Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MA’ANIL HADIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sanad dan Matan Hadis

Dosen Pembimbing : Dr. Mohamad Nuryansyah, M.Hum

Disusun Oleh :

1. Ahmad Zakaria (53020210079)


2. Fina Aminatazzahro (53020210076)

ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Ma’anil Hadis tanpa halangan suatu apapun. Tak
lupa, sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Agung Muhammad SAW
yang kami nanti-nantikan syafa`atnya di hari akhir kelak.

Adapun tujuan kami menyusun makalah ini yaitu guna memenuhi tugas mata kuliah
“Kritik Sanad dan Matan Hadis” yang diampu oleh Dr. Mohamad Nuryansyah,M.Hum.Semoga
dengan terselesaikannya makalah ini bisa menjadi bahan tanda relasi serta edukasi bagi para
pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
mengarahkan, menyarankan dalam pembutan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, baik dari segi tanda baca, gaya bahasa,
maupun isinya.Untuk itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki tugas
makalah yang akan datang

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dengan adanya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, baik untuk pembaca pada umumnya maupun untuk penyusun
sendiri.

Salatiga, 7 November 2022


Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang..........................................................................................4
2. Rumusan Masalah............................................................................................4
3. Tujuan Penulisan..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Ilmu Ma’anil Hadis........................................................................5


2. Sejarah Ilmu Ma’anil Hadis.............................................................................6
3. Pendukung Ilmu Ma’anil Hadis.......................................................................6

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.......................................................................................................9
2. Kritik dan Saran...............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis merupakan perkataan, perilaku, dam ketetapan yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad SAW setelah kenabian.Kedudukan hadis sebagai landasan hukum umat
islam nomor 2 setelah Al Qur’an, keseluruhan isi kandungan Al Qur’an tidak diragukan
lagi. Sedangkan hadis tidak semua dapat di terima . Karena setelah di teliti tidak berasal
dari Nabi, sebab setelah Nabi wafat banyak hadis-hadis palsu. Denagn meneliti sanad dan
matan hadis dapat kita ketahui kualitasnya baik dari segi periwayatnya.
Sebuah hadis belum dapat ditentukan apakah boleh diterima secara baik atau ditolak
sebelum keadaan sanadnya apakah mereka muttashil atau munqathi’. Sanad berperan
menentukan nilai hadis, karena sanad adalah mata rantai para perawi yang mengantarkan
sebuah matan, Sedangkan matan merupakan lafadz yang menunjuk pada isi sebuah hadis.
Dari segi periwayatnya, posisi dan kondisipara perawi yang berderet dalam sanad sangat
menentukan status sebuah hadis, apakah ia shahih, dhaif atau lainnya.
Dengan ke-a’dalah an, ke-istiqah an, dan ke- dhabithan setiap perawi sangat
menentukan statud hadis. Diantara kita terkadang memperoleh atau menerima teks baik
majalah maupun buku-buku agama bahkan dalam sebagian kitab Ulama klasik, yang
dinyatakan sebagai hadis tapi tidak disertakan sanadnya bahkan tidak pula perawinya.
Maka untuyk mengetahui teks-teks tersebut benar merupakan hadis atau tidak, atau jika
memang hadis amak perlu diketahui statusnya secara pasti, siapa perawinya dan siapa-
siapa sanadnya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Ilmu Ma’anil Hadis ?
b. Bagaimana sejarah munculnya Ma’anil Hadis ?
c. Apa saja Pendukung Ilmu Ma’anil Hadis ?

C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Ma’anil Hadis
b. Untuk mengetahui bagaimana sejarah Ilmu Ma’anil Hadis
c. Untuk mengetahui Pendukung Ilmu Ma’anil Hadis

4
BAB 1I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ma’anil Hadis
Kata Ma’anil berasal dari kata Al-Ma’na yang artinya hakekat atau yang
diharapkan .Untuk mengetahui hakekat atau yang diharapkan dari suatu hadis Nabi
sangat perlu adanya pemahaman terhadap hadis Nabi. Dengan memahami hadis nabi
dengan baik dan benar, sehingga keberadaannya sangat berguna bagi umat Islam 1.
Menurut istilah, Ilmu Ma’anil adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana memahami
hadis Nabi Saw dengan mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari konteks semantis
dan liguistik teks hadis, konteks munculnya hadis baik mikro maupun makro, posisi dan
kedudukan Nabi ketika menyampaikan hadis, konteks audiens yang menyertai Nabi, serta
bagaimana menghubungkan teks hadis masa lalu dengan konteks kekinian, sehingga
dapat menangkap maksud secara tepat, tanpa kehilangan relevasinya dengan konteks
kekinian yang selalu dinamis2. Tentu ditemukannya ilmu ini bertujuan untuk
mengungkap kemukjizatan al-Qur’an, Hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-
kalimat bahasa Arab yang tidak diketahui maksudnya.
Kajian tentang bagaimana memahami hadis sebenarnya telah muncul sejak
kehadiran Nabi Muhammad SAW, terutama sejak beliau diangkat menjadi rasul, yang
kemudian dijadikan panutan (uswatun khasanah) oleh para sahabat. Dengan kemahiran
berbahasa Arab para sahabat, dulu nyaris tidak ada problem dalam memahami hadis,
sebab kalaupun ada kesulitan memahami hadis, para sahabat dapat langsung melakukan
konfirmasi dan menanyakannya langsung kepada Nabi Muhammad SAW. Namun,
problem pemahaman hadis mulai ada pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW, sebab para
sahabat dan generasi berikutnya tidak lagi bisa bertanya langsung kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga mereka harus memahami sendiri ketika terjadi kesulitan
dalam memahami hadis-hadis Nabi.Problem tersebut semakin kompleks ketika Islam
mulai tersebar di daerah non Arab3. Mereka yang tidak paham bahasa Arab yang dipakai
Nabi Muhammad SAW jelas akan menemui kesulitan dalam memahami hadis-hadis Nabi
sebab kadang beliau menggunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat majazi (metaforis),
rumzi (simbolis), Qiyasi (analogis) dan bahkan kadang menggunakan kata-kata gharib
(asing) yang dulunya sangat jelas maknanya, namun karena jarang atau bahkan todak
dipakai lago sehingga kata tersebut dianggap asing dan sulit dipahami bagi mereka4.Itulah
sebabnya para ulama berusaha keras untuk menjembatani problem-problem tersebut.
Muncullah ilmu dulunya disebut ilmu fiqh al-hadis atau syarh al-hadis yang kemudian
sekarang disebut dengan istilah Ma’anil Hadis.
Dari penjelasan diatas, penulis mendefinisikan Ilmu Ma’anil Hadis sebagai ilmu
yang membahas prinsip-prinsip metodologi memahami hadis Nabi, sehingga hadis
tersebut dapat dipahamimaksud dan kandungannya secara tepat. Untuk itu seseorang
1
Taufiqul Hakim,Kamus At Taufiq Arab- Jawa- Indonesia (disertai istilah-istilah feqih) (Jepara: Amtsilati,tth)
2
Abdul Mustaqin, Ilmu Ma’anil Hadits, (Yogyakarta: 2016) hal.4
3
Muhammad Syahrur, al-Sunnah al- Rasuliyyah wa al-Sunnah al-Nabawiyyah: Ru’yah jadidah (Tp: Dar al- Sqi,
20112)
4
Abdul Mustaqin, Ilmu Ma’anil Hadits, (Yogyakarta: 2016) hal.3

5
yang akan memahami hadis juga harus memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan
dengan hadis tersebut, misalnya mempertimbangkan proporsi Nabi, situasi yang
melatarbelakangi munculnya hadis (asbabul wurud), mencermati varian redaksi (matn)
hadis, mengumpulkan hadis-hadis secara tematik, dan juga mencari makna yang relevan
dengan konteks kekinian dan lain sebagainya.5
B. Sejarah Ilmu Ma’anil Hadis
Di zaman Nabi Muhammad Saw dan sahabat belum ada istilah Ilmu Ma’anil
Hadis, namun sebenarnya ilmu ini telah diaplikasikan walaupun mungkin sangat
sederhana dan tidak perlu terlalu kompleks masalahnya. Dalam berbagai literatur kitab
tidak pernah disebutkan tentang istilah Ilmu Ma’anil Hadis. Istilah tersebut merupakan
istilah baru dalam studi hadis kontemporer.Pada awal munculnya ilmu hadis, kajian yang
berkaitan dengan pemahaman matan hadis memang belum begitu mendapat perhatian
khusus. Ketika itu tradisi ilmu hadis pada generasi ulama mutaqaddimin lebih pada
masalah bagaimana membuktikan otensitas hadis terebut. Namun kemudian ulama
berusaha untuk memberikan penjelasan mengenai maksud suatu hadis tersebut. Ini
artinya Ilmu Ma’anil Hadis sebenarnya telah dilakukan, terbuktindengan munculnya
berbagai kitab syarakh Hadis. Jauh sebelum munculnya kitab-kitab syarakh tersebut, para
ulama bahkan meletakkan dasar-dasar ilmu Ma’anil Hadis terutama ketika menjelaskan
hadis-hadis yang secara redaksi memerlukan penjelasan khusus, yang kemudian lahirlah
cabang ilmu hadis tersendiri seperti Ilmu Gharibil Hadis6.yaitu ilmu yang menbahas
tentang matan hadits yang sulit dan sukar untuk dipahami.
Pada awal masa Islam, hampir seluruh redaksi hadis Nabi tidak ada yang
dianggap gharib, mengingat Nabi Muhammad SAW adalah orang yang sangt fashih
dalam bahasanya. Namunsetelah beliau wafat dan Islam mulai memasuki dunia luar
Arab, muncullah masalah bagi generasi berikutnya, berkaitan dengan matan-matan hadis
yang terasa asing. Dengan begitu para ulama ahli hadis terdorong untuk menjelaskan
tentang pengertian makna-makna hadis yang gharib. Ulama yang pertama kali
menuliskan tentang Ilmu Gharibil Hadis adalah Abu Hasan al-Nadhr Ibn Syamil al-
Mazini al-Nahwi (w, 204 H). Kemudian disusul oleh Abu Ubaidah Ma’mar Ibn
Mutsannam al- Tamimi al- Bashri (w.210 H) baru setelah itu diikuti oleh beberapa ulama
yang lain.
Munculnya istilah Ilmu Maanil Hadis agaknya dilatarbelakangi oleh keinginan
memberikan jukta posisi dari istilah Ilmu Ma’anil Qur’an, dengan asumsi bahwa jika
dalam studi al- Qur’an ada ilmu Ma’anil Qur’an, maka mengapa dalam studi hadus tidak
dimunculkan Ilmu Ma’anil Hadis.Ilmu-ilmu yang sudah ditulis oleh para ulama tersebut
pada hakikatnya merupakan bentuk hermeneutika hadis klasik, yang kemudian ingin
dikembangkan oleh para peneliti berikutnyadengan istilah Ilmu Ma’anil Hadis.

5
Bandingkan dengan Syuhudi Isma’il, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994 )
hlm. 6
6
Ibid, hal.5-6

6
Sejauh pembacaan penulis, orang yang menyebut istilah Ilmu Ma’anil Hadis
sebagai ilmu secara eksplisit adalah Prof. Dr. Suhudi Ismail, salah seorang ahli hadis dari
IAIN Ujung Pandang dalam karyanya, Hadis Nabi Yang Tesktual dan Kontekstual.
Meskidemikian , sebenarnya istilah “Ma’anil Hadis” sudah ada sebagaimana dinyatakan
Imam Ali Ibn al-Madini “at-tafaqquh fi ma’anil hadis nishf al-‘ilm wa ma’rifah al-rijal
nisf ‘ilm (memahami makna-makna suatu hadis itu separuh ilmu dan mengetahui kualitas
tokoh periwayat hadis itu separuh ilmu)7
C. Pendukung Ilmu Ma’anil Hadis
1. Ilmu Asbabul Wurud
Yaitu Ilmu yang mengkaji tentang latar belakang disabdakannya suatu hadis.
Diantara arti pentingnya ilmu asbabul wurud adalah untuk menjelaskan makna hadis
misalnya untuk menanyakan mana yang bersifat ‘amm dan mana yang khashsh, mana
yang mutlaq (lafadz yang menunjukkan arti sebenarnya dan tanpa adanya sebuah
batasan) dan mana yang muqayyad (lafadz yang menunjukkan arti yang sebenarnya
yang dibatasi oleh suatu hal).
2. Ilmu Tawarikhul Mutun
Yaitu ilmu yang mengkaji tentang sejarah matan hadis.Ilmu ini berfungsi untuk
menganalisis sebuah perkembangan makna kata dalam hadis, sehingga kita bisa
memperoleh informasi secara akurat bahwa suatu kata pada kurun waktu itu
mempunyai makna tertentu, sedangkan pada kurun waktu yang lain memiliki makna
yang lain.
3. Ilmu al- Lughah
Ilmu lughah dengan berbagai cabangnya, seperti ilmu Nahwu, Sharaf,
Balaghah, Fiqh al-Lughah, Semantik, Semiotik, Stilistik dan sebagainya tentu sangat
penting sebab teks-teks hadis menggunakan bahasa Arab, sementara bahasa itu
memiliki unsur dan aspek yang sangat kompleks sehingga jelas bahwa peminat Ilmu
Ma’anil Hadis harus membekali Ilmu bahasa Arab yang memadai.
4. Hermeneutik
Yaitu suatu penafsiran terhadap teks tradisional (klasik), dimana suatu
permasalahan harus selalyu diarahkan bagaimana supaya teks terssebut selalu dapat
kita pahami8 .

7
Muhammad Ibn Ahmad Abu Abdullah Syamsudin al-Dzahabi, Sayr A’lam al-Nubala’ Juz8 (Beirut: Dar al-Fikr,
tth) hlm.11
8
Abdul Mustaqin, Ilmu Ma’anil Hadits, (Yogyakarta: 2016) hal.14-17

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Ma’anil adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana memahami hadis
Nabi Saw dengan mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari konteks semantis dan
liguistik teks hadis, konteks munculnya hadis baik mikro maupun makro, posisi dan
kedudukan Nabi ketika menyampaikan hadis, konteks audiens yang menyertai Nabi, serta
bagaimana menghubungkan teks hadis masa lalu dengan konteks kekinian, sehingga
dapat menangkap maksud secara tepat, tanpa kehilangan relevasinya dengan konteks
kekinian yang selalu dinamis. Dan sebenarnya Ilmu Ma’anil Hadis sudah ada sejak
zaman Nabi namun hanya saja istilahnya yang baru dikemukakan. Objek yang
mendukung Ilmu Ma’anil Hadis yaitu Ilmu Asbabul wurud, Ilmu Tawarikhul Mutun,
Ilmu al-Lughah dan Hermeneutik.
B. Saran
Dari penulisan makalah ini, kami ari penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isidari makalah ini. Namun penulis tetap
berharap apa yang telah ditulis inidapat bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

8
Daftar Pustaka
Hakim Taufiqul,Kamus At Taufiq Arab- Jawa- Indonesia (disertai istilah-istilah feqih) (Jepara:
Amtsilati,tth)
Mustaqin Abdul, Ilmu Ma’anil Hadits, (Yogyakarta: 2016) hal.4

Syahrur Muhammad al-Sunnah al- Rasuliyyah wa al-Sunnah al-Nabawiyyah: Ru’yah jadidah


(Tp: Dar al- Sqi, 20112 )Mustaqin, Abdul Ilmu Ma’anil Hadits, (Yogyakarta: 2016) hal.3
Bandingkan dengan Syuhudi Isma’il, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1994 ) hlm. 6
Muhammad Ibn Ahmad Abu Abdullah Syamsudin al-Dzahabi, Sayr A’lam al-Nubala’ Juz8
(Beirut: Dar al-Fikr, tth) hlm.11
Mustaqin Abdul, Ilmu Ma’anil Hadits, (Yogyakarta: 2016) hal.14-17

Anda mungkin juga menyukai