Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“AXIOLOGI SAINS”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains
Dosen Pengampu Bapak H.Abdul Ghofur

Disusun oleh:

1. Busthomi Sulthon (170312612092)


2. Dia Ayu Nazihah (180312613021)
3. Fadhilah Nisaul Qonitah (180312613119)
4. Muhammad Syafiq (180312613036)
5. Shofi Maulidina Sari (180312613110)
6. Suaidah (170312612102)
7. Valentina Rahmawati (160312601925)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang axiologi sains.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang filsafat ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3. Manfaat .............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5
2.1. Fungsi sains sebagai lembaga.......................................................................... 5
2.2. Fungsi sains sebagai metode............................................................................. 5
2.3. Fungsi sains sebagai pembangun pola pikir ................................................... 7
2.4. Fungsi sains untuk kesejahteraan manusia .................................................. 10
2.5. Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan 14
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 17
3.2. Saran ..................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hakikat sains kami gunakan untuk menjawab pertanyaan ”apakah sebenarnya
sains itu?”. Istilah sains berasal dari bahasa latin scientia yang berarti pengetahuan.
Namun pernyataan ini terlalu luas dalam penggunaannya sehari-hari. Dalam arti
sempit sains adalah disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan
life sciences (ilmu biologi). Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu
astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorology, dan fisika, sedangkan life
science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoology, sitologi, embriologi,
mikrobiologi). Pengertian atas istilah sains secara khusus sebagai Ilmu Pengetahuan
Alam sangat beragam.

Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan


konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh
sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains
adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan
eksperimen yang terkontrol. Filsafat ilmu dalam makalah ini membahas tentang
landasan ontologis, epistemologis dan aksiologi dalam perkembangan ilmu dan
pengetahuan. Untuk itulah penulis mencoba memaparkan mengenai tujuan dan
manfaat filsafat ilmu sehingga diharapkan para pembaca dapat memahami
pentingnya filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Fungsi sains sebagai lembaga
b. Fungsi sains sebagai metode
c. Fungsi sains sebagai pembangun pola pikir
d. Fungsi sains untuk kesejahteraan manusia
e. Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan

1.3. Manfaat
a. Untuk mengetahui fungsi sains sebagai lembaga

3
b. Untuk mengetahui fungsi sains sebagai metode
c. Untuk mengetahui fungsi sains sebagai pembangun pola pikir
d. Untuk mengetahui fungsi sains untuk kesejahteraan manusia
e. Untuk mengetahui sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi
kepercayaan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Fungsi sains sebagai lembaga


Institusi di sini artinya adalah suatu lembaga imaginer, kelembagaan dari
bidang profesi tertentu. Misalnya orang bertanya “anda bekerja di mana?”, maka
orang yang ditanya itu menjawab “dibidang sains”. Bidang sains memang baru
muncul abad ke 20 dan diakui eksistensinya karena kenyataannya telah ada beribu
manusia menggantungkan hidupnya pada bidang ini. Sains memiliki ciri khusus;
kalau bidang lain (kedokteran, hokum, dan sebagainya) berhadapan langsung
dengan masyarakat, tetapi bidang sains cenderung memisahkan diri dari masyarakat
umum. Ilmuwan bekerja dilaboratorium dengan alat-alat yang asing bagi
masyarakat, membuat hitung-hitungan yang hanya bisa dimengerti mereka, seolah-
olah mereka memiliki bahasa khusus yang hanya dimengerti oleh rekan-rekan
seprofesinya. Karena ciri khusus itulah maka orang cepat mengetahui bahwa itu
sains, tetapi jika ditanya apa itu sains maka sebagaian besar tidak mengetahui
karena memang tidak mengerti apa yang dilakukan oleh para ilmuwan. Maka
jawabnya adalah “sains itu ya apa yang dikerjakan oleh ilmuwan” atau “science is
what scientist do” sebagaimana dikemukakan Bernal.

2.2. Fungsi sains sebagai metode


Suatu proses belajar sains tidak terlebas dari hakikatnya. Menurut Carin & Sund
(1989: 2), sains dibangun tiga elemen penting yaitu sikap,proses atau metode, dan
produk.

Science has three major elements: attitudes, processes or methods, and


products. Attitudes are certain beliefs, value, opinions, for example,
suspending judgment until enough data has been collected relative to the
problem. Constantly endeavouring to be objective. Process or methods are
certain ways of investigating problem, for example, making hypotheses,
designing and carryng out experiments, evaluating data and measuring.
Products are facts, principles, laws, theories, for example, the scientific
principle: metalswhen heated expands.

5
Lebih lanjut, pandangan Koballa & Chiappetta (2010: 105-115)
mendefinisikan IPA sebagai a way of thinking, a way of investigating, a body of
knowledge, dan science and its interaction with technology and society. Dapat
disarikan bahwa dalam IPA terdapat dimensi cara berpikir, cara investigasi,
bangunan ilmu dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat.

a. IPA sebagai cara berpikir (a way of thinking) meliputi keyakinan, rasa ingin
tahu, imajinasi, pemikiran, hubungan sebab-akibat, self examination,
keragu-raguan, obyektif, dan berpikir terbuka.
b. IPA sebagai cara berinvestigasi/menyelidiki (a way of investigating)
mempelajari mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan, jadi IPA sebagai proses memberikan gambaran
mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan,
seperti mengembangkan keterampilan proses ilmiah, menggunakan metode
ilmiah, dan memperhatikan proses inkuiri.
c. IPA sebagai bangunan ilmu (a body of knowledge) merupakan hasil dari
berbagai bidang ilmiah yang merupakan produk dari penemuan manusia.
d. IPA sebagai bentuk interaksi keterkaitan antara teknologi dan masyarakat
(science and its interaction with technology and society) berarti IPA,
teknologi dan masyarakat merupakan unsur-unsur yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Banyak penemuan ilmuwan yang
dipengaruhi oleh interaksinya dengan teknologi maupun dengan masyarakat
sosial.

Istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan hakikat IPA adalah IPA
sebagai produk untuk pengganti pernyataan IPA sebagai sebuah kumpulan
pengetahuan (“a body of knowledge”), IPA sebagai sikap untuk pengganti
pernyataan IPA sebagai cara atau jalan berpikir (“a way of thinking”), dan IPA
sebagai proses untuk pengganti pernyataan IPA sebagai cara untuk penyelidikan
(“a way of investigating”) (Sutrisno, 2006: 1-2).

Pada penelitian ini, potensi yang ada pada bahan ajar berupa LKPD

IPA yang dikembangkan yaitu dapat menerapkan hakikat IPA sebagai

6
proses (a way of investigating) melalui pendekatan inkuiri terbimbing untuk
mengembangkan keterampilan proses peserta didik dan dapat menerapkan hakikat
IPA yang berkaitan dengan interaksinya dengan masyarakat sekolah (science and
its interaction with technology and society) untuk mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik.

Merujuk dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan


bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang disajikan secara
menyeluruh/holistik untuk mempelajari alam dan gejala-gejalanya atas dasar unsur
sikap, proses, produk, dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat. Unsur-
unsur tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu, diharapkan
peserta didik memiliki pengetahuan secara utuh dengan mengalami dan merasakan
proses pembelajaran secara nyata, sehingga mampu memahami dan menghayati
fenomena alam melalui kegiatan penyelidikan dengan menggunakan prosedur
ilmiah/proses ilmiah, memberikan proses pembelajaran yang bermakna dengan
adanya integrasi nilai moral dari apa yang dipelajari bersama. Hal ini akan
memberikan pengaruh positif terhadap kualitas proses pembelajaran.

2.3. Fungsi sains sebagai pembangun pola pikir


R. Harre dalam bukunya The Philosophies of Science dijelaskan bahwa
“science is a collection of well attested theories which explain the patterns and
regularies and irregularies among carefully studied phenomena”, yang berarti
sains adalah kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya, menjelaskan
tentang pola-pola dan keteraturan maupun ketidakteraturan dari gejala yang diamati
dengan seksama. Klaimat tersebut berisi dua hal. Yang pertama menyatakan bahwa
sains itu suatu kumpulan pengetahuan, dalam hal ini teori-teori. Yang kedua
menjelaskan fungsi dari pengetahuan atau teori itu yaitu untuk menjelaskan adanya
pola hubungan antara berbagia gejala alam. Wigner (ahli Fisika) mendefiniskan
sains sebagai gudang/penyimpanan pengetahuan tentang gejala-gejala alam. Bube
mendefinisikan sains adalah pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh
dari interaksi indra dengan dunia tersebut. Pernyataan ini memberikan suatu
ketelitian yang menarik tentang bagiamana kegiatan observasi berlangsung,yakni:

7
(a) observasi gejala-gejala alam (yang merupakan dasar otoritas dimana
pengetahuan ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang;
(b) proses observasi menyangkut dua jalur interaksi antara observer dan
yang diobservasi. Observasi merupakan dua jalur, yaitu: (1) observer
dipengaruhi untuk merespon terhadap stimulus di lingkungannya melalui
indranya; (2) objek atau gejala yang diobservasi juga diperlakukan dan
mungkin berubah.

Untuk membahas hakikat sains ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan menurut Hardy dan Fleer (1996) sehingga dapat memahami sains
dalam perspektif yang lebih luas, yaitu:

1. Sains sebagai kumpulan pengetahuan (body of knowledge)


Sains sebagai kumpulanpengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai
konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi
berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai
penemuan pengetahuan yang baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta,
konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.
2. Sains sebagai suatu proses Sains sebagai suatu proses penelusuran
umunnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran
sains yang berkaitan erat dengan kegiatan laboratorium beserta
perangkatnya. Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin
yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai dari kegiatan
pengamatan, inferensi, hipotesis, dan percobaan dalam alam. Ilmuwan
memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah dalam
melakukan kegiatannya.
3. Sains sebagai kumpulan nilai , sains sebagai kumpulan nilai berhubungan
erat dengan penekanan sains sebagai proses. Bagaimanapun juga pandangan
ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat dalam sains. Ini
termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan akan
berbagai fenomena yang baru sekalipun.
4. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia .Proses sains dipengaruhi
oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya.

8
Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara dimana manusia mengerti dan
memberi makna pada dunia di sekeliling mereka.

Sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja. Cain & Evans
(Nuryani Y. Rustaman, dkk. 2003: 88) menyatakan sains mengandung empat hal,
yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains
mengandung empat hal tersebut, maka ketika belajar sains pun siswa perlu
mengalami keempat hal tersebut.

Dalam pembelajaran sains, siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga
harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar
memahami sains secara utuh.Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran
sains merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang
dilakukan pada siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science
Educational Standart (1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process.
Learning science is something student to do, not something that is done to them”.

Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif
yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya
mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on.

9
2.4. Fungsi sains untuk kesejahteraan manusia

10
11
12
13
2.5. Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan
Pandangan al-Qura’an tentang ilmu (sains) dan teknologi dapat diketahui
rinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW seperti dalam TQS. Al-‘Ala/96 ayat 1-5 yang artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia apa
yang tidak diketahuinya”.

Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an
menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi-Rabbik,
dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah,dalamilah,
ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri
sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.(Jidi, 2013)

Dalam pandangan al-Qur’an, ilmu (sains) adalah keistimewaan yang


menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan
fungsi kekhalifahan.Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama seperti Allah
berfirman dalam TQS al-Baqarah/2: 31 dan 32 :

“Dan dia (Allah) mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda)


semuanya. Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat seraya
berfirman, “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda ini jika kamu yang
benar (menurut dugaanmu).” Mereka (para malaikta) menjawab, “Maha
suci Engkau tiada pengetahuan kecuali yang telah Engkau ajarkan.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Manusia, menurut al-Qur’an, memiliki potensi untuk meraih ilmu dan


mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu bertebaran ayat yang

14
memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut.
Berkali-kali pula alQur’an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang
yang berpengetahuan.Tujuan utama pendukung sains Islam adalah menegaskan
bahwa Islam ataupun sains sama-sama bersandar pada sikap tertentu tentang
rasionalitas. Jenis rasionalitas yang digunakan oleh sains melibatkan kepercayaan
yang sama dengan yang ada pada agama. Pada saat tertentu, perlu ada pendekatan
yang berbeda terhadap sains yang selaras dengan masyarakat sekitarnya. Karena
itu, sains tidak lebih meyakinkan daripada agama. Keduanya sama-sama
melibatkan keyakinan tertentu pada serangkaian asas yang tak berdalil. Orang bisa
mengatakan bahwa sains tampaknya berhasil, tetapi demikian pula halnya dengan
agama.Keunggulan utama gagasan sains Islam adalah wataknya yang permisif
sehubungan dengan metodologi. Artinya, ia memperluas konsep pengetahuan
mencakup berbagai pengetahuan. Akibatnya, pada saat bersamaan, ia bisa
melahirkan ragam sains yang lebih kaya. Islam membenarkan banyak jalan untuk
mengetahui sesuatu secara sahih.

Sekalipun demikian, sebagiannya boleh jadi terasa sangat personal dan


subjektif. Keunggulan lainnya, yakni agama memandang sains sebagai suatu cara
mengetahui dan bekerja dalam perspektif yang lebih luas. Sains sendiri pun tidak
bisa menciptakan petunjuk penerapan dirinya karena ia hanyalah senarai teknik dan
bukannya filsafat moral. Prinsipprinsip sains dalam melaksanakan tugasnya tidak
bisa dibenarkan oleh sains itu sendiri karena metodologi saintifik berkutat pada soal
bagaimana mencapai sejumlah hasil dan pemahaman tertentu mengenai alam. Sains
tidak berbicara tentang bagaimana alam seharusnya ataupun aktivitas apa yang
dapat diterima secara moral. Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang menunjuk
kepada fenomena alam, dan manusia diminta untuk dapat memikirkannya agar
dapat mengenal Tuhan lewat tanda-tanda-Nya.

Ayat-ayat tersebut dapat dibagi ke dalam kategori-kategori sebagai berikut:

Pertama, Ayat yang menggambarkan elemen-elemen pokok objek atau


menyuruh manusia untuk menyingkapkan.16 Seperti misalnya dalam TQS. Al-
Tariq/86 ayat 5:

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apaia diciptakan”.

15
Kedua, Ayat-ayat yang mencakup masalah cara penciptaan objek-objek
materiil, maupun yang menyuruh manusia untuk menyingkap asal usulnya.18
Sebagai contoh TQS. AlGasyiyah/88 ayat 17-20:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan.


Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung, bagaimana ia
ditegakkan. Dan bumi, ia dihamparkan”

Ketiga, Ayat-ayat yang menyuruh manusia untuk menyingkap bagaimana


alam fisis ini berwujud.20 Sebagaimana dalam TQS. Al-Ankabut/29 ayat 20:

“Katakanlah, “Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah bagaimana (Allah)


memulai penciptaan (makhluk), kemudian Allah menjadikan kejadian yang
akhir. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”.

Keempat, Ayat-ayat yang menyuruh manusia untuk mempelajari fenomena


alam.22 Sebagaimana dalam TQS al-Baqarah/2 ayat 164:

“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan


siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi
manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu
dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya
bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti”

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pencarian para ilmuwan muslim terhadap


fenomena alam disebabkan fakta bahwa mereka menganggap masalah sains ini
merupakan salah satu cara terbaik untuk lebih dekat dengan Allah. Mereka yakin
bahwa dengan mempelajari tandatanda Allah di dalam alam ini, seseorang akan
dapat menyingkap kesalinghubungan seluruh bagian alam semesta dan kesatuan
yang tersembunyi di belakang dunia yang penuh keragaman ini, yang pada
gilirannya akan membimbing kepada sang Pencipta (Allah SWT). (Majdi, 2018)

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan
observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

17
DAFTAR PUSTAKA
Jidi, L. (2013). PERANAN SAINS DALAM MENGENAL TUHAN. Jurnal
Dakwah Tabligh, 14(2), 10.
Majdi, A. (2018). ILMU PENGETAHUAN (SAINS): DIALEKTIKA

PARADIGMATIS BARAT DAN ISLAM.

18

Anda mungkin juga menyukai