Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ILMU HADITS
Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah
ULUMUL HADITS
Dosen pembimbing : Dr. H. Cece Nurhikmah, M. Ag.

Disusun Oleh :

Windi Widiasari
Sani Septiana
Ningsih

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL - MUHAJIRIN PURWAKARTA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tak lupa pula sholawat
serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Ucapan
terima kasih kepada bapak Dr. H. Cece Nurhikmah, M. Ag., selaku dosen
pembimbing mata kuliah Ulumul Hadits yang berkenan membimbing kami
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.

Makalah ini mengupas “Ilmu Hadits“, melalui makalah ini kami mencoba
menguak berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia, serta menggali
bagaimana solusi untuk mengatasinya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari


kesempurnaan baik dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya.Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik konstruktif dari pembaca untuk penyempurnaan
penulisan makalah selanjutnya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya


terutama bagi mahasiswa dan calon pendidik khususnya.

Purwakarta, 01 Desember 2021


Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................1
C. Tujuan Penulis .........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Hadits ............................................................................2
B. Cabang-Cabang Ilmu Hadits ...................................................................2
C. Kegunaan dan Ilmu Hadits ......................................................................8
D. Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur`an .......................................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Umat Islam mengalami kemajuan pada zaman kalsik (650-1250).
Dalam sejarah, puncak kemajuan ini terjadi pada sekitar tahun 650-1000 M.
Pada masa ini telah hidup ulama besar, yang tidak sedikit jumlahnya, baik di
bidang tafsir, hadits, fiqih, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, sejarah maupun
bidang pengetahuan lainnya1. Berdasarkan bukti histories ini menggambarka
bahwa periwayatan dan perkembangan pengetahuan hadits berjalan seiirng
dengan perkembangan pengetahuan lainnya harus kita pelajari.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi ilmu hadits ?
2. Apa saja cabang-cabang ilmu hadits itu ?
3. Apa saja kegunaan mempelajari ilmu hadits ?
4. Apa saja fungsi hadits terhadap Al-Qur`an ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui definisi ilmu hadits
2. Mengetahui cabang-cabang ilmu hadits serta penjelasannya
3. Mengetahui kegunaan mempelajari ilmu hadits
4. Mengetahui fungsi hadits terhadap Al-Qur`an.

1 Assa’idi,Sa’adullah.1996.Hadis-hadis Sekte.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hal.11

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU HADITS


Ilmu hadits adalah ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk
mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau
ditolak. Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ilmu hadits,
yakni illmu yang berpautan dengan hadits, banyak ragam macamnya.2
Sebagai diketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadits
sesuai dengan fungsinya dalam menetapkan syariat Islam. Ada hadits shahih,
hadits hasan, dan hadits dhoif. Masing-masing memiliki persyaratannya
sendiri-sendiri. Persyaratan itu ada yang berkaitan dengan persambungan
sanad, kualitas para periwayat yang dilalui hadits, dan ada pula yang
berkaitan dengan kandungan hadits itu sendiri. Maka persoalan yang ada
dalam ilmu hadits ada 2. Pertama berkaitan dengan sanad, kedua berkaitan
dengan matan. Ilmu yang berkaitan dengan sanad akan mengantar kita
menelusuri apakah sebuah hadits itu bersambung sanadnya atau tidak, dan
apakah para periwayat hadits yang dicantumkan di dalam sanad hadits itu
orang-orang terpercaya atau tidak. Adapun ilmu yang berkaitan denga matan
akan membantu kita mempersoalkan dan akhirnya mengetahui apakah
informasi yang terkandung di dalamnya berasal dari Nabi atau tidak.
Misalnya, apakah kandungan hadits bertentangan dengan dalil lain atau tidak.

B. CABANG-CABANG ILMU HADITS


Menurut Dr. Mustofa As-Siba‟i bahwa terdapat disiplin ilmu yang lain
dalam kajian tentang sunnah beserta penuturannya,pembelaannya, dan
penelitian pangkall dan sumbernya. Abu „Abdullah Al-Hakim dalam
kitabnya Ma‟rifatul „Ulum Al-Hadits, merinci disiplin ini menjadi lima puluh

2 Ash-Shiddieqy,Tengku Muhammad Hasbi.2005.Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.Semarang:


PT. Pustaka Rizki Putra.hal.131

2
dua bagian, dan al-Nawawi dalam kitabnya al-Taqrib, merincinya menjadi
enam puluh lima bagian.
Menurut Anwar dalam bukunya Ilmu Mushthalah Hadits, dijelaskan
bahwa ilmu hadits dibagi menjadi 23, yaitu:
1. Ilmu Dirayatul Hadits, atau Ilmu Ushulur Riwayah dan disebut juga
dengan Ilmu Musthalah Hadits
Menurut kata sebagian ulama Tahqiq, Ilmu Dirayatul Hadits adalah
ilmu yang membahas cara kelakuan persambungan hadits kepada
Shahibur Risalah, junjungan kita Muhammad SAW dari sikap perawinya,
mengenai kekuatan hafalan dan keadilan mereka, dan dari segi keadaan
sanad, putus dan bersambungnya, dan yang sepertinya.
Muhammad Abu Zahwu dalam kitabnya Al-Haditsu wal
Muhadditsun, memberikan definisi Ilmu Ushulur Riwayah atau Ilmu
Riwayatul Hadits adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya,
dan keadaan perawi-perawinya dan syarat-syaratnya, macam-macam
yang diriwayatkan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.
Adapun obyek Ilmu Hadits Dirayah ialah meneliti kelakuan para
rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya). Dari aspek sanadnya,
diteliti tentang ke'adilan dan kecacatannya, bagaimana mereka menerima
dan menyampaikan haditsnya serta sanadnya bersambung atau tidak.
Sedang dari aspek matannya diteliti tentang kejanggalan atau tidaknya,
sehubungan dengan adanya nash-nash lain yang berkaitan dengannya.
Dalam penjelasannya, beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan:
a) hakikat periwayatan adalah menyampaikan berita dan
menyandarkannya kepada orang yang menjadi sumber berita itu.
b) Syarat-syarat periwayatan adalah syarat-syarat perawi di dalam
menerima hal-hal yang diriwayatkan oleh gurunya, apakah dengan
jalan mendengar langsung atau dengan jalan ijazah, atau lainnya.

3 Anwar,Muh.1981.Ilmu Mushthalah Hadits.Surabaya: Al-Ikhlas hal.2

3
c) Macam-macam periwayatan, apakah sanadnya itu bersambung-
sambung atau putus dan sebagainya.
d) Hukum-hukumnya, artinya diterima atau ditolaknya apa yang
diriwayatkannya itu.
e) Keadaan perawi dan syarat-syaratnya, yaitu adil tidaknya dan syarat-
syarat menjadi perawi baik tatkala menerima hadits maupun
menyampaikan hadits.
f) Macam-macam yang diriwayatkan, ialah apakah yang
diriwayatkannya itu berupa hadits Nabi, atsar atau yang lain.
g) Hal-hal yang berhubungan dengan itu, ialah istilah-istilah yang
dipakai oleh ahli-ahli hadits.
Pemindahan hadits berdasarkan sanadnya kepada orang yang
dinisbahkan dilakukan secara riwayat atau khabar dan selainnya.
Syarat-syaratnya memindahkan hadits berdasarkan sanadadalah
sebagi berikut: Perawi menerima apa yang diriwayatkan kepadanya
melalui salah satu dari cara meriwayatkan Hadis samada melalui
pendengaran, pembentangan, ijazah atau sebagainya.
Bagian-bagiannya: Ittisal (bersambung) serta Ingqita' (terputus) dan
sebagainya.

2. Ilmu Riwayatul Hadits


Ilmu Riwayatul Hadits ialah ilmu yang memuat segala penukilan
yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
kehendak, taqrir ataupun berupa sifatnya. Menurut Syaikh Manna‟ A-
Qhaththan, obyek pembahasan ilmu riwayatul hadits: sabda Rasulullah,
perbuatan beliau, ketetapan beliau, dan sifat-sifat beliau dari segi
periwayatannya secara detail dan mendalam. Faidahnya : menjaga As-
Sunnah dan menghindari kesalahan dalam periwayatannya.
Sementara itu, obyek Ilmu Hadits Riwayah, ialah membicarakan
bagaimana cara menerima, menyampaikan pada orang lain dan
memindahkan atau membukukan dalam suatu Kitab Hadits. Dalam

4
menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan
dituliskan apa adanya, baik mengenai matan maupun sanadnya.
Adapun kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari
adanya kemungkinan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi Muhammad
Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi bukan hadits,
melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi,
atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Cabang-cabang
besar yang tumbuh dari ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah ialah:
a) Ilmu Rijalul Hadits
Ialah ilmu yang membahas para perawi hadits, dari sahabat, dari
tabi‟in, maupun dari angkatan sesudahnya. Dengan ilmu ini kita dapat
mengetahui, keadaan para perawi yang menerima hadits dari
Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits dari sahabat
dan seterusnya. Dalam ilmu ini diterangkan tarikh ringkas dari
riwayat hidup para perawi, madzhab yang dipegangi oleh para perawi
dan keadaan-keadaan para perawi itu menerima hadits.
b) Ilmu Jarhi wat Ta’dil
Ilmu yang menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan
kepada para perawi dan tentang penta‟dilannya (memandang adil
para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang
martabat kata-kata itu. Ilmu Jarhi wat Ta‟dil dibutuhkan oleh para
ulama hadits karena dengan ilmu ini akan dapat dipisahkan, mana
informasi yang benar yang datang dari Nabi dan mana yang bukan.
c) Ilmu Fannil Mubhammat
Ilmu fannil Mubhamat adalah ilmu untuk mengetahui nama orang-
orang yang tidak disebut dalam matan, atau di dalam sanad. Di antara
yang menyusun kitab ini, Al-Khatib Al Baghdady. Kitab Al
Khatib itu diringkas dan dibersihkan oleh An-Nawawy dalam
kitab Al-Isyarat Ila Bayani Asmail Mubhamat. Perawi-perawi yang
tidak tersebut namanya dalam shahih bukhari diterangkan dengan

5
selengkapnya oleh Ibnu Hajar Al-Asqallanni dalam Hidayatus Sari
Muqaddamah Fathul Bari.
d) Ilmu ‘Ilalil Hadits
Adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak
nyata, yang dapat merusakkan hadits, Yakni:
menyambungyang munqathi‟, merafa‟kan yang mauquf, memasukka
n suatu hadits ke dalam hadits yang lain dan yang serupa itu.
Semuanya ini, bila diketahui dapat merusakkan hadits. Ilmu ini, ilmu
yang berpautan dengan keshahihan hadits. Tak dapat diketahui
penyakit-penyakit hadits, melainkan oleh ulama, yang mempunyai
pengetahuan yang sempurna tentang martabat-martabat perawi dan
mempunyai malakah yang kuat terhadap sanad dan matan-matan
hadits. Menurut Syaikh Manna‟ Al-Qaththan bahwa cara
mengetahui „illah hadits adalah dengan mengumpulkan beberapa
jalan hadits dan mencermati perbedaan perawinya dan kedhabithan
mereka, yang dilakukan oleh orang orang yang ahli dalam ilmu ini.
Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah hadits
itu mu‟tal (ada „illatnya) atau tidak. Jika menurut dugaan penelitinya
ada „illat pada hadits tersebut maka dihukuminya sebagai hadits tidak
shahih.4
e) Ilmu Ghoriebil Hadits
Yang dimaksudkan dalam ilmu haddits ini adalah bertujuan
menjelaskan suatu hadits yang dalam matannya terdapat lafadz yang
pelik, dan yang sudah dipahami karena jarang dipakai, sehingga ilmu
ini akan membantu dalam memahami hadits tersebut.
f) Ilmu Nasikh wal Mansukh
Adalah ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah
dimansukhkan dan menasikhkannya. Apabila didapati sesuatu hadits
yang maqbul tak ada perlawanan, dinamailah hadits
tersebut muhkam. Dan jika dilawan oleh hadits yang sederajat, tapi

4 Al-Khaththan, Syaikh Manna’.2005.Pengantar Ilmu Hadits.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.hal.73

6
mungkin dikumpulkan dengan tidak sukar maka hadits itu
dinamai muhtaliful hadits. Jika tidak mungkin dikumpul dan
diketahui mana yang terkemudian, maka yang terkemudian itu
dinamai nasikh dan yang terdahulu dinamai mansukh.
g) Ilmu Talfiqil hadits
Yaitu ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antar hadits
yang berlawanan lahirnya. Dikumpulkan itu ada kalanya dengan
mentahsikhkan yang „amm, atau mentaqyidkan yang mutlak, atau
dengan memandang banyak kali terjadi.
h) Ilmu Tashif wat Tahrif
Yaitu ilmu yang menerangkan tentang hadits-hadits yang sudah
diubah titiknya (dinamai mushohaf), dan bentuknya
(dinamai muharraf).
i) Ilmu Asbabi Wurudil Hadits
Yaitu ilmu yang membicarakan tentang sebab-sebab Nabi
menuturkan sabda beliau dan waktu beliau menuturkan itu.Menurut
Prof Dr. Zuhri ilmu Asbabi Wurudil Hadits dalah ilmu yang
menyingkap sebab-sebab timbulnya hadits. Terkadang, ada hadits
yang apabila tidak diketahui sebab turunnya, akan menimbulkan
dampak yang tidak baik ketika hendak diamalkan.5 Disamping itu,
ilmu ini mempunyai fungsi lain untuk memahami ajaran islam secara
komprehensif. Asbabul Wurud dapat juga membantu kita
mengetahui mana yang datang terlebih dahulu di antara dua hadits
yang “Pertentangan”. Karenanya tidak mustahil kalau ada beberapa
ulama yang tertarik untuk menulis tema semacam ini.Misalnya, Abu
Hafs Al- Akbari (380-456H), Ibrahim Ibn Muhammad Ibn
Kamaluddin, yang lebih dikenal dengan Ibn hamzah Al-Husainy Al-
Dimasyqy (1054-1120H) denagn karyanya Al-Bayan Wa Al Ta‟rif
Fi Asbab Wurud Al- hadits Al-Syarif.

5 Zuhri. 2005.Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis.Yogyakarta. PT: Tiara Wacana Yogya.
Hal:143-144

7
j) Ilmu Mukhtalaf dan Musykil Hadits
Yaitu ilmu yang menggabungkan dan memadukan antara hadits yang
zhahirnya bertentangan atau ilmu yang menerangkan ta‟wil hadits
yang musykil meskipun tidak bertentangan dengan hadits lain. Oleh
sebagaian ulama dinamakan dengan “Mukhtalaf Al-Hadits” atau
“Musykil Al-Hadits”, atau semisal dengan itu. Ilmu ini tidak akan
muncul kecuali dari orang yang menguasai hadits dan fiqih.

C. KEGUNAAN ILMU HADITS


1. Manfaat Mempelajari Ilmu Hadits Dirayah (Ilmu Musthalah
Hadits)
Adapun manfaat ilmu hadits dirayah atau yang lebih dikenal dengan ilmu
musthalah hadits, maka beberapa poin berikut ini akan menjelaskannya :
1) Mengetahui Kualitas Hadits
Dalam ilmu hadits riwayat (ilmu musththalah hadits) kita akan
belajar mengenai berbagai macam hadits yang disepakati oleh para
ulama' hadits mengenai diterima atau ditolaknya hadits tersebut. Ya,
tentu saja ini berkaitan dengan kualitas hadits itu sendiri, baik hadits
shahih, hadits hasan, maupun hadits dhaif.
2) Mengetahui Kualitas Sanad dan Matan Hadits
Dari pengertian ilmu hadits dirayah (ilmu mushthalah hadits)
sebagaimana link paling atas, maka kita akan mengetahui bagaimana
gambaran mengetahui disiplin ilmu ini yaitu mempelajari tentang
seluk beluk hadits yang berkaitan dengan kualitas sanad dan
matannya.
3) Mengetahui Bagian dan Macam-Macam Hadits
Para ulama' ahli hadits telah merumuskan macam-macam hadits
yang dilihat dari segi yang berkaitan dengan hadits, baik kualitas
matan, kualitas sanadnya, jenis-jenis riwayatnya, dan shighat dalam
meriwayatkannya. Semua itu dapat diketahui jika kita mau belajar
tentang ilmu hadits ini.

8
4) Mengetahui Keadaan Para Rawi
Dengan mempelajari ilmu hadits dirayah (ilmu mushthalah hadits),
maka kita akan mengetahui beberapa keadaan rawi, apakah rawinya
adalah seorang yang dhabit, adil, ataukah tidak keduanya.
5) Menjaga Kemurnian Kalimat Hadits
Salah satu peran penting terwujudnya ilmu hadits dirayah (ilmu
mushthalah hadits) adalah menjaga kemurnian hadits dari segalam
macam yang tidak bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Pasalnya,
banyak kelompok atau individu yang mengada-ada dalam membuat
hadits palsu.

2. Manfaat Mempelajari Ilmu Hadits Riwayah


Adapun manfaat ilmu hadits riwayah, sebagai berikut :
1) Mengetahui Perbedaan Hadits Dari Sumbernya
Dengan mempelajari ilmu hadits riwayat, maka sesungguhnya kita
juga belajar mengenai perbedaan dan macam-macam hadits yang
ditinjau dari sumbernya, yaitu Rasulullah SAW. Adapun
perbedaannya, maka ada hadits qouliyah, hadits fi'liyah, hadits
taqririyah, dan hadits sifat.
2) Mengetahui Makna Utama Dalam Sebuah Hadits
Dalam ilmu hadits riwayah, kita pun akan belajar mengenai isi dan
makna yang terkandung dalam sebuah hadits, yaitu makna
kontekstual yang paling ditekankan dalam mengamalkan sebuah
hukum dalam hadits. Tentu saja, untuk mengetahui sebuah makna
kontekstual dalam sebuah hadits, perlu diperkuat dengan hukum-
hukum dalam hadits lain dan beberapa pendapat ulama'.
3) Mampu Menqiyaskan Hukum Dalam Sebuah Hadits Dengan
Pemikiran Bijak dan Dinamis
Selain mengetahui makna kontekstual dalam sebuah hadits,
mempelajari ilmu hadits riwayah dapat menumbuhkan pemikiran
secara dinamis dalam memaknai sebuah hadits. Sehingga, sebuah

9
hukum dalam diqiyaskan (disamakan) dari beberapa riwayat dan
maqolah yang saling menguatkan.
4) Tidak Menafsiri Hadits Dengan Pemikiran Yang Keliru
Nah, terkait melanjutkan pembahasan pada poin kedua dan ketiga di
atas, maka sudah jelas bahwa salah satu manfaat dan peran penting
mempelajari ilmu hadits riwayah adalah mencegah pemikiran yang
keliru dalam memaknai sebuah hadits.
5) Mengamalkan Isi Kandungan Hadits Secara Tepat
Dalam perkembangan agama islam, banyak kelompok yang
mengaku sebagai "ahlus sunnah", namun prilaku dan amalan mereka
cukup menyimpang dari sunnah. Ya, misalnya saja kelompok yang
melarang berziarah kubur bahkan melarang berziarah makam Nabi
Muhammad SAW, kelompok radikal yang anti non-muslim seolah
melarang berhubungan sosial dengan non-muslim, kelompok yang
dengan mudahnya mengkafirkan, membid'ahkan, dan mengklaim
sesat pada seseorang, dan lain sebagainya.
Salah satu penyebabnya adalah mereka lebih cenderung berdasar
pada satu atau dua hadits saja, memaknai hadits dari segi tekstual,
dan memaknai hadits dengan pemikiran yang keliru. Padahal, kita
hidup dalam keadaan yang nyaman, di mana penafsiran hukum-
hukum dalam berbagai macam hadits seudah dinyatakan oleh para
ulama' yang ahli dalam pendapatnya, baik pada masa dulu hingga
saat ini.
6) Menentukan Titik Temu Hukum Pada Dua Hadits Yang
Bertentangan
Kita mengetahui bahwa ada beberapa perbedaan pendapat di
kalangan para ulama', mereka tentu saja tidak menyatakan sebuah
hukum berdasarkan pemikiran pribadi, tetapi salah satunya
berdasarkan dari hadits-hadits yang berbeda hukumnya. Dengan
demikian, untuk menyikapi perbedaan tersebut kita bisa
mengambilnya sebagai sebuah hikmah yaitu mengikuti salah satu

10
pendapat ulama' yang berkesesuaian dengan kondisi pribadi,
lingkungan, budaya, dan semacamnya.
7) Menjaga Kemurnian Makna Hadits
Nah, dengan mengetahui keenam manfaat mempelajari ilmu hadits
riwayat di atas, maka tentu saja hal penting lainnya adalah menjaga
kemurnian makna hadits dari pemikiran-pemikiran yang cenderung
bersifat kaku.

D. FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR`AN


Kita sepakati bahwa hadits merupakan sumber hukum kedua dalam Islam
setelah Al-Qur`an. Berikut fungsi hadits terhadap Al-Qur`an :
a. Bayan At-Taqrir (Mengokohkan isi Al-Qur`an)
Fungsi hadits sebagai Bayan At-Taqrir berfungsi untuk memantapkan
dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan Alquran sehingga maknanya
tidak perlu dipertanyakan lagi.
b. Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Al-Qur`an)
Fungsi Hadits sebagai Bayan At-Tafsir artinya menjelaskan yang
maknanya samar, merinci ayat yang maknanya global, dan
mengkhususkan ayat yang maknanya umum.
c. Bayan An-Nasakh (Menghapus)
Fungsi Hadits sebagai Bayan An-Nasakh adalah ketentuan yang datang
kemudian dapat menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab
ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan
lebih luas.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Ilmu hadits adalah ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui
kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolak. Perlu diketahui,
banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadits sesuai dengan fungsinya
dalam menetapkan syariat Islam. Ada hadits shahih, hadits hasan, dan
hadits dhoif. Masing-masing memiliki persyaratannya sendiri-sendiri.
2. Cabang-cabang ilmu Hadits:
a. Ilmu Dirayatul Hadits, atau Ilmu Ushulur Riwayah dan disebut juga
dengan Ilmu Musthalah Hadits adalah ilmu yang mempelajari tentang
hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya dan hukum-
hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, macam-macam
periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan dengannya
b. Ilmu Riwayatul Hadits, adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
hadist-hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw baik
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, maupun tingkah laku beliau
3. Kegunaan Ilmu Hadits
a. Ilmu Dirayatul Hadits
1) Mengetahui Kualitas Hadits
2) Mengetahui Kualitas Sanad dan Matan Hadits
3) Mengetahui Bagian dan Macam-Macam Hadits
4) Mengetahui Keadaan Para Rawi
5) Menjaga Kemurnian Kalimat Hadits
b. Ilmu Riwayatul Hadits
1) Mengetahui Perbedaan Hadits Dari Sumbernya
2) Mengetahui Makna Utama Dalam Sebuah Hadits
3) Mampu Menqiyaskan Hukum Dalam Sebuah Hadits Dengan
Pemikiran Bijak dan Dinamis
4) Tidak Menafsiri Hadits Dengan Pemikiran Yang Keliru

12
5) Mengamalkan Isi Kandungan Hadits Secara Tepat
6) Menentukan Titik Temu Hukum Pada Dua Hadits Yang
Bertentangan
7) Menjaga Kemurnian Makna Hadits
4. Fungsi Hadits terhadap Al-Qur`an
a. Bayan At-Taqsir
b. Bayan At-Tafsir
c. Bayan Nasakh

13
DAFTAR PUSTAKA

Assa‟idi,Sa‟adullah.1996.Hadis-hadis Sekte. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hal.11


Ash-Shiddieqy,Tengku Muhammad Hasbi.2005.Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits.Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.hal.131
Anwar,Muh.1981.Ilmu Mushthalah Hadits.Surabaya: Al-Ikhlas hal.2
Al-Khaththan, Syaikh Manna‟.2005.Pengantar Ilmu Hadits.Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.hal.73
Zuhri. 2005.Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis.Yogyakarta. PT: Tiara
Wacana Yogya. Hal:143-144

Sumber Internet :
https://www.pelangiblog.com/2019/05/manfaat-dan-peran-penting-belajar-
ilmu.html
http://www.iaialaqidah.org/Kuliah%20jarak%20jauh/MODUL%20TARBIYAH/
MODUL%20HADITS/MODUL%20HADITS.doc
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2011/10/ilmu-hadits.html

14

Anda mungkin juga menyukai