Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI


KEPERAWATAN JIWA

LUSYANA MAYLANIE
131711133047

PRODI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA, SURABAYA
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara
mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan
salah satu masalah timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupunmasyarakat
(Yusuf, Rizky & Hanik, 2015:154).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).

2. KLASIFIKASI
Menurut Nanda (2012), jenis defisit perawatan diri antara lain:
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi, beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara
mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi atau toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.

3.
4. ETIOLOGI
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu predisposisi dan faktor
presipitasi.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri :
1. Perkembangan
Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi dan memanjakan klien
dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan.
2. Faktor Biologis
Beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri.
3. Faktor kemampuan realitas yang menurun
Klien dengan gangguan Jiwa mempunyai kemampuan realitas yang kurang,
sehingga menyebabkan ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk
perawatan diri.
4. Faktor sosial
Kurang dukungan serta latihan kemampuan dari lingkungannya, menyebabkan
klien merasa terkucilkan dan memperparah gejala yang ada.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut
Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

6. PATOFISIOLOGI
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang
air besar [BAB] atau buang air kecil [BAK]) secara mandiri. (Yusuf, Rizky & Hanik,
2015:155). Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan
dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005).
Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang
dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan
hypothalamus. Sistem Limbik merupakan cincin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya
adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia,
2005). Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat
penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan
menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan kepribadian
(Kaplan, Saddock & Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam perilaku
dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama
yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol
berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan
gangguan berfikir, dan gangguan dalam bicara / disorganisasi pembicaraan serta tidak
mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat
diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit
perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum
yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi.
Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga
kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui
pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia, 2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan dari
beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan
koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998
; Suliswati, 2002).
Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada
klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif
(alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan defisit
perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak berkeinginan untuk
melakukan perawatan diri (Hawari, 2001). Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu
makan, tidur, alam perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor
(perilaku) (Hawari, 2001).
Jika terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku
yang kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang
maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri
seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson,2007). Norepinephrin
berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; proses pembelajaran dan
memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan dapat mengakibatkan
kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau
mandi, tidak mau makan maupun tidak mau berhias dan toileting (Boyd & Nihart, 1998;
Suliswati, 2002).

7.
7. RENTANG RESPON

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011)

8. POHON MASALAH

9.
9. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti (2012) yaitu:
A. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
B. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri

10. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi :
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
1) Terapi Keluarga Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian :
a. Jangan memancing emosi klien.
b. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
c. Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
d. Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain
untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus
dilakukan :
a. Manfaat perawatan diri.
b. Menjaga kebersihan diri.
c. Tata cara makan dan minum.
d. Tata cara eliminasi.
e. Tata cara berhias.
3) Terapi Musik Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien. Penatalaksanaan manurut herman (Ade,
2011) adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan, berhias diri, dan eliminasi ( buang air besar dan buang air kecil) secara
mandiri. Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatan kesehatan
jiwa :
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan
klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.
Kemudian usia dan No RM.  
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini?  
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa dimasa lalu.  
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami
atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga lainnya
yang mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.  
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan
oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan yang
ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram  
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
6. Status mental
a. Penampilan  
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir  
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan  
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
i. Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item yang
dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat.
Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako, dan terapi
lainnya.
12. Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif dan
data objektif.  
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi)
berdasarkan pohon masalah.  
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas.

Masalah
Data yang Perlu dikaji
Keperawatan
Defisit Subjektif :
Perawatan Diri 1. Mengungkapkan dirinya
malas melakukan perawatan
diri ( mandi, dan  berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak
ingin makan
Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap
dari tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut
tidak sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi

14. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Berikut ini format dokumentasi keperawatan pengkajian pada pasien yang
mengalami defisit perawatan diri.
1. Status Mental
a. Penampilan
[ ] Tidak Rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya  
b. Jelaskan .............................................................
c. Masalah Keperawatan.........................................
2. Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebersihan Diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total  
b. Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
c. BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
d. Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total e.
e. Jelaskan...........................................................
f. Masalah Keperawatan.........................................

2. MASALAH KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang didapat,masalah keperawatannya adalah defisit perawatan
diri : hygiene diri, berhias, makan dan eliminasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi
. TUM TUK
1. Defisit perawatan diri : Pasien tidak 1. Klien dapat mebina Bina hubungan saling  percaya dgn menggunakan
kebersihan diri, mengalami defisit hubungan saling percaya. prinsip komunikasi terapeutik :
berdandan, makan, perawatan diri Kriteria Evaluasi : Dalam 1. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal
BAB/BAK berinteraksi klien maupun non verbal.
menunjukan tanda-tanda 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
percaya pada perawat: 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
a. Wajah cerah, panggilan yang di sukai pasien.
tersenyum. 4. Jelaskan tujuan pertemuan. Jujur dan
b. Mau berkenalan. menepati janji.
c. Ada kontak mata. 5. Tunjukkan sikap empati dan menerima
d. Menerima kehadiran pasien apa adanya.
perawat. 6. Beri perhatian dan  perhatikan kebutuhan
e. Bersedia dasar  pasien
menceritakan
perasaannya.
2. Klien mampu melakukan Melatih pasien cara – cara perawatan diri:
kebersihan diri secara 1. Menjelasan pentingnya menjaga
mandiri kebersihan diri.
2. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga
kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara-cara melakukan
kebersihan diri.
4. Melatih pasien mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
3. Klien mampu melakukan Melatih pasien berdandan/berhias :
berhias / berdandan 1. Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
secara baik a. Berpakaian  
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
2. Untuk pasien wanita,latihannya meliputi :
a. Berpakaian  
b. Menyisir rambut
c. Berhias
4. Pasien mampu melakukan Melatih pasien makan secara mandiri :
makan dengan baik 1. Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
2. Menjelaskan cara makan yang tertib.
3. Menjelaskan cara merapihkan peralatan
makan setelah makan.
4. Praktek makan sesuai dengan tahapan
makan yang baik
5. Pasien mampu melakukan Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK
BAB dan BAK secara secara mandiri :
mandiri 1. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang
sesuai. 2.
2. Menjelaskan cara membersihkan diri
setelah BAB dan BAK.
3. Menjelaskan cara membersihkan tempat
BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Nelwetis.(2016).” ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN


ISOLASI SOSIAL DIRUANG MERAK RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO
HEERDJAN JAKARTA”.Jakarta. Vol.2 No.2 – Agustus 2016
http://repository.ump.ac.id/2437/3/LIS%20ALIYAH%20BAB%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27524/4/Chapter%20II.pdf
https://www.academia.edu/16438705/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_DENGAN_GANGGUAN_ISOL
ASI_SOSIAL_MENARIK_DIRI
https://nurse87.wordpress.com/2009/06/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan-isolasi-sosial/
https://id.scribd.com/document/329757162/contoh-kasus-isolasi-sosial-docx
Yusuf, A., Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Boyd & Nihart. 1998. Psychiatric Nursing Contemporary Practice. Lippincott:
Raven Public Hers
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis  Psikiatri Edisi 7. Jakarta : EGC
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung
: Refika Aditama.
Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kaplan HI, Sadock BJ, and Grebb JA. 2002. Sinopsis psikiatri. 7th ed.
Jakarta: Binarupa Aksara
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. 2005. Principle & Practice of Psychiatric Nursing.
St. Louis: Mosby Year Book
Suliswati et al. 2002. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsend, B.A. 2005. Keperawatan dengan Gangguan Harga Diri. Jakarta:
Trans Info Medika
Wilkinson, J. M., 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai