Anda di halaman 1dari 15

PENERAPAN FILSAFAT ILMU TERHADAP PERKEMBANGAN

KEILMUAN
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah
Filsafat Ilmu

Disusun Oleh :
Kelompok 12

Wela Amelia (1118066)


Anisa Afrianti (1120015)

Dosen Pengampu :
Fitrawati, M.Ag

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AL-AHWAL AL-


SYAKHSIYYAH) FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik.
Shalawat dan salam juga disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah bersusah payah membawa umatnya ke jalan yang benar untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas kelompok. Penulis hanyalah
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, maka dari itu penulis mohon maaf atas
kesalahan dan kekurangan dalam makalah yang penulis buat ini. Untuk itu penulis
mohon atas kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya pemakalah berdo’a semoga makalah ini akan membawa manfaat
pada para pemakalah khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, 26 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Dinamika Pengetahuan Ilmiah ........................................................................... 3

B. Model Penerapan Ontologi Ilmu ........................................................................ 4

C. Model Penerapan Epistemologi Ilmu ................................................................. 7

BAB III ....................................................................................................................... 10

PENUTUP ................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 10

B. Kritik dan Saran ............................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dasar-dasar,
metode, dan implikasi ilmu pengetahuan. Ia berusaha untuk memahami asal
usul ilmu pengetahuan, sifat kebenarannya, serta batasan dan peranannya
dalam pemahaman manusia tentang dunia. Filsafat ilmu melibatkan pemikiran
kritis, analisis logis, dan refleksi filosofis terhadap konsep dan teori ilmiah.
Penerapan filsafat ilmu terhadap perkembangan keilmuan memiliki
beberapa manfaat penting. Pertama, filsafat ilmu membantu mengklarifikasi
dan membahas asumsi-asumsi filosofis yang mendasari ilmu pengetahuan. Ini
membantu dalam membangun fondasi yang kuat untuk pengetahuan dan
memastikan bahwa argumen dan temuan ilmiah didasarkan pada landasan
yang kokoh.
Kedua, filsafat ilmu membantu memahami metode ilmiah. Filsafat
ilmu melibatkan pemikiran kritis terhadap metode-metode yang digunakan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk observasi, eksperimen,
pengukuran, dan penalaran induktif dan deduktif. Ini membantu dalam
memperbaiki metodologi ilmiah dan memastikan keandalan dan validitas
temuan ilmiah.
Ketiga, filsafat ilmu memberikan kerangka konseptual yang penting
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang sifat realitas,
pengetahuan, dan pemahaman. Keempat, filsafat ilmu memfasilitasi dialog
antara ilmu pengetahuan dan disiplin lain, seperti etika, ontologi,
epistemologi, dan logika. Hal ini membantu memperkaya dan memperdalam
pemahaman kita tentang konsekuensi etis dari penemuan ilmiah, sifat
ontologis realitas yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan, sifat pengetahuan itu

1
sendiri, dan batasan logis yang harus diperhatikan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Dengan menerapkan filsafat ilmu, perkembangan keilmuan dapat
mencapai pemahaman yang lebih mendalam, metodologi yang lebih baik, dan
landasan konseptual yang kuat. Filsafat ilmu memberikan kerangka kerja yang
penting untuk merefleksikan tentang sifat, metode, dan implikasi ilmu
pengetahuan, sehingga membantu memastikan kemajuan yang berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika pengetahuan ilmiah?
2. Bagaimana model penerapan ontologi ilmu?
3. Bagaimana model penerapan epistemologi ilmu?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dinamika pengetahuan ilmiah.
2. Untuk mengetahui model penerapan ontologi ilmu.
3. Untuk mengetahui model penerapan epistemologi ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dinamika Pengetahuan Ilmiah


Dinamika pengetahuan ilmiah merujuk pada proses perkembangan,
perubahan, dan evolusi pengetahuan dalam ilmu pengetahuan. Ini melibatkan
perubahan dalam pemahaman, metode, teori, paradigma, dan konsep-konsep
ilmiah seiring waktu. Dinamika pengetahuan ilmiah mencerminkan sifat
dinamis dan terus berkembang dari ilmu pengetahuan, di mana pengetahuan
baru ditemukan, diperdebatkan, diuji, dan dimodifikasi berdasarkan bukti dan
penemuan baru.1
Dinamika pengetahuan ilmiah melibatkan beberapa aspek, termasuk:2
1. Perkembangan Teori
Teori-teori ilmiah berkembang seiring waktu berdasarkan penemuan
baru, pengamatan, dan eksperimen. Teori-teori tersebut dapat mengalami
revisi, perluasan, atau penolakan berdasarkan bukti dan pemahaman yang
lebih baik tentang fenomena yang dipelajari.
2. Metode Ilmiah
Metode ilmiah juga dapat mengalami perkembangan dan perubahan.
Perubahan teknologi, metode pengumpulan data yang lebih canggih, dan
kemajuan dalam pemrosesan dan analisis informasi dapat mempengaruhi
cara ilmuwan melakukan penelitian dan memperoleh pengetahuan baru.
3. Revolusi Ilmiah
Revolusi ilmiah terjadi ketika terjadi pergeseran paradigma yang
mendasar dalam suatu disiplin ilmu. Pada saat-saat tertentu, bukti baru
atau penemuan yang mengejutkan dapat menggoyahkan landasan

1
R. W. McVaugh, Dinamika Pengetahuan Ilmiah: Dari Revolusi Ilmiah Hingga
Perkembangan Kontemporer (Kepustakaan Populer Gramedia, 2017), 95.
2
Karl R. Popper, Logika Penemuan Ilmiah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), 80.

3
pemahaman ilmiah yang ada, memicu perubahan paradigma yang
signifikan.
4. Komunikasi dan Kolaborasi
Kolaborasi dan komunikasi antara ilmuwan, baik dalam bentuk
publikasi, pertemuan ilmiah, atau diskusi ilmiah, berperan penting dalam
dinamika pengetahuan ilmiah. Pertukaran ide, pemikiran, dan temuan baru
mempercepat pertumbuhan pengetahuan ilmiah.
5. Faktor Sosial dan Budaya
Pengetahuan ilmiah juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial,
budaya, dan kontekstual. Nilai-nilai masyarakat, kebutuhan praktis, dan
perkembangan sosial dapat membentuk arah penelitian ilmiah dan
penggunaan pengetahuan ilmiah dalam masyarakat.
Pemahaman dinamika pengetahuan ilmiah penting karena
memungkinkan ilmuwan dan masyarakat untuk mengakui bahwa pengetahuan
ilmiah bukanlah entitas statis, tetapi terus berkembang dan berubah seiring
waktu. Ini juga mempromosikan kesadaran tentang pentingnya terus-menerus
memperbarui pengetahuan dan mendorong penelitian dan penemuan baru
untuk memperluas pemahaman kita tentang dunia.

B. Model Penerapan Ontologi Ilmu


Sebagaimana kita tahu, bahwa ontologi adalah bagian dari ilmu filsafat
yang paling umum dan merupakan bagian dari ilmu metafisika. Menurut
KBBI, ontologi adalah cabang ilmu filsafat yang berkaitan erat dengan
hakikat hidup.3
Filsafat merupakan ilmu yang membahas mengenai segala aspek
pemikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Ontologi mempelajari
tentang keberadaan suatu objek berdasarkan fakta yang bisa diperoleh.

3
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ontologi, 4th ed. (Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan., n.d.).

4
Contoh ontologi dalam kehidupan sehari-hari :
1. Ontologi Rumah
Rumah memiliki berbagai macam jenis atau model. Mulai dari
minimalis hingga modern, termasuk rumah yang kita tempati sejak
zaman dahulu berdiri di atas tanah dan berbentuk dengan model
tertentu. Kenyataannya, ketika Anda melihat sebuah hal yang
bentuknya rumah, Anda akan selalu mengenali bahwa itu adalah
rumah meski ada banyak bentuk dan model rumah. Sederhananya,
meski Anda melihat banyak jenis rumah dengan bentuk berbeda-
beda, Anda tetap akan menganggapnya sebagai rumah. Sebab,
rumah dikenal sebagai tempat tujuan untuk pulang sehingga
membuat kita tetap berpikir bahwa hal tersebut adalah rumah.
2. Ontologi Teman
Setiap orang tentu memiliki seorang teman. Meski bertahun-
tahun tidak bertemu lagi atau dengan tampilan berbeda, kita akan
tetap menganggapnya seorang teman. Tanpa mempedulikan
keadaan, penampilan, dan sifatnya yang berubah, kita tetap akan
menganggapnya seorang teman.
3. Ontologi Meja
Hampir setiap hari seseorang akan bersinggungan dengan
meja. Meski meja memiliki bentuk, warna, dan ukuran yang
berbeda-beda, kita tetap akan menganggapnya sebagai meja.
Hal ini yang kemudian menjadi realitas mengenai gambaran
yang ada bahwa meja adalah meja dan ada karena bisa dilihat dan
berwujud.
Penerapan ontologi ilmu dapat dilakukan dalam berbagai bidang dan
disiplin ilmu. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan ontologi ilmu:
1) Biologi: Ontologi ilmu dapat digunakan untuk memodelkan dan
mengorganisir pengetahuan tentang taksonomi, struktur anatomi,

5
interaksi ekosistem, dan proses biologis. Misalnya, ontologi dapat
digunakan untuk menggambarkan hubungan antara organisme,
spesies, dan lingkungan mereka, serta untuk mengklasifikasikan
berbagai karakteristik dan atribut biologis.4
2) Kimia: Ontologi ilmu dapat digunakan untuk menggambarkan entitas
kimia, hubungan antara zat kimia, sifat-sifat mereka, dan proses kimia.
Misalnya, ontologi dapat digunakan untuk mengorganisir pengetahuan
tentang struktur molekuler, reaksi kimia, dan sifat-sifat fisik dan kimia
dari berbagai senyawa.
3) Fisika: Ontologi ilmu dapat digunakan untuk memodelkan entitas
fisik, hukum-hukum fisika, dan hubungan kausalitas antara fenomena
fisik. Misalnya, ontologi dapat digunakan untuk menggambarkan
partikel subatom, gaya, medan, ruang-waktu, dan konsep fisika
lainnya.
4) Ilmu Komputer: Ontologi ilmu memiliki penerapan yang luas dalam
ilmu komputer. Ontologi dapat digunakan untuk mengorganisir
pengetahuan dalam domain tertentu, memfasilitasi pemrosesan bahasa
alami, memodelkan pengetahuan ekspert, atau membangun sistem
berbasis pengetahuan. Ontologi juga dapat digunakan dalam web
semantik untuk memperkaya struktur dan makna informasi.5
5) Ilmu Sosial: Ontologi ilmu dapat digunakan dalam ilmu sosial untuk
menggambarkan konsep, teori, dan hubungan sosial. Misalnya, dalam
sosiologi, ontologi dapat digunakan untuk menggambarkan struktur
sosial, status, peran, dan interaksi antarindividu. Dalam ilmu politik,
ontologi dapat digunakan untuk memodelkan konsep seperti
kekuasaan, otoritas, sistem politik, dan institusi politik.
4
R. Hoehndorf, “Ontologi BioTopLite Untuk Integrasi Semantik Data Biomedis,” Jurnal
Semantik Biomedis 6, no. 1 (2015): 10.
5
M. Uschold and M. Gruninger, “Ontologi: Prinsip, Metode, Dan Aplikasi. Tinjauan
Rekayasa Pengetahuan” 11, no. 2 (1996): 93.

6
6) Kedokteran: Ontologi ilmu dapat digunakan dalam kedokteran untuk
menggambarkan pengetahuan medis, diagnosa penyakit, dan
hubungan antara gejala, penyebab, dan pengobatan. Ontologi juga
dapat membantu dalam integrasi data medis yang kompleks dan dalam
pengembangan sistem pendukung keputusan klinis.
Penerapan ontologi ilmu dapat bervariasi tergantung pada konteks dan
tujuan penggunaannya. Ontologi digunakan untuk menggambarkan dan
mengorganisir pengetahuan dalam domain ilmu tertentu, memfasilitasi
pertukaran informasi yang lebih efisien, dan memungkinkan integrasi
pengetahuan lintas disiplin ilmu.

C. Model Penerapan Epistemologi Ilmu


Epistemologi ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat
pengetahuan ilmiah, asal-usulnya, validitasnya, dan batasan-batasannya.
Epistemologi ilmu berusaha untuk memahami bagaimana pengetahuan ilmiah
diperoleh, disusun, dan dievaluasi. Epistemology atau teori pengetahuan ialah
cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.6
Dalam filsafat ilmu, terdapat berbagai model penerapan epistemologi
ilmu yang digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis karakteristik
pengetahuan ilmiah.
Beberapa model penerapan epistemologi ilmu dalam filsafat ilmu,
yaitu :
1. Positivisme Logis
Positivisme logis adalah model penerapan epistemologi ilmu
yang menekankan pentingnya verifikasi empiris dalam pengetahuan
ilmiah. Menurut pandangan ini, hanya pernyataan yang dapat diuji

6
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), 148.

7
secara empiris yang memiliki nilai kebenaran. Pengetahuan ilmiah
dianggap sebagai hasil dari pengamatan, pengujian, dan verifikasi
melalui metode ilmiah. Positivisme logis menekankan pentingnya
fakta empiris dan analisis logika dalam membangun pengetahuan
ilmiah.7
2. Falsifikasiisme
Falsifikasiisme adalah model penerapan epistemologi ilmu
yang dikembangkan oleh Karl Popper. Menurut pandangan ini, sifat
ilmiah suatu pernyataan terletak pada kemampuannya untuk diuji dan
mungkin dibantah atau difalsifikasi. Pendekatan ini menekankan
pentingnya pengujian hipotesis ilmiah dengan menggunakan metode
yang mengarah pada potensi penolakan atau pemalsuan. Popper
berpendapat bahwa pengetahuan ilmiah maju melalui pembuktian teori
yang salah atau tidak dapat dipertahankan.
3. Kuhnianisme
Kuhnianisme adalah model penerapan epistemologi ilmu yang
dikembangkan oleh Thomas Kuhn. Menurut pandangan ini,
pengetahuan ilmiah berkembang melalui paradigma ilmiah yang
mengalami revolusi ilmiah. Kuhn berpendapat bahwa ilmuwan bekerja
dalam kerangka paradigma tertentu yang mempengaruhi cara mereka
memahami dan menafsirkan fenomena. Perubahan paradigma terjadi
ketika terjadi krisis dan ketidakcocokan antara data dan teori yang
dominan. Revolusi ilmiah terjadi saat paradigma baru menggantikan
paradigma lama.
4. Sosial Konstruksi
Pendekatan sosial konstruksi adalah model penerapan
epistemologi ilmu yang menekankan peran sosial dalam pembentukan

7
T.M Soerjanto Poespowardojo and Alexander Seran, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta:
Kompas, 2015), 120.

8
pengetahuan ilmiah. Menurut pandangan ini, pengetahuan ilmiah
bukanlah refleksi langsung dari dunia objektif, tetapi dibangun melalui
proses sosial, interaksi, dan konteks budaya. Faktor sosial,
kepentingan politik, dan kekuasaan berperan dalam pembentukan
pengetahuan ilmiah. Pendekatan ini menekankan bahwa pengetahuan
ilmiah adalah produk yang dikonstruksi secara sosial.
5. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah model penerapan epistemologi ilmu
yang berpendapat bahwa pengetahuan ilmiah tidak hanya
mencerminkan realitas objektif, tetapi juga dibangun melalui
interpretasi subjektif dan konstruksi mental manusia. Menurut
pandangan ini, ilmuwan tidak dapat memahami dunia secara langsung,
tetapi hanya melalui konstruksi mental mereka sendiri. Pengetahuan
ilmiah adalah hasil dari interaksi antara pengamat dan objek yang
diamati.8

8
Waston, “Epistemologi Konstruktivisme Dan Pengaruhnya Terhadap Proses Belajar Di
Perguruan Tinggi,” Suhuf 26, no. 2 (November 2014): 122.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengetahuan ilmiah adalah suatu entitas yang dinamis, terus
berkembang, dan mengalami perubahan seiring waktu. Hal ini melibatkan
perkembangan teori, perubahan dalam metode ilmiah, revolusi ilmiah,
komunikasi dan kolaborasi antara ilmuwan, serta pengaruh faktor sosial dan
budaya dalam pembentukan pengetahuan ilmiah. Pemahaman dinamika
pengetahuan ilmiah penting untuk memahami bahwa pengetahuan ilmiah
bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus berkembang melalui penemuan,
bukti, dan pemahaman yang lebih baik.
Sedangkan, penerapan ontologi ilmu membantu dalam memodelkan
dan mengorganisir pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu seperti biologi,
kimia, fisika, ilmu komputer, ilmu sosial, dan kedokteran. Ontologi ilmu
membantu dalam menggambarkan entitas, hubungan, dan konsep dalam suatu
domain ilmu tertentu, memfasilitasi pertukaran informasi yang lebih efisien,
dan memungkinkan integrasi pengetahuan lintas disiplin ilmu.
Model penerapan epistemologi ilmu mencakup positivisme logis,
falsifikasiisme, Kuhnianisme, sosial konstruksi, dan konstruktivisme. Setiap
model memiliki perspektif unik terhadap sifat pengetahuan ilmiah, cara
perolehannya, dan batasan-batasannya. Memahami berbagai model ini
membantu dalam memperluas pemahaman kita tentang cara ilmu bekerja,
bagaimana pengetahuan ilmiah dikembangkan, dan bagaimana pengetahuan
itu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, dan individu.

B. Kritik dan Saran


Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat memberikan pengetahuan sedikit tentang Penerapan

10
Filsafat Ilmu Terhadap Perkembangan Keilmuan. Kami mengetahui dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
penulisannya, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat
terciptanya makalah yang baik yang dapat memberikan pengetahuan yang
benar kepada pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.


Hoehndorf, R. “Ontologi BioTopLite Untuk Integrasi Semantik Data Biomedis.”
Jurnal Semantik Biomedis 6, no. 1 (2015).
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ontologi. 4th ed. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan., n.d.
McVaugh, R. W. Dinamika Pengetahuan Ilmiah: Dari Revolusi Ilmiah Hingga
Perkembangan Kontemporer. Kepustakaan Populer Gramedia, 2017.
Poespowardojo, T.M Soerjanto, and Alexander Seran. Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Jakarta: Kompas, 2015.
Popper, Karl R. Logika Penemuan Ilmiah. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008.
Uschold, M. and M. Gruninger. “Ontologi: Prinsip, Metode, Dan Aplikasi. Tinjauan
Rekayasa Pengetahuan” 11, no. 2 (1996).
Waston. “Epistemologi Konstruktivisme Dan Pengaruhnya Terhadap Proses Belajar
Di Perguruan Tinggi.” Suhuf 26, no. 2 (November 2014).

12

Anda mungkin juga menyukai