PERBEDAAN KEBANGSAAN
Dibuat Menjadi Bahan Presentasi Serta Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pada Mata Kuliah “Antropologi Qur‘ani”
Semester 5 Tahun Akademik 2021
Oleh :
Kelompok 7
AHMAD
30300119057
REVIKA RIZKY AMELIA AWALUDDIN
30300119107
ZAYYIDAN FUADY
30300119109
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
A. Simpulan ...........................................................................................9
B. Kritik dan Saran ................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki keunikan dibandingkan
dengan negara lain. Indonesia adalah negara yang memiliki pulau
terbanyak di dunia, negara tropis yang hanya mengenal musim panas dan
musim hujan, memiliki suku, tradisi dan Bahasa terbanyak di dunia.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keberagaman, baik itu
suku, budaya, adat istiadat, ras, bahasa, agama dan antar golongan. Diera
globalisasi ini, perbedaan-perbedaan itu harus dijaga dan dipertahankan
demi mewujudkan identitas kepribadian bangsa Indonesia yang
sebenarnya, dengan cara mempunyai rasa kebangsaan, paham kebangsaan,
dan semangat kebangsaan yang tinggi. Selain itu, dalam menyikapi
perbedaan penting adanya sikap toleransi agar terciptanya kehidupan yang
harmonis. Dalam makalah ini akan dibahas terkait sikap terhadap
perbedaan kebangsaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebangsaan?
2. Apa ayat dalam al-Qur‘an yang berkaitan dengan perbedaan
kebangsaan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebangsaan
Kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam KBBI,
diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan,
adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
kebangsaan diartikan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa.
Adapun bangsa dalam arti sosiologis-antropologis memiliki dua
pengertian, yaitu bangsa dalam arti etnis (suku) dan bangsa dalam arti
budaya (kultural). Dalam arti etnis, bangsa adalah sekelompok manusia
yang memiliki satu keturunan atau ras yang tinggal dalam satu wilayah
tertentu dengan ciri-ciri fisik yang sama, seperti kesamaan warna kulit dan
bentuk tubuh. Sedangkan Bangsa dalam arti budaya adalah sekelompok
manusia yang memiliki ciri-ciri khas kebudayaan yang sama, seperti adat
istiadat, jenis pekerjaan, bahasa, dan kesamaan budaya. Jadi, bangsa dalam
arti sosiologis-antropologis maksudnya adalah sekelompok manusia yang
hidup bersama dan diikat oleh ikatan seperti kesatuan ras, tradisi, sejarah,
adat istiadat, bahasa, agama atau kepercayaan, serta daerah.
2
َّاس إِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن ذَ َك ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َو َقبَٓائِ َل لَِت َع َارفُ ٓو ۟ا ۚ إِ َّن ٰٓ
ُ يَأَيُّ َها ٱلن
ِ ِ ِ َ أَ ْكرم ُكم ِع
ٌيم َخبِري
ٌ ند ٱللَّه أَْت َق ٰى ُك ْم ۚ إ َّن ٱللَّهَ َعل ْ ََ
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
1
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), p. 260.
2
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, XII (Bandung: Mizan, 2001), p. 320.
3
Hasan Zaini, ‘Membingkai Agama Dan Kebangsaan’, El-Hekam, V.1 (2020), pp. 68–71.
3
Tidak dapat disangkal bahwa al-Qur’an memerintahkan
persatuan dan kesatuan sebagaimana dalam QS. al-Anbiya (21) :
92 “sesungguhnya umatmu ini umat yang satu.” dan QS. al-
Mukminun (23) : 5. Serta adanya perintah bersatulah dengan teguh
pada agama Allah yang terdapat dalam QS. Ali Imran (3) : 103.
2. Asal Keturunan
Al-Qur‘an menegaskan bahwa Allah SWT menciptakan
manusia dari satu keturunan dan bersuku-suku, agar mereka saling
mengenal potensi masing-masing dan memanfaatkannya
semaksimal mungkin.
3. Bahasa
Mengenai bahasa disebutkan antara lain dalam QS. al-Rum
(30) : 22
4
Ahmad). Jadi, baik al-Quran atau hadist sangat menghargai
penggunaan bahasa sebagai media komunikasi suatu bangsa
bahkan antar bangsa.
4. Adat Istiadat
Pikiran dan peranan suatu kelompok umat tercermin antara
lain dalam adat istiadatnya. Dalam konteks ini kita dapat merujuk
perintah al-Quran, antara lain:
ِ ولْت ُكن ِّمن ُكم أ َُّمةٌ ي ْدعو َن إِىَل ٱخْل ِ ويأْمرو َن بِٱلْمعر
وف َو َيْن َه ْو َن َع ِن ٱلْ ُمن َك ِر ُْ َ ُ ُ َ َ َرْي ُ َ ْ ََ
ٰٓ
ك ُه ُم ٱلْ ُم ْفلِ ُحو َن
َ ِۚ َوأُ ۟ولَ ئ
ِ ِ ِ
ْ ُخذ ٱلْ َع ْف َو َوأْ ُم ْر بِٱلْعُْرف َوأ َْع ِر
َ ض َع ِن ٱجْلَٰ ِهل
ني
Artinya : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-
orang yang bodoh.
5
5. Sejarah
Sejarah menjadi penting, karena umat, bangsa dan
kelompok dapat melihat dampak positif atau negatif pengalaman
masa lalu, kemudian mengambil pelajaran dari sejarah, untuk
melangkah ke masa depan. Sejarah yang gemilang dari suatu
kelompok akan dibanggakan oleh anggota kelompok serta
keturunannya, demikian pula sebaliknya.
Al-Quran sangat menonjal dalam menguraikan peristiwa
sejarah. bahakn tujuan utama dari uraian sejarahnya adalah guna
mengambil i’tibar (pelajaran), guna menentukan langkah
berikutnya.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa unsur kesejarahan
sejalan dengan ajaran al-Quran, sehingga kalau unsur ini dijadikan
salah satu faktor lahirnya paham kebangsaan, hal ini inklusif di
dalam ajaran alQuran, selama uraian kesejarahan itu diarahkan
untuk mencapai kebaikan dan kemaslahatan.
6
ِ ٱلسم
ِ ٓاء ۖ َفلَنولِّين ك ىِف
َ ض ٰى َها ۚ َف َو ِّل َو ْج َه
ك َ َّك قْبلَةً َتْر
َ َ َُ َ َّ َ ب َو ْج ِه
َ ُّقَ ْد َنَر ٰى َت َقل
ِ َّ ِ ۟ ِِ
َ وه ُك ْم َشطَْرهُۥ ۗ َوإ َّن ٱلذ
ين ُ َشطَْر ٱلْ َم ْسجد ٱحْلََر ِام ۚ َو َحْي
َ ث َما ُكنتُ ْم َف َولُّو ا ُو ُج
ب لََي ْعلَ ُمو َن أَنَّهُ ٱحْلَ ُّق ِمن َّرهِّبِ ْم ۗ َو َما ٱللَّهُ بِ ٰغَ ِف ٍل َع َّما َي ْع َملُو َن ِ ۟
َ َأُوتُو ا ٱلْك ٰت
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat
yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.
Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.
7
1. Memahami dan menyadari adanya perbedaan di antara manusia
satu dengan lainnya. Termasuk dalam hal ini memahami titik
perbedaan dan persamaan beserta sebab-sebabnya.
2. Menghormati perbedaan sebagai sebuah keyakinan dan pilihan
yang bersifat pribadi. Termasuk dalam hal ini tidak mencela,
menyalahkan, merendahkan, mengkafirkan, atau memaksakan
kehendak kepada orang atau pihak lain.
3. Menerima eksistensi mereka yang berbeda, dengan tetap menjaga
dan mempertahankan keyakinan dan identitas pribadi atau
kelompok.
4. Memberikan kesempatan, mengakomodasi, dan memfasilitasi
mereka yang berbeda untuk dapat melaksanakan keyakinan dan
memelihara identitas.
5. Bekerjasama, tolong-menolong, dan bertanggung jawab terhadap
kepentingan bersama dan hal-hal yang bermanfaat bagi khalayak
serta menjunjung tinggi kesepakatan kolektif untuk membangun
kerukunan, kedamaian, dan kemajuan bersama.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam KBBI,
diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan,
adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
kebangsaan diartikan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa. Adapun
bangsa dalam arti sosiologis-antropologis memiliki dua pengertian, yaitu
bangsa dalam arti etnis (suku) dan bangsa dalam arti budaya (kultural).
Allah SWT menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan
kemudian dijadikan berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan keberagaman
lainnya dengan tujuan agar saling mengenal sehingga dapat memberikan
manfaat. Keberagaman adalah kehendak Tuhan dan satu-satunya cara
untuk hidup harmonis di tengah keberagaman adalah dengan
mengedepankan sikap toleransi, tanpa melunturkan keyakinan dan tradisi.
9
DAFTAR PUSTAKA