Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MANAJEMEN PRANATA KEAGAMAAN

Pranata Wakaf,Wasiat dan Hibah

DibuatMenjadiBahanPresentasi Serta UntukMemenuhiTugasPada Mata Kuliah


Manajemen Pranata Keagamaan Semester 5 TahunAkademik 2021
Oleh :

NILDA HERIAN SULFAEDAH


30700119012
EBI ABADI
30700119045

Dosen Pengajar : Andi Zulfikar Darussalam, M.Si., M.Hum., AWP.

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep hukum wakaf, hibah,dan wasiatmerupakan praktik hukum yang sering terjadi
dalam kehidupan masyarakat.Ketiga konsep hukum tersebut merupakan salah satu
instrumen hukum yang sering digunakan oleh seseorang untuk mengalihkan harta atau
kekayaannya kepada orang lain. Namun dalam praktiknya, pelaksanaan wakaf, hibah, dan
wasiat seringkali digunakan secara campur aduk dan dipersamakan kedudukannya.
Padahal ketiga konsep hukum tersebut memiliki persamaan sekaligus perbedaan yang
mendasar dalam ketentuan hukum, khususnya di Kompilasi Hukum Islam.
Ketiga konsep hukum tersebut merupakan bagian hukum perdata Islam yang diatur
dalam Kompilasi Hukum Islam.Konsep hukum hibah diartikan sebagai pemberian
sesuatu benda melalui transaksi (‘aqad) tanpa mengharapkan imbalan yang telah
diketahui dengan jelas ketika pemberi masih hidup. Dalam rumusan KHI, hibah adalah
pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang
lain yang masih hidup untuk dimiliki (Pasal 171 huruf (g) KHI). Sedangkan wasiat
adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang akan
berlaku setelah pewaris meninggal dunia (Pasal 171 huruf (f) KHI).
Selanjutnya wakaf dimaknai sebagai perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang
atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan
melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum
lainnya sesuai dengan ajaran Islam (Pasal 215 angka (1) KHI).1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Wakaf,Hibah dan Wasiat ?
2. Perbedaan dan contoh Wakaf,Hibah dan Wasiat ?
3. Dasar hukum wakaf,hibah dan wasiat ?

Ahmad Baihaki,Yulianto Syahyu,Adi Nur Rohma,Harinanto Sugiono,”Sosialisasi dan Penyuluhan Hukum tentang
1

Hibah,Wasiat,Wakaf,dan Waris di Wilayah Kecamatan Cinere Kota Depok.”Jurnal ABDIMAS Vol.3


No.1(2020)pdf..h.1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf,Hibah,dan Wasiat
1. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari “waqafa” yang berarti “habasa”.
Dalam kamus Lisan al-‘Arab, kalimat “habasahu” berarti “dia telah
menahanannya”.1 Menurut Qahaf, kata “habs” dan “waqf” merupakan dua
kata yang paling banyak digunakan ahli fikih untuk menyebut kata wakaf.2
Qahaf menyimpulkan bahwa secara etimologis kata “waqf” dan “habs”
berarti menahan sesuatu dari konsumsi dan melarang seluruh manfaat atau
keuntungan dari selain pihak yang menjadi sasaran wakaf.2Wakaf adalah
suatu ibadah dengan cara menjadikan suatu benda miliknya, yang kekal
zatnya, menjadi tetap untuk selamanya, diambil manfaatnya bagi
kepentingan kebaikan (kepentingan umat manusia (Roihan A. Rasyid, 1991
: 38). Atau wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kolompok orang
atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya guna
kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran
Islam dan benda wakaf adalah segala benda, baik bergerak atau
tidakbergerak, yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan
bernilai menurut ajaran Islam (Inpres Nomor 1 Tahun 1991).3
2. Pengertian Hibah
Secara etimologis, kata hibah merupakan bentuk mashdar dari kata wahaba
yang berarti pemberian. Dalam Fiqh as-Sunnah, Sayyid Sabiqmenjelaskan
bahwa kata hibah berasal dari hubbub ar-rih yang berarti berlalunya angin.
Selanjutnya, Sabiq mengatakan bahwa hibah merupakan pemberian secara
sukarela dan memberikan kelebihankepada orang lain, baik berupa harta
maupun lainnya. Sedangkan dalam istilah fikih, hibah berarti akad yang
berisi pemindahan hak miliki seseorang terhadap hartanya kepada orang

2
Imam Mawardi.,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam
(P3SI):2012)pdf. .h.69
3
Kamaruddin,”Wakaf dalam Perspektif Hukum Sosiologi.”Jurnal Al-‘Adl Vol.6 No.2(2003) pdf.h. 77-78
lain pada masa hidupnya dengan tanpa ada ganti atau imbalan.4Sedangkan
dalam konteks Bahasa Indonesia, kata “Hibah” berarti pemberian atau
menghibahkan, yang sinonim dengan kata “memberikan”.5
3. Pengertian Wasiat
Secara bahasa, kata wasiat berarti janji (al-ahdu) kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu, baik pada saat masih hidup maupun setelah meninggal.
Dalam istilah fikih, wasiat adalah kepemilikian yang dijalankan setelah
meninggal dunia melalui jalan pemberian sukarela (tabarru), baik berupa
barang maupun manfaat.6Wasiat adalah berpesan tentang suatu kebaikan
yang akan dijalankan sesudah orang meninggal dunia. Wasiat berasal dari
kata washa yang berarti menyampaikan atau memberi pesan atau
pengampuan. Dengan arti kata lain, wasiat adalah harta yang diberikan oleh
pemiliknya kepada orang lain setelah si pemberi meninggal dunia. Wasiat
juga diartikan menjadikan harta untuk orang lain. Arti kata washa
merupakan bentuk jamak dari kata washiyyah, mencakup wasiat harta,
sedang iishaa’, wishayaa dan washiyyah dalam istilah ulama fiqih diartikan
kepemilikkan yang disandarkan kepada keadaan atau masa setelah
kematian seseorang dengan cara tabbaru’ atau hibah, baik sesuatu yang
akan dimiliki tersebut berupa benda berwujud atau hanya sebuah nilai guna
barang.7

4
Imam Mawardi,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI):2012)pdf
.h.96-97
5
Asriadi Zainuddin,”Perbandingan Hibah Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam.”Jurnal Al-Himayah Vol.1
No.1 (2017) pdf. h.94
6
Dr.Imam Mawardi Az.,M.Ag,Op.Cit.,h.92
7
Diakses pada Sabtu,18 september 2021,pukul 23:13 link http://repository.uin-suska.ac.id/2730/3/BAB%20II.pdf
B.Perbedaan Hibah, Wasiat,Wakaf

➢ Perbedaan

Hibah Wasiat Wakaf


Waktu akad Sebelum wafat Sebelum wafat Sebelum wafat
Waktu Sebelum wafat Setelah wafat Sebelum wafat.jika
penyerahan sesudah wafat
termasuk wasiat
Penerima Siapa saja Selain ahli waris Siapa saja
Nilai harta bebas Maks 1/3 bebas
Hukum sunnah Sunnah Sunnah
pemberi
Hukum wajib Wajib Wajib8
implemental

➢ Contohnya:
1) Ketika orang tua berkata kepada anak bungsunya ”Nak, ini rumah pokoknya
sekarang juga untuk kamu” maka secara otomatis kepemilikan rumah tersebut
sudah berpindah ke tangan anak bungsu tersebut.
Note:Perlu diperhatikan juga apabila orang tua hendak menghibahkan sesuatu
kepada anaknya sebaiknya menghadirkan beberapa saksi dari anak-anaknya yang
lain atauoranglain."Bila perlu dibuatkan surat resmi hibah juga. Agar kedudukan
hibah ini dianggap kuat nantinya secara hukum negara," (Contoh Hibah).
Jadi pada intinya hibah adalah pemberian sesuatu yang dilakukan oleh si pemilik
harta sebelum meninggal dunia.
2) Ketika orang tua sebelum wafat mengumpulkan semua anak-anaknya dan
mengatakan "Nak, nanti jika bapak meninggal dunia tolong berikan sebagian
harta bapak untuk masjid samping rumah ya?”.Nah, yang seperti ini namanya

8
Http://zulfanisadamayanti.blogspot.com/2018/05/pengertian-dan -perbedaan-wakaf-hibah.html?m=1
adalah wasiat. Sebagai anak yang diwasiati orang tuanya seperti itu maka
hukumnya wajib untuk menjalankan wasiat orang tuanya.
Note: Dan apabila orang tua hendak berwasiat sesuatu kepada anaknya sebaiknya
menghadirkan beberapa saksi dari anak-anaknya atau orang lain juga."Bila perlu
dibuatkan juga surat resmi wasiatnya. Agar kedudukan wasiat ini juga dianggap
kuat nantinya secara hukum Negara.(Contoh Wasiat)
Jadi pada intinya Wasiat adalah pemberian yang dilakukan oleh si pemilik harta
dengan syarat penyerahan kepemilikan harta tersebut dilakukan setelah si pemilik
harta meninggal dunia.9
3) Ketika si Fulan mewakafkan tanahnya untuk pembangunan masjid, atau
mewakafkan rumahnya untuk kepentingan para penuntut ilmu, atau semisalnya.
Note:Ada empat rukun dalam berwakaf, yakni orang yang berwakaf (al-waqif),
benda yang diwakafkan (al-mauquf), orang yang menerima manfaat waqaf (al-
mauquf ‘alaihi), dan terakhir lafadz atau ikrar wakaf (sighah).Syarat wakaf pada
orang yang melaksanakannya, benda yang diwakafkan, orang yang menerima,
hingga ucapan lafadz berbeda-beda.(Contoh Wakaf)

Jadi pada intinya Wakaf adalah menahan suatu barang, dan menyalurkan
manfaatnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.10
C. Hukum Wakaf,Hibah dan Wasiat
a) Dasar Hukum Wakaf
Secara umum tidak ditemukan ayat dalam al-Quran yang menerangkan hukum wakaf
secara jelas. Dalil-dalil dari al-Quran yang dijadikan sebagai dasar bagi disyariatkannya
wakaf adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Hal ini dapat
dimaklumi mengingat wakaf merupakan bagian dari infaq fi sabilillah yang dianjurkan
oleh Islam Kata infaq fisabilillah atau menafkahkan harta di jalan Allah bersifat umum,
yaitu mencakup semua bidang kemaslahatan, baik bidang keagamaan murni maupun
bidang sosial. Wakaf termasuk infak di jalan Allah sebab manfaat yang diperoleh dari
wakaf disalurkan kepada bidang-bidang tersebut.

9
Diakses pada hari Minggu,19 September 2021,pukul 10:51 link
https://republika.co.id/berita//qmq26o430/perbedaan-waris-hibah-dan-wasiat
10
Diakses pada hari Minggu,19 September 2021,pukul 11:04 link https://www.kai.or.id/berita/18587/seputar-
wakaf-pengertian-hukum-rukun-dan-syaratnya.html
Selain ayat-ayat yang menerangkan infaq fi sabilillah, ayat-ayat lain yang dapat dijadikan
dalil bagi disyariatkannya wakaf adalah ayatayat yang memerintahkan berbuat kebaikan
atau al-khair. Kata al-khair dalam ayat-ayat berikut dimaknai sebagai perbuatan yang
hukumnya sunnah, termasuk wakaf.Dalil mengenai wakaf secara lebih detail terdapat
dalam hadis. Terdapat banyak hadis yang menjelaskan disyariatkannya wakaf, salah satu
yang penulis kemukakan diantaranya adalah sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar, bahwa ‘Umar Ibn Khattab memperoleh tanah
(kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW, seraya berkata, “Wahai
Rasulullah saya memperoleh tanah yang belum pernah saya peroleh harta yang
lebih baik bagiku melebihi tanah tersebut, maka apa yang engkau perintahkan
(kepadaku) mengenainya?” Nabi SAW menjawab, ”Jika mau, kamu tahan
pokoknya dan kamu sedekahkan (hasilnya)”. Ibnu ‘Umar berkata, “Maka ‘Umar
menyedekahkan tanah tersebut (dengan mensyaratkan) bahwa tanah itu tidak
dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan, yaitu kepada orang-orang fakir,
kerabat, riqab (hamba sahaya), sabilillah, tamu dan ibn sabil. Tidak berdosa bagi
orang yang mengelola untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma’ruf (wajar)
atau memberi makan seorang teman, dengan tanpa menjadikannya sebagai harta
hak milik.
Hadis ‘Umar ini adalah hadis yang paling populer dalam kajian wakaf sehingga tidak
salah jika Ibnu Hajar menyebutnya sebagai asl (asal/dasar) bagi disyariatkannya wakaf.
Berdasarkan hadis ini pula Ibn Hajar menyebutkan pendapat yang mengatakan bahwa
wakaf ‘Umar ini merupakan wakaf yang pertama kali terjadi dalam sejarah Islam.11
Adapun dasar hukum wakaf dapat dilihat dalam al-Qur'an, di antaranya dalam surat Ali
Imran ayat 92:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫ع ِليْم‬ َ ّٰ َّ‫لَ ْن تَنَا لُوا ا ْلبِ َّر َحتّٰى ت ُ ْن ِفقُ ْوا مِ َّما تُحِ بُّ ْونَ ۗ َو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا مِ ْن ش َْيءٍ َف ِا ن‬
َ ‫ّٰللا بِ ٖه‬

Imam Mawardi,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI):2012)
11

pdf .h. 73-74


"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta
yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha
mengetahui."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 92).12
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa
mewakafkan seekor kuda di jalan Allah dengan penuh keimanan dan keikhlasan
maka makanannya, tahinya dan kencingnya itu menjadi amal kebaikan pada
timbangan di hari kiamat (HR. al-Bukhari).
Hadis di atas menunjukkan bahwa wakaf merupakan salah satu ibadah yang pahalanya
tidak akan putus sepanjang manfaat harta yang diwakafkan itu masih dapat diambil,
meskipun si pelaku wakaf sudah meninggal dunia. Oleh sebab itu wakaf tergolong ke
dalam kelompok amal jariyah (yang mengalir).
Kata waqaf digunakan dalam al-Qur'an empat kali dalam tiga surat yaitu QS. Al-An'am,
6: 27, 30, Saba', 34: 31, dan al-Saffat, 37 : 24. Ketiga yang pertama artinya
menghadapkan (dihadapkan), dan yang terakhir artinya berhenti atau menahan, "Dan
tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya".
Konteks ayat ini menyatakan proses ahli neraka ketika akan dimasukkan neraka.13
b) Dasar Hukum Hibah
Ayat-ayat Al Qur’an maupun al hadis banyak yang menganjurkan penganutnya untuk
berbuat baik dengan cara tolong menolong dan salah satu bentuk tolong menolong adalah
memberikan harta kepada orang lain yang betul-betul membutuhkannya, firman Allah :

َ ‫َواِنِيْخِ ْفت ُا ْل َم َوا ِليَمِ ْن َّو َرآءِ ي َْوكَانَتِا ْم َراَتِ ْيعَاقِرا َف َه ْب ِليْمِ ْنلَّ ُد ْنك ََو ِليًّا ۗيَّ ِرثُنِي َْويَ ِرثُمِ ْن ٰا ِليَ ْعقُ ْو‬
‫ب ۗ َواجْ عَ ْل ُه َر ِب َر ِضيًّا‬

Artinya :
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra yang

12
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

13
Diakses pada hari Minggu 19 September 2021,pukul 11:57 link
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3074/3/2105144_Bab2.pdf
akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya´qûb; dan jadikanlah ia, ya
Rabbku, seorang yang diridhai [Maryam/19:5-6].14

Dasar hukum hibah dalam hadist nabi SAW. Antara lain:

✓ Hadis Pertama
Terjemahan:Dari Abu Hurairah r.a menceritakan Nabi SAW. Bersabda, "hadiah
menghadiahilah kamu, niscaya bertambah kasih sayang sesamamu.!"
✓ Hadis Kedua
Terjemahan:Dari abu hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: "jangan
menghina seorang tetangga jika ia memberi hadiah walaupun hanya kuku
kambing.

Dari hadist diatas dapat dipahami bahwa setiap pemberian atau hadiah dari orang lain
jangan ditolak, walaupun harga pemberian tersebut tidak seberapa. Selain itu pemberian
hadiah dapat menghilangkan kebencian antar sesama, khususnya antara pemberi dan
penerima hadiah.

c) Dasar Hukum Wasiat


Hukum wasiat adalah sunnah (mandub atau mustahab). Hukum ini berlaku bagi orang
yang berada dalam keadaan sehat walafiat maupun dalam keadaan sakit. Wasiat tidak
diwajibkan atas seseorang dengan harta tertentu kecuali bagi orang yang mempunyai
tanggungan hutang atau dititipi barang titipan. Dalam hal ini, Islam mewajibkan
kepadanya untuk menunaikan amanah tersebut melalui wasiat.
Wasiat hukumnya tidak wajib sebab tidak ditemukan riwayat dari mayoritas sahabat
Nabi SAW yang menjelaskan bahwa mereka telah mewasiatkan sesuatu. Selain itu,
wasiat termasuk amal derma yang sifatnya sukarela. Derma secara sukarela atau hadiah
merupakan perbuatan yang hukumnya sunnah dan tidak wajib untuk dikerjakan pada saat
masih sehat, maka pada saat meninggal, amal tersebut tidak berubah menjadi wajib.
Sedangkan ayat yang menjelaskan tentang wajibnya wasiat, yaitu surat Al-Baqarah ayat
180 di atas, maka menurut Ibnu Abbas dan Ibnu Umar, kandungan hukum pada ayat
tersebut telah dihapus (nasakh) oleh ayat yang menjelaskan tentang warisan.15

14
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan:

Wakaf secara etimologi, wakaf berasal dari “waqafa” yang berarti “habasa”. Dalam
kamus Lisan al-‘Arab, kalimat “habasahu” berarti “dia telah menahanannya”.1 Menurut
Qahaf, kata “habs” dan “waqf” merupakan dua kata yang paling banyak digunakan ahli
fikih untuk menyebut kata wakaf. Qahaf menyimpulkan bahwa secara etimologis kata
“waqf” dan “habs” berarti menahan sesuatu dari konsumsi dan melarang seluruh manfaat
atau keuntungan dari selain pihak yang menjadi sasaran wakaf.

Hibah Secara etimologis, kata hibah merupakan bentuk mashdar dari kata wahaba
yang berarti pemberian. Dalam Fiqh as-Sunnah, Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa kata
hibah berasal dari hubbub ar-rih yang berarti berlalunya angin.Sedangkan dalam istilah
fikih, hibah berarti akad yang berisi pemindahan hak miliki seseorang terhadap hartanya
kepada orang lain pada masa hidupnya dengan tanpa ada ganti atau imbalan.

Wasiat Secara bahasa, kata wasiat berarti janji (al-ahdu) kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu, baik pada saat masih hidup maupun setelah meninggal.

B Saran:

Kami penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam
pembuatannya.untuk itu kami memohon maaf apabila ada kesalahan dan kami sangat
mengharap kritik yang membangun dari pembaca agar kemudian pembuatan makalah
kami semakin lebih baik.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya,dan bagi kita semua pada khususnya.

Imam Mawardi,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI):2012)
15

pdf .h.94-95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baihaki,Yulianto Syahyu,Adi Nur Rohma,Harinanto Sugiono,”Sosialisasi dan
Penyuluhan Hukum tentang Hibah,Wasiat,Wakaf,dan Waris di Wilayah Kecamatan
Cinere Kota Depok.”Jurnal ABDIMAS Vol.3 No.1(2020).
Asriadi Zainuddin,”Perbandingan Hibah Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam.”Jurnal
Al-Himayah Vol.1 No.1 (2017) .
Diakses pada hari Minggu 19 September 2021,pukul 11:57 link
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3074/3/2105144_Bab2.pdf

Diakses pada hari Minggu,19 September 2021,pukul 10:51 link


https://republika.co.id/berita//qmq26o430/perbedaan-waris-hibah-dan-wasiat
Diakses pada hari Minggu,19 September 2021,pukul 11:04 link
https://www.kai.or.id/berita/18587/seputar-wakaf-pengertian-hukum-rukun-dan-
syaratnya.html
Diakses pada Sabtu,18 september 2021,pukul 23:13 link http://repository.uin-
suska.ac.id/2730/3/BAB%20II.pdf
Http://zulfanisadamayanti.blogspot.com/2018/05/pengertian-dan -perbedaan-wakaf-
hibah.html?m=1
Imam Mawardi.,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi
Islam (P3SI):2012).
Kamaruddin,”Wakaf dalam Perspektif Hukum Sosiologi.”Jurnal Al-‘Adl Vol.6 No.2(2003) .
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Anda mungkin juga menyukai