Dosen Pengampu :
Disusun Oleh
BAHRUR ROZI
NIM. 213206030027
1
KATA PENGANTAR
Terucap ribuan puji yang mana hanya milik Allah semata yang telah
memberikan nikmat dunia akhirat sekalipun hamba-Nya terkadang sering
bermaksiat. Sholawat beriring dengan salam senantiasa kami lantunkan
kepada Baginda Nabi Muhammad yang senantiasa memikirkan umatnya
sekalipun di akhirat nanti. Mudah-mudahan kita termasuk umatnya.
Karya tulis ini merupakan tugas mata kuliah Studi Al-Quran dan
Hadits Pendidikan Agama Islam yang didalamnya membahas Nasikh dan
Mansukh dalam Al-Quran. Tentunya dalam penulisan ini tidak lepas dari
usaha dan doa serta dengan bantuan dosen, beliau Dr. Abdul Mu’is, S.Ag, M.Si.
dan Dr. Uun Yusufa, M.A yang memberikan pengantar serta arahan materi
tentang tugas ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita ketahui bersama bahwa bukan hanya Al-Quran yang menjadi sumber
ajaran Islam, namun juga terdapat hadis yang menajdi sumber ajaran Islam kedua.
Yang secara resmi telah dibukukan dalam sebuah kitab pada masa pemerintahan
khalifah Umar bin Abd. Azis, karena itu juga hadis wajib dijadikan sebagai
pedoman dalam segala aktifitas bagi setiap muslim baik seabagai hamba maupun
khalifah Allah dimuka bumi. Dengan jangka waktu yang cukup lama, dimulai dari
wafatnya Rasulullah SWT hingga ditulis dan dibukukannya hadis diatas
memunculkan kemungkinan adanya hadis-hadis palsu. Hadis palsu sendiri mulai
berkembang pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang disebabkan karena
adanya pertentangan politik diantara umat Islam untuk maksud dan tujuan
tertentu. Hal itulah yang menjadikan para ulama bersepakat untuk melakukan
ekspedisi kedaerah-daerah untuk mencari dan mengumpulkan hadis-hadis.
4
Dari uraian diatas, yang menjadi pokok pembahasan pada tulisan kali ini
yakni kaidah-kaidah kesahihan sanad dan matan hadis serta pendekatan dalam
pengemabangan kaidah kesahihan sanad dan matan hadis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari sanad dan matan hadis ?
2. Apa saja kaidah – kaidah kesahihan sanad dan matan hadis ?
3. Bagaimana meneliti kesahihan sanad dan matan hadis ?
4. Bagaimana contoh penelitian hadis ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian sanad dan matan hadis
2. Untuk mengetahui kaidah kesahihan sanad dan matan hadis
3. Untuk mengetahui cara meneliti kesahihan sanad dan matan hadis
4. Untuk mengetahui contoh penelitian hadis
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nazir Akib, KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL, Shautut Tarbiyah
Ed.21 , Th.xiv . 2008 hlm 123
6
1. Unsur Kaidah Mayor
Ulama hadis abad ke-3H atau yang biasa disebut dengan para
mutaqaddium bersepakat bahwa belum bisa mendefinisikan mengenai
kepastian dari kesahihan hadis, namun hanya memberikan penjelasan
mengenai berita yang bisa dipergangi, diantaranya ialah sebagai
berikut :
a. Tidak boleh diterima suatu riwayat hadist kecuali dari orang yang
tsiqat.
b. Periwayat harus diperhatikan kualitas ibadah, perilaku dan keadaan
dirinya setiap saat, jika tidak baik adar tidak diterima hadisnya.
c. Harus mempunyai pengetahuan tentang hadist.
d. Periwayat tidak senang berdusta dan tidak senang mengikuti hawa
nafsunya.
e. Tidak ditolak kesaksiannya.
2
M. Syuhudi Ismail, KAIDAH KESAHIHAN SANAD MATAN HADIS, PT BULAN BINTANG , Jakarta
(2014) hlm 144-158hlm 106
7
Kemudian di oleh M.Syuhudi Ismail kedua pendapat diatas
disimpulkan sebagai berikut :
1) Sanadnya bersambung
2) Seluruh periwayat dalam sanad ialah dhabit
3) Seluruh periwayat dalam sanad ialah adil
4) Sanad terhindar dari syuzus
5) Sanad terhindar dari illat
8
ada'al-hadis). Dan dapat disimpulkan unsur kaidah minor
sanad bersambung ialah mutasil dan marfu.3
b. Periwayat bersifat adil
Kata adil sendiri berasal dari kata al-'adl yang memiliki
lebh dari satu makna baik dari segi istilah dan bahasa, para
ulama sendiri berpendapat mengenai kriteria adil sangat
beragam. Mengenai hal tersebut M. Syuhudi Islmail
berpendapat bahwa ketaqwaan periwayat adalah dasar kriteria
kesahihan sanad, disamping itu juga periwayat juga harus
memiliki beberapa aspek yanh menjadikan dirinya sebagai
periwayat sanad yang adil, unsur kaidah minor periwayat
sanad yang adil tersebut ialah: 1) Beragama Islam, 2)
mukallaf, 3) melaksanakan ketentuan agama 4) memelihara
muru'ah. 4
c. Periwayat bersifat dhabit
Dhabit secara etimologi memiliki arti kokoh, kuat dan
tepat,atau mereka yang mernpunyai hapalan kuat dan
sempuma. II> Scdangkan menurut muhadditsin, dhabit
merupakan sikap kesadaran secara penuh dan tidak lalai akan
sesuatu hal, memiliki hafalan kuatapabila hadist yang
diriwayatkan berdasarkan hapalan, benar dan jelas tulisannya
jika hadist yang diriwayatkan berdasarkan tulisan, dan apabila
rneriwayatkan secara makna, maka periwayat mampu memilih
kata-kata yang baik dan tepat untuk digunakan
Adapun kaedah minor dari sifat dhabit antara lain:
a. Periwayat dapat memaharni dengan baik riwayat yang telah
didengarnya.
3
Nazir Akib, KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL, Shautut Tarbiyah
Ed.21 , Th.xiv . 2008 hlm 131-132
4
M. Syuhudi Ismail, KAIDAH KESAHIHAN SANAD MATAN HADIS, PT BULAN BINTANG , Jakarta
(2014) hlm 144-158 hlm 107-108
9
b. Periwayat mampu menghafal dengan baik riwayat yang
diterimanya.
c. Mampu untuk menyampaikan riwayat yang diterirna dengan
baik kepada orang lain kapan saja diperlukan5
d. Terhindar dari syuzuq (ke-syazan)
Menurut beberapa ulama mengenai pemgertiam syaz sangat
beragam, salah satunya ialah menurut Imam al-Hakim al-
Naysaburiy mengatakan bahwa hadis syaz adalah hadis yang
diriwayatkan oleh seorang periwayat yang siqat, tetapi tidak
terdapat periwayat siqat lain yang meriwayatkan hadis
tersebut. Ulama hadis sendiri mengakui bahwa syuzuz dan
illah hadis sangat sulit untuk diteliti, karena keduanya terlihat
sahih dalam sanad hadis, yang menyebabkan seolah sanad nya
bersambung.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kaidah minornya ialah
apabila sanad bersambung namun lebih diteliti lagi dari segi
syuzuq dalam sebuah hadis, namun dalam pembahasan ini
masih berkaitan juga terhindar dari illat.
e. Terhindar dari 'Illat
Dalam istilah ilmu hadis yang disampaikan oleh Ibn al-
Salah an al-Nawawiy,illat ialah yang menyebabkan
tersembunyinya sebuah hadis, atau denggan katalain perusak
kualitas hadis. Karena dengan adanya illat membuat hadis
yang sahih terlihat tidak sahih. Para ulama juga bersepakat
bahwa untuk mengetahui ada tidaknya illat dalam hadis, yakni
dengan intuisi (ilham) yang dimiliki orang-orang cerdas, kuat
hafalannya, dan paham betul mengenai hadis yang dihafalkan.
Sehigga dapat dismpulkan bahwa hadis yang mengandung
5
Nazir Akib, KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL, Shautut Tarbiyah
Ed.21 , Th.xiv . 2008, hlm 109
10
unsur illat memiliki hubungan dengan syuzq yang dikarenakan
sanadnya tidak bersambung maupun periwayat tidak dhabit.6
Kata matn hadits terambil dari huruf mim, ta dan nun yang
bermakna dasar kekerasan pada sesuatu yang lama dan panjang, mampu
diartikan punggung (muka jalan). Dengan demikian mampu menjadi
pertimbangan logis bahwa dalam hadits yang tampak dan menjadi sasaran
utama dalam kesahihan hadits, maka yang tergambar ialah matannya.7
6
M. Syuhudi Ismail, KAIDAH KESAHIHAN SANAD MATAN HADIS, PT BULAN BINTANG , Jakarta
(2014) hlm 144-158
7
Tasbih, Analisis Histori Sebagai Instrumen Kritk Matan Hadis, Al-Ulum, Vol 11, No 1. (2011) hlm
156
8
Tasbih, Analisis Histori Sebagai Instrumen Kritk Matan Hadis,,, 156
9
Nazir Akib, Kesahihan Sanad dan Matan Hadis Kajian Ilmu Sosial. Sautut Tarbiyah, Ed.21.2008.
hlm 106
11
Kaidah minor matan dari unsur syudzuz diantara lain:
10
Ahmadi Ritonga, Kontribusi pemikiran Salah Ad-Din Ibn Ahmad Al-Idlibi dalam Metode Kritik
Matan Hadits:Telaah terhadap Manhaj Naqd Al-Matn ‘Idn ‘Ulama ‘Al-hadis an-Nabawi, Hadith
Studies.Vol1, No.1, (2017). Hlm 6
11
Abdurrahman, Membangun Metodologi Penelitian Matan Hadits,Pusaka, Vol.1, No.1, (2013).
Hlm73
12
M. Syuhudi Ismail juga menambahkan patokan yang dimana
susunan bahasa yang baik dan sesuai ialah menggunakan fakta sejarah,
yakni matan itu harus sesuai dengan kaedah bahasa Arab.
12
Nazir Akib, Kesahihan Sanad dan Matan Hadis Kajian Ilmu Sosial. Sautut Tarbiyah, Ed.21.2008.
hlm 110
13
Mohammad Rahman, Kajian Matan Dan Sanad Hadits Dalam Metode Historis,Al-Syir’ah.Vol.8,
No.2 (2010)hlm.429
13
1. Yang tidak bertentangan dengan Alquran
2. Yang tidak bertentangan dengan hadis mutawatir yang isinya sudah
pasti
3. Yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan
4. Yang tak bertentangan dengan ijma’ ulama salaf
5. Yang tak bertentangan dengan kaedah bahasa Arab
6. Yang tidak bertentangan dengan sunatullah
7. Mampu diterima dengan akal sehat
14
sanad hadits berarti menuntut adanya lima syarat, agar dapat dinilai
derajat suatu hadits, yaitu:
a. Mencari biografi perawi
Dalam hal ini para ahli hadits telah berhasil menyusun kitab-
kitabtentangbiografi perawi dalam berbagai macam susunan
(berdasarkanurutan huruf atau bab-bab fikih), memuat perawi secara
umum,biografi perawi tsiqah atau perawi dhaif dan sesamanya.
Sehingga itumerupakan keharusan bagi orang yang hendak mengetahui
biografisalah satu perawi
b. Membahas keadilan dan kedlabitan perawi
Tahap kedua dalam mempelajari sanad hadits adalah
menelitikeadilan dan kedhabitan perawi dengan cara membaca
danmempelajari pendapat para ahli jarh dan ta’dil yang terdapatdi
tengah-tengah biografi setiap perawi.
c. Membahas kemuttashilan sanad (sanad yang bersambung)
Dalam hal ini setiap sanad suatu hadits haruslah muttashil atau ber
sambung.
d. Membahas syadz dan illat hadits
Membahas syadz dan illat hadits adalah perbuatan yang
sangatsulitdibandingkan membahas keadilan dan kedhabitan
perawiserta kemuttashilan sanad. Mengetahui ada tidaknya
kesesuaianantara beberapa sanad hadits dan menjelaskan ada
tidaknyasyadz dan illat hadits hanya dapat dilakukan oleh orang yang
menguasai (menghapal) banyak sanad dan matan hadits. Illat hadits
dapat dijelaskan dengan cara menghimpun semuasanad dan
memperhatikan perbedaan perawi hadits.14
3. Penelitian Matan
Secara umum ada tiga langkah metologis kegeiatan penelitian
matan hadits, yaitu:
Mohammad S. Rahman,”Kajian Matan Dan Sanad Hadits Dalam Metode Historis”. Jurnal Al-
14
15
a. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya.
Dalam penelitian hadits, ulama mendahulukan penelitian sanad
atasmatan. Hal ini bukan berarti bahwa sanad lebih penting dari
padamatan. Bagi ulama hadits, dua bagian riawayat hadits itu sama-
samapenting, hanya saja penelitian matan barulah mempunyai
artiapabila sanad bagi matan hadits yang bersangkutan telah jelas dan
memenuhi syarat. Tanpa adanya sanad, maka suatu matan tidak dapat
dinyatakan sebagai berasal dari Rasulullah Saw.
b. Meneliti susunan matan semakna.
1) Terjadi perbedaan lafaz
Menurut ulama hadits, perbedaan lafaz yang
tidakmengakibat- kan perbedaan makna, asalkan sanadnya sama
sama shahih, maka hal itu dapat ditoleransi. Cukup banyakmatan
hadits yang semakna dengan sanad yang sama-samashahihnya
tersusun dengan lafaz yang berbeda. Misalnyahadits tentang niat
yang ditakhrijkan oleh Bukhari, Muslim,Abu Dawud, Turmudzi,
Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad binHambal. Hadits tersebut
menurut riwayat Bukhari terdapattujuh matan yang tersusun
lafaznya berbeda-beda.
2) Akibat terjadinya perbedaan lafaz yaitu: menggunakan metode
muqaranah (perbandingan).
Dalam hal ini metode muqaranah tidak hanya
ditujukanpada lafaz-lafaz matan saja, tetapi juga pada masing
masing sanad nya, dengan menempuh metode muqaranah,maka
akan diketa hui apakah terjadi perbedaan lafaz padamatan yang
masih dapat ditoleransi atau tidak. Metode ini sebagai upaya lebih
mencermati susunan matan yang lebihdapat dipertanggung
jawabkan keasliannya.
16
c. Meneliti kandungan matan yaitu:
1) Kandungan matan yang sejalan
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya matan lain yang
memilikitopik masalah yang sama, perlu dilakukan takhrijul hadits
bial-maudhu’. Apabila ternyata ada matan lain yang bertopiksama,
maka matan itu perlu diteliti sanadnya. Jika sanadnya
memenuhisyarat, maka kegiatan muqaranah perlu dilakukan.
2) Membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan
Dalam hal ini jika sejumlah hadits Nabi yang tidak tampak
sejalanatau tampak bertentangan dengan hadits lain atau ayat al-
Quran, maka pasti ada yang melatarbelakanginya. Dalam hal ini
digunakan pendekatan-pendekatan yang tepat dan sesuai dengan
tuntutan kandungan matan yang bersangkutan.
3) Menyimpulkan hasil penelitian
Setelah langkah-langkah di atas ditempuh, maka langkah
terakhirdalam penelitian matan ialah menyimpulkan hasil
penelitian matan.Karena kualitas matan hanya dikenal dua macam
saja, yakni shahihdan dhaif, maka kesimpulan penelitian matan
akan berkisar padadua macam kemungkinan tersebut.
17
Jalur sanad kedua hadis tersebut yaitu:
Al-Bukhari
Hadis Abu Daud di atas diriwayatkan secara marfu’, namun hadis tersebut dinilai
syadz pada matannya. Hal tersebut dapat diketahui setelah meninjau hadis
Bukhari yang riwayatnya lebih tsiqah dan meriwayatkannya atas
dasar fi’il (perbuatan Nabi). Sedang hadis Abu Daud diriwayatkan atas
dasar qaul (perkataan Nabi).
Karena hadis Abu Daud menyalahi hadis Bukhari yang lebih tsiqah, maka hadis
Abu Daud dinamai hadis syadz pada matannya, sedangkan hadis Bukhari disebut
hadis mahfudh pada matannya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
Nazir Akib. 2008 KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL,
Shautut Tarbiyah Ed.21 , Th.xiv .
Mohammad Rahman. (2010). Kajian Matan Dan Sanad Hadits Dalam Metode
Historis,Al-Syir’ah.Vol.8, No.2
Tasbih. (2011). Analisis Histori Sebagai Instrumen Kritk Matan Hadis. Al-Ulum.
Vol 11, No 1.
Ahmadi Ritong. (2017). Kontribusi pemikiran Salah Ad-Din Ibn Ahmad Al-Idlibi
dalam Metode Kritik Matan Hadits:Telaah terhadap Manhaj Naqd Al-Matn ‘Idn
‘Ulama ‘Al-hadis an-Nabawi, Hadith Studies.Vol1, No.1
20