Abstrak
Dalam kehidupan disiplin ilmu Syariah pasti tidak akan jauh pembahasannnya
mengenai Madzhab, Madzhab sendiri adalah pola pikir atau jalan yang ditempuh oleh
seseorang. Tidak jarang juga kita temukan banyak perbedaan pendapat bahkan bisa
menimbulkan perdebatan dikalangan Imam Mujtahid, perbedaan pendapat atau Ikhtilaf
memang bukan sesuatu yang rahasia lagi dalam kajian bermadzhab. Karena perbedaan dalam
berpendapat tersebut seperti sudah digariskan bahwa harus terjadi, dengan demikian akan
menambah wawasan keilmuan bagi para penerus. Namun bagaimana sikap para penuntut
ilmu dalam menyikapi perbedaan yang terjadi tersebut, sebagai penuntut ilmu haruslah bijak
dalam menyikapi situasi yang demikian.
Perbedaan madzhab itu terjadi karena adanya perbedaan cara pandnag Ulama’ Mujtahid
yang berbeda-beda, cara menganalisis terhadap Nash teks baik bagaimana menganilisis Nash
Al-Qur’an ataupun As-sunnah. Dan munculnya perbedaan tersebut bisa dianggap wajar
karena perbedaan tempat tinggal dan zaman dimana Ulama’ tersebut hidup.
Kata Kunci: Madzhab Syafi’I, Al-Imam Abu Ibrahim ismail Ibn Yahya al-Muzanni.
PEMBAHASAN
Nama asli Beliau adalah Ismail bin Yahya bin Ismail abu Ibrahim al muzani.
Beliau dilahirkan pada tahun 175 Hijriyyah dan menuntut ilmu kepada Al Imam Asy
syafi’i sejak masuknya Al imam ke mesir di akhir tahun 199 Hijriyyah. Al Imam Al
Muzani merupakan salah satu murid spesial, seorang yang sangat faqih, kuat dalam
berhujjah terutama ketika berdebat dan membela madzhab gurunya. Seorang yang
sangat zuhud, wara’ dan banyak beribadah.
Al hafidz Ibnu Abdil Barr berkata tentang Al Imam Al Muzani: “ Adalah beliau
(Al Muzani) termasuk murid Asy syafi’i yang paling alim, dalam pemahamannya lagi
cerdas. Kitab-kitab dan mukhtashor (ringkasan fiqh asy syafi’i) nya tersebar ke
seluruh penjuru dunia, timur dan barat. Seorang yang sangat bertaqwa, wara’, dan
zuhud”. Al-Muzani dianggap orang yang paling pandai, serdas serta yang paling
banyak menyusun kitab untuk mazhabnya. 1 Beliau meninggal pada tahun 264 H pada
bulan Ramadhan, diperkirakan beliau wafat ketika pada usia 89 tahun.
Ibnu Khallikan mengatakan bahwa :”Ia (Imam Al-Muzanni) meninggal pada
enam hari yang tersisa dari bulan Ramadhon pada tahun 264 hijriyyah, di Mesir.
Imam Al-Muzanni dikuburkan dekat dengan kuburan Al-Imam Asy-Syafi’I di
Qarafah Sugra”. Ibnu Zulaq mengatakan bahwa Imam Al-Muzanni meninggal pada
usia 89 tahun, dan ketika meninggal disholatkan oleh Rabi’ bin Sulaiman.
Abu Ibrahim Ismail bin Yahya bin Isma’il bin ‘Amr bin Muslim Al-Muzani Al-
Mishri, beliau adalah murid dari Imam Asy-Syafi’I. Nama Al-Muzani adalah nama
yang disandarkan pada Muzainah bin Add bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudhar bin
Nizar bin Ma’add bin ‘Adnan. Nama asli dari Muzainah adalah ‘Amr. Ia memakai
nama ibunya yaitu Muzainah binti Kalb bin Wabrah. Muzainah adalah ibu dari
qabilah yang sangat masyhur dan terkenal.2
Ketika Beliau Al-imam Al-muzanni lahir pada tahun 175 Hijriyah di Mesir, pada
tahun itu juga bertepatan dengan tahun saat Al-Laits bin Sa’ad meninggal dunia.
1
Ismail Salim, Abd al-Ali, Al-Bahs al-Fiqh, Kairo: Maktabah Zahra, h. 136
2
Syarh As-Sunnah oleh Dr. Jamal ‘Azzun, Hal. 17.
Dimana Al-Laits Bin Sa’ad adalah salah seorang Ulama besar mesir yang dipuji oleh
Al-imam Asy-Syafii.
Maka buisa dikatakan bahwa kelahiran al-Imam al-Muzanni di tahun wafatnya
Imam Al-Laits adalah bukti ucapan pepatah yaitu: “Tatkala mati satu tumbuh
seribu”. Al-Imam Al-Muzanni lahir serta tumbuh dalam keluarga yang kental dengan
dunia ilmu agama serta para Ulama’.
Ada pula kerabat dekat Al-Imam Al-Muzanni yakni Imam Rabi’ bin Sulaiman
Al-Muradi yang juga salah murid senior Imam Syafi’i. Imam Rabi’ bin Sulaiman
dengan Imam Al-Muzanni adalah saudara sepersususan, seperti yang disebutkan oleh
Imam Dzahabi :”Al-Muzanni meninggal pada tahun 264 hijriyyah, sedangkan Imam
Rabi’ meninggal pada tahun 270 hijriyyah. Keduannya adalah saudara sepersusuan
dengan selisih umur antara keduanya 6 bulan.”
Termasuk juga keluarga AL-Imam Al-muzanni yaitu Imam Abu JA’far Ath-
Thahawi, penulis kitab Akidah terkenal, yaitu kitab Aqidah Ath-Thahawiyyah.
2. Pendidikan Serta Sanad Keilmuan Al-Imam Abu Ibrahim ismail Ibn Yahya al-
Muzanni.
3
Ta’liqah ‘Ala Syarhi As-Sunnah Lil Imam Al-Muzani. Syaikh Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin Al-
Badr. I’tina’ Khalid bin Abdillah Al-Kandari. Dar Al-‘Alamiyah. Cetakan pertama. Hal. 29.
sebanyak 500 kali. Setiap kali selesai membaca, pasti aku mendapatkan faidah
yang baru dari kitab tersebut.”
b. Ibnu Al Qadhi Ibnu Suraij
c. Ibnu Mundzir
d. bnul Qoshi
e. Abu Ishaq Al Marwazi
f. Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, guru dari Imam al-
Bukhari, Imam Muslim dan Ibnu Hibban.
g. Abu Ja’far ath-Thahawi; penulis kitab Aqidah ath-Thahawiyyah.
h. Abdurrahman bin Abu Hatim ar-Razi; penulis kitab tafsir berdasarkan atsar yang
berjudul Tafsir Abi Hatim.
i. Zakaria as-Saji.
j. Ibnu Jaushan.
k. Abu Bakar bin Ziyad.
l. Ibnu Al Qadhi Ibnu Suraij
m. Ibnu Mundzir
n. Ibnul Qoshi
o. Abu Ishaq Al Marwazi
p. Al Mas'udi
q. Abu Ali At-Thabari
r. Al Qaffal Al Kabir Asy-Syasyi
s. Ibnu Abi Hatim
4
Syarh As-Sunnah oleh Dr. Jamal ‘Azzun hal. 19.
dalamnya keluasan ilmu yang Beliau punya bahkan sebenarnya beliau sudah
mencapai derajat Mujtahid Mutlak. Dan memiliki madzhab sendiri di akhir hayatnya.
Begitulah yang pernah diungkapkan oleh Asy syeikh Dr. Muhammad Hasan Hitu :”
kesimpulannya, bahwa apa saja dari perkataannya bersesuaian dengan pendapat Asy
Syafi’i dan berjalan di atas kaidah-kaidah Asy Syafi’i maka itu termasuk dalam
madzhab (Asy Syafi’i) adapun jika menyelisihi perkataan Asy Syafi’i maka itu
termasuk madzhabnya sendiri. Dan beliau memang pantas memiliki madzhabnya
sendiri.”
Imam Al-Muzani adalah di antara murid Imam Syafi’i yang paling besar
pengaruhnya dalam menyebarkan dan membela mazhab Syafi’i. Sampai-sampai
Imam Syafi’i sendiri pernah mengatakan:
َاص ُر َم ْذهَبِي
ِ ال ُم َزنِ ْي ن
Al-Muzani adalah penolong madzhabku.
Imam Muzani termasuk ulama rabbani, yaitu ulama yang beramal dengan
ilmunya. Ilmu yang ada pada beliau betul-betul bermanfaat untuk diri beliau sendiri
dan untuk orang lain. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah mengatakan:
َعلَ ُم ال ُزهَّا ِد, فَقِ ْيهُ ال ِملَّ ِة, ُاِإل َما ُم ال َعاَّل َمة
Al-Muzani adalah Imam, al-‘allamah, orang yang fakih dalam agama, dan orang
yang zuhud.
Beliau adalah pribadi yang mengumpulkan ilmu dan ibadah dalam dirinya,
menghormati ilmu dan para ulama, sangat wara’ dan betul-betul zuhud terhadap
dunia. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Amr bin Utsman Al-Makki
rahimahullah:” Aku tidak pernah melihat seorangpun dari ahli ibadah yang sangat
bersungguh-sungguh dan paling kontinu dalam beribadah selain dari Al-Muzani.
Dan aku tidak pernah melihat orang yang sangat besar pengagungannya terhadap
ilmu dan pemiliknya selain dia. Dan dia juga merupakan orang yang sangat wara’.
5
Ismail bin Yahya al-Muzani wa risaalatuhu Syarhus Sunnah karya Doktor Jamal
‘Azzun hal. 77.
bahwasanya sesungguhnya Allah akan dilihat nanti di hari kiamat? Al-Muzani
menjawab: ya. Ketika orang-orang telah bubar maka Al-Muzani pun bangkit seraya
berkata kepadanya: Wahai Abu Abdillah, engkau menjadikanku terkenal di hadapan
orang banyak? Nu’aim menjawab: Sesungguhnya orang-orang telah banyak
membicarakanmu (menuduhmu) Aku hanya ingin membersihkanmu dari tunduhan-
tuduhan itu.”
Kandungan atau ketengan yang terkandung dalam kitab ini adalah kitab yang
berisikan pengajaran Imam Syafi’I ketika sedang mengajar, saat berada di Mesir.
Ucapan dan kata-kata Imam Syafi’I dicatat dan diolah kembali oleh Imam Al-Muazni
sehingga menjadi sebuah kitab yang sangat besar manfaatnya bagi generasi
setelahnya, Imam Al-Murzani menyelesaikannya dalam tempo dua puluh tahun,
beliau ketika hendak menyusunnya beliau berpuasa tiga hari terlebih dahulu dan
sholat sunnah beberapa rakaat.
“Jika ada seorang perawan yang dinikahi seorang lelaki kemudian diboyong
untuk ikut suami, maka di antara barang yang dibawa perawan tersebut adalah
kitab Mukhtashor Al-Muzani!” Demikian kira-kira yang ditulis oleh Adz-Dzahabi
dalam kitab Siyaru A’lami An-Nubala’ untuk menunjukkan popularitas dan betapa
berharganya Mukhtashor Al-Muzani.
Hanya saja yang lebih akurat jika menurut informasi Ar-Ruyani dalam kitab
beliau yang bernama Bahrul Madzhab, Mukhtashor Al-Muzani adalah ringkasan dari
kitab besar Al-Muzani yang berjudul “Al-Jami’ Al-Kabir” ()الجامع الكبير.
Kitab ini merupakan mukhtashor pertama yang ditulis dalam madzhab Asy-
Syafi’i. Ia juga menjadi karya tertua sekaligus karya perintis kitab-kitab fikih
bermadzhab Asy-Syafi’i. Lebih dari itu, kitab ini bisa dikatakan sebagai kitab pertama
dalam madzhab Asy-Syafi’i setelah Al-Umm. Tidak heran jika di masa selanjutnya
kitab ini menjelma menjadi salah satu kitab induk madzhab Asy-Syafi’i.
Kitab ini juga menjadi salah satu dari 5 kitab masyhur di kalangan Asy-
Syafi’iyyah sampai zaman An-Nawawi . Lima kitab populer itu adalah; Mukhatshor
Al-Muzani, Al-Wasith, Al-Wajiz, Al-Muhadz-dzab, dan At-Tanbih.
Mutu dan kualitas kitab ini tidak bisa diremehkan. Kata Abu Zaid Al-Marwazi,
siapapun yang menguasai Mukhtashor Al-Muzani maka dia akan menguasai fikih dan
ushul fikih. Dia tidak hanya akan mendapatkan ilmu furu’ Asy-Syafi’i tetapi juga
ushul fikihnya. Hal itu dikarenakan semua masalah fikih yang disajikan Al-Muzani
selalu disertai isyarat ushul fikih Asy-Syafi’i yang berhubungan.
Abu Al-‘Abbas bin Suraij mengatakan bahwa setiap kali beliau membaca
mukhtashor Al-Muzani, beliau merasa selalu mendapatkan ilmu baru. Oleh karena itu,
jika ingin mendapatkan banyak faidah tentu saja sudah semestinya kitab ini dibaca
berkali-kali.
Demikian tinggi isi dan kedudukan kitab ini sampai-sampai Abu Zur’ah
Muhammad bin ‘Utsman Ad-Dimasyqi (302 H) yang membawa madzhab Asy-Syafi’i
ke Damaskus memberi hadiah 100 dinar bagi siapapun yang mampu menghafal
Mukhtashor Al-Muzani. Jika 1 dinar secara kasar setara dengan 2 juta, maka 100
dinar kira-kira setara dengan 200 juta! Karena itu menurut saya pribadi, muslim-
muslim kaya zaman sekarang itu semestinya memanfaatkan sebagaian uangnya
seperti ini untuk mendorong lahirnya para ulama besar dan mujtahid yang bermanfaat
untuk seluruh kaum muslimin. Tidak akan rugi, bahkan Insya Allah akan menjadi
amal jariyah.
Sistematika kitab ini juga istimewa. Hal yang menunjukkannya adalah ulama-
ulama Asy-Syafi’iyyah masa sesudahnya secara umum meniru dalam hal sistematika,
yakni mengawali dengan bab thoharoh dan mengakhiri dengan bab ‘itqu ummahatil
aulad.
Al-Muzani sangat serius dalam menulis kitab ini. 20 tahun kira-kira beliau
habiskan untuk menuntaskannya. Proses editingnya sampai 8 kali. Sebelum
mengarang, beliau berpuasa terlebih dahulu selama 3 hari dan salat sekian rakaat.
Kata Ibnu Khollikan, setiap selesai menulis satu masalah beliau juga menyusulnya
dengan salat dua rakaat sebagai tanda syukur. Dengan cara penulisan yang “sangat
berbau-bau akhirat” ini, tidak heran jika Al-Baihaqi menyebut Mukhtashor Al-
Muzani sebagai kitab yang paling besar manfaatnya, paling luas berkahnya dan paling
banyak buahnya. Sehingga Jangan pernah disamakan dengan orang yang menulis
tulisan karya ilmiah mengenai ilmu agama disamakan dengan orang yang sambil
buang angin, merokok dan ngemil dan lain sebagainya.