Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN MASALAH UTAMA DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH :
RULIENY DEWI AGUSTIN
(19.1.109)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS


DAN KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG DPD
A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara
mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia
dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai
kondisi kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu
harus bisa dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan
diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes
(2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b)  Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c)  Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g)  Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.

D. Jenis – Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

E. Rentang Respon
Adaptif maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).

F. Proses Terjadinya Masalah


Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya
gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya
gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat
mengalami defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak memerhatikan
kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik.
Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi
sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien
(Townsend, 2005). Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada
tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem
limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan
informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan, Saddock &
Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem
limbik (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat
dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir
termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi.
Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan
gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu
mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat
diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan
gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga
mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas
melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan
defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia,
2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998 ; Suliswati, 2002).
Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada
klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),
afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien
dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak
berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
(Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan
kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit
perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya
aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian,
makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang
ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan
maupun tidak mau berhias dan toileting (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati,
2002).
G. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis


Causa

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2
menurut Damaiyanti 2012 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang
harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

J. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.

K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

4.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi
( buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.
Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan
klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.
Kemudian usia dan No RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
c. Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan
yang ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
i. Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item
yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako,
dan terapi lainnya.
12. Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif
dan data objektif.
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi)
berdasarkan pohon masalah.
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
Masalah Keperawatan Data yang Perlu dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri ( mandi,
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak ingin
makan.

Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.

Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Berikut ini format dokumentasi keperawatan pengkajian pada pasien yang
mengalami defisit perawatan diri.
1. Status Mental
a. Penampilan
[ ] Tidak Rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
b. Jelaskan .............................................................
c. Masalah Keperawatan.........................................
2. Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebersihan Diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
b. Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
c. BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
d. Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
e. Jelaskan.............................................................
f. Masalah keperawatan........................................

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah defisit
perawatn diri : higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


N Rencana Keperawatan
Diagnosa
o TUM TUK Intervensi
Keperawatan
.
1 Defisit perawatan Pasien tidak 1. Klien dapat Bina hubungan
.
diri : kebersihan mengalami defisit mebina hubungan saling percaya
diri, berdandan, perawatan diri. saling percaya. dgn
makan, Kriteria Evaluasi : menggunakan
BAB/BAK. Dalam prinsip
berinteraksi klien komunikasi
menunjukan terapeutik :
tanda-tanda 1. Sapa pasien
percaya pada dengan
perawat: ramah, baik
a. Wajah cerah, verbal
tersenyum. maupun non
b. Mau verbal.
berkenalan. 2. Perkenalkan
c. Ada kontak diri dengan
mata. sopan.
d. Menerima 3. Tanyakan
kehadiran nama
perawat. lengkap dan
e. Bersedia nama
menceritakan panggilan
perasaannya. yang di
sukai pasien.
4. Jelaskan
tujuan
pertemuan.
Jujur dan
menepati
janji.
5. Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
pasien apa
adanya.
6. Beri
perhatian
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar pasien.

2. Klien mampu Melatih pasien


melakukan cara-cara
kebersihan diri perawatan
secara mandiri. kebersihan diri
:
1. Menjelasan
pentingnya
menjaga
kebersihan
diri.
2. Menjelaska
n alat-alat
untuk
menjaga
kebersihan
diri.
3. Menjelaska
n cara-cara
melakukan
kebersihan
diri.
4. Melatih
pasien
memprakte
kkan cara
menjaga
kebersihan
diri

3. Klien mampu Melatih pasien


melakukan berdandan/ber
berhias/berdanda hias :
n secara baik. 1. Untuk
pasien laki-
laki latihan
meliputi :
a. Berpak
aian
b. Menyis
ir
rambut
c. Bercuk
ur
2. Untuk
pasien
wanita,
latihannya
meliputi :
a. Berpaka
ian
b. Menyisi
r
rambut
c. Berhias

4. Pasien mampu Melatih pasien


melakukan makan makan secara
dengan baik. mandiri :
1. Menjelaska
n cara
mempersiap
kan makan.
2. Menjelaska
n cara
makan yang
tertib.
3. Menjelaska
n cara
merapihkan
peralatan
makan
setelah
makan.
4. Praktek
makan
sesuai
dengan
tahapan
makan yang
baik.

5. Pasien mampu Mengajarkan


melakukan pasien
BAB/BAK secara melakukan
mandiri. BAB/BAK
secara
mandiri :
1. Menjelaska
n tempat
BAB/BAK
yang sesuai.
2. Menjelaska
n cara
membersih
kan diri
setelah
BAB dan
BAK.
3. Menjelaska
n cara
membersih
kan tempat
BAB dan
BAK

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada Pasien
a) Tujuan Keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b) Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
(a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
(b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
(c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
(d) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada
pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir
rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien perempuan, latihan
meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
(a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
(b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
(c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
(d) Mempraktikan cara makan yang baik.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan
cara :
(a) Menjelaskan tempat BAB?BAK yang sesuai.
(b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
(c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut,
dan bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).
SP 3 pasien : mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
(menjeaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara membersihkan
diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK).
SP 4 pasien : melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara
merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik).

2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


a) Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
defisit perawatan diri.
b) Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan
diri yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat
meneruskan melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan
pasien dalam perawatan diri meningkat. Tindakan yang dapat perawat
lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati).
5) Anjrkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.
SP 1 Keluarga memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

E. Evaluasi
EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI dan
KELUARGANYA
Nama :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah
ini. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
No Tanggal
Kemampuan
.
A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menyebutkan cara membersihkan
diri.
3. Mempraktikan cara membersihkan
diri dan memasukkan dalam
jadwal.
4. Menyebutkan makan yang baik.
5. Mempraktikan cara makan yang
baik dan memasukkan dalam
jadwal.
6. Menyebutkan cara BAB/BAK
yang baik.
7. Mempraktikan cara BAB/BAK
yang baik dan memasukkan dalam
jadwal.
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikkan cara berdandan
dan memasukkan dalam jadwal.
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian
perawatan diri dan proses
terjadinya masalah defisit
perawatan diri.
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri.
3. Mempraktikan cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
4. Membuat jadwal aktivitas dan
meminum obat pasien di rumah
(perencanaan pulang).

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT dalam MERAWAT PASIEN


DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Pasien :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan
instrumen Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP.
c. Masukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris
nilai SP.
No Tanggal
Kemampuan
.
A. Pasien
SP 1 Pasien
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara menjaga kebersihan diri.
4. Mengajukan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan.
3. Membantu pasien mempraktikan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 4 Pasien
B. Keluarga
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikan
cara merawat langsung pasien
dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung pasien defisit
perawatn diri.
Nilai SP Keluarga
SP 3 Keluarga
1.
Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien
setelah pulang.
Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai: SP Pasien + SP
Keluarga
Nilai Rata-Rata

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di
berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan
kebersihan klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering
menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi
terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk membina saling percaya
sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu
di libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.
Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi
focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa
yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan klien.
B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang
direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna
kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah
maupun di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.

Faisal, Deny. 2014. “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.J dengan Gangguan
Defisit Perawatan diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias di Ruangan
Abimanyu RSJ Daerah Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ellya. 2014. Keperawatan Jiwa: Landasan Teori Defisit Perawatan Diri.


https://ellya70.wordpress.com/2014/04/21/keperawatan-jiwa.Diakses pada tanggal
09 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai