Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Studi Hadist yang diberikan
Disusun Oleh
Kelompok 11
TP. 2023/1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat allah SWT, tuhan semesta alam yang telah
memberikan karunia dan nikmat-nya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul Penelitian Kritik Hadist dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
makalah studi hadis dengan dosen pengampu, Bapak Ahmad Fauzi, S.H.I., M.A.
dalam program Studi Ekonomi Syariah.
Shalawat dan beiringkan salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan
alam yakni, nabi Muhammad SAW, semoga perbanyaknya kita bershalawat kepada
beliau kita mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir nanti, aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan bagi dari segi bahasa maupun dari penulisannya .
untuk itu kami berharap adanya saran dan juga kritik yang membangun serta usulan
demi perbaikan makalah di masa yang akan datang. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun makalah dan bagi yang
membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kitab-kitab hadis yang beredar di tengah-tengah masyarakat dan dijadikan
pegangan oleh umat Islam dalam hubungannya dengan hadis sebagai sumber ajaran
Islam adalah kitab-kitab yang disusun oleh para penyusunnya setelah lama Nabi
wafat. Dalam jarak waktu antara kewafatan Nabi dan penulisan kitab-kitab hadis
tersebut telah terjadi berbagai hal yang dapat menjadikan riwayat hadis tersebut
menyalahi apa yang sebenarnya berasal dari Nabi. Baik dari aspek kemurniannya dan
keasliannya.
Dengan demikian, untuk mengetahui apakah riwayat berbagai hadis yang
terhimpun dalam kitab-kitab hadis tersebut dapat dijadikan sebagai hujjah ataukah
tidak, terlebih dahulu perlu dilakukan penelitian. Kegiatan penelitian hadis tidak
hanya ditujukan kepada apa yang menjadi materi berita dalam hadis itu saja, yang
biasa dikenal dengan masalah matan hadis, tetapi juga kepada berbagai hal yang
berhubungan dengan periwayatannya, dalam hal ini sanadnya, yakni rangkaian para
periwayat yang menyampaikan matan hadis kepada kita.
Penelitian kualitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti meragukan hadis Nabi
Muhammad SAW, tetapi melihat keterbatasan perawi hadis sebagai manusia, yang
adakalanya melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun karena didorong oleh
kepentingan tertentu. Keberadaan perawi hadis sangat menentukan kualitas hadis,
baik kualitas sanad maupun kualitas matan hadis. Selama riwayat-riwayat ini
membutuhkan penelitian dan kajian mendalam untuk mengetahui mana yang dapat
diterima dan mana yang ditolak, maka mutlak diperlukan adanya kaidah-kaidah dan
patokan sebagai acuan melakukan studi kritik Hadis. Di dalam makalah ini, penulis
akan mengkaji seputar kritik hadis, ditinjau dari sisi sejarah muncul, perkembangan,
urgensi, cakupan, tokoh-tokohnya dan indikasi mayor dan minor sanad dan matan
shahih.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kritik hadis dan pengertian menurut ulama?
2. Apa tujuan dari penelitian kritik hadis?
3. Bagaimana sejarah kritik hadis pada masa Rasulullah SAW?
4. Bagaimana Sejarah kritik hadis pada masa Khulafaur Rasyidin?
5. Bagaimana kode etik kritik hadis?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kritik hadis dan pengertiannya menurut ulama
2. Menjelaskan tujuan dari kritik hadis
3. Menceritakan Sejarah kritik hadis pada masa Rasulullah SAW
4. Menceritakan Sejarah kritik hadis pada masa Khulafaur Rasyidin
5. Menjelaskan apa saja yang menjadi kode etik kritik hadis
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dr. Zikri Darussamin, Ilmu Hadis, (Pekanbaru: Suska Press, 2010) hal, 115.
2
Ibid, hal, 116.
3
Abustani Ilyas, Studi Hadis: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi, (Depok: Rajawali Pers,
2019) hal, 118.
3
hadis terdahulu adalah al-jarh wa al-ta’dil yang artinya kritik negarif dan kritik
positif terhadap hadis atau periwayatannya.4
4
Dr. Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Prenada Media, 2010) hal, 275.
5
Ibid, hal, 276-277.
4
Rasulallah SAW. Apa yang dilakukan di masa itu, hanyalah terbatas untuk
memperoleh konfirmasi bahwa benar- benar sesuatu itu berasal dari Nabi.
Sebagai contoh kritik hadis yang ada pada masa Rasulullah SAW adalah
sebagaimana saat Anas bin Malik bercerita bahwa seorang laki-laki Ahlul Badiyah
yang datang menemui Rasulullah SAW lalu beliau bertanya “Wahai Muhammad,
kami telah didatangi oleh seorang utusanmu dan ia mengatakan bahwa Allah SWT
telah menjadikan (mengangkatmu) sebagai seorang rasul, benarkah?” lalu Rasulullah
menjawab “Benar!” lalu ia bertanya lagi "Utusanmu juga telah mengatakan bahwa
Allah SWT telah memerintahkan tentang kewajiban zakat ini?" Jawab Nabi SAW
"Benar!" la meneruskan pertanyaannya: "Utusanmu juga mewajibkan kami berpuasa
setiap tahunnya?". Rasulullah SAW menjawab lagi: "Benar!” dan seterusnya.6
6
Djalil Afif, Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis, Jurnal Al-Qalam Nomor 66 Volume 8
tahun 1997, hal. 60.
7
Loc.cit, Dr. Zikri Darussamin, hal, 118.
5
oleh Imran bin Husain. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian, Abu Bakar
meminta para perawi hadis untuk menghadirkan saksi-saksi.8
Secara garis besar, syarat-syarat itu dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok,
yaitu:
Pertama, syarat yang berkenaan dengan sikap pribadi: (a) bersifat adil, dalam
pengertian ilmu hadis ('adalah al-ruwah), dan sifat adil itu tetap terpelihara ketika
melakukan penilaian terhadap periwayat hadis; (b) tidak bersikap fanatik terhadap
aliran yang dianutnya; (c) tidak bersikap bermusuhan dengan periwayat yang berbeda
aliran atau madzhab dengannya; (d) jujur; (e) takwa; dan (f) wara'.
Kedua, syarat yang berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, yakni
memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam, khususnya yang berkenaan derigan:
(a) ajaran Islam; (b) bahasa Arab; (c) hadis dan ilmu hadis; (d) pribadi periwayat
yang dikritiknya; (e) adat istiadat yang berlaku (al-'urf); dan sebab-sebab keutamaan
dan ketercelaan periwayat.
Di samping syarat subjektif, terdapat norma kritik yang harus dipegang oleh
kritikus periwayat. Norma-norma itu ditetapkan oleh para ulama dengan tujuan
memelihara objektivitas penilaian periwayat dan pemeliharaan akhlak mulia dalam
melakukan kritik.
Pertama, dalam melakukan kritik, kritikus periwayat tidak hanya
mengemukakan sifat-sifat negatif dan tercela (al-jarh) yang dimiliki periwayat hadis,
tetapi juga sifat-sifat positif dan utama (al-ta'dil) dimaksudkan agar terjadi
keseimbangan penilaian dan dapat dijadikan pertimbangan apakah riwayatnya dapat
diterima atau tidak,
8
Loc.cit, Abustani Ilyas, hal, 120.
6
Kedua, penjelasan tentang sifat-sifat positif dan utama (al-ta'dit) yang
dikemukakan oleh kritikus hadis tidak harus terperinci satu per satu, tapi dapat berupa
penjelasan global. Konsiderasi seorang kritikus dapat diterima dengan ungkapan yang
bersifat umum seperti ungkapan tsiqah (tepercaya) untuk mewakili karakter periwayat
yang ‘adil (terjaga kapasitas pribadinya) dan dhabith (terpelihara kualitas
intelektualnya). Kata tsiqah dapat mewakili karakter-karakter yang bersifat khusus,
yaitu: beragama Islam, takwa, meinelihara muru'ah, teguh dalam beragama, tidak
berbuat dosa kecil terus menerus, dosa besar, maksiat, tidak fasik, baik akhlaknya,
dapat dipercaya beritanya, biasanya benar, kuat hafalan, cermat, dan teliti.
Ketiga, dalam mengemukakan sifat-sifat negatif (al-jarh) tidak dilakukan
secara berlebihan. Ungkapan yang digunakan juga harus jelas aspek yang dikritik
apakah tentang kapasitas pribadi, kualitas intelektual, atau keduanya. Penjelasan
harus pula dikemukakan secara etis sehingga nama baik periwayat tidak dirusakkan
oleh hal-hal yang tidak ada hubungarinya dengan periwayatan hadis. Kritik negatif
tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan sesecrang, tetapi untuk menjaga hadis
dari periwayat yang tidak kompeten baik secara pribadi maupun intelektual yang
menyebabkan kebenaran hadis itu diragukan. Sebagian. ulama memperbolehkan
kritik negatif diungkapkan secara global, tetapi yang dimaksud secara global
(mujmal) di sini adalah pengungkapan dengan istilah-istilah tertentu, misalnya istilah
matrûk.9
9
Loc.cit, Dr, Idri, hal. 295-297.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Djalil Afif. Studi Kritik Sanad dan Matan Hadis. Jurnal Al-Qalam
Nomor 66 Volume 8 tahun 1997. 55-62.