Anda di halaman 1dari 16

FILSAFAT SEBAGAI IBU ILMU

Yanu Andhiarto, Apt.


Sebutan filsafat sebagai ibu ilmu ( The mother
of science) muncul sejak abad 5 SM.
Berusaha meruntuhkan mitos (Yunani)
melalui rasionalisasi alam semesta.
Munculnya Metafisika (ide tg “Ada”)
Metafisika = Monisme & Pluralisme
Epistemologi = Rasionalisme & Empirisme
 Plato =Dualisme (dunia ide & bayangan)
 Aristoteles = hakikat ada (substansi & aksiden)
Sebagai ibu, filsafat telah menunjukkan diri
sebagai kekuatan yang mengandung benih-benih
pemikiran keilmuan, melahir dan menyusui bayi
ilmu, dan terus membina perkembangan ilmu
menjadi cabang dan ranting-ranting keilmuan,
serta mendewasakan ilmu sebagai ilmu yang
otonom dan mandiri
Filsafat sebagai ibu yang mengandung benih-benih
pemikiran keilmuan

Mengandaikan bahwa filsafat sebagai ilmu berpikir selalu


mengembangkan gagasan-gagasannya, baik dalam alam
kesadaran kritis (rasio) maupun dalam pengalaman nyata
untuk mencermati permasalahan lingkungan, baik yang
menyenangkan maupun yang mencemaskan.

Menjadi bayi keilmuan yang matang dan siap diluncurkan


(dilahirkan) dalam dunia keilmuan secara nyata
• Filsafat Sebagai ibu yang melahirkan bayi–bayi ilmu

• Filsafat membidani sendiri proses kelahiran bayi ilmu


dari kandungannya, sehingga membentuk cabang-
cabang dan ranting keilmuan baru yang bersifat khusus.

• Filsafat berusaha membedah dan melahirkan atau


meluncurkannya dalam pemikiran keilmuan yang
mempengaruhi sejarah keilmuan dan kebudayaan.
Filsafat Sebagai ibu kandung yang menyusui ilmu

• filsafat berperan selaksana sebagai ibu menyusui, mengasuh, dan mengasah


pertumbuhan serta ketajaman ilmu dalam sebuah proses komunikasi antar
ilmu dan lintas ilmu
• filsafat memberikan gizi pemikiran dalam berbagai proses perkembangan dan
ujian-ujian kritis, dengan cara melakukan kritik, koreksi, dan penyempurnaan
yang membangun dan menumbuhkan taraf kematangannya sebagai ilmu-ilmu
atau cabang dan ranting keilmuan yang mandiri.

Tujuannya ilmu atau kegiatan keilmuan dapat bertumbuh dan berkembang


secara sehat, sehingga terhindar dari bahaya sesat pikir, keliru pikir, atau
salah pikir.
Sebagai ibu yang mendewasakan ilmu

• Filsafat terus mendorong kemandirian ilmu-ilmu


sehingga ilmu-ilmu mampu mengembangkan pemikiran
serata metode-metode yang khas dalam percaturan
keilmuan secara global
• Filsafat pula yang terus berperan membidani kelahiran
benih-benih pemikiran, pengetahuan, dan keilmuan
untuk kepentingan praktis, baik dalam bentuk teknologi,
industri demi pemenuhan kebutuhan hidup manusia
• Intinya, ilmu, termasuk ilmuwan dan lembaga keilmuan, segala prestasi
kemajuannya harus dilihat dalam kelebihan dan kekuarangan manusia
sebagai Homo Sapiens. Bagi filsafat, manusia itu selalu tahu
diketidaktahuan-nya, Konsekuensinya, semakin banyak yang makin
diketahui, baik melalui kegiatan keilmuan maupun seni budaya, namun,
semakin banyak pula misteri ketidaktahuan yang seakan terus
mendangkalkan pengetahuan, kekaguman, dan terus menantang rasa
“ingin tahu” manusia. Bahkan, semakin banyak penemuan dalam rangka
pemecahan masalah-masalah kehidupan, namun makin banyak pula
“kecemasan mekar” yang terus mengerogoti manusia.
• filsafat hendak menunjukkan bahwa pikiran atau pengetahuan itu selalu punya
empat dimensi yang salig bertautan, yaitu:

1. Dimensi aktif untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keingintahuan


manusia dalam sebuah konstelasi peradaban yang luas dan luhur guna
membangun kehidupan secara nyata;
2. Dimensi kreatif, dengan tujuan untuk mengolah budi (kecerdasan), mampu
melakukan imajinasi teori, mengubah fakta menjadi permasalahan dan
terobosan penyelesaiannya dalam berbagai lakon aktual;
3. Dimensi kritis, untuk membangun kesadaran diri, otonomi diri, serta
kemampuan nalar dalam menilai dan mempertanyakan berbagai kemungkinan
(klaim-klaim kebenaran bersifat keilmiahan, ideologis, yuridis, maupun religius)
dalam rangka pengembangan dan penegasan eksistensi (pilihan hidup);
4. Dimensi kontemplatif untuk mengontrol dan mengendalikan pikiran atau
pengetahuan itu sendiri sehingga tidak terjebak dalam permainan arus keinginan
dan kejahatan.
Tujuan mempelajari filsafat ilmu adalah:
1. Membuat manusia akan lebih menjadi
manusia.
2. Melatih orang untuk memandang dengan
luas.
3. Berfikir kritis dan mandiri.
Induk Pengetahuan
1. Kimia
2. Sosiologi (3)
3. Bahasa (7)
4. Biologi
5. Science
6. Kebudayaan (7)
7. Sejarah (7)
8.Hukum

Anda mungkin juga menyukai