Anda di halaman 1dari 16

FUNGSI AGAMA DALAM SAINS

DAN TEKNOLOGI

Kelompok 5 :
1.Yuniar Vicky
2.Himawan Setyo
3.Ikke Widya S
4.Imam Wahyudi

Prodi : S1 Keperawatan kelas 1b


STIkes Hutama Abdi Husada Tulungagung

1
Kata Pengantar

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya
penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  makalah yang berjudul “Fungsi
Agama Dalam Sains Dan Teknologi” Penulisan makalah adalah merupakan
salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah agama
di STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung. Dalam Penulisan makalah ini
penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca
dapat memahami fungsi agama dalam sains dan teknologi yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen 
pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaika pembuatan  makalah 
kami di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Tulungagung,10 September 2015

Penyusun

2
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 4
B  Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan.................................................................................4
D. Manfaat.............................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sains.................................................................5

B. Pengertian Teknologi.........................................................6

C. Agama Dalam Sains Dan Teknologi..................................6

D. Fungsi Agama dalam Sains dan Teknologi........................8

E. Fungsi Agama dalam Iptek Keperawatan...........................11

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan ......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas,
padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh di dalam pelayanan, hal ini terbukti
dengan di dalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual
(walaupun tidak benar-benar dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini dari
kelompok kami hanya ingin membagi ide atau pemikiran kami, bukan tentang
pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang berhubungan dengan pendidikan
agama bagi keperawatan. Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk
menekankan aspek tertentu bagi masyarakat kita. Fungsi agama sangat besar,
tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu dibenahi. Bila mata kuliah
agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak mengena
dengan kehidupan profesional, maka menurut kami dari kelompok sembilan
tidak ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan,agama karena
tidak mau disebut sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada
mahasiswa. Dan agama memiliki fungsi bagi kemajuan IPTEK keperawatan

B.   Rumusan Masalah


1.Apa sains dan teknologi dalam agama islam itu?
2.Apa fungsi agama dalam sains dan teknologi?
3.Apa fungsi agama dalam iptek keperawatan?

C . Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini agar mahasiswa keperawatan dapat
mengerti fungsi agama dalam sains dan iptek keperawatan

D.  Manfaat
a. Mengetahui apa itu sains dan teknologi dalam agama islam
b.Mengetahui fungsi agama dalam sains dan teknologi
c.Mengetahui fungsi agama dalam iptek keperawatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SAINS
Sains adalah pengetahuan mengenai fenomena-fenomena spasio-temporal
atau alam semesta pada umumnya, seperti kimia, fisika, dan astronomi (Bagir,
2006 dalam  Augustina Kurniasih (2010)). Sains merupakan salah satu bentuk
pengetahuan manusia yang gigih mencari makna.1
Sains berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya
dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang
terjadi di alam. Untuk tujuan tersebut, sains menggunakan bukti dari
eksperimen, deduksi logis, dan/atau pemikiran rasional untuk mengamati alam
dan individual di dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu, sebagaimana
disebutkan oleh Sa’id (2007) sains atau ilmu pengetahuan meliputi berbagai
ilmu, seperti 1) ilmu fisika (astronomi, fisika, dan kimia), 2) ilmu kebumian
(geologi, hidrologi, dan ilmu atmosfer), 3) ilmu biologi ( sejarah biologi abad
17-20, bidang molekuler : biokimia, biofisika, genetika, bilogi sel : kanker,
mikrobiologi, radiasi, kultur jaringan, dan biologi transplantasi, serta biologi
organismik (botani, ekologi, embriologi, fisiologi, nutrisi, zoology, dan
sebagainya)
Sumantri (2005) menjelaskan bahwa nama asal fisika adalah filsafat alam
(natural philosophy) dan ekonomi adalah filsafat moral (moral philosophy).
Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terjadi perubahan, yang menjadikan
bidang kajian filsafat menjadi lebih sempit, lebih sektoral.
Menurut Eisntein (1930), sains merupakan pemikiran metodik yang
diarahkan untuk menemukan hubungan regulative antara pengalaman-
pengalaman sesnsual manusia. Dalam waktu relatif cepat, sains menghasilkan
pengetahuan dan secara tidak langsung merupakan alat bertindak menuju ke
tindakan yang metodikal apabila tujuan-tujuan tertentu telah ditetapkan
sebelumnya.

1
Diunduh tanggal 8 September 2015http://hergianiq.blogspot.co.id/2012/11/arti-sais-agama-
kebenaran-dan-filsafat.html

5
Perkembangan selama ini menunjukkan bahwa sains didominasi oleh aliran
positivisme, yaitu aliran yang sangat mengutamakan metode ilmiah dengan
menempatkan asumsi-asumsi metafisis, aksiologis, dan epistomologis
(Rakhmat, 2003 dalam  Augustina Kurniasih (2010)). Menurut aliran ini, sains
mempunyai reputasi tinggi untuk menentukan kebenaran. Sementara pendapat
lain menyatakan bahwa struktur ilmu pengeahuan meliputi aspek aksiologis,
epistomologi, dan ontology. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas
(faedah, peranan, kegunaan). Epistomologi menjelaskan norma-norma yang
dipergunakan ilmu pengetahuan untuk membenarkan dirinya.

B.PENGERTIAN TEKNOLOGI
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu
“La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan
dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang
dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep,
pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini
sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan
secara berulang (repetisi).Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui
barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia
untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia2

C.SAIS DAN TEKNOLOGI DALAM AGAMA ISLAM


Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan
teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia.
Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains
dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya
sudah menjadi simbol kemajuan dan kemodernan pada abad ini. Oleh karena
itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan
sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang
tidak maju dan terbelakang. Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju
dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan
research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi.
Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu
2
.Diunduh pada 8 September 2015 http://regieranjana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-
teknologi.html

6
digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta
ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah
dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pandangan Islam tentang sains dan
teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang
diterima oleh Nabi Muhammad saw.

Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan
menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini
ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja
Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai
berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi
sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat. Selain Ibnu Sina, al-
Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut di sini.
Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang
menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli
fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak
hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern.
Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu
agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib
dipelajari oleh umat Islam. Adapun kondisi umat Islam sekarang yang
mengalami kemunduran dalam bidang sains dan teknologi adalah disebabkan
oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah
selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan
yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong
kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali,
India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi
mensukseskan “revolusi industri” di Inggris.

Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya
karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di
Barat dengan ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan
pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak
akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon menduduki Mesir pada 1798 dan
makin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan
atau pengaruh Eropa. Serangkaian peristiwa kekalahan berjalan hingga
mencapai puncaknya dengan jatuhnya Dinasti Usmani di Turki. Proses ini
terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi militer Barat. Ketika sains dan

7
teknologi Muslim tertinggal dari Eropa dan berusaha mengejar ketertinggalan
itu maka timbulah dua sikap, yaitu merumuskan sikap terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban Barat modern, serta sikap terhadap
tradisi Islam. Kedua unsur ini masih mewarnai pemikiran muslim hingga kini.

Saat ini sains teknologi telah dikuasai dunia Barat yang jelas-jelas ingin
menghancurkan umat Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap
Palestina. Karena teknologi yang tidak dilandasi dengan akhlakul kharimah
akan menjadi penghancur dan merusak bumi. Padahal Islam sejak turunnya
kitab suci Al Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulullah.
Menunjukkan bahwa teknologi yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur’an
akan membawa rahmat bagi segenap umat di muka bumi ini. 3Contoh lainnya,
kemajuan dalam dunia farmasi. Banyak obat-obatan disalahgunakan seperti
narkoba, yang dilakukan oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk
menghancurkan generasi muda. Begitu juga melalui media-media dengan
memasukan unsur-unsur pornografi dan pornoaksi yang mencoba
menghancurkan akhlak dan menyebarkan kemaksiatan di muka bumi. Karena
itu marilah kita umat Islam yang sedang giat-giatnya mengejar ketertinggalan
teknologi dari dunia Barat agar pandai memilah dan memilih teknologi yang
pantas kita kembangkan atau tidak. Semoga Allah melindungi umat Islam dari
bahaya kemajuan teknologi Barat yang saat ini tengah membumi.

D. FUNGSI AGAMA DALAM SAINS DAN TEKNOLOGI

Sains secara etimologi diambil dari bahasa Inggris science yang artinya
pengetahuan sedangkan secara terminologi Sains adalah Himpunan
pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian secara
empirik dan dapat diterima oleh rasio. Adapun teknologi adalah penerapan
konsep ilmiah yang tidak hanya bertujuan menjelaskan gejala-gejala alam untuk
tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi bertujuan
memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala-gejala tersebut, untuk

3
Sumber : Diunduh tanggal 8 september 2015

https://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/

8
mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Jadi, teknologi di sini
berfungsi sebagai sarana memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia.

Peran agama Islam dalam perkembangan SAINS dan IPTEK adalah


menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Namun saat ini,
banyak umat islam yang mengikuti paradigma sekuler dan tidak menjadikan
aqidah islam sebagai landasan ilmu pengetahuan. Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah
fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti
menjadikan Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadikannya sebagai standar bagi segala ilmu pengetahuan.

Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima
dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak
boleh diamalkan. Selain itu, syariat islam yang lahir dari Aqidah Islam
dijadikan sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK dalam kehidupan sehari-
hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam,
bukan standar manfaat pragmatisme/ utilitarianisme seperti yang ada sekarang.
Standar syariah ini mengatur bahwa boleh tidaknya pemanfaatan IPTEK
didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat
Islam boleh memanfaatkan IPTEK jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam.
Sebaliknya jika suatu aspek IPTEK telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak
boleh umat Islam memanfaatkannya, walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat
untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya,


terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit
bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit
dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit. Lalu di abad XIX Orang Eropa
perlu dua minggu untuk memperoleh berita pembunuhan Presiden Abraham
Lincoln. Tapi pada 1969, dengan sarana komunikasi canggih, dunia hanya perlu
waktu 1,3 detik untuk mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulan.
Tapi di sisi lain, tak jarang IPTEK berdampak negatif karena merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Misalnya, bom atom pada
tahun 1945 telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki.
Dan juga dengan di temukannya senjata api, hal itu meningkatkan angka
kriminalitas seperti perampokan dan pembunuhan. Kloning hewan rintisan Ian
Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir
ini diterapkan pada manusia (human cloning). Proses kloning inilah yang
memberikan dampak paling negatif bagi umat manusia, yaitu menumbuhkan
rasa tidak percayanya keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta karena manusia
menggangap bahwa mereka telah sanggup untuk menciptakan dirinya sendiri.

9
Di sinilah peran agama sebagai pedoman hidup manusia menjadi sangat
begitu penting. Agama dapat menuntun kembali manusia agar memperoleh
dampak IPTEK yang positif saja, dan mengeliminasi dampak negatif seminimal
mungkin. Namun sekarang ini, posisi agama sangat tertinggal jauh dengan
perkembangan IPTEK. Banyak manusia berlomba-lomba untuk melakukan
pengembangan IPTEK tanpa diiringi dengan unsur Etika dan Agama.
Sedangkan Agama dan IPTEK harus berjalan dengan seirama, karena Agama
diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad bertujuan untuk dijadikan
pedoman dan mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dengan
manusia lain, dengan makhluk hidup lain, dengan alam dan dengan Tuhan-nya.
Jadi apapun kreasi yang diciptakan oleh manusia harus sesuai dengan yang
diajarkan oleh agama dan tidak boleh menyimpang.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa antara sains dan
teknologi memiliki keterkaitan yang sangat erat juga mempunyai peran dan
fungsi yang sama. Keterkaitan antara sains dan teknologi adalah keberadaan
teknologi merupakan aplikasi seluruh konsep yang terdapat di dalam sains.
Adapun dalam hal peran dan fungsinya, sains dan teknologi sama-sama sebagai
sarana (tools)  untuk menggali sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia di dunia.Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan
modern.Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan
bereksperimentasi dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam
sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari
keberadaannya.

Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada


manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk dikelolah dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Keberhasilan sains Barat dalam memajukan ilmu pengetahuan,
ternyata tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh manusia secara
keseluruhan. Apa yang telah dilakukan saintis Barat, sesungguhnya bukan
sekedar membangun kemajuan teknologi yang dibanggakan. Lebih dari pada
itu, para saintis barat telah mengantarkan kehidupan manusia pada gerbang
kehancuran, karena dari pencapaian tersebut kehidupan manusia semakin
mengalami malapetaka yang tidak terbantahkan. Pada tataran yang lebih luas,
sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar epistemologinya. Sebagai
sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal Richard Tarnas dan Thomas S.
Khun. Richard Tarnas menyatakan bahwa sains Barat saat ini sedang memasuki
“krisis global” sebuah krisis yang multidimensional yang mengakibatkan
kehidupan manusia semakin terpuruk. Sains memang telah berhasil membantu

10
manusia dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang ditimbulkan
jauh lebih parah dibandingkan dengan kemajuannya.

Menurut konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai
berikut :

1. Sumber ilmu adalah Allah, manusia hanya diberikan sedikit saja dari
ilmuNya.
2. Ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk
menyempurnkan ibadah kepada Allah, karena tujuan Allah menciptakan
jindan manusia adalah untuk beribadah kepadanya
3. Alam semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt
4. Alam semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt. Yang
dianugerahkan kepada umat manusia.
5. Alam yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan
dengan tidak melampaui batas-batas ketentuan-Nya..4

Oleh karena itu sebenarnya agama sangat diperlukan dalam sains dan
teknologi sebagai pengontrol atau patokan dalam berperilaku manusia,karena
ilmu tanpa didasari dengan iman tidak akan sempurna hasilnya

E. FUNGSI AGAMA DALAM IPTEK KEPERAWATAN

Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari


hubungan antara Agama dan Teknologi, terdapat 2 jenis paradigma.

Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama


dan IPTEK adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme
Barat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din an al-hayah). Agama
tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan
pribadi manusia dengan Tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan umum/
publik. Paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri
dan mengintervensi yang lainnya. Agama dan IPTEK sama sekali terpisah baik
secara ontologis (berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal),
epistemologis (berkaitan dengan cara memperoleh pengetahuan), dan aksiologis
(berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).Paradigma tersebut
4
Sumber : Diunduh tanggal 8 september 2015

https://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-islam/

11
didasarkan pada pikiran Karl Marx (w. 1883) yang ateis dan memandang agama
(Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang
terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Berdasarkan
paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali
dengan IPTEK. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis
didasarkan pada ide dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis
(Yahya Farghal, 1994:112). Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang
memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus
melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada
pada materi yang sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri.

Kedua, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa


agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari
segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada
dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran),
yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu
pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia untuk
membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari
aqidah itu, berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya
itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi
rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas
Aqidah Islam. Peran agama Islam dalam perkembangan SAINS dan IPTEK
adalah menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Namun
saat ini, banyak umat islam yang mengikuti paradigma sekuler dan tidak
menjadikan aqidah islam sebagai landasan ilmu pengetahuan. Paradigma Islam
ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qa’idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti
menjadikan Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadikannya sebagai standar bagi segala ilmu pengetahuan.

Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima
dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak
boleh diamalkan. Selain itu, syariat islam yang lahir dari Aqidah Islam
dijadikan sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK dalam kehidupan sehari-
hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam,
bukan standar manfaat pragmatisme/ utilitarianisme seperti yang ada sekarang.
Standar syariah ini mengatur bahwa boleh tidaknya pemanfaatan IPTEK
didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat
Islam boleh memanfaatkan IPTEK jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam.
Sebaliknya jika suatu aspek IPTEK telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak
boleh umat Islam memanfaatkannya, walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Paradigma ini memerintahkan manusia

12
untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas
dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun (artinya):
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”. (QS Al-Alaq
[96]: 1). Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya
itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi
rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas
Aqidah Islam (Al-Qashash:81).

Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu


pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit,
melainkan berada pada ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuatu.
Firman Allah SWT (artinya): “Dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi
segala sesuatu”. (QS An-Nisaa` [4]: 126). “Dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS Ath-Thalaq [65]: 12).Itulah
paradigma yang dibawa Rasulullah SAW (w. 632 M) yang meletakkan Aqidah
Islam yang berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah sebagai asas ilmu
pengetahuan. Beliau mengajak memeluk Aqidah Islam lebih dulu, lalu setelah
itu menjadikan aqidah tersebut sebagai pondasi dan standar bagi berbagai
pengetahun. Ini dapat ditunjukkan misalnya dari suatu peristiwa ketika di masa
Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang bertepatan dengan wafatnya
putra beliau (Ibrahim). Orang-orang berkata. Gerhana matahari ini terjadi
karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW segera menjelaskan:
“Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau
kelahiran seseorang, akan tetapi keduanya termasuk tanda-tanda kekuasaan
Allah. Dengannya Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya”. (HR. Al-
Bukhari dan An-Nasa`i).

Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan Aqidah
Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa
fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada
hubungannya dengan nasib seseorang. Hal ini sesuai dengan aqidah muslim
yang tertera dalam Al-Qur`an (artinya): “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal”. (QS Ali Imran [3]: 190).5

Inilah paradigma Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar


segala pengetahuan seorang muslim. Paradigma inilah yang telah mencetak
muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam IPTEK. Itulah

5
Diunduh 8 September 2015 https://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-
pandangan-islam/

13
hasil dan prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada
masa kejayaan IPTEK Dunia Islam antara tahun 700- 1400 M. Pada masa inilah
dikenal nama Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur, Al-
Khawarzmi  (w. 780) sebagai ahli matematika dan astronomi, Al-Battani (w.
858) sebagai ahli astronomi dan matematika, Al-Razi (w. 884) sebagai pakar
kedokteran, ophtalmologi, dan kimia, Tsabit bin Qurrah (w. 908) sebagai ahli
kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi.

Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya,


terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukannya mesin jahit, dalam 1 menit
bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jarum jahit. Bandingkan kalau kita menjahit
dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan per menit. Lalu di abad XIX Orang Eropa
perlu dua minggu untuk memperoleh berita pembunuhan Presiden Abraham
Lincoln. Tapi pada 1969, dengan sarana komunikasi canggih, dunia hanya perlu
waktu 1,3 detik untuk mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulan.
Tapi di sisi lain, tak jarang IPTEK berdampak negatif karena merugikan dan
membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Misalnya, bom atom pada
tahun 1945 telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki.
Dan juga dengan di temukannya senjata api, hal itu meningkatkan angka
kriminalitas seperti perampokan dan pembunuhan. Kloning hewan rintisan Ian
Willmut yang sukses menghasilkan domba kloning bernama Dolly, akhir-akhir
ini diterapkan pada manusia (human cloning). Proses kloning inilah yang
memberikan dampak paling negatif bagi umat manusia, yaitu menumbuhkan
rasa tidak percayanya keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta karena manusia
menggangap bahwa mereka telah sanggup untuk menciptakan dirinya sendiri.

Di sinilah peran agama sebagai pedoman hidup manusia menjadi sangat


begitu penting. Agama dapat menuntun kembali manusia agar memperoleh
dampak IPTEK keperawatan yang positif saja, dan mengeliminasi dampak
negatif seminimal mungkin. Namun sekarang ini, posisi agama sangat tertinggal
jauh dengan perkembangan IPTEK. Banyak manusia berlomba-lomba untuk
melakukan pengembangan IPTEK tanpa diiringi dengan unsur Etika dan
Agama. Sedangkan Agama dan IPTEK harus berjalan dengan seirama, karena
Agama diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad bertujuan untuk
dijadikan pedoman dan mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
dengan manusia lain, dengan makhluk hidup lain, dengan alam dan dengan
Tuhan-nya. Jadi apapun kreasi yang diciptakan oleh manusia harus sesuai
dengan yang diajarkan oleh agama dan tidak boleh menyimpang.

14
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Fungsi agama di dunia keperawatan itu sangat penting, untuk
menjadikan seorang perawat profesional akhlak yang baik dan
terampil menangani pasien. Dengan mengetahui fungsi agama dalam
sains dan teknologi yang baik perawat profesional dapat membedakan
antara yang baik dan buruk. Agar kita dapat menerapkan keahlian
dengan posisi yang benar tanpa membedakan agama. Dan mengetahui
batasan batasan yang ada.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://regieranjana.blogspot.co.id/2012/01/pengertian-teknologi.html

http://hergianiq.blogspot.co.id/2012/11/arti-sais-agama-kebenaran-dan-
filsafat.html
https://mustikasilvia.wordpress.com/sains-dan-teknologi-dalam-pandangan-
islam/

https://indo89.wordpress.com/2012/03/29/peran-agama-dalam-pengembangan-
iptek/

16

Anda mungkin juga menyukai