Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANTROPOLOGI QUR‘ANI

PERBEDAAN KEBANGSAAN

Dibuat Menjadi Bahan Presentasi Serta Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pada Mata Kuliah “Antropologi Qur‘ani”
Semester 5 Tahun Akademik 2021
Oleh :
Kelompok 7
AHMAD
30300119057
REVIKA RIZKY AMELIA AWALUDDIN
30300119107
ZAYYIDAN FUADY
30300119109

Dosen Pengajar : Aeni Nahdiyati, MA.

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah Swt., yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini tepat waktu, makalah ini berjudul “Perbedaan Kebangsaan.” Selawat dan
salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, kemudian kepada
keluarganya dan para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah-
sunnahnya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Qur‘ani.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada ustadzah Aeni Nahdiyati, MA.,
sebagai dosen mata kuliah Antropologi Qur‘ani yang telah memberikan bantuan,
arahan dan petunjuk yang jelas sehingga mempermudah kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami sangat terbuka pada kritik dan saran yang membangun sehingga
makalah ini bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan Ilmu Pengetahuan khususnya dalam bidang Antropologi Qur‘ani.
Terima Kasih

Gowa, 15 Oktober 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................ii

Daftar Isi ......................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................1


B. Rumusan Masalah .............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................2

A. Pengertian Kebangsaan .....................................................................2


B. Perbedaan Kebangsaan dalam Al-Qur‘an .........................................2
C. Sikap dalam menyikapi Keberagaman ..............................................7

BAB III PENUTUP .....................................................................................9

A. Simpulan ...........................................................................................9
B. Kritik dan Saran ................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki keunikan dibandingkan
dengan negara lain. Indonesia adalah negara yang memiliki pulau
terbanyak di dunia, negara tropis yang hanya mengenal musim panas dan
musim hujan, memiliki suku, tradisi dan Bahasa terbanyak di dunia.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keberagaman, baik itu
suku, budaya, adat istiadat, ras, bahasa, agama dan antar golongan. Diera
globalisasi ini, perbedaan-perbedaan itu harus dijaga dan dipertahankan
demi mewujudkan identitas kepribadian bangsa Indonesia yang
sebenarnya, dengan cara mempunyai rasa kebangsaan, paham kebangsaan,
dan semangat kebangsaan yang tinggi. Selain itu, dalam menyikapi
perbedaan penting adanya sikap toleransi agar terciptanya kehidupan yang
harmonis. Dalam makalah ini akan dibahas terkait sikap terhadap
perbedaan kebangsaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebangsaan?
2. Apa ayat dalam al-Qur‘an yang berkaitan dengan perbedaan
kebangsaan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebangsaan
Kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam KBBI,
diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan,
adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
kebangsaan diartikan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa.
Adapun bangsa dalam arti sosiologis-antropologis memiliki dua
pengertian, yaitu bangsa dalam arti etnis (suku) dan bangsa dalam arti
budaya (kultural). Dalam arti etnis, bangsa adalah sekelompok manusia
yang memiliki satu keturunan atau ras yang tinggal dalam satu wilayah
tertentu dengan ciri-ciri fisik yang sama, seperti kesamaan warna kulit dan
bentuk tubuh. Sedangkan Bangsa dalam arti budaya adalah sekelompok
manusia yang memiliki ciri-ciri khas kebudayaan yang sama, seperti adat
istiadat, jenis pekerjaan, bahasa, dan kesamaan budaya. Jadi, bangsa dalam
arti sosiologis-antropologis maksudnya adalah sekelompok manusia yang
hidup bersama dan diikat oleh ikatan seperti kesatuan ras, tradisi, sejarah,
adat istiadat, bahasa, agama atau kepercayaan, serta daerah.

B. Perbedaan Kebangsaan dalam Al-Qur’an


Kata qaum dan qaumiyah sering dipahami dengan arti bangsa dan
kebangsaan. Kebangsaan Arab dinyatakan oleh orang-orang Arab dewasa
ini dengan istilah Al-Qaumiyah Al-'Arabiyah. Sebelumnya, Pusat Bahasa
Arab Mesir pada 1960, dalam buku Mu'jam Al-Wasith menerjemahkan
"bangsa" dengan kata ummah.
Kata sya'b juga diterjemahkan sebagai "bangsa" seperti ditemukan
dalam terjemahan Al-Quran yang disusun oleh Departemen Agama RI,
yaitu dalam QS.Al-Hujurat (49): 13.

2
‫َّاس إِنَّا َخلَ ْق ٰنَ ُكم ِّمن ذَ َك ٍر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َو َقبَٓائِ َل لَِت َع َارفُ ٓو ۟ا ۚ إِ َّن‬ ٰٓ
ُ ‫يَأَيُّ َها ٱلن‬
ِ ِ ِ َ ‫أَ ْكرم ُكم ِع‬
ٌ‫يم َخبِري‬
ٌ ‫ند ٱللَّه أَْت َق ٰى ُك ْم ۚ إ َّن ٱللَّهَ َعل‬ ْ ََ
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Ayat ini memberi uraian tentang prinsip dasar hubungan antar


manusia.1 Dalam ayat tersebut secara tegas dinyatakan bahwa manusia
diciptakan dari laki-laki dan perempuan, dijadikan bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa, agar mereka saling mengenal. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa menurut al-Qur‘an, manusia secara fitrah adalah makhluk
sosial dan hidup bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan bagi
mereka.2
Ayat ini menegaskan kesatuan asal-usul manusia dengan menunjuk
kesamaan derajat kemanusiaan disisi Allah SWT. Oleh sebab itu, tidak
wajar seseorang berbangga dan merasa diri lebih tinggi dari yang lain.
Tujuan dari ayat ini yaitu agar manusia saling mengenal, semakin kuat
pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk
saling memberi manfaat. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik
pelajaran dan pengalaman guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah
SWT.
Adapun konsep dasar paham kebangsaan adalah3:
1. Persatuan dan Kesatuan

1
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), p. 260.
2
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, XII (Bandung: Mizan, 2001), p. 320.
3
Hasan Zaini, ‘Membingkai Agama Dan Kebangsaan’, El-Hekam, V.1 (2020), pp. 68–71.

3
Tidak dapat disangkal bahwa al-Qur’an memerintahkan
persatuan dan kesatuan sebagaimana dalam QS. al-Anbiya (21) :
92 “sesungguhnya umatmu ini umat yang satu.” dan QS. al-
Mukminun (23) : 5. Serta adanya perintah bersatulah dengan teguh
pada agama Allah yang terdapat dalam QS. Ali Imran (3) : 103.

2. Asal Keturunan
Al-Qur‘an menegaskan bahwa Allah SWT menciptakan
manusia dari satu keturunan dan bersuku-suku, agar mereka saling
mengenal potensi masing-masing dan memanfaatkannya
semaksimal mungkin.

3. Bahasa
Mengenai bahasa disebutkan antara lain dalam QS. al-Rum
(30) : 22

ِ ِ َّ ‫و ِمن ءايٰتِ ِۦه خ ْلق‬


َ ‫ف أَلْ ِسنَتِ ُك ْم َوأَلْ َٰونِ ُك ْم ۚ إِ َّن ىِف ٰذَل‬
‫ك‬ ِ ‫ضو‬
ُ َ‫ٱخت ٰل‬
ْ َ ِ ‫ٱلس َٰم َٰوت َوٱأْل َْر‬ ُ َ ََ ْ َ
ِِ ٍ
َ ‫َلءَايَٰت لِّْل َعٰلم‬
‫ني‬
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan
warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

Al-Quran demikian menghargai bahasa dan keragamannya,


bahkan mengakui penggunaan bahasa lisan yang beragam. Perlu
ditandaskan bahwa dalam konteks pembicaraan tentang paham
kebangsaan, alQuran amat menghargai bahasa, sampai-sampai
seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW yang artinya: “al-
Quran diturunkan dalam tujuh bahasa”( HR. Muslim, Attirmizi dan

4
Ahmad). Jadi, baik al-Quran atau hadist sangat menghargai
penggunaan bahasa sebagai media komunikasi suatu bangsa
bahkan antar bangsa.

4. Adat Istiadat
Pikiran dan peranan suatu kelompok umat tercermin antara
lain dalam adat istiadatnya. Dalam konteks ini kita dapat merujuk
perintah al-Quran, antara lain:

QS. Ali Imran (3) : 104

ِ ‫ولْت ُكن ِّمن ُكم أ َُّمةٌ ي ْدعو َن إِىَل ٱخْل ِ ويأْمرو َن بِٱلْمعر‬
‫وف َو َيْن َه ْو َن َع ِن ٱلْ ُمن َك ِر‬ ُْ َ ُ ُ َ َ ‫َرْي‬ ُ َ ْ ََ
ٰٓ
‫ك ُه ُم ٱلْ ُم ْفلِ ُحو َن‬
َ ِ‫ۚ َوأُ ۟ولَ ئ‬

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat


yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.

QS. al- ‘Araf (7) : 199

ِ ِ ِ
ْ ‫ُخذ ٱلْ َع ْف َو َوأْ ُم ْر بِٱلْعُْرف َوأ َْع ِر‬
َ ‫ض َع ِن ٱجْلَٰ ِهل‬
‫ني‬
Artinya : Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-
orang yang bodoh.

Kata ‘urf dan ma’ruf pada ayat di atas mengacu pada


kebiasaan dan adat istiadat yang tidak bertentangan dengan al-khair
yakni prinsip-prinsip ajaran Islam.

5
5. Sejarah
Sejarah menjadi penting, karena umat, bangsa dan
kelompok dapat melihat dampak positif atau negatif pengalaman
masa lalu, kemudian mengambil pelajaran dari sejarah, untuk
melangkah ke masa depan. Sejarah yang gemilang dari suatu
kelompok akan dibanggakan oleh anggota kelompok serta
keturunannya, demikian pula sebaliknya.
Al-Quran sangat menonjal dalam menguraikan peristiwa
sejarah. bahakn tujuan utama dari uraian sejarahnya adalah guna
mengambil i’tibar (pelajaran), guna menentukan langkah
berikutnya.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa unsur kesejarahan
sejalan dengan ajaran al-Quran, sehingga kalau unsur ini dijadikan
salah satu faktor lahirnya paham kebangsaan, hal ini inklusif di
dalam ajaran alQuran, selama uraian kesejarahan itu diarahkan
untuk mencapai kebaikan dan kemaslahatan.

6. Cinta Tanah Air


Rasa kebangsaan tidak dapat dinyatakan tanpa dibuktikan
oleh integritas dan cinta tanah air. Cinta tanah air tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip agama bahkan tertulis di
dalam ajaran Alquran dan sejarah Nabi Muhammad saw. Ketika
Rasulullah berhijrah ke Madinah, beliau salat menghadap ke Baitul
Maqdis. Tetapi setelah 16 bulan ke depan beliau rindu kepada
Mekkah dan Ka'bah karena merupakan kiblat ibadahnya dan
kebanggaan orang-orang Arab. Begitu al Qasimi dalam tafsirnya.
Wajah beliau berbolak-balik menghadap ke langit, bermohon agar
kiblat diarahkan ke Mekah. Maka Allah merestui keinginan ini
dengan memerintahkan melalui firmanNya surat al-Baqarah ayat
144.

6
ِ ‫ٱلسم‬
ِ ‫ٓاء ۖ َفلَنولِّين‬ ‫ك ىِف‬
َ ‫ض ٰى َها ۚ َف َو ِّل َو ْج َه‬
‫ك‬ َ ‫َّك قْبلَةً َتْر‬
َ َ َُ َ َّ َ ‫ب َو ْج ِه‬
َ ُّ‫قَ ْد َنَر ٰى َت َقل‬
ِ َّ ِ ۟ ِِ
َ ‫وه ُك ْم َشطَْرهُۥ ۗ َوإ َّن ٱلذ‬
‫ين‬ ُ ‫َشطَْر ٱلْ َم ْسجد ٱحْلََر ِام ۚ َو َحْي‬
َ ‫ث َما ُكنتُ ْم َف َولُّو ا ُو ُج‬
‫ب لََي ْعلَ ُمو َن أَنَّهُ ٱحْلَ ُّق ِمن َّرهِّبِ ْم ۗ َو َما ٱللَّهُ بِ ٰغَ ِف ٍل َع َّما َي ْع َملُو َن‬ ِ ۟
َ َ‫أُوتُو ا ٱلْك ٰت‬
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah
ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat
yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.
Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui,
bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.

C. Sikap dalam Menyikapi Keberagaman


Pluralitas ditandai oleh adanya perbedaan fisik, intelektual dan
keagamaan yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, ilmiah, dan amaliah.
Sebab alamiah terjadi mengikuti hukum Allah SWT yang maujud dalam
berbagai proses dan kejadian di alam semesta. Manusia berbeda-beda
suku, bahasa, bangsa dan perbedaan alamiah lainnya. Sebab ilmiah
berhubungan dengan proses intelektual termasuk di dalamnya metode
ijtihad. Manusia berbeda-beda agama, mazhab, strategi, dan manhaj
agama. Sebab amaliah berhubungan dengan konteks, orientasi, dan strategi
perjuangan serta hal-hal yang bersifat personal yang terlihat dari berbagai
organisasi dan gerakan Islam.
Dalam menyikapi keberagaman diperlukan tasamuh atau toleransi,
yakni sikap dan perilaku yang mengakui dan menghormati perbedaan baik
dalam aspek keagamaan maupun berbagai aspek kehidupan. Sikap dan
perilaku tasamuh adalah sebagai berikut :

7
1. Memahami dan menyadari adanya perbedaan di antara manusia
satu dengan lainnya. Termasuk dalam hal ini memahami titik
perbedaan dan persamaan beserta sebab-sebabnya.
2. Menghormati perbedaan sebagai sebuah keyakinan dan pilihan
yang bersifat pribadi. Termasuk dalam hal ini tidak mencela,
menyalahkan, merendahkan, mengkafirkan, atau memaksakan
kehendak kepada orang atau pihak lain.
3. Menerima eksistensi mereka yang berbeda, dengan tetap menjaga
dan mempertahankan keyakinan dan identitas pribadi atau
kelompok.
4. Memberikan kesempatan, mengakomodasi, dan memfasilitasi
mereka yang berbeda untuk dapat melaksanakan keyakinan dan
memelihara identitas.
5. Bekerjasama, tolong-menolong, dan bertanggung jawab terhadap
kepentingan bersama dan hal-hal yang bermanfaat bagi khalayak
serta menjunjung tinggi kesepakatan kolektif untuk membangun
kerukunan, kedamaian, dan kemajuan bersama.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam KBBI,
diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan,
adat, bahasa dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
kebangsaan diartikan ciri-ciri yang menandai golongan bangsa. Adapun
bangsa dalam arti sosiologis-antropologis memiliki dua pengertian, yaitu
bangsa dalam arti etnis (suku) dan bangsa dalam arti budaya (kultural).
Allah SWT menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan
kemudian dijadikan berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan keberagaman
lainnya dengan tujuan agar saling mengenal sehingga dapat memberikan
manfaat. Keberagaman adalah kehendak Tuhan dan satu-satunya cara
untuk hidup harmonis di tengah keberagaman adalah dengan
mengedepankan sikap toleransi, tanpa melunturkan keyakinan dan tradisi.

B. Kritik dan Saran


Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan
menambah wawasan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
kurang dimengerti dan lugas. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
dikarenakan terbatasnya materi dan referensi yang kami peroleh. Kami
juga sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat diterima dengan baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Quran


(Jakarta: Lentera Hati, 2002)
———, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)
———, Wawasan Al-Qur’an, XII (Bandung: Mizan, 2001)
Zaini, Hasan, ‘Membingkai Agama Dan Kebangsaan’, El-Hekam, V.1 (2020)

Anda mungkin juga menyukai