luas di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Tiongkok. Tanaman kumis kucing
termasuk dalam famili Lamiaceae. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling
banyak digunakan umumnya dikonsumsi sebagai teh herbal sehingga kumis
kucing dikenal pula dengan nama java tea. Secara tradisional kumis kucing telah
banyak digunakan sebagai diuretik, menyembuhkan beragam penyakit seperti
diabetes, hepatitis, epilepsi, batu empedu, tonsillitis, kencing nanah, rematik, sakit
perut, pembengkakan ginjal dan kandung kemih, edema, influensa, dan gout.
Kajian aktivitas farmakologi kumis kucing juga telah banyak dilakukan dan
diketahui kumis kucing memiliki aktivitas antioksidan, antiinflammasi, atibakteri,
antihipertensif, antihiperglikemik, antiproliferatif, antipiretik, antitumor,
kardioprotektif, diuretik, dan hiperurisemik (Ahamed dkk, 2010; Omar dkk, 2012;
Yen dkk, 2012; Ketut dkk, 2012).
Salah satu penelitian menyebutkan bahwa ekstrak etil asetat daun kumis
kucing mampu menghambat bakteri patogen (Peudomonas aeruginosa,
Aeromonas hydrophilla, Staphylococcus aureus) dan sel kanker kolon
(Nair dkk, 2014). Ekstrak metanol daun kumis kucing dapat menghasilkan kadar
antioksidan yang tinggi dan tidak bersifat toksik (Yam dkk, 2014). Selain itu
ekstrak metanol daun kumis kucing (200 mg/kg) memiliki aktivitas
hepatoprotektif yang diujikan pada tikus (Maheswari dkk, 2008). Serta
membuktikan ekstrak etanol daun kumis kucing memiliki efek antiinflamasi pada
tikus putih jantan galur Wistar sebesar 64,120% (dosis 490 mg/kg BB) (Prayoga,
2008).
Berikut tabel adalah aktivitas biologis dari senyawa bioaktif ekstrak n-
heksan daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) (Surahmaida dkk,
2019) :
Senyawa Bioaktif Aktivitas Biologis
1,1-Dicyclopentylethane Antiinfluenza A dan B (Smee dkk, 2001),
Antitumor dan antimikroba (Kakiuchi dkk,
1986)