Ahmad Baihaki,Yulianto Syahyu,Adi Nur Rohma,Harinanto Sugiono,”Sosialisasi dan Penyuluhan Hukum tentang
1
2
Imam Mawardi.,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam
(P3SI):2012)pdf. .h.69
3
Kamaruddin,”Wakaf dalam Perspektif Hukum Sosiologi.”Jurnal Al-‘Adl Vol.6 No.2(2003) pdf.h. 77-78
lain pada masa hidupnya dengan tanpa ada ganti atau imbalan.4Sedangkan
dalam konteks Bahasa Indonesia, kata “Hibah” berarti pemberian atau
menghibahkan, yang sinonim dengan kata “memberikan”.5
3. Pengertian Wasiat
Secara bahasa, kata wasiat berarti janji (al-ahdu) kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu, baik pada saat masih hidup maupun setelah meninggal.
Dalam istilah fikih, wasiat adalah kepemilikian yang dijalankan setelah
meninggal dunia melalui jalan pemberian sukarela (tabarru), baik berupa
barang maupun manfaat.6Wasiat adalah berpesan tentang suatu kebaikan
yang akan dijalankan sesudah orang meninggal dunia. Wasiat berasal dari
kata washa yang berarti menyampaikan atau memberi pesan atau
pengampuan. Dengan arti kata lain, wasiat adalah harta yang diberikan oleh
pemiliknya kepada orang lain setelah si pemberi meninggal dunia. Wasiat
juga diartikan menjadikan harta untuk orang lain. Arti kata washa
merupakan bentuk jamak dari kata washiyyah, mencakup wasiat harta,
sedang iishaa’, wishayaa dan washiyyah dalam istilah ulama fiqih diartikan
kepemilikkan yang disandarkan kepada keadaan atau masa setelah
kematian seseorang dengan cara tabbaru’ atau hibah, baik sesuatu yang
akan dimiliki tersebut berupa benda berwujud atau hanya sebuah nilai guna
barang.7
4
Imam Mawardi,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI):2012)pdf
.h.96-97
5
Asriadi Zainuddin,”Perbandingan Hibah Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam.”Jurnal Al-Himayah Vol.1
No.1 (2017) pdf. h.94
6
Dr.Imam Mawardi Az.,M.Ag,Op.Cit.,h.92
7
Diakses pada Sabtu,18 september 2021,pukul 23:13 link http://repository.uin-suska.ac.id/2730/3/BAB%20II.pdf
B.Perbedaan Hibah, Wasiat,Wakaf
➢ Perbedaan
➢ Contohnya:
1) Ketika orang tua berkata kepada anak bungsunya ”Nak, ini rumah pokoknya
sekarang juga untuk kamu” maka secara otomatis kepemilikan rumah tersebut
sudah berpindah ke tangan anak bungsu tersebut.
Note:Perlu diperhatikan juga apabila orang tua hendak menghibahkan sesuatu
kepada anaknya sebaiknya menghadirkan beberapa saksi dari anak-anaknya yang
lain atauoranglain."Bila perlu dibuatkan surat resmi hibah juga. Agar kedudukan
hibah ini dianggap kuat nantinya secara hukum negara," (Contoh Hibah).
Jadi pada intinya hibah adalah pemberian sesuatu yang dilakukan oleh si pemilik
harta sebelum meninggal dunia.
2) Ketika orang tua sebelum wafat mengumpulkan semua anak-anaknya dan
mengatakan "Nak, nanti jika bapak meninggal dunia tolong berikan sebagian
harta bapak untuk masjid samping rumah ya?”.Nah, yang seperti ini namanya
8
Http://zulfanisadamayanti.blogspot.com/2018/05/pengertian-dan -perbedaan-wakaf-hibah.html?m=1
adalah wasiat. Sebagai anak yang diwasiati orang tuanya seperti itu maka
hukumnya wajib untuk menjalankan wasiat orang tuanya.
Note: Dan apabila orang tua hendak berwasiat sesuatu kepada anaknya sebaiknya
menghadirkan beberapa saksi dari anak-anaknya atau orang lain juga."Bila perlu
dibuatkan juga surat resmi wasiatnya. Agar kedudukan wasiat ini juga dianggap
kuat nantinya secara hukum Negara.(Contoh Wasiat)
Jadi pada intinya Wasiat adalah pemberian yang dilakukan oleh si pemilik harta
dengan syarat penyerahan kepemilikan harta tersebut dilakukan setelah si pemilik
harta meninggal dunia.9
3) Ketika si Fulan mewakafkan tanahnya untuk pembangunan masjid, atau
mewakafkan rumahnya untuk kepentingan para penuntut ilmu, atau semisalnya.
Note:Ada empat rukun dalam berwakaf, yakni orang yang berwakaf (al-waqif),
benda yang diwakafkan (al-mauquf), orang yang menerima manfaat waqaf (al-
mauquf ‘alaihi), dan terakhir lafadz atau ikrar wakaf (sighah).Syarat wakaf pada
orang yang melaksanakannya, benda yang diwakafkan, orang yang menerima,
hingga ucapan lafadz berbeda-beda.(Contoh Wakaf)
Jadi pada intinya Wakaf adalah menahan suatu barang, dan menyalurkan
manfaatnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.10
C. Hukum Wakaf,Hibah dan Wasiat
a) Dasar Hukum Wakaf
Secara umum tidak ditemukan ayat dalam al-Quran yang menerangkan hukum wakaf
secara jelas. Dalil-dalil dari al-Quran yang dijadikan sebagai dasar bagi disyariatkannya
wakaf adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Hal ini dapat
dimaklumi mengingat wakaf merupakan bagian dari infaq fi sabilillah yang dianjurkan
oleh Islam Kata infaq fisabilillah atau menafkahkan harta di jalan Allah bersifat umum,
yaitu mencakup semua bidang kemaslahatan, baik bidang keagamaan murni maupun
bidang sosial. Wakaf termasuk infak di jalan Allah sebab manfaat yang diperoleh dari
wakaf disalurkan kepada bidang-bidang tersebut.
9
Diakses pada hari Minggu,19 September 2021,pukul 10:51 link
https://republika.co.id/berita//qmq26o430/perbedaan-waris-hibah-dan-wasiat
10
Diakses pada hari Minggu,19 September 2021,pukul 11:04 link https://www.kai.or.id/berita/18587/seputar-
wakaf-pengertian-hukum-rukun-dan-syaratnya.html
Selain ayat-ayat yang menerangkan infaq fi sabilillah, ayat-ayat lain yang dapat dijadikan
dalil bagi disyariatkannya wakaf adalah ayatayat yang memerintahkan berbuat kebaikan
atau al-khair. Kata al-khair dalam ayat-ayat berikut dimaknai sebagai perbuatan yang
hukumnya sunnah, termasuk wakaf.Dalil mengenai wakaf secara lebih detail terdapat
dalam hadis. Terdapat banyak hadis yang menjelaskan disyariatkannya wakaf, salah satu
yang penulis kemukakan diantaranya adalah sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar, bahwa ‘Umar Ibn Khattab memperoleh tanah
(kebun) di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW, seraya berkata, “Wahai
Rasulullah saya memperoleh tanah yang belum pernah saya peroleh harta yang
lebih baik bagiku melebihi tanah tersebut, maka apa yang engkau perintahkan
(kepadaku) mengenainya?” Nabi SAW menjawab, ”Jika mau, kamu tahan
pokoknya dan kamu sedekahkan (hasilnya)”. Ibnu ‘Umar berkata, “Maka ‘Umar
menyedekahkan tanah tersebut (dengan mensyaratkan) bahwa tanah itu tidak
dijual, tidak dihibahkan, dan tidak diwariskan, yaitu kepada orang-orang fakir,
kerabat, riqab (hamba sahaya), sabilillah, tamu dan ibn sabil. Tidak berdosa bagi
orang yang mengelola untuk memakan dari (hasil) tanah itu secara ma’ruf (wajar)
atau memberi makan seorang teman, dengan tanpa menjadikannya sebagai harta
hak milik.
Hadis ‘Umar ini adalah hadis yang paling populer dalam kajian wakaf sehingga tidak
salah jika Ibnu Hajar menyebutnya sebagai asl (asal/dasar) bagi disyariatkannya wakaf.
Berdasarkan hadis ini pula Ibn Hajar menyebutkan pendapat yang mengatakan bahwa
wakaf ‘Umar ini merupakan wakaf yang pertama kali terjadi dalam sejarah Islam.11
Adapun dasar hukum wakaf dapat dilihat dalam al-Qur'an, di antaranya dalam surat Ali
Imran ayat 92:
ع ِليْم َ ّٰ َّلَ ْن تَنَا لُوا ا ْلبِ َّر َحتّٰى ت ُ ْن ِفقُ ْوا مِ َّما تُحِ بُّ ْونَ ۗ َو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا مِ ْن ش َْيءٍ َف ِا ن
َ ّٰللا بِ ٖه
Imam Mawardi,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI):2012)
11
َ َواِنِيْخِ ْفت ُا ْل َم َوا ِليَمِ ْن َّو َرآءِ ي َْوكَانَتِا ْم َراَتِ ْيعَاقِرا َف َه ْب ِليْمِ ْنلَّ ُد ْنك ََو ِليًّا ۗيَّ ِرثُنِي َْويَ ِرثُمِ ْن ٰا ِليَ ْعقُ ْو
ب ۗ َواجْ عَ ْل ُه َر ِب َر ِضيًّا
Artinya :
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra yang
12
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
13
Diakses pada hari Minggu 19 September 2021,pukul 11:57 link
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3074/3/2105144_Bab2.pdf
akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya´qûb; dan jadikanlah ia, ya
Rabbku, seorang yang diridhai [Maryam/19:5-6].14
✓ Hadis Pertama
Terjemahan:Dari Abu Hurairah r.a menceritakan Nabi SAW. Bersabda, "hadiah
menghadiahilah kamu, niscaya bertambah kasih sayang sesamamu.!"
✓ Hadis Kedua
Terjemahan:Dari abu hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: "jangan
menghina seorang tetangga jika ia memberi hadiah walaupun hanya kuku
kambing.
Dari hadist diatas dapat dipahami bahwa setiap pemberian atau hadiah dari orang lain
jangan ditolak, walaupun harga pemberian tersebut tidak seberapa. Selain itu pemberian
hadiah dapat menghilangkan kebencian antar sesama, khususnya antara pemberi dan
penerima hadiah.
14
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan:
Wakaf secara etimologi, wakaf berasal dari “waqafa” yang berarti “habasa”. Dalam
kamus Lisan al-‘Arab, kalimat “habasahu” berarti “dia telah menahanannya”.1 Menurut
Qahaf, kata “habs” dan “waqf” merupakan dua kata yang paling banyak digunakan ahli
fikih untuk menyebut kata wakaf. Qahaf menyimpulkan bahwa secara etimologis kata
“waqf” dan “habs” berarti menahan sesuatu dari konsumsi dan melarang seluruh manfaat
atau keuntungan dari selain pihak yang menjadi sasaran wakaf.
Hibah Secara etimologis, kata hibah merupakan bentuk mashdar dari kata wahaba
yang berarti pemberian. Dalam Fiqh as-Sunnah, Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa kata
hibah berasal dari hubbub ar-rih yang berarti berlalunya angin.Sedangkan dalam istilah
fikih, hibah berarti akad yang berisi pemindahan hak miliki seseorang terhadap hartanya
kepada orang lain pada masa hidupnya dengan tanpa ada ganti atau imbalan.
Wasiat Secara bahasa, kata wasiat berarti janji (al-ahdu) kepada orang lain untuk
melakukan sesuatu, baik pada saat masih hidup maupun setelah meninggal.
B Saran:
Kami penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam
pembuatannya.untuk itu kami memohon maaf apabila ada kesalahan dan kami sangat
mengharap kritik yang membangun dari pembaca agar kemudian pembuatan makalah
kami semakin lebih baik.semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya,dan bagi kita semua pada khususnya.
Imam Mawardi,”Pranata Sosial di dalam Islam.”(Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam (P3SI):2012)
15
pdf .h.94-95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baihaki,Yulianto Syahyu,Adi Nur Rohma,Harinanto Sugiono,”Sosialisasi dan
Penyuluhan Hukum tentang Hibah,Wasiat,Wakaf,dan Waris di Wilayah Kecamatan
Cinere Kota Depok.”Jurnal ABDIMAS Vol.3 No.1(2020).
Asriadi Zainuddin,”Perbandingan Hibah Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam.”Jurnal
Al-Himayah Vol.1 No.1 (2017) .
Diakses pada hari Minggu 19 September 2021,pukul 11:57 link
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3074/3/2105144_Bab2.pdf