Anda di halaman 1dari 11

Biografi Seorang Ibnu Jabir bin Hayyan

Jabir Ibnu Hayyan adalah seorang ilmuwan dan filsuf terkemuka terlahir dengan nama
lengkap Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan Al Azdi atau lebih dikenal dengan nama Geber oleh
orang barat. Beliau lahir di Thus, Khurasan, Iran pada tahun 721 M atau sekitar abad ke-7. Jabir
merupakan keturunan Arab, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah orang Persia.
Ayahnya bernama Hayyan al-Azdi berasal dari suku Arab Azd adalah seorang yang ahli di
bidang farmasi dari kabilah Yaman yang besar yaitu kabilah Azad yang sebagian besar dari
mereka berhijrah ke Kufah setelah rubuhnya Bendungan Ma’rif. Disamping seorang yang ahli di
bidang farmasi, ayahnya juga merupakan seorang yang mendukung Dinsati Abbasiyah dan ikut
serta membantu meruntuhkan Dinasti Umayyah. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, Ibnu
Jabir hijrah dari Yaman ke Kufah yang di mana merupakan salah satu kota pusat pergerakan
syi’ah di Iraq. Ketika ayahnya sedang melakukan pemberontakan, beliau tertangkap oleh
pasukan Dinasti Umayyah di Khurasan, kemudian dieksekusi mati. Setelah ayahnya meninggal,
Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman dan ia mulai mempelajari al-Qur’an dan berbagai ilmu
lainnya dari seorang ilmuwan yang bernama Harbi al-Himyari.

Jabir kembali ke Kufah setelah Abbasiyah berhasil menumbangkan Umayyah dan mulai
merintis karirnya di bidang kimia. Ketertarikannya dalam bidang ini yang membuatnya terus
mendalaminya sehingga menjadi seorang ahli dalam kimia bisa jadi dikarenakan oleh profesi
ayahnya sebagai seorang peracik obat. Sejak saat itu Jabir menuntut ilmu dari seorang imam
mahsyur, dan sekaligus dia merupakan seorang pengikut dari imam ke-enam syiah tersebut, yaitu
Imam Ja’far as-Shadiq. Bahkan Jabir juga sempat belajar dari Pangeran Khalin Ibnu Yazid. Jabir
kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada masa Kekhalifahan Abbasiyah di bawah pimpinan
Harun Ar-Rasyid dari seorang guru yang bernama Barmaki Vizier. Jabir pun terus bekerja dan
bereksperimen dalam bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di
Damaskus dengan ciri khas eksperimen-eksperimennya yang dilakukan secara kuantitatif,
bahkan instrument-instrument yang digunakan untuk eksperimentnya ia buat sendiri dari bahan
logam, tumbuhan dan hewani.
Di laboratoriumnya itulah Jabir berhasil menemukan berbagai penemuan besar yang
sangat bermanfaat sampai saat ini, bahkan di laboratorium itu pula telah ditemukan berbagai
peralatan kimia miliknya, dan setelah sempat berkarir di Damaskus Jabir dikatakan kembali ke
Kufah setelah terjadi tragedi Baramikah dikarenakan sikap dari para Menteri Abbasiyah yang
menduduki jabatan sejak tahun 705 M telah berubah kepadanya dikarenakan kesombongan
mereka dan banyaknya sumber sejarah yang diselewengkan. Sekembalinya ke Kufah tak banyak
lagi yang mengetahui tentang keberadaannya, namun dua abad setelah kematiannya barulah
ditemukan laboratoriumnya seperti yang telah disebutkan tadi di atas. Di dalamnya didapati
peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat.

Tak hanya penemuan-penemuannya yang luar biasa yang telah ia ciptakan, namun
pemikirannya juga sangat berpengaruh bagi para ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M),
Tughrai (12 M) dan Al-Iraqi (13 M). Bahkan tidak hanya itu, buku-buku yang ditulisnya pun
sangat berpengaruh bagi perkembangan kemajuan ilmu kimia di Eropa. Dan Jabir pun tutup usia
pada tahun 815 M di kota Kufah.

1. Karya-karya Tulis Jabir Ibnu Hayyan

Sebenarnya mungkin terjadi adanya semacam “perkumpulan” atau persaudaraan” yang


menggunakan nama Jabir untuk karya tulis mereka sebagai suatu lambang bagi fungsi suatu
intelek dan suatu pandangan yang mengakibatkan banyaknya orang yang agak ragu dalam
keotentikan karya-karya tersebut. Karya yang jumlahnya sangat besar dan dalam pustaka
Jabiriyah ini sebagian besar membahas hampir tentang semua hal mulai dari kosmologi,
astrologi, alkhemi bahkan sampai musik, huruf dan angka.

Namun demikian, tokoh yang dikenal sebagai “The father of modern chemistry” ini tidak
hanya ahli di bidang kimia namun juga telah banyak menyumbangkan ilmunya di berbagai
bidang ilmu di bidang farmasi, fisika, filosofi dan astronomi. Jabir Ibnu Hayyan terbukti telah
mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai
sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan
dipelajari oleh manusia.
Jabir tak pernah puas dan terus mengembangkan penelitiannya di bidang kimia sampai
pada batas yang tak tertentu yang membuat Jabir memiliki karya dalam bidang kimia mencapai
500 studi kimia, namun hanya sebagian sajalah yang berhasil sampai pada zaman Renaisance.
Dan diantara bukunya yang terkenal diantaranya adalah:

1) Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan berjudul Summa
Perfecdonis. Dan berikutnya di tahun 1678, ilmuwan Inggris lainnya, Richard Russel,
mengalihbahasakan karya Jabir ini dengan judul Summa of Perfection.
2) Kitab al Rahmah,
3) Kitab al Tajmi,
4) Al Zilaq al Sharqi,
5) Book of The Kingdom, (diterjemahkan oleh Berthelot).
6) Book of Eastern Mercury, (diterjemahkan oleh Berthelot).
7) Book of Balance (diterjemahkan oleh Berthelot).
8) Al Khowash,
9) Shifah al Kaun (kosmologi),
10) Al Hikmah al-Mashunah,

Sebagian dari bukunya merupakan klarifikasi mengenai para ilmuwan dan pakar kimia
Yunani seperti Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles. Bahkan beberapa istilah tehnik yang
ditemukan dan digunakan oleh Jabir juga telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah di dunia
internasional, seperti istilah “Alkali”.

2. Zat-zat Temuan Jabir Bin Hayyan

Diketahui bahwa Jabir Bin Hayyan telah menemukan 19 macam substansi. Substansi
dalam istilah modern yang kita sebut sebagai unsur.

Dalam catatan sejarah, Jabir Ibnu Hayyan adalah orang yang pertama kali menemukan
asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini sekarang
sangat urgen, bahkan hampir menjadi salah satu dasar perkembangan peradaban pada abad 19
dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lain lain.

Banyak zat-zat kimia lain yang telah dia temukan yaitu asam asetat dari cuka nitrat, asam
sitrat, asam asetat dan juga asam klorida. Kemudian dia mencoba menggabungkan asam klorida
dan asam nitrat. Dari itu dia pun menemukan asam super yang sangat keras, disebut juga air raja
(aqua regia). Dan ternyata air raja dapat melarutkan emas. Penemuan ini sangat berarti bagi para
ahli kimia untuk mengekstrasi dan memurnikan emas, bahkan di tahun berikutnya ditemukan
bahwa temuan-temuan dari reaksi asam dapat digunakan pada logam lainnya.

Jabir Bin Hayyan memang dikenal telah banyak menghasilkan penemuan-penemuan dari
asam mineral/ asam anorganik seperti asam sulferik, air raja yang tadi dijelaskan, penyulingan
tawas, amonia klorida, pottasium nitrat. Dalam manuskripnya yang berjudul Sandaqal Hikmah
(Rongga Dada Kebijaksanaan) terdapat beberapa paparan Jabir tentang asam.

Zat-zat yang diuji coba olehnya sering kali diambil dari benda-benda yang sering kita
temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti isolasi asam sitrat dan asam tartar yang telah ia coba
lakukan. Asam sitrat tersebut diambil dari lemon, sedangkan asam tartarat dari sisa pengendapan
(residu) setelah membuat anggur.

Ada lagi temuan lain dari tokoh yang berhasil memasukkan terma ‘alkali’ dalam kosakata
sains ini, yaitu sebuah zat aditif yang dapat mencegah karat pada besi dan membuat bahan tekstil
kedap air. Dan masih banyak penemuan Jabir Bin Hayyan. Pengetahuannya ini juga ia
diaplikasisan untuk pembuatan besi dan logam lainnya serta untuk penggunaan mangan dioksida
pada pembuatan gelas kaca.

3. Instrumen dan Teori Kimia

Jabir sudah lebih dulu menggunakan kaca sebagai bahan baku peralatan penelitian kimia.
Adapun instrumen kimia yang telah didisain oleh Jabir diantaranya retort, pippet dan test tube.
Dan ketiga masih digunakan serta dikembangkan hingga saat ini.
Jabir ibnu Hayyan telah dianggap sebagai orang pertama yang menemukan hukum
perbandingan tetap. Dan juga merupakan orang yang pertama menuliskan teori tentang
pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal ini yang kemudian menjadi
sebuah jalan bagi Al-Razi dalam menemukan etanol.

Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia


menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur,
penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Semua teknik telah ia siapkan sebelumnya, ia juga telah membedakan antara penyulingan
langsung menggunakan bejana basah dan penyulingan tak langsung menggunakan bejana kering,
dan Jabir lah yang pertama kali mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melaui proses
penyulingan. Penemuan lainnya dalam bidang kimia yang dikenal hanya satu-satunya di dunia
yaitu dalam pereparasi asam tartar, asam sitrat, asam senyawa dan hidroklorik. Beliau juga telah
sukses membuat skala yang mempunyai ketelitian sangat tinggi sekitar 1/6480 kilogram. Bahkan
dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu
kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karya-karya Jabir Ibnu Hayyan.
Serangkaian kinerja Jabir ibn Hayyan tentang woodcuts of chemical dan perangkat penyulingan,
(a)Sublimasi di Athanor, (b) Fiksasi dan sublimasi, (c) Descension furnace, (d) distilasi, (e)
kalsinasi, (f) tempat air (water bath), (g) penampungan, dan (h) fiksasi dan sublimasi

Ibnu Hayyan membagi substansi menjadi 3 kategori, yaitu spirit, metal, dan non-
malleable (bahan campuran):

1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada
bahan camphor (kamper), arsenik, amonium klorida, dan sulfur.
2. Metal (benda logam), yang dapt ditempa, berkilat, menghasilkan suara. Seperti pada
emas, perak, timah, tembaga, besi.
3. Benda, bahan mineral yang tidak dapat ditempa dan dapat dikonversi menjadi semacam
bubuk. Contohnya batu dan arang.

Adapun saat ini zat terbagi menjadi metal dan non-metal.

Mengenai kombinasi kimiawi, Jabir mendefinisikannya sebagai penyatuan elemen-


elemen dalam partikel yang kecil sekali dan tak kasat mata tanpa ada yang kehilangan karakter-
karakternya. Bila diamati teori ini tidak berbeda jauh dengan teori yang dikemukakan oleh John
Dalton (1844), ahli kimia dari Inggris, mengenai atom. Gagasan Dalton sebagai berikut:

Selama reaksi kimia atom-atom dapat bergabung, atau kombinasi atom-atom dapat pecah
menjadi atom-atom yang terpisah, tetapi atom-atom itu sendiri tak berubah.

Reaksi kimia hanya melibatkan penataulangan atom-atom sehingga tidak ada atom yang
berubah akibat reaksi kimia.
Lalu mari kita lihat pernyataan sepuluh abad sebelumnya dari Jabir Bin Hayyan mengenai hal
tersebut dalam kitabnya yang telah diterjemah kan ke dalam bahasa latin dengan judul Summa
Perfecdonis (al Hikmah Al Falsafiyyah):

Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah
salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah
keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan
karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu
berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara
seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian bagian terkecil dari dua kategori itu oleh
instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik
teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam
keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.

4. Metode Ilmiah Eksperimen

Metode penelitian Ibnu Jabir, sebagai pakar sains, Beliau memperkenalkan metode riset
dan eksperimental untuk penelitian kimia secara kuntitatif yang bahannya diambil dari logam,
tumbuhan dan hewan. Hal erat hubungannya dengan persoalan epistemologi. Yang kita ketahui
saat ini metode eksperimentasi dipelopori oleh David Hume. Namun Sebelum David Hume,
ternyata Jabir sudah jauh lebih dulu menggunakan metode ini untuk kajian saintisnya. Jabir bin
Hayyan menulis dalam Kitab Al- Sab’in halaman 464:

…. ‫ فمن كان دربا كان عالما حقا و من لم يكن دربا‬.‫ و الدربة تخرج ذلك‬,‫فمن عرف ميزانها عرف كل ما فيها و كيف تركبت‬
‫ إن الصنائع الدرب يحذق و غير الدرب يعطل‬,‫ و حسبك بالدربة فى جميع الصنائع‬.‫لم يكن عالما‬

Barang siapa yang mengerti proporsi zat (mizan) nya, maka dia akan mengetahui setiap bagian
zat itu sendiri dan bagaimana pembentukannya. Dengan eksperimen, akan menghasilkan
kepastian akan hal itu. Barang siapa yang melakukan eskperimen, dia akan menjadi ilmuwan
sejati. Adapun orang yang tidak melakukan eksperimen, dia tidak akan menjadi ilmuwan. Proses
kimia harus dilakukan dengan eksperimen, karena dengan eksperimen orang akan menjadi
mahir, dan tanpa eksperimen ilmu seseorang tak berarti apa-apa.
Dalam Kitab al-Qadīm halaman 546-547:

‫ وال تجربن منها حتي تستقصي درسها و‬.‫فاعلم يا أخي و اشكره إذ فضلك على كثير ممن خلقك و أدم الدرس تظفر بالبغية‬
‫ فإذا تخيل لك‬.‫ فيها أمر ذو نظام و تدبير و ترتيب إما بطريق الميزان او بطريق التد بير‬,‫تجمع فصولها و يتخيل لك ما ذكرناه‬
‫ إنه لعب‬:‫ فإنه – و حق سيدي – يتم و يضح من أول وهلة و بأول تدبير كما قال الحكماء‬,‫ذلك فأوقع حينئذ التجربة عليه‬
‫الصبيان و عمل النساء‬.

Kutipan di atas menyatakan bahwa perlu adanya pengetahuan teoritis yang kemudian diikuti oleh
percobaan dalam rangka membuktikan apakah beanr atau tidak teori tersebut. Sebagaimana juga
dikatakan dalam Jabir bin Hayyan wa ‘Ilm al-Kimiyya’:

‫إن كل صنعة ال بد لها من سبوق العلم في طلبها للعمل‬

Setiap praktek rekayasa (kimia) harus didahului oleh penguasaan ilmu terlebih dahulu.

Namun bagaimanapun juga eksperimen tidak menjamin kesalahan bisa luput, dia mengatakan
dalam kitab al-Khawwash al-Kabir halaman 322 :

‫ و هللا قد عملته بيدي و بعقلي من قبل و بحثت عنه حتى صح و امتحنته فما كذب‬..

“Saya pertama kali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya
hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam”.

5. Klasifikasi Ilmu

Ibnu Jabir juga memiliki pemikiran tentang pengelompokan ilmu pengetahuan.


Pandangannya tentang klasifikasi ilmu pengetahuan cenderung dipengaruhi oleh prinsip dualitas,
dan karenanya juga terkesan dikotomis. Dalam argumentasi yang panjang lebar, Jabir
menuliskan bagian khusus yang berbicara tentang klasifikasi ilmu pengetahuan, dan
menjadikannya sebagai bagian awal dari Kitâb al-Hudud dan juga terdapat dalam kitab Mukhtâr
Rasâ`il, hal. 100-108. Jabir bin Hayyan membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian, yaitu
ilmu Agama dan ilmu Dunia. Ilmu Agama dibagi menjadi 2 kelompok ilmu, yaitu ilmu-ilmu
Syar’iyyan dan ilmu-ilmu ‘aqliyan. Adapun ilmu ‘aqliyan dibagi lagi menjadi ilmu hurûf dan
ilmu ma’ani. Selanjutnya ilmu huruf dibagi lagi menjadi ilmu Thabi’i dan ilmu Ruhani. Ilmu
Thabi’i dibagi menjadi empat bagian, yaitu Panas, Dingin, Kering dan Lembab. Ilmu yang
bersifat Ruhani dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu Nûrâni dan Zhulmânîy. Sementara itu,
ilmu Ma’ânî dibagi juga menjadi 2 bagian yaitu ilmu yang bersifat Falsafiyan dan ilmu
Ilâhiyan. Sedangkan ilmu Syar’iyyan terbagi menjadi ilmu-ilmu yang Zâahiran dan
Bâthinan. Sementara itu, ilmu Dunia juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ilmu Syarifan
dan Wadh’iyan (Buatan).

6. Alkhemi, Bukan Kimia

Sepanjang kita mengkaji Jabir ibnu Hayyan di sini, banyak penemuan-penemuan ‘kimia’
yang didapatkan olehnya. Sekali lagi, perlu ditekankan bahwa kimia yang dari tadi dibahas,
bukan alkhemi. Dan sebetulnya Jabir Ibnu Hayyan itu tokoh alkhemi, bukan hanya kimia.

Menilik sejarah ilmu sains ini, kimia itu adalah peranakan dari alkhemi. Jadi yang
pertama dikaji adalah alkhemi. Mesir lah yang mengawalinya, alkhemi dipandang sebagai ilmu
yang memiliki sudut pandang sakral. Alkhemi adalah pengetahuan tentang filsafat alam, dia
memandang sesuatu dengan dua dimensi yaitu sebagai bagian dari kosmos dan juga adanya jiwa
di dalamnya. Dalam bahasa inggris, jiwa disebut dengan soul dan dibedakan dengan spirit. Soul
tidak setinggi spirit yang erat kaitannnya dengan Tuhan walaupun jarang sekali disebutkan
maksudnya mengarah pada Tuhan.

Oleh karena itu, alkhemi dulu dianggap sebagai ilmu sihir juga. Setelah berkembang di
Yunani, Cina, dan India, akhirnya Romawi juga turut menerima alkhemi. Namun Romawi
mengubah kacamata untuk melihat alkhemi, ia menjadi awal perubahan pandangan nilai sakral
dalam alkhemi. Dan nampaknya alkhemi yang diinginkan Romawi serupa dengan kimia yang
sering kita pahami.

Seiring waktu berjalan, Islam pun membuka diri untuk mengkaji alkhemi. Salah satu
tokohnya adalah Jabir Ibnu Hayyan. Jabir Ibnu Hayyan menggunakan kacamata awal untuk
melihat alkhemi. Maka sebenarnya kimia yang dikaji olehnya tidak hanya ilmu zat-zat, alat-alat
dan percobaan-percobaan larutan semata, dia seringkali memaparkan unsur esoteris dari temuan-
temuannya. Kiranya itulah yang menjadi salah satu latar belakang Jabir disebut juga seorang ahli
sains sekaligus ahli angka, dan sufi.
Alkhemi terdiri dari dua aspek; elixir dan batu filosof. Elixir (al iksir). Batu filsuf dan
elixir secara global menunjukkan tentang jembatan antara kimia yang materi menuju jiwa.
Logam, sebagai subjek utama alkhemi, merupakan symbol materi yang menuju kesempuranaan,
yaitu elixir. Symbol logam tertinggi yang paling sempurna adalah emas. Dari ketidakberhargaan
menuju keberhargaan, dari sulfur dan merkuri berubah menuju emas. Elixir disebut-sebut berasal
dari bubuk kering yang dibuat sebuah batu mistik bernama batu filsuf. Dalam Sains dan
Peradaban di dalam Islam, Hossein Nasr nampaknya menyebut batu filsuf dengan materia prima,
suatu substansi jiwa yang harus ditemukan sebelum jiwa yang ditransformsikan oleh cahaya
akal. Alkhemi ingin menjelaskan bagaimana transformasi materi cenderung untuk kembali
kepada esensi nonmaterinya yang sempurna.

Jabir amat menaruh perhatiaanya pada prinsip keseimbangan, balance. Alkhemi itu
mempelajari tentang ‘sesuatu’. Pada setiap sesuatu terdapat 2 dimensi yaitu; kosmos dan jiwa.
Dan memang begitulah seharusnya Alkhemi, dia mencoba menerawang sesuatu dari posisinya
sebagai bagian dari kosmos kemudian menembus untuk menemukan rahasia di baliknya, aspek
nonaterinya. Kedua dimensi ini dapat terjadi hanya melalui prinsip keseimbangan. Prinsip
keseimbangan ini adalah keseimbangan sifat-sifat yang berarti harmoni antara berbagai tendensi
Jiwa Dunia, yang menentukan dan mengatur sifat dasar. Mengenai harmonisasi prinsip
keseimbangan ini, Jabir memiliki pandangan yang ontologis sebagaimana Phytagoras.

Jabir juga diketahui menjadikan Phytagoras sebagai salah satu rujukannya. Setelah
mencocokkan prinsip keseimbangannya dengan harmoni Phytagoras, dia mengaitkannya dengan
rasio sempurna pada musik.

Selain itu, dia juga tak jarang menyebut-nyebut adanya perkawinan untuk menghasilkan
perubahan. Perkawinan 2 logam, sulfir dan merkuri, dapat menghasilkan logam lain yang lebih
sempurna yaitu emas. Bahkan dikatakan olehnya emas adalah logam paling sempurna. Dan
keseimbangan lah yang menjadi kunci berhasilnya 2 gender melahirkan anak. Anak yang
dilahirkan inilah hasil dari perubahan. Dan yang berubah adalah subsatansinya.

Elemen logam terbagi dalam kualitas yang secara keselutuhan kualitas elemen itu ada
empat; panas, dingin, kering, dan lembab. Setiap anak yang dilahirkan memiliki dua kualitas,
zahir dan batin. Kualitas zahir terdiri dari 2 aspek dan batin terdiri dari 2 aspek juga. Sedangkan
setiap aspek dibagi lagi menjadi tujuh tingkatan. Sehingga bila dijumlah semuanya ada dua puluh
delapan aspek.

DAFTAR PUSTAKA

1. Azzein. Biografi Jabir Ibnu Hayyan. http://azzein.wordpress.com/2011/10/19/biografi-jabir-ibn-


hayyan-penemu-ilmu-kimia/,
2. http://www.lenterapendidikan.com/berita/pernik/view/gebert-abu-musa-jabir-bin-hayyan-bapak-
ilmu-kimia.html
3. https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/06/28/ptsxhg313-jejak-
intelektual-jabir-ibn-hayyan
4. Tanpa Nama. Biografi Jabir Ibnu Hayyan Bapak
Kimia.http://serunaihati.blogspot.com/2012/08/biografi-jabir-ibnu-hayyan-bapak-kimia.html,
5. https://www.biografiku.com/biografi-jabir-ibn-hayyan-bapak-kimia/
6. https://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2017/07/07/4606/jabir-bin-hayyan-sang-ahli-kimia-
dan-pendiri-laboratorium-pertama-di-damaskus.html

Anda mungkin juga menyukai