Anda di halaman 1dari 3

ILMU MA’ANIL HADIS

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR SEMESTER IV REGULER 2

1. Ilmu Ma’an al-Hadis memiliki posisi penting dalam upaya memahami pesan-pesan yang
terkandung dalam redaksi hadis. Jelaskan faktor yang melatarbelakangi hal tersebut!

2. Ilmu Ma’an al-Hadis , secara umum berguna untuk memahami hadis Nabi, baik dari segi
interpretasi maupun dari segi pendekatan yang digunakan. Uraikan kegunaan Ilmu Ma’an
al-Hadis secara khusus!
3. Hadis tidak hanya diriwayatkan secara lafal, tapi juga secara makna. Bagaimana pendapat
anda mengenai hal tersebut?
4. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan di dalam memahami hadis adalah adanya
tanawwu’ fi al-hadis. Jelaskan istilah tersebut dan kaitannya dengan teknik interpretasi
intertekstual!
5. Interpretasi kontekstual adalah menginterpretasikan matan hadis dengan memperhatikan
asbab al-wurud al-hadis. Jelaskan keterkaitan antara kedua hal tersebut (interpretasi
kontekstual dan asbab al-wurud al-hadis).

JAWABAN

1. Setidaknya ada beberapa faktor yang melatarbelakangi pentingnya Ilmu Ma’an al-Hadis
dalam memahami pesan-pesan yang terkandung dalam redaksi hadis, yaitu :
a) Sebagian dari hadis-hadis Nabi memuat kata-kata yang sulit dan memuat pernyataan
yang Musykil. Tentunya dengan Ma’an al-Hadis memudahkan kita memahami hadis-hadis
Nabi yang memuat pernyataan yang Musykil dan kata-kata yang Sulit(garib). Sangat
banyak kita temui hadis-hadis yang kata-katanya sulit dipahami, maka kita perlu berhati-
hati akan hal ini karena jangan sampai kita salah memahami redaksi hadis tersebut.
b) Adakalanya petunjuk sebuah hadis bersifat umum. Maka dari itu Ma’an al-Hadis
memudahkan kita menyelesaikan petunjuk hadis yang tampak bertentangan dengan
hadis lainnya dan dalil lain. Begitupula kita mengetahui mana hadis yang terkandung
ajaran bersifat Universal dan/ atau kondisional.
c) Bahasa memiliki sejarah perkembangannya. Ma’an al-Hadis dapat membuktikan bahwa
dalam keragaman hadis Nabi terdapat kandungan makna yang subtantif dan formil.
Terutama gaya bahasa yang digunakan oleh Nabi dalam menuturkan sabda-sabdanya.
2. Secara khusus Ilmu Ma’an al-Hadis digunakan untuk mengetahui yang mana hadis yang
diriwayatkan secara Lafal dan yang mana hadis yang diriwayatkan secara Makna. Juga
yang diriwayatkan secara Tanawwu’. Mengetahui mana hadis Mutawatir dan mana yang
selain Mutawatir.
3. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah itu sangat
banyak. Tentunya dengan kondisi saat itu sangat sulit menghafal atau memahami hadis
secara Lafal seluruhnya. Karena tingkat pemahaman dan hafalan para sahabat itu
berbeda-beda. Hanya saja memang ada hadis yang harus secara mutlak diriwayatkan
secara Lafal, seperti doa dan dzikir-dzikir dalam shalat maupun di luar shalat. Karena
jangan sampai berbeda lafal yang kita ucapkan maka berbeda pula maknanya. Berbeda
dengan hadis-hadis sebagian yang masih boleh diriwayatkan secara Makna selama
maknanya itu tidak melenceng jauh dari redaksi Makna yang sebenarnya. Walaupun
menurut saya ada baiknya hadis itu haruslah diriwayatkan secara lafal seluruhnya agar
kita terhindar dari Makna yang melenceng. Wallahu a’lam.
4. Istilah Tanawwu’ dalam hadis adalah redaksi hadis yang memiliki latar belakang berbeda,
redaksinya beda, akan tetapi maknanya sama. Ada banyak Tanawwu’ dalam hadis
terutama dalam hadis-hadis Tanawwu’ dalam Ibadah. Karena para sahabat yang melihat
ibadah Rasulullah saat itu bukan hanya 1 sahabat saja. Melainkan banyak bahkan selain
daripada sahabat juga melihat Rasulullah beribadah. Oleh karena itu, kaitannya dengan
teknik interpretasi tekstual adalah bagaimana kita memahami dan mencari hubungan
satu teks dengan teks lainnya, memaknai teks dengan teks yang lain. Dalam hal ini
mencari Munasabah suatu hadis dengan hadis lainnya yang serupa.
5. Interpretasi Kontekstual adalah metode bagaimana kita memahami Hadis dengan
mempertimbangkan unsur-unsur yang ada di luar teks hadis atau yang melingkupi teks.
Jadi, dengan melihat asbab al-wurud al-hadis suatu hadis sangat memudahkan kita
memahami maksud dari hadis tersebut. Sehingga memudahkan kita menghubungkan
suatu kejadian atau lingkungan di sekelilingnya. Jadi, kita tidak semena-mena
mengamalkan suatu hadis, kita akan mengetahui kapan dan dimana hadis tersebut dapat
diamalkan.

Anda mungkin juga menyukai