Dosen Pembimbing:
Oleh:
Kelompok 2 /A-3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
MARET 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun makalah “Asuhan Keperawatan Pada
Kanker Serviks” , ini tepat waktu. Meski banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai ilmu keperawan medikal bedah.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi mengenai perkembangan keperawatan
didunia dan diIndonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dai kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari rekan-rekan sangat kami butuhkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita semua.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
2.1.2 Anatomi Sistem Reproduksi Pada Wanita......................................................................................6
2.1.2 Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Wanita....................................................................................10
2.2 Kanker Serviks Pada Wanita..........................................................................................................12
2.2.1 Definisi Kanker Serviks................................................................................................................12
2.2.2 Etiologi Kanker Serviks................................................................................................................13
2.2.3 Klasifikasi Kanker Serviks...........................................................................................................16
2.2.4 Patofisiologis Kanker Serviks.......................................................................................................18
2.2.5 Manifestasi Klinis Kanker Serviks...............................................................................................21
2.2.6 Pencegahan pada Kanker Serviks.................................................................................................23
2.2.7 Pemeriksaan Fisik.........................................................................................................................24
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................................26
2.2.9 Penatalaksanaan Kanker Serviks..................................................................................................26
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Kanker Serviks.............................................33
2.3.1 Pengkajian Keperawatan....................................................................................................33
2.3.2 Diagnosi Keperawatan.......................................................................................................37
2.3.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................................................37
2.3.4 Evaluasi Asuhan Keperawatan...........................................................................................38
BAB III......................................................................................................................................................39
3.1Kesimpulan.......................................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................40
BAB 1
PENDAHULUAN
Kanker serviks atau disebut juga kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker yang
paling banyak diderita wanita diatas usia 18 tahun atau wanita usia produktif. Kanker serviks menempati
urutan ke dua menyerang wanita dalam usia subur, yang pada tahun 2005 menyebabkan lebih dari
250.000 angka kematian. Sekitar 80 % dari jumlah kematian tersebut terjadi pada negara berkembang.
Tanpa penatalaksanaan yang konkrit, diperkirakan kematian akibat kanker serviks akan meningkat 25 %
dalam jangka waktu 10 tahun mendatang ( WHO, 2006 ) Jumlah penderita kanker leher rahim di
Indonesia sekitar 200 ribu setiap tahunnya dan menduduki peringkat kedua setelah kanker payudara.
Walaupun penyakit ini merupakan penyakit keganasan yang dapat menyebabkan kematian, kesadaran
untuk memeriksakan diri dirasakan sangat rendah, hal tersebut tidak terlepas dari kurangnya pengetahuan
mengenai kanker ini. Hasil wawancara pada beberapa anggota juga masih belum mengerti bagaimana
tanda gejala, pencegahan dan cara untuk mendeteksi awal terhadap adanya kanker serviks. Model peer
group diharapkan lebih bermanfaat karena alih pengetahuan dilakukan antar kelompok sebaya yang
mempunyai 5 hubungan lebih akrab, dalam artian bahasa yang digunakan sama, dapat dilakukan di mana
saja, kapan saja dengan cara penyampaian yang santai, sehingga sasaran lebih merasa nyaman berdiskusi
tentang permasalahan yang dihadapi (Swandewi, 2006). Model intervensi dengan menggunakan peer
group untuk meningkatkan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat khususnya wanita untuk
pencegahan kanker servik menjadi hal yang perlu dikembangkan, mengingat modelnya lebih efektif. Atas
dasar uraian diatas penulis mengambil judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dan Model Peer Group
Terhadap Perilaku Ibu Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks” yang nantinya akan dijadikan penelitian
dan dibahas lebih lanjut untuk mengetahui hasilnya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Kanker Serviks
2. Untuk mengetahui etiologi Kanker Serviks
3. Untuk mengetahui patofisiologi Kanker Serviks
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Kanker Serviks
5. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjang pada Kanker Serviks
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Kanker Serviks
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Kanker Serviks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat reproduksi wanita berada di bagian tubuh seorang wanita yang disebut
panggul. Secara anatominilai reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian, yaitu : bagian
yang terlihat sari luar (genitalia eksterna) yang meliputi dan bagian yang berada di dalam
panggul (genitalia interna). Genitalia eksterna meliputi bagian yang terdiri dari vulva,
mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, hymen, mulut vagina dan
perineum. Genitalia internal terdiri dari vagina, uterus, tuba fallopi dan ovarium.
(Sumber : senyumperawat.com)
1. Fungsi seksual
Fungsi seksual organ reproduksi wanita dilakukan oleh vulva dan vagina.
Organ – organ tersebut mengeluarkan cairan yang berguna sebagai pelumas saat
kopulasi serta berfungsi sebagai jalan lahir bagi bayi.
2. Fungsi hormonal
Fungsi hormonal dari sistem reproduksi wanita berkaitan erat dengan
dihasilkanya hormon – hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron.
Hormon – hormon ini mengadakan interaksi dengan hormon lain yang
dihasilkan di otak. Akibatnya terjadi perubahan pada fisik dan mental wanita
seiring bertambahnya usia menuju dewasa berupa pematangan sel kelamin pada
wanita atau yang biasa disebut oogenesis. Oogenesis terjadi di dalam
ovariumdan menghasilkan produk akhir berupa sel telur atau sel ovum. Sel ovum
yang matang apabila tidak mengalami pembuahan ketika pelepasannya akan
menyebabkan luruhnya sel tersebut bersama dinding endometrium yang
dinamakan proses menstruasi.
Menstruasi adalah kondisi normal dan terjadi berulang pada perempuan.
Peristiwa ini ditandai dengan pengeluaran darah dan lapisan rahim melalui
vagina yang teratur. Menstruasi dikendalikan oleh hormon dan aktif terjadi pada
masa reproduktif, yaitu sejak pubertas hingga menopause, kecuali selama
kehamilan.
Menarche merupakan peristiwa di mana perempuan pertama kali
mengalami menstruasi. Menarche terjadi pada usia rata-rata ± 13 tahun. Pada
tiap siklus haid, terdapat 3-30 folikel yang akan diproses lebih lanjut lagi.
Selanjutnya hanya akan ada satu folikel terpilih yang akan dikeluarkan dalam
bentuk sel telur (oosit). Perdarahan yang terjadi pada kejadian menstruasi
menandakan bahwa rahim telah berfungsi. Dalam siklus menstruasi, terdapat 4
tahapan utama yang terjadi di dalam rahim, antara lain :
1) Fase 1: fase menstruasi
Fase ini terjadi pada hari pertama dan berlangsung 3-7 hari sebagai
akibat penurunan kadar hormon progesteron. Darah yang keluar berasal dari
lapisan endometrium rahim. Rahim akan berkontraksi untuk membantu
mengeluarkan darah. Tidak jarang apabila kontraksinya terlalu kuat akan
menyebabkan kram haid (dismenorea) pada perempuan.
2) Fase 2: fase proliferasi
Fase proliferasi ini berlangsung sejak berhentinya perdarahan hingga
hari ke-14. Pada fase ini, endometrium akan tumbuh kembali dan
dipersiapkan untuk perlekatan janin apabila terjadi pembuahan. Selanjutnya,
pada rentang hari ke-12 sampai 14 akan terjadi pelepasan sel telur (oosit)
dari ovarium yang disebut ovulasi. Proses ovulasi ini dipengaruhi oleh
meningkatnya kadar hormon LH yang tajam.
3) Fase 3: fase sekresi
Pada fase sekeresi terjadi pelepasan hormon progesteron sehingga
endometrium menjadi tebal dan akan aktif mengeluarkan glikogen (nutrisi)
yang bertujuan untuk menopang kehidupan janin. Fase ini berlangsung
selama 11 hari.
4) Fase 4: fase premenstruasi
Fase ini berlangsung selama 3 hari sebelum kembali pada fase
menstruasi. Pada umumnya, siklus menstruasi berlangsung normal dan
teratur tiap 28 hari.
3. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi dalam sistem reproduksi wanita dilakukan oleh indung
telur (ovarium), saluran telur dan rahim. Sel telur yang diproduksi setiap
bulannya melalui proses oogenesis dikeluarkan dari indung telur pada masa
subur dan akan masuk kedalam saluran telur untuk kemudian bertemu dan
menyatu dengan sel benih pria atau sperma. Sperma tersebut tidak dapat
langsung membuahi sel telur karena hanya sebagian kecil yang bisa masuk
mulut rahim. Sperma dapat bertahan dalam saluran reproduksi wanita ± 24-48
jam sambil menunggu sel telur diovulasikan. Sel telur yang diovulasikan akan
mendapatkan sejumlah perlindungan dari lapisan zona pellucida dan corona
radiata. Sel telur ini akan bertahan 6-24 jam setelah diovulasikan. Pada saat
fertilisasi terjadi, sperma akan mengalami proses kapasitasi ketika bertemu
dengan ovum. Kemudian sperma menembus zona pellucida sel telur. Saat
sperma dapat menembus sel telur, hanya kepala sperma yang bisa masuk. Dari
ratusan juta sperma, hanya akan ada satu sperma yang berhasil menembus.
Selanjutnya, inti sel sperma memasuki sitoplasma sel telur dan terjadilah
peleburan antara inti sperma dengan ovum sehingga terbentuklah zigot. Proses
pembuahan ini terjadi di ampula tuba falopi pada wanita.
Kanker leher rahim atau yang dikenal dengan kanker serviks yaitu penyakit
keganasan yang terjadi pada serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2006).
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang
jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).
Pengertian Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
leher rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi
sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan
dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-
ulang (Prayetni, 2007).
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim
normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher
rahim yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat
bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar
(Rasjidi. I, 2007). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kanker serviks
adalah kanker yang terjadi pada leher rahim dengan hiperplasi sel jaringan sekitar
sampai menjadi sel yang membesar, menjadi borok/luka yang mengeluarkan cairan
yang berbau busuk.
Infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual dengan masa inkubasi selama
3 bulan. Bentuk klasik dari infeksi HPV adalah kondiloma akuminata yaitu kutil yang
berbentuk kembang kol pada jaringan ikat di tengahnya dan ditutup terutama di
bagian atas epitel yang hiperkerotolik. Kemungkinan peranan terjadinya kanker
serviks adalah dengan melakukan gangguan pada gen yang mengatur pembelahan
virus dan menyebabkan pembelahan sel menjadi tidak terkontrol dan mengarah pada
keganasan. Perubahan sel yang terjadi dapat berupa bentuk jinak seperti kondiloma
atau bentuk prakanker bahkan karsinoma invasif (Bustan, 2000).
Suwiyoga (2007) mengatakan bahwa faktor resiko minor kanker serviks adalah
paritas tinggi dengan jarak persalinan pendek, hubungan seksual dini dibawah usia 17
tahun, multipartner seksual, merokok aktif dan pasif, status ekonomi rendah.
Sedangkan kofaktornya terdiri dari infeksi klamidia trakomatis, HSV-2, HIV/AIDS,
infeksi kronis dan lainnya. Selain itu, terdapat beberapa faktor resiko yang
mempengaruhi kanker serviks, diantaranya :
a. Pola hubungan seksual dan hubungan seksual dengan pria yang mempunyai
pasangan lebih dari satu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara lesi pra kanker dan kanker serviks dengan aktivitas seksual
pada usia dini, khususnya sebelum umur 17 tahun. Hal ini diduga
berhubungan dengan belum matangnya daerah transformasi pada usia
tersebut bila sering terekspos. Nugraha B. D (2003) menganalisis bahwa akan
terjadi perubahan pada sel leehr rahim pada wanita yang sering berganti
pasangan, penyebabnya adalah sering terendamnya sperma dengan kadar pH
yang berbeda – beda megubah displasia menjadikanker dalam leher rahim.
b. Paritas atau sering melahirkan
Semakin sering melahirkan, semakin besar resiko terjangkit kanker
serviks. Pada wanita dengan paritas 5 atau lebih mempunyai resiko 2,5 kali
lebih besar dibandingkan wanita dengan paritas 3 atau kurang (Suwiyoga,
2007).
c. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Resiko yang dapat dialami oleh seorang perokok aktif dan pasif yakni
sebesar 2 sampai 5 kali lebih besar dibandingkan yang bukan perokok. Pada
wanita yang merokok, nikotin yang terdapat didalamnya dapat bersifat
karsinogenik untuk cairan serviks dan mendorong terjadinya kanker. Merokok
akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).
d. Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka waktu lebih dari 5 tahun
cenderung memberikan dampak 1,53 kali lebih beresiko kanker serviks.
e. Defisiensi Gizi
Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa defisiensi terhadap asam
folat, vitamin C, E, beta karoten atau retinol berhubungan dengan peningkatan
resiko kanker serviks.
f. Sosial Ekonomi
Adanya kaitan yang erat antara status sosial ekonomi rendah dengan status
pendidikan dan status gizi berhubungan dengan daya tahan tubuh baik terhadap
infeksi maupun melawan keganasan.
g. Hygiene dan Sirkumsisi
Penelitian yang telah dilakukan Indrawati (2012), juga menyimpulkan
hasil personal hygiene yang kurang baik, memiliki risiko terkena kanker serviks
19,386 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki personal hygiene yang
baik. Menurut Bustan (2007), wanita dengan personal hygiene yang buruk
berisiko lebih besar untuk terkena kanker serviks dari pada wanita dengan
personal hygiene yang baik. Personal hygiene yang buruk meliputi penggunaan
pembalut dengan dioksin, penggunaan kloset umum yang kurang saniter, dan
penggunaan antiseptik pada serviks (Wijaya, 2010).
h. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi
sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya
penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah
satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang
karena kurangnya program skrining (Rubina Mukhtar, 2015).
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel
skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang
rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat
proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan
SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
WOC Kanker Serviks
Serviks
Etoplassia (Erosif)
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca.
Serviksadalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause,
menstruasitidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan
postcoital.Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien;
debit mungkin berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan
saluran kencing ataurektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri
panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang
panggul hidup berdampingan.
Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang
keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang
dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan
gejala karsinoma Kanker serviks (75-80%) (Wiknjosastro, 2005).
Pada tahap awal, terjadinya Kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus.
Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorhea,
hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada
penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Nyeri dirasakan dapat
menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala
yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning,
berbau d an terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan
makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.
Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal
ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena
penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut (Rasjidi. I, 2007).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gejala awal kanker serviks tidak
tampak, perlahan-lahan sejalan dengan aktivitas hiperplasi sel maka tanda dan gejala
akan meningkat dan pada akhirnya wanita akan mengetahui kondisi ini pada stadium
lanjut dengan leukorea patologis yang keluar secara berlebihan dan berbau busuk serta
kontak berdarah setelah berhubungan seksual.
3) Perut bagian bawah atau pinggang pasien sering dilanda rasa nyeri, terkadang rasa
sakit juga menyerang perut bagian atas, kaki bagian atas dan panggul, pada masa
menstruasi, buang air besar, atau berhubungan seksual, rasa sakitnya akan
semakin parah, terlebih ketika peradangan mundur sepanjang ligamen uterosakral
memperpanjang atau tersebar di sepanjang bagian bawah ligamentum, membentuk
peradangan kronis jaringan ikat parametrium, ketika terjadi penebalan ligamen
utama serviks, rasa nyerinya akan semakin parah. Setiap menyentuh leher rahim,
langsung menyebabkan fossa iliaka, nyeri lumbosakral, ada beberapa pasien yang
bahkan mengalami gejala mual, dan gejala lainnya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain
a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan,
(Dedeh Sri Rahayu,2015)
Upaya pencegahan yang paling utama adalah menghindarkan diri dari faktor
risiko seperti:
(3) Menghindari mencuci vagina dengan anti septik tidak dilakukan secara rutin,
kecuali bila ada indikasi infeksi yang membutuhkan pencucian dengan antiseptik.
Obat tersebut dapat membunuh kuman, termasuk kuman bacillus doderlain di vagina
yang mempertahankan pH vagina.
(4) Jangan pernah menaburi talk pada vagina yang terasa gatal atau kemerahan,
dikhawatirkan serbuk talk tersebut akan terserap masuk ke dalam vagina dan lama
kelamaan berkumpul kemudian mengendap menjadi benda asing yang bisa berubah
menjadi sel kanker,
(5) Diet rendah lemak. Diketahui bahwa timbulnya kanker berkaitan erat dengan
pola makan, lemak memproduksi hormon estrogen, dan endometrium yang sering
bersinggungan dengan hormon estrogen mudah berubah menjadi kanker,
(6) Memenuhi kecukupan gizi tubuh terutama betakaroten, vitamin C, dan asam
folat. Ketiga zat ini dapat memperbaiki dan memperkuat mukosa kanker serviks.
Oleh karena itu, rajinlah mengkonsumsi wortel, buah-buahan yang mengandung
vitamin C dan makanan hasil laut,
(7) Hubungan seks terlalu dini, idealnya hubungan seks dilakukan setelah
perempuan benar-benar matang. Ukuran pematangan bukan hanya dilihat dari
datangnya menstruasi, tetapi juga bergantung pada pematangan sel-sel mukosa yang
terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Sel-sel mukosa akan matang
setelah perempuan berusia 20 tahun ke atas, maka hendaknya perempuan yang
berumur di bawah 16 tahun tidak melakukan hubungan seks, meskipun sudah
menikah,
(9) Penggunaan estrogen, risiko terkena kanker serviks juga dialami oleh
perempuan yang terlambat menopause. Sebab rangsangan terhadap endometrium
lebih lama, sehingga endometrium sering terkena estrogen dan kemungkinan
munculnya kanker rahim, (10) Sosial Ekonomi, masalah Kanker serviks banyak
dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah, hal ini karena faktor sosial ekonomi
ada kaitannya dengan gizi dan imun tubuh (Yatim. F, 2005).
1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
b) Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis), Raut
wajah pucat.
c) Mata : konjunctiva tidak anemis
d) Hidung : simetris, tidak ada sputum
e) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
f) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer
getah bening
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
d) Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah
abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
a) Inspeksi : Ada lesi.
Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
Urine bercampur darah (hematuria).
b) Palpasi :Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6. Ekstremitas dan Kulit : Tidak edema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.
1). Pemeriksaan pap smear (sitologi), yaitu pemeriksaan dengan cara pengambilan
lapisan dari permukaan leher rahim atau vagina untuk menilai perubahan bentuk
sel.
2). Pemeriksaan Schiller atau lebih dikenal dengan IVA, yaitu pemeriksaan dengan
menggunakan larutan iodium untuk mengetahui perubahan warna jaringan yang
mengalami kelainan. Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
dapat mengikal yodium.Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklattua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3).Pemeriksaan kolposkopi, yaitu pemeriksaan dengan menggunakan alat untuk
menentukan adanya daerah abnormal dan letak kelainannya (Sastrosudarmono,
2011). Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dandibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang
bersangkutan sehingga mudah untukmelakukan biopsy. Kelemahan, hanya dapat
memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedangkelainan pada skuamosa
columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
4) BiopsiBiopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
5) Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada
serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).
Saat ini pada umumnya cara pengobatan kanker serviks yang paling sering
dijumpai adalah dengan operasi dan radioterapi. Operasi cocok dilakukan bagi kanker
serviks stadium awal, operasi yang diutamakan adalah radikal hysterectomi (operasi
pengangkatan rahim keseluruhan), yaitu mengangkat rahim bagian dari vagina dan
jaringan parametrium, disaat yang bersamaan juga membersihkan bilateral kelenjar
getah bening di panggul, apabila ovarium tidak ada perubahan patologis dapat
dipertimbangkan untuk tidak diangkat. Keunggulan dari pengobatan dengan operasi
dalam kasus stadium awal adalah cukup sekali operasi sudah bisa membersihkan lesi
kanker, masa pengobatan pendek. Kekurangannya adalah lingkup pengangkatan yang
luas, setelah operasi mungkin terjadi gangguan fungsi buang air kecil dalam tingkatan
tertentu dan komplikasi lainnya, diperlukan istirahat dan latihan beberapa waktu baru
dapat pulih kembali.
Radioterapi cocok untuk kanker serviks disegala stadium, bahkan kanker serviks
stadium lanjut. Bagi orang usia lanjut, fungsi jantung kurang yang tidak dapat
menjalani operasi, radioterapi adalah cara pengobatan kanker serviks yang sangat baik.
Akan tetapi radioterapi memiliki komplikasi tertentu, yang paling utama adalah
radioaktif rektum dan infeksi kandung kemih, membutuhkan pengobatan yang aktif
dan istirahat baru dapat pulih perlahan-lahan.
Pengobatan radiopartikel juga merupakan salah satu cara pengobatan yang efektif
untuk kanker serviks. Kanker serviks peka terhadap sinar radioaktif, kanker serviks
stadium dini atau stadium lanjut semuanya memiliki hasil pengobatan yang cukup
bagus. Pengobatan radiopartikel dilakukan dengan menanamkan radiopartikel ke
dalam tumor di bawah panduan CT atau USG , partikel-partikel ini di dalam tumor
akan terus memancarkan sinar radioaktif, mengobati tumor dan memotong jalur
penyebaran tumor.
Dari sini bisa terlihat ada banyak macam cara pengobatan kanker serviks, pasien
kanker serviks diharapkan tidak menyerah terlebih dahulu, asalkan bisa bekerja sama
dengan dokter, memilih cara pengobatan kanker serviks yang cocok untuk diri sendiri,
dengan demikian bisa dengan efektif mengontrol kanker serviks.
A. Terapi Farmakologis
Dukungan nutrisi
Pasien kanker serviks berisiko mengalami malnutrisi dan kaheksia
kanker, sehingga perlu mendapat terapi nutrisi adekuat, dimulai dari skrining
gizi, dan apabila hasil skrining abnormal (berisiko malnutrisi), dilanjutkan
dengan diagnosis serta tatalaksana nutrisi umum dan khusus.
Gejala Psikis
Gejala psikis yang dinilai berdasarkan 7 (tujuh) aspek, yaitu
a). Kecemasan (ansietas)
Para responden kanker serviks umumnya menunjukkan
gejala kecemasan (ansietas). Jika dilihat secara spesifik, lebih dari
52,5% (gejala ringan s/d berat) yang menunjukkan perasaan cemas,
hal yang dikhawatirkan, sesuatu perasaan buruk terjadi, perasaan
mudah tersinggung.
b). Ketegangan
Responden kanker serviks yang mengikuti program
kemoterapi pada umumnya menunjukkan gejala ketegangan. Jika
dilihat secara spesifik, lebih dari 40% (gejala ringan s/d berat)
menunjukkan perasaan tegang, mudah lelah, tidak bisa istirahat
dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar,dan
perasaan gelisah.
c). Perasaan Takut (fobia) pada Situasi atau Peristiwa
Dari 40 responden yang mengikuti program kemoterapi,
umumnya tidak menunjukkan perasaan takut (fobia) pada situasi
atau peristiwa. Jika dilihat secara spesifik, ada 27,5% (gejala
sedang s/d berat) yang menunjukkan perasaan takut (fobia) saat
ditinggal sendiri.
d). Gangguan Tidur
Para responden kanker serviks umumnya menunjukkan
gejala gangguan tidur.
Kasus :
Ny.K (66 tahun) datang kerumah sakit RSUD dr.ISKAK pada tanggal 27 Januari
2019 ditemani oleh Tn. I (30 tahun). Klien mengeluhkan nyeri perut bagian bawah,nyeri
yang dirasakan sudah sebulan yang lalu, klien mengeluh perut terasa kembung,
mengalami keputihan sejak 1 bulan yang lalu, serta mengalami pendarahan sedikit demi
sedikit sebelum keluar keputihan. Setelah dilakukan pemeriksaan umum didapatkan TTV
dengan TD.120/70 ,Nadi :88, suhu :36, RR:18
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tiyang 05/01 Desa Tanjung Sari Karangrejo-Tulungagung
Penanggung Jawab
Nama : Tn. I
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Hubungan dengan px: Anak
Alamat : Tiyang 05/01 Desa Tanjung Sari Karangrejo-Tulungagung
Keluhan Utama
-Pasien mengeluh mengalami nyeri abdomen bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
RIWAYAT PENYAKIT
- Psikologis
Klien mengatakan tidak mengerti cara pengobatan yang diberikan
untuk penyembuhan penyakitnya dan klien mengatakan merasa
tidak percaya diri karena adanya gangguan pada organ sex.nya
- Spiritual
Tidak ada masalah dalam beribadah. Klien aktif dalam beribadah
menjalankan kewajibannya
- Ekonomi
Klien bekerja sebagai swasta dengan penghasilan yang rendah.
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
- T : 36˚C, TD 120/70 mmHg, RR : 18x/menit dan N : 88x/menit.
Body System
1. B1 (Breath)
- Pernafasan cuping hidung
PEMERIKSAAN FISIK
2. B2 (Blood)
- Tekanan darah normal (120/70 mmHg)
3. B3 (Brain)
- Kesadaran pasien composmentis dengan GCS, yaitu : E = 4, V = 5 dan
M=6
4. B4 (Bladder)
- Tidak ada gangguan
5. B5 ( Bowel)
- Nyeri bagian abdomen bawah
- Abdomen kembung
6. B6 ( Bone)
- Kemampuan pergerakan sendi pasien bebas
Analisis Data
MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. Data Subjektif: Kanker sevik Nyeri Kronis (00133)
- Px mengeluhkan ↓
rasa kembung pada Merusak struktur
abdomen jaringan serviks
- P: px mengeluhkan ↓
rasa nyeri saat Menginvasi rektum
digunakan berjalan ↓
Q: px. Menyatakan Fistula rektum
nyeri yang
dirasakan yaitu Infiltrasi saraf
“nyut-nyut”
R: nyeri terasa Nyeri kronis
pada abdomen
bagian bawah
S: px.menyatakan
nyeri yang
dirasakan sangat
sakit
T: nyeri terasa
secara tiba-tiba dan
dalam durasi tidak
menentu
Data Objektif:
- Skala nyeri
menunjukkan
angka 2
2. Data Subjektif: Kanker serviks Harga diri rendah (00120)
- Px. Mengatakan ↓
malu bersosialisasi Vasikularasi jaringan
Data Objektif: terganggu
- Px menarik diri ↓
dari lingkungan Peradangan endoserviks
sekitar dan eksoserviks
Nekrosis jaringan
3.1Kesimpulan
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga
jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut
biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal,
penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang (Prayetni, 2007). Proses perkembangan kanker serviks
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon.
Penyebab terjadinya kanker pada leher rahim atau serviks adalah virus HPV atau Human
Papilloma Virus yang ditularkan melalui hubungan seksual, salah satunya karena pola hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan. Selain itu, terdapat beberapa faktor resiko minor seperti
angka paritas yang tinggi, kebiasaan merokok, penggunaan alat kontrasepsi oral serta infeksi
kronis lainnya. Biasanya timbul gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorhea,
hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post
koitus serta latihan berat. Gejala penyakit ini menyebabkan pendarahan khas hingga nyeri yang
menjalar hingga bagian ekstremitas bawah. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa penyakit kanker serviks yaitu melalui salah satu metode pemeriksaan penunjang yaitu
pap smear pemeriksaan dengan cara pengambilan lapisan dari permukaan leher rahim atau
vagina untuk menilai perubahan bentuk sel. Apabila didapatkan hasil positif, tindakan
selanjutnya adalah penyembuhan dengan mematikan sel kanker tersebut. Metode yang paling
efektif saat ini adalah dengan operasi dan radiologi. Maka peran perawat dalam membantu
penyembuhan pasien dengan kanker serviks adalah dengan melakukan manajemen nyeri serta
mengurangi tingkat harga diri yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati ,Winarsih Nur, Erlinda Kusuma Wardani.2014. Efek Samping Kemoterapi Secara
Fisik Pasien Penderita Kanker Serviks. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses di
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1428/1481 pada 19 maret
2019.
Bal MS, Goyal R, Suri AK, et al. Detection of abnormal cervical cytology in Papanicolaou
smears. J Cytol 2012; 29: 45–7.
Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Darmawati.2009. Cervical Cancer in Productive Women. Idea Nursing Journal Darmawati. Idea
Nursing Journal. Vol. I No. 1. Diakses di
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/viewFile/6342/5209 pada 8 maret 2019.
Mashudi, Sugeng. 2011. Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba Medika
Moorhead,Sae (dkk). 2016. Nursing Outcome Clasification (NOC) 5th edition. Indonesia:
Mocomedia.
Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country: Pakistan.
US: Global Journal.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
Yolanda, Albina Eva dan Ferry Fendy Karwur.2013. Tingkat Kecerdasan Pasien Kanker Serviks pada
Golongan Ekonomi Rendah yang Mengikuti Program Kemoterapi diRSUD Dr.Moewardi. Salatiga,
Sains Medika. Diakses di http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/sainsmedika/article/download/
344/283 pada 19 maret