................................................................9
2.4 Faktor Resiko Endomaterium.....................................................................11
2.5 Menifestasi Klinis.......................................................................................16
2.6 Deteksi Dini Kanker Endometerium...........................................................16
2.7 Klasifikasi Endometerium...........................................................................17
2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................17
2.9 Pencegahan Dari Endometrium...................................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................25
3.1 Pengkajian...................................................................................................25
3.2 Analisis Data...............................................................................................31
3.3 Daftar PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN................................32
3.4 Intervensi Keperawatan...............................................................................33
BAB IV PENUTUP............................................................................................36
4.1 Kesimpulan.................................................................................................36
4.2 Saran............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................38
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Berdasarkan data Cancer Research UK (2013), angka harapan hidup 5
tahun menurut usia lebih tinggi pada wanita usia yang lebih muda dan angka
ini terus menurun dengan bertambahnya usia. Di Inggris pada tahun 2007-
20011 angka harapan hidup 5 tahun berkisar 86,6% pada usia 40-49 tahun,
dan menurun sampai 56,1% pada usia lebih dari 70 tahun.
5
8. Bagaimana penatalaksanaan Endometrium ?
9. Bagaimana pencegahan Endometrium ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
diagnosis lesi prekursor (hiperplesia endoaterium atipika) dan
pengobatan yang sesuai.
8
Empat rute peneyabab terjadi di luar rahim :
9
Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker
endometerium telah diketahui selama 50 tahun. Satu faktor resiko yang
paling sering dan paling terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah
obesitas jaringan adiposa memiliki enzim aromatase yang aktif. Androgen
adrenal denan cepat dikonversi menjadi estrogen di dalam jaringan adiposa
pada individu yang obesitas. Estrogen yang baru disintesis ini juga
memeliki bioavailabilitas yang sangat baik karena perubahan metabolik
yang berhubungan dengan obesitas menghambat produksiglobulin
pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obesitas mungki mengalami
peningkatan drastis pada estrogen bioavaibel yang bersirkulasi dan
pajanan ini dapat menyebabkan penmbuhan hiperplastik pada
endometrium.
10
menahan aktivitas proliferasi pada kelenjar-kelenjar dan mengkonversi
epitel menjadi keadaan sekretorik. Stroma merespon progesteron dengan
angiogenesis dan matursai fungsional. Jika kehamilan terjadi, perubahan-
perubahan ini akan mempersiapkan endometerium untuk impalantasi.
Dipercaya bahwa efek mitogenik yang poten dari estrogen pada epitel
kelenjar endometerium mempercepat tingkat mutasi spontan dari onkogen
yang merupakan predisposisi atau en penekan tumor. Hal ini mengarah
pada suatu transformasi neoplastik.
11
semburan panas, meningkatkan kekeringan vaginal, membantu
mencegah kelemahan pada tulang (osteoporosis), gejala
vasomotor dan gangguan tiduryang dapat terjadi saat
menopause.
12
kanker endometrium cenderung menurun(Karageorgi, et al,
2010)
5. Obesitas
Obesitas mempengaruhi jumlah kadar hormon danfaktor
pertumbuhan. Insulin dan leptin meningkat pada orang-orang
obesitas dan dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Obesitas
juga dihubungkan dengan inflamasi kronis graderendah.
Obesitas jaringan adipose dicirikan dengan adanya infiltrasi
makrofag dan makrofag merupakan sumber penting inflamasi
di jaringan ini. Adiposit menghasilkan faktor pro-inflamasi dan
individu yang obesitas mengalami peningkatan konsentrasi dari
sirkulasi faktor nekrosis tumor (TNF)-alfa, interleukin (IL)-6,
dan protein kreatinin-C, dibandingkan dengan orang-orang
kurus. Sebagaimana leptin yang berfungsi sebagai sitokin
inflamasi. Inflamasi kronis dapat memicu terjadinya
perkembangan kanker. Hormon estrogen yang sebagian besar
dihasilkan di ovarium, diketahui juga jaringan adiposedapat
mengubah beberapa hormon menjadi estrogen. Memiliki lebih
banyak jaringan adipose dapat meningkatkan kadar estrogen
wanita, dimana hal ini juga dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium(American Institute for Cancer Research, 2013).
6. Temoxsifen
Tamoxifen adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati kanker payudara. Tamoxifen bekerja sebagai anti
estrogen di jaringan payudara, tetapi bekerja seperti estrogen di
uterus. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan dinding
rahim, yang meningkatkan risiko kanker endometrium
(American Cancer Society, 2012)
7. Tumor ovarium
Tipe Lumor ovarium, granulose-theca cell lumor, sering
menghasilkan estrogen. Estrogen dilepaskan oleh salah satu
tumor yang tidak terkontrol pelepasan hormonnya dari
13
ovarium, yang seringkali dapat memicu tingginya kadar
estrogen. Tidak seimbangan hormon dapat merangsang
endometrium dan dapat memicu terjadinya kanker
endometrium. Faktanya, terkadang terjadi pendarahan vaginal
dari kanker endometrium yang merupakan gejala awal dari
tumor.(American Cancer Society, 2012).
8. Sindrom ovarium polisistik
Wanita dengan kondisi disebutsindrom polisistik ovarian
(PCOS) mempunyai kadar hormon abnormal, seperti tingginya
androgen (hormon laki-laki) dan kadar estrogen dan kadar
progestern yang rendah. Peningkatan estrogen relatif pada
progesterondapat meningkatkan kesempatan wanita untuk
mengalami kanker endometrium(American Cancer Society,
2012).
14
penelitiberpikir bahwa makanan berlemak juga mempunyai efek langsung
pada metabolisme estrogen, yang meningkatkan risiko kanker
endometrium, Aktivitas fisik diketahui dapat mencegah kanker
endometrium(American Cancer Society, 2012).
5) Diabetes dan hipertensi
Kanker endometrium dapat terjadi empat kali lebih sering pada wanita
dengan diabetes. Diabetes sering terjadi pada orang-orang yang kelebihan
berat badan, tetapi walaupun orang dengan diabetes tidak kelebihan berat
badan, memiliki risiko kanker endometrium yang lebih tinggi. Beberapa
peneliti menemukan bahwa hipertensi berhubungan dengan risiko kanker
endometrium (American Cancer Society, 2012).
6) Riwayat keluarga
Kanker endometrium cenderung diturunkan pada beberapa keluarga.
Risiko meningkat pada wanita yang mempunyai keluarga penderita kanker
endometrium. Wanita yang mempunyai ibu atau saudara perempuan yang
menderita kanker endometrium risiko meningkat2 kali lipat(American
Cancer Society, 2012)
7) Kanker payudara atau ovarium
Wanita yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium mungkin
meningkatkan risiko perkembangan kanker endometrium. Beberapa
makanan, hormon, dan faktor risiko reproduktif untuk kanker payudara
dan ovarium juga meningkatkan risiko kanker endometrium(American
Cancer Society, 2012).
8) Terapi radiasi pelvis
Radiasi digunakan untuk mengobati beberapa kanker yang dapat merusak
sel DNA, terkadang meningkatkan risiko kanker tipe kedua seperti kanker
endometrium(American Cancer Society, 2012)
9) Hiperplasia endometerium
Hiperplasia endometrium merupakan peningkatan pertumbuhan
endometrium. Hiperplasia ringan atau sederhana, tipe yang paling sering,
mempunyai risiko yang sangat kecil untuk menjadi kanker. Dapat
menghilang sendiri atau setelah pengobatan dengan terapi hormon. Jika
15
hiperplasia disebut atipikal, maka memiliki kesempatan lebihtinggi untuk
menjadi kanker. Hiperplasia atipikal sederhana (simple) berubah menjadi
kanker pada 8% kasus apabila tidak diobati. Hiperplasia atipikal kompleks
memiliki risiko menjadi kanker apabila tidak diobati mencapai 29%
kasus(American Cancer Society, 2012).
16
Apabila terdapat pendarahan atau spotting atau cairan vagina yang
tidak normal, segera periksakan diri ke dokter.
2.8 Penatalaksanaan
A. Pembedahan
Pembedahan untuk kanker endometrium berupa histerektomi yang
umumnya disertai dengan salfingoooforektomi bilateral.
Salfingoooforektomi dilakukan karena sel- sel tumor bisa menyebar ke
ovarium dan sel-sel kanker dorman yang mungkin tertinggal
17
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium.
18
B. Radioterapi
Radioterapi tidak perlu dilakukan pada pasien kanker endometrium
derajat 1 atau 2 dengan invasi miometrium <50% karena berhubungan
dengan reduksi kualitas hidup dan peningkatan morbiditas.
C. Kemoterapi
Hasil penelitian menunjukkan kanker endometrium pasca operasi
yang diikuti kemoterapi kombinasi memiliki angka survival lebih
tinggi. Kemoterapi terutama disarankan pada tumor stadium III atau
lebih atau rekuren. Walau demikian, belum terdapat standar
kemoterapi pilihan untuk kanker endometrium.
Kemoterapi dapat diberikan secara tunggal atau terapi kombinasi.
Pilihan kemoterapi tunggal untuk kanker endometrium adalah sebagai
berikut:
Cisplatin 50-100 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 30
menit, setiap 3 minggu
Carboplatin AUC 5-7 diberikan secara intravena dalam 30
menit, setiap 3 minggu
Paclitaxel 175 mg/m2 diberikan secara intravena dalam 3 jam,
setiap 3 minggu
Doxorubicin 60-75 mg/m2 bolus intravena, setiap 3 minggu
Doxorubicin liposomal 50 mg/m2 intravena, setiap 3-4 minggu
Carboplatin paclitaxel
Doxorubicincisplatin
19
Doxorubicincisplatin untuk hari pertama, paclitaxel untuk hari
kedua, filgrastim untuk hari 3-12
Carboplatin paclitaxel bevacizumab
D. Terapi Hormonal
Terapi hormonal berupa pemberian progestin kontinu
menggunakan megestrol, medroksiprogesteron, atau intrauterine
device (IUD) levonorgestrel dapat digunakan sebagai terapi primer
pada pasien kanker endometrium yang ingin mempertahankan
fertilitasnya.
Terapi hormonal ini dapat dipertimbangkan jika kriteria berikut ini
terpenuhi :
Hasil biopsi dilatase & kuratase terkonfirmasi adenokarsinoma
derajat I oleh ahli patologi
Penyakit terbatas hanya pada endometrium yang dikonfirmasi
menggunakan MRI (direkomendasikan) atau USG transvaginal
Tidak ada metastasis pada pencitraan
Tidak ada kontraindikasi terhadap terapi hormon atau kehamilan
Informed consent pasien bahwa terapi hormonal sebagai terapi
primer bukan merupakan terapi standar untuk penanganan kanker
endometrium Jika alasan tidak melakukan histerektomi adalah
karena ingin memiliki anak, edukasi pasien untuk segera
melakukan histerektomi setelah memiliki anak
- Terapi Target dan Imunoterapi
Terapi target dan imunoterapi untuk kanker endometrium masih dalam
tahap uji klinis dan memerlukan penelitian lebih lanjut sebelum bisa
digunakan untuk penanganan kanker Endometrium. Contoh terapi
target dan imunoterapi yang sedang diuji untuk kanker endometrium,
di antaranya:
Kinase inhibitor: lenvatinib
Angiogenesis inhibitor: bevacizumab
Protein mammalian target of rapamycin (mTOR): everolimus,
temsirolimus
20
Immune checkpoint inhibitor: pembrolizumab .
E. Follow Up
Pada pasien pasca terapi dilakukan follow up yang bertujuan untuk
memantau adanya kekambuhan. Edukasi pasien untuk segera
memeriksakan diri jika mengalami keluhan perdarahan per vaginam.
Kehilangan berat badan, nyeri, dan perdarahan pervaginam dapat
mengarahkan adanya kekambuhan penyakit, yang seringkali terjadi
selama 3 tahun pertama setelah terapi primer.
Kanker endometrium awalnya digolongkan menurut stadium dan
dirawat dengan operasi. Pengobatan standar untuk kanker ini di
Amerika Serikat terdiri dari pengangkatan rahim, leher rahim, baik
saluran tuba dan ovarium, serta selektif limfadenektomi panggul dan
para-aorta (Leslie, et al, 2005).
Jenis operasi yang paling sering dilakukan pada kanker
endometrium adalah histerektomi. Operasi yang dilakukan untuk
mengangkat rahim dan leher rahim disebut histerektomi total. Ketika
rahim tersebut diangkat melalui sayatan di perut, itu adalah disebut
histerektomi abdominal total (TAH), Jika rahim akan diangkat melalui
Vagina, itu dikenal sebagai histerektomi vaginal. Suatu histerektomi
radikal dilakukan ketika kanker endometrium telah menyebar ke leher
rahim atau daerah sekitar leher rahim (parametrium). Dalam operasi
ini, seluruh rahim, jaringan di samping uterus (parametrium dan
ligamentum uterosakrum), dan bagian atas vagina (sebelah serviks)
semua diangkat (American Cancer Society, 2012)
Bagi pasien yang telah memiliki stadium yang tepat melalui
pengobatan bedah, adjuvant RT (brachytherapy vagina atau sinar
eksternal), kemoterapi atau terapi hormonal mungkin dianjurkan
tergantung pada faktor-faktor risiko. Pasien dikategorikan berdasarkan
stratifikasi risiko pada periode pasca operasi. Pasien dengan risiko
rendah mungkin tidak memerlukan terapi pasca-operasi (Leslie et al,
2012).
21
Efek samping dari terapi adjuvant, adalah penting untuk
membedakan antara pasien yang akan mendapat manfaat dari terapi
adjuvant dan mereka yang akan lebih baik dilayani hanya dengan follow
up klinis. Bagi pasien dengan risiko menengah sampai tinggi memerlukan
perawatan pasca-bedah dengan RT untuk mengurangi kekambuhan lokal
didasarkan pada fakta bahwa 75% dari rekurensi berada di panggul. Saat
ini, tidak ada protokol pengobatan untuk pasien dengan penyakit stadium
lanjut, meskipun ini adalah subyek dari uji klinis. Pasien yang berisiko
tinggi memerlukan pengobatan. adjuvant, yaitu paling sering RT untuk
kasus-kasus berisiko tinggi terbatas pada uterus dan kemoterapi untuk
kasus-kasus dengan penyakit ekstrauterin. Suatu uji klinis prospektif yang
besar telah menunjukkan bahwa terapi radiasi panggul pasca operasi
menurunkan rekurensi lokal, tetapi tidak memiliki dampak keseluruhan
pada kelangsungan hidup (Leslie et al, 2012).
22
yang berpotensi untuk kurangnya manfaat obat ini karena progestin
mempromosikan downregulation dari ER dan PR. Penambahan molekul
estrogen seperti tamoxifen dan penggunaan progestrin intermiten
mencegah tergantung progestin down-regulasi PR (Putri and Saputra
2018).
1. Pemeriksaan rutin
Pada awal monopause, wanita harus diberitahu mengenai resiko
dan gejala awal kanker endometerium. Mereka harus didorong untuk
melaporkan apabila terdapat pendarahan vagina ataupun spontting ke
dokter. Skrining tahunan dengan sampling endometerium harus pada
usia 35 tahun pada wanita yang beresiko tinggi untuk kanker
endometerium karena HNPCC. Screening terutama harus dilakukan
jika mereka memiliki anggota keluarga yang di diagnosa kanker
endometerium.(Mirhalina 2020)
2. Operasi profilaksasi
Kanker wanita dengan NHPCC memiliki seperti risoko tinggi
terkena kanker endometrium (40 sampai 60 persen), histerektomi
profilaksi adalah salah satu pilihan. Dalam stud khort dari 315
pembawa mutasi HNPCC, schmeler dan rekan (2006) mengkonfirmasi
manfaat melaporkan pengurangan resiko 100% dari histerektomi
profiliksasi ini.
3. Konsumsi Fiteostrogen
Kaner endometrium sebagian besar terkait dengan paparan
estrogen. Phyteostrogen (yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam
makanan nabati) memiliki efek antiestrogenik. Peneliti mengevaluasi
asosiasi antara asupan makanan dari tujuh senyawa tertentu yang
mewakili tiga phytoestrogen (isoflavon, coumestans, dan lignan) dan
resiko kanker endometium. Isoflavon, tanaman nonsteroid berbasis.
polifenol yang sering ditemukan dalam kacang-kacangan, terutama
dalam kedelai. mengurangi resiko kanker endomaterium.
23
Wanita postmonopause dengan obesitas yang mengkonsumsi
phytoestrogen dengan jumlah yang relatif rendah memiliki resiko tinggi
kanker dibandingkan dengan non obesitas wanita postmonopause yang
mengkonsumsi jumlah yang relatif tinggi isoflavon, namun interaksi
anatara obesitas dan asupan phytoestrogen secara statistik tidak signifikan.
(Dewi and Budiana 2017).
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama Ibu : Ny. B Nama Suami : Tn. YKe: 2
Umur : 62 Tahun Umur : 62 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Sunda
Alamat : Surabaya Alamat : Jakarta Selatan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
Klien mengalami pendarahan 5 hari sebelum masuk Rumah
Sakit sebanyak 5-6 kali ganti duk nyeri di sekitar ari-ari
2) Riwayat penyakit/prenatal/ intranatal/ postpartum saat ini:
Klien mengatakan nyeri di daerah pinggang sampai ke ari – ari ,
nyeri dirasakan hilang timbul dalam rentang waktu yang tidak
dapat ditentukan, nyeri dirasakan klien seperti ditusuk – tusuk,
klien mengeluh mual dan pusing, darah masih keluar melalui
vagina sedikit – sedikit dan berwarna merah kecoklatan.
3) Penyakit/operasi yang pernah diderita:
Melakukan Operasi Tumor sekitar 3 tahun yang lalu.
4) Penyakit yang pernah diderita keluarga
Riwayat alergi: tidak
5) Keterangan:-
6) Lain-lain:-
c. Riwayat Menstruasi
Menarche: usia 12 tahun
Siklus: tidak teratur
Banyaknya: tidak teratur
Lama: 7 hari
HPHT: -
Dismenorhea:-
Usia Kehamilan: -
Taksiran Partus: -
Lain-lain: Pasien tidak sedang mengandung
25
d. Riwayat Obstetri
G....P.................
Hami Usia Jenis Usia KB/Jenis
l kehamila persalina Penolong Penyulit BB/ anak Lama
ke- n n PB saat ini
e. Genogram
= perempuan
= laki – laki
X = meninggal
= klien
f. Observasi
Keadaanumum : Lemah
Kesadaran : Composmetis
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 163 cm
Tanda Vital :
TD : 180/100_mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Suhu : 36,8 0C
RR : 20 x/mnt
Lain-lain :-
26
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
kusam
2) Mata
- Inspeksi: Mata klien simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis
3) Telinga
4) Hidung
pembengkakan / polip
kering
6) Leher
27
- Palpasi: tidak tampak pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada
7) Abdomen
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada massa, tampak luka
bekas operasi.
- Perkusi : tympani
8) Ekstremitas
tanpa kelemahan.
9) Integumen
kehitaman, turgor kulit jelek, kulit klien kering, tidak ada lesi.
10) Genitalia
h. Perubahan
28
untuk beraktivitas, Hemoglobin mengalami kenaikan
Seksual -
KebersihanDiri -
Koping Klien sudah merasa pasrah terhadap penyakitnya.
Ibadah -
Konsepdiri Klien lebih banyak diam, murung, respon tidak
efektif serta
sudah pasrah terhadap penyakitnya.
j. Pemeriksaan Penunjang
29
20 Maret - - HGB : 10,7 ( g/dL)
2021 RBC : 3,70
(10^6/uL) HCT :
31,3 (%)
MCV : 84,6 (fL)
MCH : 28,9 (pg)
MCHC : 34,2
(g/dL) RDW-SD :
41,2 (fL)
RDW-CV : 14,2 (%)
WBC : 11,90
(10^3/uL) PLT : 335
(10^3/uL) PDW : 8,9
MPV : 8,5
P-LCR : 13,6
PCT : 0,28
30
3.2 Analisis Data
DO:
Klien tampak meringis dan skala nyeri 6-7
Klein tampak gelisah
Hasil TTV:
TD: 180/100 mmHg
N: 88x/i
P: 23x/i
S: 36,8 C
DS: Faktor Defisit
Klien mengatakan merasa mual Psikologis Nutrisi
Klien mengatakan tidak dapat
menghabiskan makanan dan hanya
mempu mengkonsumsi makanan sekitar 3-
4 sendok saja
Keluarga mengatakan berat badan klien
menurun
DO:
Klien tampak tidak dapat menghabiskan
porsi makanan
Klien tampak lemah dan hanya berbaring
BB klien sebelum sakit yaitu sebesar 58 kg
BB klien saat ini adalah sebesar 50 kg
DS: Kelemahan Intoleransi
Klien mengatakan pusing Fisik
Klien mengatakan badan terasa lemah
Keluarga mengatakan klien dibantu saat
melakukan kegiatan atau aktivitas
DO:
Klien tampak pucat
Klien tampak hanya berbaring dan tampak
lemah
31
Aktivitas klien tampak dibantu oleh
keluarga
Hb sebesar 6,2 pada pemeriksaan18 Maret
2021 (hari)
Hb sebesar 10,7 pada 22 Maret 2021
DS: Program Ketidakberda
Klien mengatakan sudah pasrah dengan pengobatan yaan
penyakitnya atau
Keluarga mengatakan klien banyak diam perawatan
dan murung yang
kompleks
DO: atau
Klien tampak murung jangka
Respon klien tidak efektif panjang
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis d.d mengeluh nyeri (D.0077)
2. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (D.0019)
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah (D.0056)
4. Ketidakberdayaan b.d Program pengobatan atau perawatan yang
kompleks atau jangka panjang
d.d menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas
sebelumnya (D.0092)
32
3.4 Intervensi Keperawatan
DiagnosaKeperawatan
Tanggal (P-E-S) Tujuan dan KriteriaHasil Rencana (Intervensi) Rasional
Keperawatan
14/03/ (D.0077) Nyeri akut b.d Tujuan : Agar nyeri akut dapat Observasi : 1. Untuk mengathui
2021 agen cedera biologis d.d teratasi atau setidaknya berkurang - Identifikasi lokasi, lokasi, karakteristik,
mengeluh nyeri karakteristik, durasi, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, intensitas kualitas, intensitas
- Keluhan Nyeri menurun nyeri nyeri
- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
- Sikap protektif menurun - Identifikasi respon nyeri skala nyeri
- Gelisah menurun non-verbal 3. Untuk mengetahi
- Kesulitan tidur menurun respon nyeri non-
Frekuensi nadi membaik Terapeutik : verbal
- Berikan teknik 4. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologi untk nyeri dan mengurangi
mengurangi rasa nyeri penggunaan terapi
- Kontrol lingkungan yang farmakologi
memperberat rasa nyeri 5. Unuk meringankan
- Fasilitasi istirahat dan tidur rasa nyeri akibat
pengaruh lingkungan
Edukasi : 6. Agar bisa tidur dengan
- - Jelaskan strategi meredakan nyenyak
nyeri 7. Agar dapat
mengetahui strategi
33
dalam meredakan
nyeri
14/03/ (D.0019)Defisit Nutrisi b.d Tujuan : Observasi : 1. Untuk mengetahui
2021 faktor psikologis Agar tidak terjadi perubahan - Idenifikasi status nutrisi status nutrisi
status nutrisi dan nutrisi bisa - Identifikasi makanan yang 2. Untuk mengetahui
terpenuhi disukai makanan yang
disukai agar klien
Kriteria Hasil : Terapeutik : mau makan
- Porsi makanan yang - Sajikan makanan secara 3. Agar menarik
dihabiskan meningkat menarik dan suhu yang perhatian klien dan
Berat badan Indeks Massa Tubuh sesuai klien tertarik untuk
(IMT) meningkat memakann7a
Kolaborasi 4. Sebagai syarat
Kolaborasi pemberian sebelum makan
medikasi sebelum makan
14/03/ Tujuan : Observasi : 1. Untuk mengetahui
2021 (D.0056) Intoleransi aktivitas Agar adanya toleransi aktifitas. - Identifikasi gangguan fungsi gangguan fungsi
b.d kelemahan d.d mengeluh tubuh yang mengakibatkan tubuh yang
lelah Kriteria Hasil : kelelahan mengakibatkan
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor pola jam dan tidur kelelahan
- Keluhan lelah menurun 2. Untuk mengatur pola
- Dispnea saat aktivitas menurun Terapeutik : jam dan tidur
Dispnea setelah aktivitas menurun - Berikan aktivitas 3. Agar klien masu
distraksi yang beraktibitas karena
menyenangkan menyenangkan
4. Agar klien mengerti
Edukasi : bagaimana cara
Ajarkan strategi koping untk mengurangi
34
mengurangi kelelahan kelelahan
14/03/ Tujuan: Observasi: 1. Untuk mengetahui
2021 (D. 0092) Ketidaknyamanan Agar psikologis klien tidak sampai mana klien
b.d Program pengobatan atau terganggu - Identifikasi pemahaman
proses penyakit paham akan proses
perawatan jangka panjang d.d penyakitnya
menyatakan frustasi atau tidak Kriteria Hasil : 2. Agar pasien lebih
mampu melaksanakan aktivitas - Pernyataan mampu Terapeutik :
- Gunakan pendekatan yang rileks dan bahagia
sebelumnya melaksanakan aktivitas 3. Agar pasien
meningkat tenang dan menyenangkan
- Fasilitasi dalam memepoleh
- Pernyataan frustasi menurun informasi tentang
Ketergantungan pada orang lain memperoleh informasi yang
dibutuhkan penyakitnya
menurun
4. Peran keluarga
Edukasi : sangat penting dalam
Anjurkan keluarga terlibat memberikan
dukungan
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
36
dengan klien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan klien. Perawat
diharapkan mampu menangani permasalahan yang dialami klien dengan
mengikutsertakan tenaga medis lainnya sebagai peran dan kolaborasi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Haznatul Fisi. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. A dengan Kanker
Endometrium di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2017. Bukittinggi: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang
Dewi, Patu Pradnya Paramitha, and I nyoman Gede Budiana. 2017. "Profil Pasien
Kanker Endometrium Di RSUP Sanglah Denpasar Periode Agustus 2012-
Juli 2014." E-Jurnal Medika 6(8): 1-7.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/33453/20261.
Mirhalina. Siti. 2020. "Jenis Dan Faktor Risiko Kanker Endometrium Di Rumah
Sakit Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015-2018." 3(1).
38