Anda di halaman 1dari 20

KESHAHIHAN DAN METODELOGI PENELITIAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas makalah Studi Al-Quran dan Hadits

Dosen Pengampu :

Dr. Abdul Mu’is, S.Ag, M.Si.

Dr. Uun Yusufa, M.A.

Disusun Oleh
BAHRUR ROZI
NIM. 213206030027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH
ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2021

1
KATA PENGANTAR

Terucap ribuan puji yang mana hanya milik Allah semata yang telah
memberikan nikmat dunia akhirat sekalipun hamba-Nya terkadang sering
bermaksiat. Sholawat beriring dengan salam senantiasa kami lantunkan
kepada Baginda Nabi Muhammad yang senantiasa memikirkan umatnya
sekalipun di akhirat nanti. Mudah-mudahan kita termasuk umatnya.

Karya tulis ini merupakan tugas mata kuliah Studi Al-Quran dan
Hadits Pendidikan Agama Islam yang didalamnya membahas Nasikh dan
Mansukh dalam Al-Quran. Tentunya dalam penulisan ini tidak lepas dari
usaha dan doa serta dengan bantuan dosen, beliau Dr. Abdul Mu’is, S.Ag, M.Si.
dan Dr. Uun Yusufa, M.A yang memberikan pengantar serta arahan materi
tentang tugas ini.

Karya ini sepenuhnya belum sempurna dengan baik. Oleh karenanya,


demi sempurnanya karya ini perlu adanya kritik dan saran dalam proses
diskusi pembahasannya. Mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi siapa
yang membacanya.

Lumajang, 13 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. Konteks Permasalahan .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
C. TujuanPenulisan .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................ Error! Bookmark not defined.
A. Keshahihan Sanad Hadist ......................................................................................... 6
B. Keshahihan Matan Hadist.......................................................................................11
C. Metodologi Penelitian Sanad dan Matan ..........................................................14
D. Contoh Penelitian Hadist ........................................................................................17
BAB III PENUTUP....................................................................................................................19
A. Kesimpulan ..................................................................................................................19
B. Saran ...............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita ketahui bersama bahwa bukan hanya Al-Quran yang menjadi sumber
ajaran Islam, namun juga terdapat hadis yang menajdi sumber ajaran Islam kedua.
Yang secara resmi telah dibukukan dalam sebuah kitab pada masa pemerintahan
khalifah Umar bin Abd. Azis, karena itu juga hadis wajib dijadikan sebagai
pedoman dalam segala aktifitas bagi setiap muslim baik seabagai hamba maupun
khalifah Allah dimuka bumi. Dengan jangka waktu yang cukup lama, dimulai dari
wafatnya Rasulullah SWT hingga ditulis dan dibukukannya hadis diatas
memunculkan kemungkinan adanya hadis-hadis palsu. Hadis palsu sendiri mulai
berkembang pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang disebabkan karena
adanya pertentangan politik diantara umat Islam untuk maksud dan tujuan
tertentu. Hal itulah yang menjadikan para ulama bersepakat untuk melakukan
ekspedisi kedaerah-daerah untuk mencari dan mengumpulkan hadis-hadis.

Dalam ekspedisi pencarian dan pengumpulan hadis para ulama tidak


hanya bertujuan untuk mengumpulkan hadis semataa namun juga mengadakan
penelitian terhadap hadis-hadis yang ditemui agar dapat mengetahui serta dapat
mengelompokkan hadis yang palsu dan hadis yang asli. Sehingga membuat proses
pengumpulan memakan waktu yang cukup lama untuk menjadikan hadis dalam
sebuah kitab, selain itu para muhharij masing-masing memiliki metode tersendiri
dalam menyusun kitabnya masing-masing, yang menjadikan munculnya berbagai
jenis kitab hadis.

Ulama dalam melakukan penelitian hadis sangat menitik beratkan pada


sanad dan matan hadis, yang membuat para ulama membuat kriteria atau kaidah
tentang sanad dan matan sebagai salah satu syarat diterimanya sebuah hadis.
Sehingga suatu hadis dapat dikatakan sahih jika memenuhi kriteria atau kaidah
sanad dan matan hadis.

4
Dari uraian diatas, yang menjadi pokok pembahasan pada tulisan kali ini
yakni kaidah-kaidah kesahihan sanad dan matan hadis serta pendekatan dalam
pengemabangan kaidah kesahihan sanad dan matan hadis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari sanad dan matan hadis ?
2. Apa saja kaidah – kaidah kesahihan sanad dan matan hadis ?
3. Bagaimana meneliti kesahihan sanad dan matan hadis ?
4. Bagaimana contoh penelitian hadis ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian sanad dan matan hadis
2. Untuk mengetahui kaidah kesahihan sanad dan matan hadis
3. Untuk mengetahui cara meneliti kesahihan sanad dan matan hadis
4. Untuk mengetahui contoh penelitian hadis

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesahihan Sanad Hadis


Dari segi bahasa sanad dapat diartikan sebagai sandaran, tempat
bersandar, atau dapat dipegang, dipercaya,. Sanad merupakan rangkaian
urutan orang-orang yang menjadi sandaran yang menghubungkan suatu
hadis atau sunnah sampai pada Nabi Muhaamd SAW.
Dari segi bahasa, sanad artinya yang menjadi sandaran, tempat
bersandar, arti yang lain sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya.
Dalam istilah ilmu hadis sanad ialah rangkaian urutan orang-orang yang
menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan satu hadis atau sunnah
sampai pada Nabi Saw. Sanad menurut istilah ahli hadis yaitu: “Jalan yang
menyampaikan kepada matan hadis.”
Periwayatan sebuah hadis pastinya memiliki banyak hal yang
mendasarinya, termasuk didalamnya adalah unsur sanad hadis. Para ulama
telah bersepakat dalam membahas mengenai hadis tidak hanya
mengumpulkannya saja, namun juga memahami atau memperdalam
keilmuan mengenai kriteria kesahihan sebuah hadis yang meliputi segala
aspek didalam hadis. Kriteria atau syarat yang melingkupi semua aspek
pada sanad baik yang bersifat umum dan khusus, para ulama telah
bersepakat bahwasannya kriteria sanad hadis dibagi menjadi dua bagian,
yakni kaidah mayor dan kaidah minor.1
Dalam kesempatan berikut ini akan disampaikan mengenai kedua
kriteria kesahihan sanad hadis tersebut menurut pendapat para ulama
beserta istilah yang menunjukkan hadis yang memenuhi kriteria maupun
yang tidak memenuhi kriteria kesahihan hadis.

1
Nazir Akib, KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL, Shautut Tarbiyah
Ed.21 , Th.xiv . 2008 hlm 123

6
1. Unsur Kaidah Mayor
Ulama hadis abad ke-3H atau yang biasa disebut dengan para
mutaqaddium bersepakat bahwa belum bisa mendefinisikan mengenai
kepastian dari kesahihan hadis, namun hanya memberikan penjelasan
mengenai berita yang bisa dipergangi, diantaranya ialah sebagai
berikut :
a. Tidak boleh diterima suatu riwayat hadist kecuali dari orang yang
tsiqat.
b. Periwayat harus diperhatikan kualitas ibadah, perilaku dan keadaan
dirinya setiap saat, jika tidak baik adar tidak diterima hadisnya.
c. Harus mempunyai pengetahuan tentang hadist.
d. Periwayat tidak senang berdusta dan tidak senang mengikuti hawa
nafsunya.
e. Tidak ditolak kesaksiannya.

Sedangangkan bila menelusuri pendapat antara Bukhari dan


Muslim tampak ketidak jelasan kriteria yang ditetapkan, yang hanya
berpegang penelitian para ulama yang diperpegangi yakni pada aspek:
1) sanadnya harus bersambung; 2) sanadnya harus tsiqah; 3) terhindar
dari cacat dan illat; 4) sanad yang berdekatan harus sezaman dan
bertemu. 2

Sementara itu para ulama al-muta'akhkhirin mendefinisikan hadis


sahih sudah secara tegas, yakni Ibn al-Salah (wafat 643H) memberikan
pengertian definisi hadis sahih sebagai berikut :

Adapun hadis sahih ialah hadis yang bersambung sanad-nya


(sampai kepada Nabi), diriwayatkan oleh (periwayat) yang adil dan
dabit sampai akhir sanad, (di dalam hadis itu) tidak terdapat
kejanggalan (syudzudz) dan cacat ('illat).

2
M. Syuhudi Ismail, KAIDAH KESAHIHAN SANAD MATAN HADIS, PT BULAN BINTANG , Jakarta
(2014) hlm 144-158hlm 106

7
Kemudian di oleh M.Syuhudi Ismail kedua pendapat diatas
disimpulkan sebagai berikut :

1) Sanadnya bersambung
2) Seluruh periwayat dalam sanad ialah dhabit
3) Seluruh periwayat dalam sanad ialah adil
4) Sanad terhindar dari syuzus
5) Sanad terhindar dari illat

Kelima syarat diatas kemudian diperinci lagi menjadi tiga kaidah


mayor yakni nomor 1 hingga nomor 3 dan yang kempat dan kelima
dikategorikan pada kaidah minor. Itu dikarenakan terjadinya syuzus
dan illat merupakan tidak bersambungnya sanad dan tidak
sempurnanyakedhabitan.

2. Unsur Kaidah Minor


Dasar pembutan kaidah minor dalam kesahihan hadis merupakan
kaidah mayor itu sendiri, sehingga dalam kaidah minor sendiri
merupakan penjabaran dari kaidah mayor. Unsur-unsurnya antara lain
sebagai berikut :
a. Sanad bersambung
Maksud dari sanad bersambung yakni tiap periwayat dalam
sanad hadis menerima periwayatan hadis dari yang terdekat
sebelumnya hingga akhir dari hadis tersebut. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa seluruh rangkaian periwayatan
dalam sanad hadis dimulai dari periwayat yang disandari oleh
al mukharrij hingga para sahabat yang menerima hadis
langsung dari nabi bersambung terus periwayatannya.
Sehingga sanad hadis yang bersambung jika : 1)Seluruh
periwayatan benar-benar siqat (adil dan dabit); dan 2)Antara
satu periwayat dengan periwayat terdekat harus benar terjadi
pertemuan dan hubungan secara sah (sesuai tahammul wa

8
ada'al-hadis). Dan dapat disimpulkan unsur kaidah minor
sanad bersambung ialah mutasil dan marfu.3
b. Periwayat bersifat adil
Kata adil sendiri berasal dari kata al-'adl yang memiliki
lebh dari satu makna baik dari segi istilah dan bahasa, para
ulama sendiri berpendapat mengenai kriteria adil sangat
beragam. Mengenai hal tersebut M. Syuhudi Islmail
berpendapat bahwa ketaqwaan periwayat adalah dasar kriteria
kesahihan sanad, disamping itu juga periwayat juga harus
memiliki beberapa aspek yanh menjadikan dirinya sebagai
periwayat sanad yang adil, unsur kaidah minor periwayat
sanad yang adil tersebut ialah: 1) Beragama Islam, 2)
mukallaf, 3) melaksanakan ketentuan agama 4) memelihara
muru'ah. 4
c. Periwayat bersifat dhabit
Dhabit secara etimologi memiliki arti kokoh, kuat dan
tepat,atau mereka yang mernpunyai hapalan kuat dan
sempuma. II> Scdangkan menurut muhadditsin, dhabit
merupakan sikap kesadaran secara penuh dan tidak lalai akan
sesuatu hal, memiliki hafalan kuatapabila hadist yang
diriwayatkan berdasarkan hapalan, benar dan jelas tulisannya
jika hadist yang diriwayatkan berdasarkan tulisan, dan apabila
rneriwayatkan secara makna, maka periwayat mampu memilih
kata-kata yang baik dan tepat untuk digunakan
Adapun kaedah minor dari sifat dhabit antara lain:
a. Periwayat dapat memaharni dengan baik riwayat yang telah
didengarnya.

3
Nazir Akib, KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL, Shautut Tarbiyah
Ed.21 , Th.xiv . 2008 hlm 131-132
4
M. Syuhudi Ismail, KAIDAH KESAHIHAN SANAD MATAN HADIS, PT BULAN BINTANG , Jakarta
(2014) hlm 144-158 hlm 107-108

9
b. Periwayat mampu menghafal dengan baik riwayat yang
diterimanya.
c. Mampu untuk menyampaikan riwayat yang diterirna dengan
baik kepada orang lain kapan saja diperlukan5
d. Terhindar dari syuzuq (ke-syazan)
Menurut beberapa ulama mengenai pemgertiam syaz sangat
beragam, salah satunya ialah menurut Imam al-Hakim al-
Naysaburiy mengatakan bahwa hadis syaz adalah hadis yang
diriwayatkan oleh seorang periwayat yang siqat, tetapi tidak
terdapat periwayat siqat lain yang meriwayatkan hadis
tersebut. Ulama hadis sendiri mengakui bahwa syuzuz dan
illah hadis sangat sulit untuk diteliti, karena keduanya terlihat
sahih dalam sanad hadis, yang menyebabkan seolah sanad nya
bersambung.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kaidah minornya ialah
apabila sanad bersambung namun lebih diteliti lagi dari segi
syuzuq dalam sebuah hadis, namun dalam pembahasan ini
masih berkaitan juga terhindar dari illat.
e. Terhindar dari 'Illat
Dalam istilah ilmu hadis yang disampaikan oleh Ibn al-
Salah an al-Nawawiy,illat ialah yang menyebabkan
tersembunyinya sebuah hadis, atau denggan katalain perusak
kualitas hadis. Karena dengan adanya illat membuat hadis
yang sahih terlihat tidak sahih. Para ulama juga bersepakat
bahwa untuk mengetahui ada tidaknya illat dalam hadis, yakni
dengan intuisi (ilham) yang dimiliki orang-orang cerdas, kuat
hafalannya, dan paham betul mengenai hadis yang dihafalkan.
Sehigga dapat dismpulkan bahwa hadis yang mengandung

5
Nazir Akib, KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL, Shautut Tarbiyah
Ed.21 , Th.xiv . 2008, hlm 109

10
unsur illat memiliki hubungan dengan syuzq yang dikarenakan
sanadnya tidak bersambung maupun periwayat tidak dhabit.6

B. KESAHIHAN MATAN HADITS

Kata matn hadits terambil dari huruf mim, ta dan nun yang
bermakna dasar kekerasan pada sesuatu yang lama dan panjang, mampu
diartikan punggung (muka jalan). Dengan demikian mampu menjadi
pertimbangan logis bahwa dalam hadits yang tampak dan menjadi sasaran
utama dalam kesahihan hadits, maka yang tergambar ialah matannya.7

Istilah secara terminologi menurut pada muhadditsin matan hadits


mengartikan bahwa matan merupakan sesuatu yang menjadi tempat
berakhirnya sanad, atau lafad-lafad yang mengandung makna. Matan bisa
disebut juga merupakan bunyi atau kalimat dalam hadits yang menjadi isi
dari riwayat.8

Dalam sebuah periwayatan hadis, dapat dikatakan shahih tidak


hanya di tinjau dari segi sanad saja, dari segi matanpun perlu menjadi
unsur kesahihan hadis. Unsur keshahihan hadis yang di tinjau dari matan
mempunyai ketentuan agar terhindar dari syudzuz dan illat. 9

Dalam kesahihan matan hadis menurut M. Syuhudi Ismail di


bedakan menjadi kaidah mayor dan juga kaidah minor. Kedua hal tersebut
syudzuz dan illat merupakan kaidah mayor sedangkan kaidah minor matan
tidak terperinci sebagaimana kaidah sanad.

6
M. Syuhudi Ismail, KAIDAH KESAHIHAN SANAD MATAN HADIS, PT BULAN BINTANG , Jakarta
(2014) hlm 144-158
7
Tasbih, Analisis Histori Sebagai Instrumen Kritk Matan Hadis, Al-Ulum, Vol 11, No 1. (2011) hlm
156
8
Tasbih, Analisis Histori Sebagai Instrumen Kritk Matan Hadis,,, 156
9
Nazir Akib, Kesahihan Sanad dan Matan Hadis Kajian Ilmu Sosial. Sautut Tarbiyah, Ed.21.2008.
hlm 106

11
Kaidah minor matan dari unsur syudzuz diantara lain:

a. Matan hadits tidak bertentangan dengan matan yang sanadnya lebih


kuat`
b. Matan hadits tidak bertentangan dengan Alquran
c. Matan hadits tidak bertentangan dengan fakta sejarah
d. Matan hadits tidak bertentangan dengan akal sehat

Sedangkan kaidah minor matan hadits yang mengandung illat diantara


lain:

a. Matan hadits tidak mengandung idraj (sisipan)


b. Matan hadits tidak mengandung ziadah (tambahan)
c. Tidak terjadi maqlub (pergantian lafal atau kalimat) dalam matan
hadits yang bersangkutan
d. Tidak terjadi idtiraf (pertentangan) bagi matan hadits yang
bersangkutan
e. Tidak terjadi kerancuan lafal dan makna dari matan hadits10

Atau bisa juga sebagai patokan dalam meneliti matan dikemukanan


oleh al-Khatib Al-Bagdadi, sebagaimana yang dikutip oleh M. Syuhudi
Ismail sebagai berikut yang sudah mengandung unsur keduanya syudzuz
dan illat :11

1. Tak bertentangan dengan akal sehat


2. Tak bertentangan dengan ayat Alquran muhkam
3. Tak bertentangan dengan hadis mutawatir
4. Tak bertentangan dengan amalan yang sudah di buat oleh ulama salaf
5. Tak bertetangan juga dengan dalil yang pasti

10
Ahmadi Ritonga, Kontribusi pemikiran Salah Ad-Din Ibn Ahmad Al-Idlibi dalam Metode Kritik
Matan Hadits:Telaah terhadap Manhaj Naqd Al-Matn ‘Idn ‘Ulama ‘Al-hadis an-Nabawi, Hadith
Studies.Vol1, No.1, (2017). Hlm 6
11
Abdurrahman, Membangun Metodologi Penelitian Matan Hadits,Pusaka, Vol.1, No.1, (2013).
Hlm73

12
M. Syuhudi Ismail juga menambahkan patokan yang dimana
susunan bahasa yang baik dan sesuai ialah menggunakan fakta sejarah,
yakni matan itu harus sesuai dengan kaedah bahasa Arab.

Kemudian menurut Shalahudin Al-Abidi membedakan patokan


tersebut menjadi empat sebagai berikut dibawah ini :

1. Tak bertentangan dengan ayat Alquran


2. Tak bertentangan dengan hadis yang lebih kuat
3. Susunannya berurutan dengan sabna kenabian
4. Tak bertentangan dengan akal sehat12

Selain kedua tokoh tersebut adapun kaedah kesahihan yang


dikemukakan oleh Jumhur Ulama di atas dinyatakan sebagai kaedah dalam
meneliti kepalsuan suatu hadist. Menurut jumhur Ulama, tanda-tanda
matan hadist adalah sebagai berikut:

1. Biasanya isinya bertentangan dengan akal sehat


2. Bertentangan juga dengan ajaran pokok agama Islam
3. Bertentangan juga dengan sunatullah
4. Bertentangan dengan hadis mutawatir yang isinya sudah pasti
5. Berbeda atau betentangan dengan sejarah
6. Bahasanya biasanya rancu

Jika acuan kaedah atau tanda – tanda hadis palsu tersebut di


gunakan untuk menentukan kesahehan matan, maka yang tidak
bertentanganlah yang menjadi kaedah kesahihan matan hadis, yang
dimana sebagai berikut:13

12
Nazir Akib, Kesahihan Sanad dan Matan Hadis Kajian Ilmu Sosial. Sautut Tarbiyah, Ed.21.2008.
hlm 110
13
Mohammad Rahman, Kajian Matan Dan Sanad Hadits Dalam Metode Historis,Al-Syir’ah.Vol.8,
No.2 (2010)hlm.429

13
1. Yang tidak bertentangan dengan Alquran
2. Yang tidak bertentangan dengan hadis mutawatir yang isinya sudah
pasti
3. Yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan
4. Yang tak bertentangan dengan ijma’ ulama salaf
5. Yang tak bertentangan dengan kaedah bahasa Arab
6. Yang tidak bertentangan dengan sunatullah
7. Mampu diterima dengan akal sehat

C. Metodelogi Penelitian Sanad dan Matan

Setelah Rasulullah SAW wafat, tak pernah ada sahabat yang


meragukan sahabat yang lainnya. Tabi’in juga tidak pernah ragumenerima
hadits yang diriwayatkan para sahabat yang merekaterima dari Rasulullah
Saw. Nanti setelah fitnah melanda kaummuslimin, muncul seorang Yahudi
bernama Abdullah bin Saba’ yang menyatakan tuduhan keji yang bertitik
tolak pada pemikiran kaum Syiah yang mendewa-dewakan Sayyidina Ali
RA. Ia mulai mengadakan infiltrasi terhadap as-sunnah, dan ulahnya
itumembekas, dan meningkat pada generasi-generasi berikutnya. Dari
peristiwa tersebut sahabat dan tabi’in bertindak lebih hati-hati dalam
menerima dan menyebarkan hadits.
Merekahanya mau menerimanya apabila telah jelas jalan dan
rawinya. Mereka mulai meneliti langsung dan merunut nama-
namarawinya apakah jelas terpercaya dan adil atau sebaliknya. Dalam
hal ini terdapat kegiatan penelitian sanad, yakni setelah kegiatan
takhrij dilakukan maka seluruh sanad hadits dicatat dandihimpun untuk
dilakukan i‘tibar, Artinya peninjauan terhadapberbagai hal dengan
maksud untuk mengetahui sesuatu yang sejenis, dengan menyertakan
sanad-sanad yang lain untuk suatuhadits tertentu akan dapat diketahui
apakah ada periwayatnya yangadil atau tidak ada untuk bagian sanad
hadits tersebut. Menurut Dr. Mahmud alTahhan, untuk mempelajari

14
sanad hadits berarti menuntut adanya lima syarat, agar dapat dinilai
derajat suatu hadits, yaitu:
a. Mencari biografi perawi
Dalam hal ini para ahli hadits telah berhasil menyusun kitab-
kitabtentangbiografi perawi dalam berbagai macam susunan
(berdasarkanurutan huruf atau bab-bab fikih), memuat perawi secara
umum,biografi perawi tsiqah atau perawi dhaif dan sesamanya.
Sehingga itumerupakan keharusan bagi orang yang hendak mengetahui
biografisalah satu perawi
b. Membahas keadilan dan kedlabitan perawi
Tahap kedua dalam mempelajari sanad hadits adalah
menelitikeadilan dan kedhabitan perawi dengan cara membaca
danmempelajari pendapat para ahli jarh dan ta’dil yang terdapatdi
tengah-tengah biografi setiap perawi.
c. Membahas kemuttashilan sanad (sanad yang bersambung)
Dalam hal ini setiap sanad suatu hadits haruslah muttashil atau ber
sambung.
d. Membahas syadz dan illat hadits
Membahas syadz dan illat hadits adalah perbuatan yang
sangatsulitdibandingkan membahas keadilan dan kedhabitan
perawiserta kemuttashilan sanad. Mengetahui ada tidaknya
kesesuaianantara beberapa sanad hadits dan menjelaskan ada
tidaknyasyadz dan illat hadits hanya dapat dilakukan oleh orang yang
menguasai (menghapal) banyak sanad dan matan hadits. Illat hadits
dapat dijelaskan dengan cara menghimpun semuasanad dan
memperhatikan perbedaan perawi hadits.14
3. Penelitian Matan
Secara umum ada tiga langkah metologis kegeiatan penelitian
matan hadits, yaitu:

Mohammad S. Rahman,”Kajian Matan Dan Sanad Hadits Dalam Metode Historis”. Jurnal Al-
14

Syir’ah. Vol. 3 No.2, Desember 2010,429.

15
a. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya.
Dalam penelitian hadits, ulama mendahulukan penelitian sanad
atasmatan. Hal ini bukan berarti bahwa sanad lebih penting dari
padamatan. Bagi ulama hadits, dua bagian riawayat hadits itu sama-
samapenting, hanya saja penelitian matan barulah mempunyai
artiapabila sanad bagi matan hadits yang bersangkutan telah jelas dan
memenuhi syarat. Tanpa adanya sanad, maka suatu matan tidak dapat
dinyatakan sebagai berasal dari Rasulullah Saw.
b. Meneliti susunan matan semakna.
1) Terjadi perbedaan lafaz
Menurut ulama hadits, perbedaan lafaz yang
tidakmengakibat- kan perbedaan makna, asalkan sanadnya sama
sama shahih, maka hal itu dapat ditoleransi. Cukup banyakmatan
hadits yang semakna dengan sanad yang sama-samashahihnya
tersusun dengan lafaz yang berbeda. Misalnyahadits tentang niat
yang ditakhrijkan oleh Bukhari, Muslim,Abu Dawud, Turmudzi,
Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad binHambal. Hadits tersebut
menurut riwayat Bukhari terdapattujuh matan yang tersusun
lafaznya berbeda-beda.
2) Akibat terjadinya perbedaan lafaz yaitu: menggunakan metode
muqaranah (perbandingan).
Dalam hal ini metode muqaranah tidak hanya
ditujukanpada lafaz-lafaz matan saja, tetapi juga pada masing
masing sanad nya, dengan menempuh metode muqaranah,maka
akan diketa hui apakah terjadi perbedaan lafaz padamatan yang
masih dapat ditoleransi atau tidak. Metode ini sebagai upaya lebih
mencermati susunan matan yang lebihdapat dipertanggung
jawabkan keasliannya.

16
c. Meneliti kandungan matan yaitu:
1) Kandungan matan yang sejalan
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya matan lain yang
memilikitopik masalah yang sama, perlu dilakukan takhrijul hadits
bial-maudhu’. Apabila ternyata ada matan lain yang bertopiksama,
maka matan itu perlu diteliti sanadnya. Jika sanadnya
memenuhisyarat, maka kegiatan muqaranah perlu dilakukan.
2) Membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan
Dalam hal ini jika sejumlah hadits Nabi yang tidak tampak
sejalanatau tampak bertentangan dengan hadits lain atau ayat al-
Quran, maka pasti ada yang melatarbelakanginya. Dalam hal ini
digunakan pendekatan-pendekatan yang tepat dan sesuai dengan
tuntutan kandungan matan yang bersangkutan.
3) Menyimpulkan hasil penelitian
Setelah langkah-langkah di atas ditempuh, maka langkah
terakhirdalam penelitian matan ialah menyimpulkan hasil
penelitian matan.Karena kualitas matan hanya dikenal dua macam
saja, yakni shahihdan dhaif, maka kesimpulan penelitian matan
akan berkisar padadua macam kemungkinan tersebut.

D. CONTOH PENELITIAN HADIST


Contoh hadis syadz pada matan seperti hadis yang diriwayatkan
oleh Abu Daud:
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا صلى أحدكم ركعتي الفجر فليضطجع على يمينه‬
“Rasulullah SAW bersabda: Bila seseorang dari kamu telah selesai shalat sunnat 2
rakaat fajar, maka hendaklah ia berbaring miring di atas pinggang kanannya”.
Dan diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari:
‫ صلى ركعتي الفجر اضطجع على شقة االيمن‬.‫ م‬.‫كان النبي ص‬
“Konon, Rasulullah SAW bila telah selesai shalat sunnat rakaat fajar, beliau
berbaring miring di atas pinggang kanannya”.

17
Jalur sanad kedua hadis tersebut yaitu:

Nabi SAW Nabi SAW

Abu Hurairah Aisyah

Abu Shalih Urwah bin Zubair

Al-A’masy Abu Al Aswad

Abu Al-Wahid Sa’id bin Abi Ayyub

Abu Daud Abdullah bin Yazid

Al-Bukhari

Hadis Abu Daud di atas diriwayatkan secara marfu’, namun hadis tersebut dinilai
syadz pada matannya. Hal tersebut dapat diketahui setelah meninjau hadis
Bukhari yang riwayatnya lebih tsiqah dan meriwayatkannya atas
dasar fi’il (perbuatan Nabi). Sedang hadis Abu Daud diriwayatkan atas
dasar qaul (perkataan Nabi).

Karena hadis Abu Daud menyalahi hadis Bukhari yang lebih tsiqah, maka hadis
Abu Daud dinamai hadis syadz pada matannya, sedangkan hadis Bukhari disebut
hadis mahfudh pada matannya.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam menentukan kesahihan sebuah hadis perlu ditinjau melalui


kaidah sanad serta matan hadis. Dalam kaidah sebuah sanad ataupun
matan di bedakan atau harus mampu mencakup dua kaidah yakni unsur
mayor ataupun unsur minor dalam keduanya. Sebuah sanad haruslah
memenuhi kriteria keshahihan diantaranya dilihat dari kaidah mayor minor
ialah Sanadnya bersambung, seluruh periwayat dalam sanad ialah dhabit,
seluruh periwayat dalam sanad ialah adil, sanad terhindar dari syuzu, sanad
terhindar dari illat.
Sedangkan kaidah matan ialah tak bertentangan dengan akal
sehat, tak bertentangan dengan ayat Alquran muhkam, tak bertentangan
dengan hadis mutawatir, tak bertentangan dengan amalan yang sudah di
buat oleh ulama salaf, tak bertetangan juga dengan dalil yang pasti.
Pendekatan keduanya ada empa yakni historis, antorpologis, kebahasaan
serta sosiologis. Kemudian dalam meneliti sanad dan matan harus
mempertimbangkan kaidah mencari biografi perawi, membahas keadilan
dan kedlabitan perawi, membahas kemuttashilan sanad (sanad yang
bersambung), membahas syadz dan illat. Meneliti matan dengan melihat
kualitas sanadnya, meneliti susunan matan semakna, meneliti kandungan
matan.
B. Saran
Jika terdapat kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalha
ini, baik disengaja maupun tidak disengaja. Penulis menerima kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kebaikan perkuliahan ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nazir Akib. 2008 KESAHIHAN SANAD MATAN HADITS: KAJIAN ILMU_ILMU SOSIAL,
Shautut Tarbiyah Ed.21 , Th.xiv .

M. Syuhudi Ismail. (2014). KAIDAH KESAHIHAN SANAD MATAN HADIS. PT BULAN


BINTANG: Jakarta

Mohammad Rahman. (2010). Kajian Matan Dan Sanad Hadits Dalam Metode
Historis,Al-Syir’ah.Vol.8, No.2

Tasbih. (2011). Analisis Histori Sebagai Instrumen Kritk Matan Hadis. Al-Ulum.
Vol 11, No 1.

Ahmadi Ritong. (2017). Kontribusi pemikiran Salah Ad-Din Ibn Ahmad Al-Idlibi
dalam Metode Kritik Matan Hadits:Telaah terhadap Manhaj Naqd Al-Matn ‘Idn
‘Ulama ‘Al-hadis an-Nabawi, Hadith Studies.Vol1, No.1

Abdurrahman. (2013). Membangun Metodologi Penelitian Matan Hadits,Pusaka,


Vol.1, No.1,

20

Anda mungkin juga menyukai