“AXIOLOGI SAINS”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Sains
Dosen Pengampu Bapak H.Abdul Ghofur
Disusun oleh:
JURUSAN MATEMATIKA
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang axiologi sains.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang filsafat ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Manfaat
a. Untuk mengetahui fungsi sains sebagai lembaga
3
b. Untuk mengetahui fungsi sains sebagai metode
c. Untuk mengetahui fungsi sains sebagai pembangun pola pikir
d. Untuk mengetahui fungsi sains untuk kesejahteraan manusia
e. Untuk mengetahui sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi
kepercayaan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Lebih lanjut, pandangan Koballa & Chiappetta (2010: 105-115)
mendefinisikan IPA sebagai a way of thinking, a way of investigating, a body of
knowledge, dan science and its interaction with technology and society. Dapat
disarikan bahwa dalam IPA terdapat dimensi cara berpikir, cara investigasi,
bangunan ilmu dan kaitannya dengan teknologi dan masyarakat.
a. IPA sebagai cara berpikir (a way of thinking) meliputi keyakinan, rasa ingin
tahu, imajinasi, pemikiran, hubungan sebab-akibat, self examination,
keragu-raguan, obyektif, dan berpikir terbuka.
b. IPA sebagai cara berinvestigasi/menyelidiki (a way of investigating)
mempelajari mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan, jadi IPA sebagai proses memberikan gambaran
mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan,
seperti mengembangkan keterampilan proses ilmiah, menggunakan metode
ilmiah, dan memperhatikan proses inkuiri.
c. IPA sebagai bangunan ilmu (a body of knowledge) merupakan hasil dari
berbagai bidang ilmiah yang merupakan produk dari penemuan manusia.
d. IPA sebagai bentuk interaksi keterkaitan antara teknologi dan masyarakat
(science and its interaction with technology and society) berarti IPA,
teknologi dan masyarakat merupakan unsur-unsur yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Banyak penemuan ilmuwan yang
dipengaruhi oleh interaksinya dengan teknologi maupun dengan masyarakat
sosial.
Istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan hakikat IPA adalah IPA
sebagai produk untuk pengganti pernyataan IPA sebagai sebuah kumpulan
pengetahuan (“a body of knowledge”), IPA sebagai sikap untuk pengganti
pernyataan IPA sebagai cara atau jalan berpikir (“a way of thinking”), dan IPA
sebagai proses untuk pengganti pernyataan IPA sebagai cara untuk penyelidikan
(“a way of investigating”) (Sutrisno, 2006: 1-2).
Pada penelitian ini, potensi yang ada pada bahan ajar berupa LKPD
6
proses (a way of investigating) melalui pendekatan inkuiri terbimbing untuk
mengembangkan keterampilan proses peserta didik dan dapat menerapkan hakikat
IPA yang berkaitan dengan interaksinya dengan masyarakat sekolah (science and
its interaction with technology and society) untuk mengembangkan keterampilan
sosial peserta didik.
7
(a) observasi gejala-gejala alam (yang merupakan dasar otoritas dimana
pengetahuan ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang;
(b) proses observasi menyangkut dua jalur interaksi antara observer dan
yang diobservasi. Observasi merupakan dua jalur, yaitu: (1) observer
dipengaruhi untuk merespon terhadap stimulus di lingkungannya melalui
indranya; (2) objek atau gejala yang diobservasi juga diperlakukan dan
mungkin berubah.
diperhatikan menurut Hardy dan Fleer (1996) sehingga dapat memahami sains
dalam perspektif yang lebih luas, yaitu:
8
Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara dimana manusia mengerti dan
memberi makna pada dunia di sekeliling mereka.
Sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja. Cain & Evans
(Nuryani Y. Rustaman, dkk. 2003: 88) menyatakan sains mengandung empat hal,
yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains
mengandung empat hal tersebut, maka ketika belajar sains pun siswa perlu
mengalami keempat hal tersebut.
Dalam pembelajaran sains, siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga
harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar
memahami sains secara utuh.Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran
sains merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang
dilakukan pada siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science
Educational Standart (1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process.
Learning science is something student to do, not something that is done to them”.
Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif
yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya
mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on.
9
2.4. Fungsi sains untuk kesejahteraan manusia
10
11
12
13
2.5. Sains sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan
Pandangan al-Qura’an tentang ilmu (sains) dan teknologi dapat diketahui
rinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
SAW seperti dalam TQS. Al-‘Ala/96 ayat 1-5 yang artinya:
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’an
menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut bismi-Rabbik,
dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah,dalamilah,
ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri
sendiri, yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’ mencakup
segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.(Jidi, 2013)
14
memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut.
Berkali-kali pula alQur’an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang
yang berpengetahuan.Tujuan utama pendukung sains Islam adalah menegaskan
bahwa Islam ataupun sains sama-sama bersandar pada sikap tertentu tentang
rasionalitas. Jenis rasionalitas yang digunakan oleh sains melibatkan kepercayaan
yang sama dengan yang ada pada agama. Pada saat tertentu, perlu ada pendekatan
yang berbeda terhadap sains yang selaras dengan masyarakat sekitarnya. Karena
itu, sains tidak lebih meyakinkan daripada agama. Keduanya sama-sama
melibatkan keyakinan tertentu pada serangkaian asas yang tak berdalil. Orang bisa
mengatakan bahwa sains tampaknya berhasil, tetapi demikian pula halnya dengan
agama.Keunggulan utama gagasan sains Islam adalah wataknya yang permisif
sehubungan dengan metodologi. Artinya, ia memperluas konsep pengetahuan
mencakup berbagai pengetahuan. Akibatnya, pada saat bersamaan, ia bisa
melahirkan ragam sains yang lebih kaya. Islam membenarkan banyak jalan untuk
mengetahui sesuatu secara sahih.
15
Kedua, Ayat-ayat yang mencakup masalah cara penciptaan objek-objek
materiil, maupun yang menyuruh manusia untuk menyingkap asal usulnya.18
Sebagai contoh TQS. AlGasyiyah/88 ayat 17-20:
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan
observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
17
DAFTAR PUSTAKA
Jidi, L. (2013). PERANAN SAINS DALAM MENGENAL TUHAN. Jurnal
Dakwah Tabligh, 14(2), 10.
Majdi, A. (2018). ILMU PENGETAHUAN (SAINS): DIALEKTIKA
18