Anda di halaman 1dari 17

ILMU – ILMU EMPIRIK

Makalah

Dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan


Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Diajukan kepada Dosen Pengampu
Studi Pendidikan Agama Islam

IAIN PALOPO

Oleh:

KELOMPOK 11

QORI FATWA (23 0501 0002)


RIKA ANDRIANI (23 0501 0003)

Dosen Pengampu :

Dr. H. Hasbi, M.Ag.

Dr. Mardi Takwim, M.H.I

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala nikmat,

karunia dan hidayah-Nya, sehingga tugas makalah yang diberikan ini dapat

diselesaikan dengan baik dan semaksimal mungkin.

Adapun maksud penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah

Kajian Akhlak dan Tasawuf. Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada

dosen pengampu mata kuliah, Ustadz Dr. H. Hasbi, M.Ag. dan Ustadz Dr. Mardi

Takwim, M.H.I yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga bisa

memotivasi untuk senantiasa belajar lebih giat dan mengetahui lebih dalam

tentang filsafat ilmu. Makalah ini dibuat berdasarkan referensi yang ditemukan

dari berbagai sumber-sumber yang ada.

Meskipun masih banyak kekurangan di dalamya, penulis berharap

makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan

mengenai ilmu-ilmu empirik. Penyusun memahami bahwa dalam penyusunan

makalah ini ditemui berbagai kesulitan dan hambatan. Oleh karena itu, penyusun

sangat mengharapkan bantuan, petunjuk, saran dan kritikan yang sifatnya

membangun demi tercipta makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palopo, 13 Juni 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Pengertian Ilmu Empirik ..............................................................................3

B. Jenis-jenis Ilmu Empirik ..............................................................................5

C. Metode Memperoleh ilmu Empirik.............................................................. 7

D. Kedudukan Ilmu Menurut Islam ..................................................................8

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ................................................................................................ 12

B. Saran .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman modern ini, perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi

sudah semakin berkembang. Banyak penemuan-penemuan baru yang telah

dilahirkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sendiri

menjadi sangat penting karena tanpanya tidak mungkin bagi peneliti dan ilmuan

untuk bisa menciptakan hasil penemuan-penemuan baru.

Ilmu itu sendiri merupakan hasil usaha manusia dalam menciptakan suatu

pemahaman baru dengan berbagai metode untuk bisa mencapai suatu kesimpulan

terhadap suatu objek kajian yang diteliti. Saat ini, penelitian masih tetap terus

dikembangkan sehingga dapat menciptakan ilmu-ilmu yang baru.

Pesatnya ilmu pengetahuan bukan tanpa implikasi. Dengan perkembangan

yang begitu pesat, maka terjadi perubahan baik itu yang terjadi di alam maupun

fenomena sosial dimana hal ini mengakibatkan para ilmuwan terus melakukan

penelitian untuk menyingkap fenomena-fenomena tersebut.

Fenomena alam yang sangat kompleks tidak mampu dikaji olah para

ilmuwan sekaligus sehingga ilmuwan hanya akan meneliti satu persatu tentang

fenomena yang terjadi baik fenomena alam maupun fenomena sosial. Hal inilah

yang menjadi alasan timbulnya berbagai macam jenis disiplin ilmu. Dimana

disiplin ilmu inilah yang kemudian mangkaji tentang fenomena-fenomena yang

disebutkan diatas sesuai dengan disiplin ilmu tertentu.

1
2

Disiplin-disiplin ilmu tertentu yang mengkaji tentang fenomena alam dan

sosial yang terjadi desebut sebagai ilmu-ilmu empirik yang juga merupakan hasil

dari perkembangan ilmu pengetahuan. Pada bagian awal diatas, perkembangan

teknologi juga sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Teknologi menjadi sarana yang sangat penting dalam berbagai penelitian seperti

halnya mikroskop yang digunakan dalam penelitian biologi atau kimia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalah yang dibahas pada latar belakang di atas, agar

lebih fokus pada pembahasan yang hendak dikaji, maka rumusan masalah dalam

makalah ini yaitu:

1. Apa pengertian ilmu empirik?

2. Apa saja jenis-jenis ilmu empirik?

3. Bagaimana metode untuk memperoleh ilmu empirik?

4. Bagaimana kedudukan ilmu menurut Islam?

C. Tujuan Penulisan

Beberapa rumusan masalah di atas menjadi dasar dalam merumuskan

tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dalam

makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu empirik

2. Untuk mengetahui jenis-jenis ilmu empirik?

3. Untuk mengetahui metode untuk memperoleh ilmu empirik?

4. Untuk mengetahui kedudukan ilmu menurut Islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Empirik


Ilmu berasal dari kata bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa

latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari atau

mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya, ilmu mengalami perluasan arti sehingga

merujuk pada segenap pengetahuan sistematik. Sedangkan menurut The Liang

Gie dalam buku Surajiyo memberikan pengertian bahwa ilmu adalah rangkaian

aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk untuk

memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam

berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan

berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.1

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu merupakan proses

penelaahan yang dilakukan secara logis, sistematis, melalui penelitan dengan

metode ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Ilmu sebagai

aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry), usaha

menemukan (attempt to find) atau pencarian (research).2 Oleh karena itu,

pencarian biasanya dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini

1
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), 56.
2
Mardinal Tarigan dkk, “Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan” Mahaguru 3, No. 1 (2022), 179.

3
4

dipergunakan istilah research (penelitian) untuk aktivitas ilmiah yang paling

berbobot guna menemukan pengetahuan baru.

Membahas tentang ilmu empirik maka tidak bisa dilepaskan perhatian

terhadap empirisme itu sendiri. Empirisme berpandangan bahwa pengalamanlah

yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun yang

lahiriah.3 Pandangan ini juga berpendapat bahwa akal hanya mendapat tugas

untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang

diterapkan adalah metode induksi. Beberapa tokoh dari aliran empirisme ini

diantaranya John Locke, David Hume, dan William James. David Hume bahkan

memiliki pandangan yang sangat radikal dalam memahami tentang empirisme

dimana David Hume menyatakan bahwa ide-ide dapat dikembalikan pada sensasi-

sensasi (rangsangan indra).

Dari pandangan empirisme juga sangat berpengaruh terhadap lahirnya

ilmu-ilmu empirik dikarenakan ilmu-ilmu empirik diperoleh melalui pendekatan-

pendekatan berdasarkan pengalaman dengan melaksanakan berbagai macam

metode-metode ilmiah dalam memperoleh pengetahuan yang baru. Dengan

berjalannya proses penelitian-peneliatian ilmu sehingga memunculkan ilmu-ilmu

baru yang dapat dimanfaatkan. Dalam perkembangannya, ilmu mengalami

perjalanan yang bertahap sehingga pada akhirnya muncul yang disebut saat ini

sebagai ilmu empirik. Dalam bukunya, Anna Poedjiani dan suwarna menyatakan

bahwa hasil dari perkembangan ilmu dari “filsafat alam” yang dikenal pada abad

ke-18 yang meliputi fisika kemudian pada abad ke-19 ilmu tersebut disebut

3
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016),
149
5

dengan “ilmu kealaman” yang meliputi fisika, biologi, dan kimia, dan bukan lagi

bagian dari fisafat alam. Pada fase perkembangan berikutnya disebut “ilmu-ilmu

empirik” yang meliputi kajian tentang fisika, kimia, biologi, psikologi, dan ilmu-

ilmu sosial seperti ilmu ekonomi, ilmu pendidikan, sosiologi, ilmu hukum, serta

ilmu politik.4

Dari pengertiannya tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu

empirik merupakan ilmu yang membahas tentang ilmu-ilmu kealaman seperti,

fisika, kimia, biologi dan sebagainya serta ilmu-ilmu sosial seperti, sosiologi,

ilmu-imu ekonomi, ilmu hukum dll.

B. Jenis-Jenis Ilmu Empirik

Ilmu-ilmu empirik merupakan llmu yang mengkaji dan membahas

tentang fenomena-fenomena baik yang terjadi di alam maupun gejala sosial yang

terjadi di masyarakat sehingga ilmu empirik membahas tentang ilmu kealaman

seperti fisika, kima, biologi dan sebagainya dan juga ilmu sosial seperti ilmu

ekonomi, ilmu hukum, ilmu bahasa dan lain-lain. Secara lebih terperinci jenis-

jenis ilmu empirik dibagi sebagai berikut:

1. Ilmu Kealaman

Sejarah telah menunjukkan bahwa pada mulanya yang dipelajari oleh

manusia hanyalah pengetahuan tentang alam, yakni lingkungan fisik individu

yang ada diluar ataupun didalam diri manusia itu sendiri. Ilmu-ilmu kealaman

mencakup ilmu-ilmu fisik (physical sciences) dan ilmu-ilmu biologi (biological

4
Anna Poedjiani dan Suwarna, Filsafat Ilmu (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), 28.
6

sciences atau life sciences). Ilmu kealaman tersebut mencakup antara lain

asntronomi, fisika, kimia, biologi, geofisika, minorolog, geografi, oseanografi,

biokimia, mikrobiologi, biofisika, botani, zoology.

Selanjutnya pandangan sains (science) sebagai ilmu kealaman yaitu sains

merupakan sekelompok pengetahuan tentang objek atau fenomena alam yang

diperoleh dari hasil pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan

dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah. Objek dari

fenomena alam tersebut yang berada dalam keteraturan dan mengikuti hukum-

hukum Tuhan sebagai pencipta melibatkan konsep-konsep yang berkaitan.

Disamping itu, hasil atau kesimpulan yang diperoleh para ilmuwan bersifat

sementara.

Perlu juga diketahui bahwa pembagian sains dalam disiplin-disiplinnya

terjadi karena keterbatasan kemampuan seseorang untuk memperlajari segala

aspek dari fenomena alam secara mendalam.

2. Ilmu Sosial

Pengetahuan tantang masyarakat dan tingkah laku timbul kemudian

dalam perkembangannya pengetahuan ini juga dipelajari menggunakan langkah

yang ilmiah pula. Dengan demikian pengetahuan tantang masyarakat dipandang

sebagai ilmu juga.

Sebagai makhluk jasmani rohani, manusia memiliki berbagai macam

kebutuhan yang pemenuhannya kebanyakan harus dilakukan bersama manusia

yang lain secara kerjasama. Kebutuhan tersebut disampaing berupa kebutuhan

biologis juga berwujud kebutuhan emosional antara lain kasih sayang, pengakuan,
7

penghargaan, pengertian, rasa aman, dan aktualisasi diri. Sebagai makluk sosial

manusia memiliki interelasi, interaksi dengan anggota lain dalam masyarakat.

Hubungan yang kompleks antar individu dan kelompok dibahas dalam studi ilmu-

ilmu sosial yang antara lain meliputi sosiologi, ekonomi, psiokologi, ilmu politik,

antropologi budaya, sejarah, hukum, dan geografi.

C. Metode Memperoleh Ilmu Empirik


Pendekatan atau metode merupakan cara seorang ilmuwan atau peneliti

mendapatkan data saat sedang melakukan pengamatan. Lazimnya di dalam ilmu

empirik seorang ilmuwan menggunakan pendekatan atau metode induktif. Metode

induktif adalah sebuah metode yang digunakan dalam ilmu empiris yang mencoba

menarik kesimpulan dari penalaran yang bersifat khusus untuk sampai pada

penalaran yang umum sifatnya. Pada penalaran yang sifatnya khusus itu, seorang

pengamat akan mengamati beberapa hal atau sesuatu yang memiliki ciri-ciri yang

khusus. Sedangkan aristoteles mendefenisikan induksi sebagai proses peningkatan

dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal (a passage

from individual to universal).5 Secara formal penalaran induksi dapat diberikan

contoh sebagai berikut:

Apel 1 keras dan hijau adalah masam.

Apel 2 keras dan hijau adalah masam

Semua apel keras dan hijau adalah masam.

5
Zaprulkan, Filsafat Ilmu Sebuah Analysis Kontemporer (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
2015), 135.
8

Dari contoh induksi diatas, dapat diketahui bahwa ciri-ciri induksi yaitu,

pertama, premis-premis dari induksi ialah preposisi empirik yang langsung

kembali kepada suatu observasi indra atau preposisi dasar (basic statement).

Kedua, konklusi penalaran induktif lebih luas daripada yang dinyatakan didalam

premis-premisnya. Ketiga, meskipun konklusi induksi itu tidak mengikat, akan

tetapi manusia yang normal akan menerimnya, kecuali kalau ada alasan untuk

menolaknya. Jadi, metode induktif yang digunakan oleh para ilmuan atau peniliti

dalam memperoleh ilmu-ilmu empirik yaitu dengan mengembangkan suatu ilmu

pengetahuan dengan menjadikan objek-objek partikular menjadi lebih universal

sehingga menghasilkan pengetahuan-pengetahuan baru.6

D. Kedudukan Ilmu Menurut Islam


Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal

ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam

posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi

dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Didalam al-Qur’an, kata ilmu

digunakan lebih dari sekitar 774 kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam

sebagaimana tercermin dari al-Qur’an sangat kental dengan nuansa-nuansa yang

berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam

Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah

penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), al-Quran dan as–Sunnah mengajak

kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan, serta

6
Paham Ginting dan Syafrizal Helmi Situmorang, Filsafat Ilmu dan Metode Riset
(Medan: USU Press, 2008), 44.
9

menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi.7

Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S al-Mujadalah/58:11 berikut:

َ ْ َ َ ْ ُ َ ُ‫ه‬ َ َْ ْ ُ َ ْ َ ٰ َْ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫يايها ال ِذين امنوْٓا ِاذا ِكيل لكم تفسحوا ِفى المج ِل ِس فافسحوا يفس ِح اّٰلل لكمْۚ واِ ذا ِكيل‬
َ ُ‫َ ه‬ ٰ ََ َ ْ ْ ُ ْ ُ َ ْ َّ َ ْ ُ ْ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ ُ ‫ه‬ َ ُْ َ ُْ
‫انش ُز ْوا فانش ُز ْوا َي ْرف ِع اّٰلل ال ِذين امنوا ِمنكمْۙ وال ِذين اوتوا ال ِعلم درجتٍۗ واّٰلل ِبما‬
َ َ ُ َْ
١١ ‫تع َمل ْون خ ِب ْي ٌر‬
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,
“berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, “berdirilah kamu” maka berdirilah niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha meneliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.8

Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan

berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang

dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut Ilmu, dan Ilmu yang

dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan

Allah, sehingga akan tumbuh rasa kepada Allah bila melakukan hal-hal yang

dilarangnya, hal ini sejalan dengan firman Allah: sesungguhnya yang takut kepada

allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu).

Disamping ayat–ayat al-Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang

berilmu sangat istimewa, al-Qur’an juga mendorong umat Islam untuk berdo’a

agar ditambahi ilmu. dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu

wahana menambah ilmu, menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal

7
Baso Hasyim, “Islam dan Ilmu Pengetahuan”, Tabligh 14, No. 1 (2013), 130.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Depok: Al-Huda, 2015), 543.
10

menekeankan pentingnya membaca,9 sebagaimana terlihat dari firman Allah swt.

yang pertama diturunkan yaitu Q.S al-Alaq/96:1-5 berikut:


ْ ْ ْ ْ
ُ
ْ َْ َ
ُّ َ َ ََ ْ َ ْ ْ ََ َ
َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ
٣ ْۙ‫ ِاكرأ وربك الاكرم‬٢ ْۚ‫ خلق ال ِانسان ِمن علق‬١ ْۚ‫ِاك َرأ ِباس ِم ر ِبك ال ِذي خلق‬
َ َ

ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ََّ َ َ ْ َ ََّ ْ َّ
َ
٥ ٍۗ‫ علم ال ِانسان ما لم يعلم‬٤ ْۙ‫ال ِذي علم ِباللل ِم‬
Terjemahnya:
“bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha Mulia (3), Yang mengajar (manusia) dengan
pena (4), Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5).”10

Ayat –ayat tersebut, jelas merupakan sumber motivasi bagi umat Islam

untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu, untuk terus membaca, sehingga posisi

yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga, yang berarti juga rasa takut

kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk

melakukan amal shaleh, dengan demikian nampak bahwa keimanan yang

dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal

Hadis juga menyatakan mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.

Dalam pandangan Allamah Faydh Kasyani dalam bukunya Al Wafi yang dikutip

oleh Paham Ginting dan Syafrizal Helmi mengatakan bahwa ilmu yang

diwajibkan kepada setiap muslim adalah ilmu yang mengangkat posisi manusia

pada hari akhirat, dan mengantarkannya pada pengetahuan tentang dirinya,

9
Junaidi, “Urgensi Ilmu Menurut Konsep Islam” At-Tarbawi 10, No.2 (2018), 53.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Depok: Al-Huda, 2015), 597.
11

penciptanya, para nabinya, utusan Allah, pemimpin Islam, sifat Tuhan, hari

akhirat, dan hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah.11

Dalam pandangan keilmuan Islam, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa

relasi dan relevansinya dengan kuasa ilahi. Mempelajari alam berarti akan

mempelajari dan mengenal dari dekat cara kerja Tuhan. Dengan demikian

penelitian alam semesta (jejak-jejak ilahi) akan mendorong kita untuk mengenal

Tuhan dan menambah keyakinan terhadapnya. Fenomena alam bukanlah realitas-

realitas independen melainkan tanda-tanda Allah SWT. Fenomena alam adalah

ayat-ayat yang bersifat qauniyyah, sedangkan kitab suci ayat-ayat yang besifat

qauliyah. Oleh karena itu ilmu-ilmu agama dan umum menempati posisi yang

mulia sebagai obyek ilmu.

11
Paham Ginting dan Syafrizal Helmi Situmorang, Filsafat Ilmu dan Metode Riset
(Medan: USU Press, 2008), 10.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu merupakan proses

penelaahan yang dilakukan secara logis, sistematis, melalui penelitan dengan

metode ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan maka lahirlah suatau cabang ilmu yang disebut

dengan ilmu empirik dimana ilmu ini mengakaji tentang berbagai fenomena alam

yang disebut dengan ilmu kealaman yang

Ilmu-ilmu empirik mencakup ilmu alam seperti biologi, kimia, fisika dan

lainnya. Selain mengkaji tentang alam, ilmu ini juga mempelajari tentang gejala-

gejala sosial yang meliputi ilmu ekonomi, bahasa, ilmu hukum, sosiologi dan

sebagainya.

Adapun dalam memperoleh ilmu-ilmu empirik, para peneliti dan ilmuan

menggunakan metode induktif dimana dalam melakukan proses pengambilan

kesimpulan peneliti menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat partikular

menuju hal-hal yang lebih bersifat umum.

B. Saran

Dengan terus berkembnagnya ilmu pengetahuan, maka dengan itu pula

manusia akan terus berusaha untuk mencari tahu tentang segala fenomena yang

terjadi baik di alam maupun fenomena sosial. Dengan alasan tersebutlah maka

12
13

hendaknyalah kita sebagai akademisi terus memberikan sumbangsih dalam proses

perkembangan ilmu pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Depok: Al-Huda, 2015.

Ginting, Paham dan Syafrizal Helmi Situmorang. Filsafat Ilmu dan Metode Riset
Medan: USU Press, 2008.

Hasyim, Baso. “Islam dan Ilmu Pengetahuan”, Tabligh 14, No. 1 (2013).

Junaidi. “Urgensi Ilmu Menurut Konsep Islam” At-Tarbawi 10, No.2 (2018).

Poedjiani, Anna dan Suwarna. Filsafat Ilmu, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.

Surajiyo. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia Jakarta: Bumi Aksara,


2010.

Tarigan, Mardinal dkk. “Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu


Pengetahuan” Mahaguru 3, No. 1 (2022).

Wahana,Paulus. Filsafat Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Pustaka Diamond,


2016).

Zaprulkan. Filsafat Ilmu Sebuah Analysis Kontemporer, Jakarta: PT. Raja


Grafindo, 2015.

14

Anda mungkin juga menyukai