Anda di halaman 1dari 17

 

  

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian

bagi seseorang. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang

kurang dari mobilitas normal.

Seorang perawat harus memberikan intervensi yang tepat agar dapat

menghambat terjadinya ketergantungan fisik total. Intervensi yang diarahkan pada

pencegahan kearah konsekuensi-konsekuensi imobilitas dan ketidakaktifan dapat

menurunkan kecepatan penurunannya.

Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

      Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh individu dikehidupan

sehari hari.

            1.      Definisi

      Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai kondisi kesehatannya, pasien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika

tidak dapat melakukan perawatan diri.

      Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting.


      Menurut Poter dan Perry (2005), personal hygine adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya.

      Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya

perorangan dan hygine berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis.
            2.      Jenis-jenis defisit perawatan diri

      Ada beberapa jenis defisit perawatan diri :

      a.       Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan.

      Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas mandi/kebersihan diri.

      b.      Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.

      Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian)

merupakan      gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan

sendiri.

      c.       Kurang perawatan diri : makan

      Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan

aktivitas makan.

      d.      Kurang perawatan diri : toileting

      Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

            3.      Penyebab defisit perawatan diri

      Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :

a.       Kelelahan fisik
      b.      Penurunan kesadaran
            4.      Pohon masalah
Akibat : Isolasi sosial
Defisit Perawatan Diri (Core Problem)

Penyebab: Harga diri rendah

      Penyebab kurang perawatan diri adalah :

      a.       Faktor prediposisi
       1)     Biologis

       Penyakit kronis yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan

diri. Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh

kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan

sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen

serta glukosa terganggu.

            2)      Menurunnya Kemampuan Psikologi

      Pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

meyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :

      a)   Harga diri rendah : pasien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri.

b)      Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan

diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

      3)     Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b.      Faktor Presipitasi
      Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,

kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu

sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

      Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

      1)      Body image

      Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri

misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan

kebersihan dirinya.

      2)      Praktik sosial

      Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.
      3)      Status sosial ekonomi

      Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

      4)      Pengetahuan

      Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus

menjaga kebersihan kakinya.

      5)      Budaya

      Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

      6)      Kebiasaan seseorang

      Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.

      7)      Kondisi fisik atau psikis

      Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya.


Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene:

      1.     Dampak fisik

      Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya


kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :

gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi

pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

            2.      Dampak psikososial

      Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

      c.       Penilaian terhadap stress

      Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak

aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien berasal dari lingkungan

yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin


mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang

lain yang menimbulkan rasa aman. Pasien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam

situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu

menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini

menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada

mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan

dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan

dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena

ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif).

      d.      Mekanisme koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2, yaitu :

1)       Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan

mencapai tujuan. Kategorinya adalah pasien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri

secara mandiri.

2)      Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,

menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak


mau merawat diri

RENTANG RESPONS PERAWATAN DIRI

Adaptif                                                                      maladaptif

- Pola perawatan         - Kadang perawatan diri         - Tidak melakukan

  diri seimbang             kadang tidak                           perawatan saat stres

-          Pola perawatan diri seimbang, saat pasien mendapatkan stresor dan mampu untuk

berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan pasien seimbang, pasien

masih melakukan perawatan diri.

-          Kadang perawatan diri kadang tidak, saat pasien mendapatkan stresor  kadang –

kadang  pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya,


-          Tidak melakukan perawatan diri, pasien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa

melakukan perawatan saat stresor.

      e.       Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pasien dengan defisit perawatan diri adalah :

1)     Fisik

Badan bau,  pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor

disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.

2)     Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri

dan merasa hina.

3)     Sosial

Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara

makan tidak teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak

mampu mandiri.

2.2  Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan

teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan

untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit


degeneratif dan untuk aktualisasi.

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan

menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki

dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan

kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari

kebiasaan normalnya.

2.3  Faktor-Faktor Yang Mempegaruhi Mobilisasi

Faktor-faktor yang mempegaruhi mobilisasi adalah:

1. Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-nilai yang

dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).

2. Ketidakmampuan

Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma (misalnya :

paralisis akibat gangguan atau cedera pada medula spinalis).

b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari ketidakmampuan primer

(misalnya : kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi

cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.

3. Tingkat energi

Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini

cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi.

4. Usia

Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi.

Pada individu lansia, kemampuan untuk melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun

sejalan dengan penuaan.


2.4  Klasifikasi

Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas

antara lain :

1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan

oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk

dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak

3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan

seseorang yang dicintai

4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering

terjadi akibat penyakit.


Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a.       Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat

mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b.      Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan

kakinya.

c.       Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas

yang diperlukan.

2.5  Patofisiologi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,

skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan

tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja

sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada
kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi

isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada

pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan pasien untuk

latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan

isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun

pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi

(peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena

latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada pasien yang sakit (infark

miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan

kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan

perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung
dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang

melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.

Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang

bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan

mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.

Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal

adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,

pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,

melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam

pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:

- Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas.

Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra.

- Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan

menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat

pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal
antara sternum dan iga.

- Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan

dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat

diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang

pada kaki bawah (tibia dan fibula) .

- Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara

bebas dimana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan

dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi

pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.

- Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel

mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago.
Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.

Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum

mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.

- Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang

menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta

mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon

akhiles/kalkaneus.

- Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler,

terutama berada disendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi

mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami

osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.

- Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama,

berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.

- Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu

dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara

berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk

memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan

pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan,


melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

2.6 Proses Keperawatan Pada Defisit Perawatan Diri (Mandi dan Berpakaian) pada

Pasien dengan Imobilitas

Kasus:

Seorang wanita berumur 50 tahun dirawat di ruang UGD selama 3 hari. Setelah

dilakukan pengkajian, pasien mengatakan nyeri pada saat bergerak atau tidak dan

pasien belum mampu bergerak bebas. Setelah diinspeksi, pasien tampak lemah, hanya

terbaring, terdapat luka akibat fraktur. Wajah pasien terlihat meringis dan berminyak,
kulit kering dan kusam, badan pasien pun bau dan pakaian tampak kotor. Diagnosa

medis: Fraktur Fibula Dekstra. Asuhan keperawatan apa yang harus dilakukan

perawat?

A.    Pengkajian

NO. Symptom Etiologi Problem

1 DS : Pasien Mengeluh nyeri. Inkontinuitas Nyeri

jaringan
DO : Tampak Luka robekan

akibat fraktur.

2 DS : Pasien mengeluh nyeri jika Imobilisasi Gangguan mobilitas

bergerak. fisik

DO : Pasien tampak lemah dan

meringis saat bergerak.

3 DS : Pasien mengatakan belum Kelemahan Defisit perawatan diri

mampu bergerak bebas.

DO : Wajah pasien berminyak,

kulit kering dan kusam, badan

pasien pun bau.

B.     Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri berhubungan dengan inkontinuitas jaringan ditandai dengan pasien mengeluh

nyeri dan tampak luka robekan akibat fraktur.

2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan Pasien

mengeluh nyeri jika bergerak, pasien tampak lemah dan meringis jika bergerak.
3.      Defisit perawatan diri : mandi +3 berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan

pasien belum mampu bergerak bebas, pasien belum mampu mandi dan berpakaian,

tampak lemah, kulit kusam, lembab, berbau dan pakaian tampak kotor.

C.     Intervensi

N Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasionalisasi
O. Keperawatan

1. Nyeri Setelah dilakukan -Kaji intensitas, -Pengkajian yang

berhubungan perawatan selama karakteristik dan spesifik

dengan 2x24 jam: derajat nyeri. membantu

inkoninuitas memilih
-Pasien dapat
jaringan ditandai intervensi yang
beradaptasi dengan
dengan pasien tepat.
nyeri yang dialami
mengeluh nyeri
-Meminimalkan
dan tampak luka Kriteria Hasil :
stimulasi atau
robekan akibat
-Pertahankan tirah meningkatkan
fraktur. -Mengungkapkan
baring. relaksasi.
nyeri dan tegang di

perutnya

berkurang

-Meningkatkan
-Dapat melakukan
koping pasien
tindakan untuk -Terangkan nyeri
dalam melakukan
mengurangi nyeri yang diderita
guidance
pasien dan
mengatasi nyeri.
penyebabnya.

-Mengurangi

onset terjadinya
 -Kolaborasi nyeri dapat

pemberian dilakukan dengan

analgetika. pemberian

analgetika.

2. Gangguan Setelah dilakukan -Kaji kebutuhan -Mengidentifikasi

Mobilitas Fisik perawatan selama akan pelayanan masalah,

berhubungan 3x24 jam: kesehatan dan memudahkan

dengan imobilitas kebutuhan akan intervensi.


-Pasien akan
ditandai peralatan.
menunjukkan
dengan Pasien
tingkat mobilitas -Tentukan tingkat
mengeluh nyeri -Mempengaruhi
optimal. motivasi pasien
jika bergerak, penilaian
Kriteria hasil: dalam melakukan
pasien tampak terhadap
-Melakukan aktivitas.
lemah dan kemampuan
pergerakkan dan
meringis jika aktivitas apakah
perpindahan.
bergerak. karena
- Mempertahankan
ketidakmampuan
mobilitas optimal
ataukah
yang dapat di
ketidakmauan.
toleransi
-Ajarkan dan

pantau pasien

dalam hal
-Menilai batasan
penggunaan alat
kemampuan
bantu.
aktivitas optimal.
3. Defisit Perawatan Setelah dilakukan -Kaji kemampuan -Mengkaji

Diri : Mandi asuhan pasien untuk kemampuan

+3  berhubungan keperawatan melakukan pasien untuk

dengan selama 2 x 20 perawatan diri. melakukan

kelemahan menit: perawatan diri

ditandai dengan memudahkan


 -Pasien dan
pasien belum intervensi
keluarga mampu
mampu bergerak selanjutnya.
merawat diri
bebas, pasien
sendiri -Mengganti
belum mampu
pakaian
mandi dan Kriteria Hasil:
melindungi
berpakaian, -Ganti pakaian
pasien dari
tampak -Pasien tampak yang kotor
kuman dan
lemah, kulit bersih dan segar dengan yang
meningkatkan
kusam, lembab, bersih.
-Pasien mampu rasa nyaman.
berbau dan
melakukan
pakaian tampak -Memberikan
perawatan diri
kotor. pujian membuat
secara mandiri
pasien merasa
atau dengan
tersanjung dan
bantuan.
lebih kooperatif
-Berikan pujian
dalam
pada pasien
kebersihan.
tentang

kebersihannya. -Membimbing
keluarga dan

pasien agar

keterampilan

dapat diterapkan

-Bimbing

keluarga pasien

memandikan /

menyeka pasien

D.    Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Dx. 1 -Mengkaji intensitas, karakteristik S : Pasien mengatakan nyeri

dan derajat nyeri. berkurang.

-Melakukan tirah baring terhadap O : Luka robekan sudah hampir

pasien. kering.

-Memberitahu pasien nyeri yang A : Masalah teratasi sebagian.

diderita dan penyebabnya.


P : Intervensi dilanjutkan.

-Melakukan tindakan kolaborasi


berupa pemberian analgetika.

Dx. 2 -Mengkaji kebutuhan pelayanan S : Pasien mengatakan sudah

kesehatan dan kebutuhan pasien mampu bergerak walau masih

terhadap peralatan. membutuhkan bantuan.

-Menentukan tingkat motivasi O: Wajah pasien tidak lagi

pasien dalam melakukan aktivitas. meringis dan beberapa aktivitas

bisa dilakukannya (makan,


-Mengajarkan dan memantau
mengganti baju).
pasien dalam menggunakan alat

bantu. A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Dx. 3 -Mengkaji kemampuan pasien S : Pasien mengatakan lebih

dalam melakukan perawatan diri. nyaman dan segar.

-Mengganti pakaian pasien dengan O : Tidak tercium bau, pakaian

pakaian yang bersih. pasien telah terganti dan pasien


tampak bersemangat
-Memberikan pujian tentang

kebersihan diri pasien. A: Masalah teratasi sebagian

-Membimbing keluarga pasien P: Intervensi dilanjutkan

untuk memandikan/menyeka

pasien.

Anda mungkin juga menyukai