Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU HADIST

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis

Dosen Pengampu : Ahmad Sahnan, S.Ud., M. Pd. I

Disusun oleh:

1. Amilatul Fadhillah (234110402006)


2. Edis Maulina Putri ( 234110402015)
3. Nafarin Zuhairoh (234110402035)
4. Nida Wahyu Sa’bani (234110402037)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
2024
Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang mana
penulisan makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Ulumul Hadis. Dalam
penyusunan makalah ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu, terutama kepada dosen yang telah memberi kami petunjuk,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak


kekurangan baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurna
dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat
kepada semua pihak.

Purwokerto,

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... 1

Daftar Isi ............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

1. Latar Belakang ........................................................................................ 3


2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
3. Tujuan ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4

1. Pengertian dan studi Ilmu Hadis ............................................................... 5


2. Unsur Unsur Hadis ................................................................................... 6
3. Perbedaan Al Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabi ................................. 9
4. Konsep Sunnah dan Bid’ah .................................................................... 13

BAB II PENUTUP ............................................................................................ 17

1. Kesimpulan ........................................................................................... 17
2. Daftar Pustaka ....................................................................................... 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua yang didapat dari Rasulullah selain Al-Qur’an baik itu
berupa penjelasan hukum syariat, rincian apa saja yang terkandung dalam
Al Qur’an ataupun gerak gerik Rasulullah itulah yang disebut Hadis. Baik
Al Qur’an maupun Hadis merupakan petunjuk dan pedoman manusia di
dunia ini yang tidak boleh dipisahkan satu sama lainnya. Bagi manusia yang
menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat tentunya harus berusaha
menyesuaikan perbuatannya dengan Al Qur’an dan Hadis ini merupakan
sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan Rasul Nya1.
Hadits Nabi merupakan sumber hukum Islam terbesar kedua setelah
Al-Qur'an dan tetap merupakan eksposisi (penjelasan) ayat-ayat Al-Qur'an
yang bersifat universal, umum, dan absolut. Oleh karena itu, hadis
menempati posisi dan fungsi yang sangat penting dalam ajaran Islam. Ilmu
Hadis juga memiliki 2 lingkup pembahasan yakni Ilmu Hadis Dirayah dan
Ilmu Hadis Riwayat. Hadis juga harus memenuhi beberapa kriteria di
dalamnya agar dapat dijadikan sebagai hujjah dalam penetapan suatu
hukum. Oleh karenanya, ilmu hadis sangat diperlukan untuk mengetahui
mana hadis yang Shahih dan mana hadis yang Dha’if.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan istilah dasar dalam studi hadis?
2. Apa saja unsur-unsur hadis?
3. Apa perbedaan Al-Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabi?
4. Bagaimana konsep sunnah dan bid’ah?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui istilah dasar dalam studi hadis.
2. Mengetahui unsur-umsur hadis.

1
Rahmawati Mohammad Gufron, ULUMUL HADIS PRAKTIS DAN MUDAH, 1
ed. (Yogyakarta: KALIMEDIA, t.t.), 7.

3
3. Mengetahui perbedaan Al-Qur’an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabi.
4. Mengetahui konsep sunnah dan bid’ah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Studi Hadis
Ulumul hadis adalah sebuah ilmu yang berhubungan dengan hadis
dalam berbagai aspeknya. Para ulama Mutaqaddimin merumuskan Ilmu
hadis secara terminologi dengan ilmu pengetahuan yang membicarakan
tentang cara cara persambungan hadis sampai kepada Rasulullah, dari segi
ihwal para periwayatnya yang menyangkut kedhabitan dan keadilan serta
dari segi bersambung atau terputusnya sanad dan sebagainya. 2 Prof. Dr.
T. M. Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan bahwa Ilmu Hadis adalah ilmu
yang berpautan dengan Hadis. 3
Ulumul Hadis sendiri memiliki ruang lingkup pembahasan, yakni
Ilmu Hadis Riwayat dan Ilmu Hadis Dirayat. Ilmu Hadis Dirayat adalah
ilmu yang menukilkan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, baik
perkataan, perbuatan, taqrir atau pun sifat anggota tubuh ataupun sifat sifat
perangai. 4 Sedangkan Ilmu Hadis Dirayah adalah ilmu yang mempelajari
tentang kaidah kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara cara
menerima dan menyampaikan hadis, sifat sifat Rawi dan sebagainya. 5
Para Ulama menyebut istilah bagi ilmu yang berkaitan dengan Hadits itu
dengan bermacam macam nama, seperti Ilmu Ushulil Hadits, Ilmu
Musthalah Ahlil Atsar, Ilmu Musthalah Ahlil Hadits yang ini semua
mengandung pengertian tentang masalah pokok yang dibahas dalam ilmu
itu. 6

2
Dr.M. Al Fatih Suryadilaga, ULUMUL HADIS, 1 ed. (Sleman, Yogyakarta:
Teras, 2010), 2.
3
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, ILMU HADITS, 3 ed. (Semarang:
PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, t.t.), 61.
4
Dr.M. Al Fatih Suryadilaga, ULUMUL HADIS, 3.
5
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, ILMU HADITS, 62.
6
61.

5
Ada beberapa istilah istilah yang sering dipakai dalam Studi hadis
diantaranya
a. Mutawatir, yakni hadis yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad).
Hadist mutawattir memberi faedah ilmu yang harus diyakini tanpa
perlu membahas benar atau salahnya terlebih dahulu.
b. Ahad, merupakan hadist yang tidak mencapai derajat mutawattir atau
bisa diartikan sebagai hadis yang diriwayatkan hanya oleh satu
perrowi saja.
c. Shohih, merupakan hadist yang dinukilkan oleh orang yang adil
(muslim, baligh, berakal, bebas dari kefasikan). Hadist ini hukumnya
diterima dan berfungsi sebagai hujjah.
d. Hasan merupakan hadisy yang sama dengan hadis shohih kecuali pada
sifat rowinya dimana hafalan atau penjagaan kitabnya terdapat hadist
tidak sempurna yakni lebih rendah. Hadis ini hukumnya diterima.
e. Dhoif merupakan hadis yang tidak memenuhi syarat syarat hadis
shohih dan hasan. Hadist ini hukumnya ditolak.
f. Maudhu ’(palsu) merupakan yang didustakan atas nama Nabi SAW
padahal beliau tidak pernah mengatakan Hukumnya ditolak.

2. Unsur Unsur Hadis


Dari segi periwayatan, Hadis memang berbeda dengan Al Qur’an,
karena semua periwayatan ayat ayat Al Qur’an diyakini dan dipastikan
berlangsung secara Mutawatir, sedangkan hadis ada yang mutawatir dan
ada juga yang ahad. Untuk mengetahui orisinalitas hadis semacam ini
diperlukan penelitian matan maupun sanad, yang kemudian menjadikan
kedua hal ini menjadi unsur utama dalam hadis selain Rawi atau orang
yang meriwayatkan Hadis.7

7
Dr.M. Al Fatih Suryadilaga, ULUMUL HADIS, 34.

6
a. Sanad
Menurut arti kebahasaan, sanad adalah sandaran atau sesuatu yang
dijadikan sandaran. Sanad merupakan silsilah atau rentetan para perawi
yang menukilkan hadis dari sumbernya yang pertama, atau dengan kata
lain Sanad adalah jalan yang dapat menghubungkan matan hadis kepada
Nabi Muhammad SAW. Sanad adalah rantai perawi (periwayat) hadis.
Sanad terdiri dari seluruh SAW. Dalam arti lain, Sanad hadis dihubungkan
dengan musnid, musnad, dan isnad. Musnid merupakan orang yang
menyebutkan sanadnya. Musnad adalah hadis yangseluruh sanadnya
disebutkan sampai dengan Rasulullah SAW. Sedangkan isnad adalah
penjelasan mengenai sanad hadis atau keterangan mengenai jalan
sandaran suatu hadis. Dengan demikian, sanad memberikan gambaran
keaslian suatu riwayat hadis. Hal-hal yang perlu dicermati dalam
memahami hadis yang berkaitan meliputi
Keutuhan sanadnya

Jumlah sanadnya.

Perawi akhirnya 8

Contoh Sanad dalam Hadis

‫ع ْن أ‬
َ ،َ‫ع ْن يَ ِزيد‬ َ ،‫ْث‬ُ ‫ َحدَّثَنَا اللَّي‬: َ‫ قَال‬،ٍ‫ع ْم ُرو بْنُ خَا ِلد‬ َ ‫َّللاُ ََ َحدَّثَنَا‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
ِ ‫َّللا ب ِْن عَ ْم ٍرو َر‬ َ ،‫بِي ال َخي ِْر‬
‫علَى َم ْن‬ َّ ‫ َوت َ ْق َرأ ُ ال‬،‫ام‬
َ ‫سًلَ َم‬ َ َ‫طع‬ َّ ‫ط ِع ُم ال‬ ْ ُ ‫ ت‬:‫ي ا ِإل ْسًلَ ِم َخي ٌْر؟ قَا َل‬
ُّ َ ‫ أ‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ي‬ َّ ‫سأ َ َل النَّ ِب‬
َ ‫ أ َ َّن َر ُج اًل‬،‫ع ْن ُه َما‬
َ
ْ ‫ع َر ْفتَ َو َم ْن لَ ْم ت َ ْع ِر‬
‫ف‬ َ

Artinya: "Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (Imam


Bukhari), ia berkata: Al-Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin
Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-Khair, dari Abdullah bin 'Amr
radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa seorang lelaki bertanya pada Nabi

8
Amanda Rizkia Annur dkk., “HADIS SEBAGAI AJARAN DAN SUMBER
HUKUM ISLAM” 1 (2023).

7
Shallallahu ‘alaihi wasallam:"Manakah Islam yang paling baik?' Beliau
menjawab: 'Memberikan makanan, dan membaca salam pada orang yang
engkau kenal dan yang tidak engkau kenal'." (HR Bukhari)

Penjelasannya yaitu bahwa Abdullah bin 'Amr mendapat hadits dari Nabi
Shallallahu alaihi wassallam. Lalu hadits tersebut disampaikan kepada Abul
Khair, kemudian kepada Yazid, lalu kepada Al-Laits lalu kepada Umar bin
Khalid, lalu kepada penulis hadits yakni Imam Al-Bukhari.

https://muslim.okezone.com/alquran

b. Matan
Matan diambil dari bahasa Arab matn. Menurut bahasa, matn
berarti punggung jalan atau tanah yang keras dan tinggi. Matn kitab
berarti yang tidak bersifat komentar dan bukan tambahan tambahan
penjelasan. Jamak matn adalah mutun. Yang dimaksud matn dalam ilmu
hadis adalah “ ma yantahiy ilayhi as-sanad min al-kalam”, yakni: sabda
Nabi yang disebut setelah sanad, atau penghubung sanad, atau materi
hadis.9 Matan hadis terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Matan hadis yang setiap katanya sama dengan hadis yang lain.
Matan hadis yang mempunyai makna yang sama dengan hadis
yang lain, akan tetapi memiliki lafal yang berbeda.
Matan hadis yang bertentangan satu dengan yang lainnya. 10
Seperti contoh berikut
ْ‫َو َمن‬ َْ‫سلَك‬
َ ‫ط ِريقًا‬
َ ْ‫يَلتَمِ س‬ ْ‫فِي ِه‬ ‫عِل ًما‬ ْ‫س َّه َل‬
َ ْ‫َللا‬
َّ ‫لَ ْه‬ ْ‫ِب ِه‬ ‫ط ِريقًا‬
َ ‫إِلَى‬ ْ‫ال َجنَّ ِة‬
Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699).
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5866155/10-hadits-menuntut-
ilmu-untuk-memudahkan-jalan-ke-surga
c. Rawi

9
Dr.M. Al Fatih Suryadilaga, ULUMUL HADIS, 36.
10
Annur dkk., “HADIS SEBAGAI AJARAN DAN SUMBER HUKUM ISLAM.”

8
Rawi adalah seorang yang menyampaikan atau menuliskan dalam sebuah
kitab apa yang pernah diterimanya dari seseorang (guru). Atau,
singkatnya, rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitakan
hadis. 11 Contohnya dalam hadis berikut

‫ع ْن أ‬
َ ،َ‫ع ْن يَ ِزيد‬ َ ،‫ْث‬ُ ‫ َحدَّثَنَا اللَّي‬: َ‫ قَال‬،ٍ‫ع ْم ُرو بْنُ خَا ِلد‬ َ ‫َّللاُ ََ َحدَّثَنَا‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
ِ ‫َّللا ب ِْن عَ ْم ٍرو َر‬ َ ،‫بِي ال َخي ِْر‬
‫علَى َم ْن‬ َّ ‫ َوت َ ْق َرأ ُ ال‬،‫ام‬
َ ‫سًلَ َم‬ َ َ‫طع‬ َّ ‫ط ِع ُم ال‬ ْ ُ ‫ ت‬:‫ي ا ِإل ْسًلَ ِم َخ ْي ٌر؟ قَا َل‬
ُّ َ ‫ أ‬:‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ي‬ َّ ‫سأ َ َل النَّ ِب‬
َ ‫ أ َ َّن َر ُج اًل‬،‫ع ْن ُه َما‬
َ
ْ ‫ع َر ْفتَ َو َم ْن لَ ْم ت َ ْع ِر‬
‫ف‬ َ

Artinya: "Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (Imam


Bukhari), ia berkata: Al-Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin
Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-Khair, dari Abdullah bin 'Amr
radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa seorang lelaki bertanya pada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam"Manakah Islam yang paling baik?' Beliau
menjawab: 'Memberikan makanan, dan membaca salam pada orang yang
engkau kenal dan yang tidak engkau kenal'." (HR Bukhari)

https://muslim.okezone.com/alquran

Gambaran rawi dapat dilihat dalam Hadis tersebut, yang ditemukan dalam
Shahih Bukhari dan diriwayatkan oleh

1. Abdullah bin Amr sebagai perawi pertama

2. Abu Al Khair sebagai rawi kedua

3. Yazid sebagai rawi ketiga

4. Al Laits sebagai rawi keempat

5. Umar bin Khalid sebagai rawi kelima

6. Imam Bukhari sebagai rawi keenam

d. Perbedaan Al-qur’an, dan Hadis Qudsi, dan Hadis Nabi

11
Dr.M. Al Fatih Suryadilaga, ULUMUL HADIS, 36.

9
Al Qur’an secara bahasa diambil dari kata: ‫ ا قر‬- ‫يقرا‬- ‫قراة‬- ‫ وقرانا‬yang
berarti sesuatu yang dibaca. Alquran menurut istilah adalah firman Allah
SWT. Yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari
Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, dan yang diterima oleh umat
12
Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan. Al-Qur’an
diturunkan menjadi pegangan bagi mereka yang ingin mencapai kebgaian
dunia dan akhirat. Tidak diturunkan untuk satu umat dalam satu abad saja,
tetapi untuk seluruh umat dan untuk sepanjang masa, karena itu luas ajaran-
ajarannya adalah melingkupi seluruh umat manusia. 13

Sedangkan Hadis secara bahasa berarti baru, berita, kabar.


Sedangkan secara istilah, Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad baik yang berupa perkataan, perbuatan, taqrir
(pengakuan, ketetapan) ataupun sifat.14 Hadis sebagai sumber hukum
dipandang dengan persepsi dan pemahaman yang berbeda-beda. Secara
etimologis Hadis memiliki makna berupa berita dan baru. Sedangkan secara
terminologis, ahli hadis mendefinisikan Hadis sebagai sesuatu yang
disandarkan pada Rasulullah SAW. baik berupa perkataan, perbuatan
maupun ketetapan. 15

Menurut bahasa qudsi artinya suci. Hadis Qudsi adalah perkataan-


perkataan yang di sabdakan Rasulullah saw. dengan mengatakan “ Allah
berfirman...” Nabi menyandarkan perkataan itu kepada Allah. Al-Kirmany
16
berkata, Hadis Qudsi itu dinamai juga hadis ilahy dan hadis rabbany.
Disebut dengan qudsi karena pembicaraan itu berasal dari Allah yang harus
diyakini kesuciannya dan disebut hadis karena nabi yang menjadi sandaran

12
“BAB II Pengertian Al Qur’an.pdf.crdownload,” t.t.
13
“404-Article Text-1594-1-10-20210416.pdf,” t.t.
14
Mohammad Gufron, ULUMUL HADIS PRAKTIS DAN MUDAH, 1.
15
Annur dkk., “HADIS SEBAGAI AJARAN DAN SUMBER HUKUM
ISLAM.”
16
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, ILMU HADITS, 18.

10
riwayat. 17 Hadis Qudsi juga bisa diartikan sebagai sabda Rasulullah SAW.
yang disandarkan kepada Allah. Hadis Qudsi juga dapat disebut dengan
Hadis Ilahi, yaitu penisbatan pada Dzat Yang Maha Tinggi. 18

Apabila seorang perawi meriwayatkan hadis qudsi maka dia


meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah,
dengan menggunakan kalimat berikut:

1) Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang


diriwayatkannya dari Tuhannya”, atau ia mengatakan: ”Contoh : “Dari Abu
Hurairah Ra. Dari Rasulullah SAW mengenai apa yang diriwayatkannya
dari Tuhannya Azza Wa Jalla, tangan Allah itu penuh, tidak dikurangi oleh
nafakah, baik di waktu siang atau malam hari ”

2)Rasulullah SAW berkata : “Allah Ta`ala telah berfirman atau


berfirman Allah Ta`ala.” Contoh: Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah
SAW berkata : “Allah ta`ala berfriman : Aku menurut sangkaan hamba-Ku
terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila menyebut-KU
didalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya didalam diri-Ku. Dan bila ia
menyebut-KU dikalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya
didalam kalangan orang banyak lebih dari itu....”. 19

Contohnya Hadits tentang Kalimat Memuji Allah SWT dan Memohon


Ampunan-Nya
ْ َ‫شةَ قَال‬
َ‫ت َكان‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ ٍ ‫امِر َع ْن َمس ُْرو‬
َ ‫ق‬ ٍ ‫ع‬ َ ‫ع ْن‬
َ ُ ‫اود‬ َ ‫َحدَّثَنِي ُم َح َّمد ُ ْب ُن ْال ُمثَنَّى َحدَّثَنِي‬
ُ َ‫ع ْبد ُ ْاْل َ ْع َلى َحدَّثَنَا د‬
‫ت‬ ْ َ‫وب ِإلَ ْي ِه قَال‬ُ ُ ‫َّللا َوأَت‬ َ َّ ‫َّللا َوبِ َح ْم ِد ِه أ َ ْست َ ْغف ُِر‬
ِ َّ َ‫سلَّ َم يُ ْكث ُِر م ِْن قَ ْو ِل سُ ْب َحان‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬
‫وب إِلَ ْي ِه َف َقا َل خب ََّر ِني‬ ُ ُ ‫َّللا َوأَت‬
َ َّ ‫َّللا َوبِ َح ْم ِد ِه أ َ ْست َ ْغف ُِر‬ ِ َّ ‫فَقُ ْلتُ يَا َرسُو َل‬
ِ َّ َ‫َّللا أ َ َراكَ ت ُ ْكث ُِر م ِْن قَ ْول سُ ْب َحان‬
ِ َّ َ‫ع ًَل َمةا فِي أ ُ َّمتِي فَإِذَا َرأ َ ْيت ُ َها أ َ ْكث َ ْرتُ م ِْن قَ ْو ِل سُ ْب َحان‬
َ‫َّللا َو ِب َح ْم ِد ِه أ َ ْست َ ْغف ُِر هللا‬ َ ‫سأ َ َرى‬َ ‫َر ِبي أَنِي‬
‫َّللا أ َ ْف َوا اجا‬ َ َّ‫َّللا َو ْالفَتْ ُح َو َرأَيْتَ الن‬
ِ ‫اس َيدْ ُخلُونَ فِي د‬
ِ َّ ‫ِين‬ ُ ‫وب ِإلَ ْي ِه فَقَدْ َرأ َ ْيت ُ َها { ِإذَا َجا َء ن‬
ِ َّ ‫َصْر‬ ُ ُ ‫َوأَت‬

17
Dr. Muh. Zuhri, HADIS NABI, 1 ed. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya,
1997), 9.
18
Mohammad Gufron, ULUMUL HADIS PRAKTIS DAN MUDAH, 95.
19
Annur dkk., “HADIS SEBAGAI AJARAN DAN SUMBER HUKUM ISLAM,”
556.

11
‫ت ََّواباا‬ َ‫َكان‬ ُ‫إِنَّه‬ ُ‫َوا ْست َ ْغف ِْره‬ َ‫َربِك‬ ‫بِ َح ْم ِد‬ َ َ‫ف‬
ْ‫سبِح‬ {

Artinya: "Muhammad bin Al-Mutsanna menceritakan kepadaku, Abdul A'la


menceritakan kepadaku, Dawud menceritakan kepada kami, dari Amir, dari
Masruq, dari Aisyah bawasanya dia berkata, Rasulullah senantiasa
memperbanyak ucapan, "Mahasuci Allah dan aku memujinya. Aku
meminta ampunan kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya." Aku
(Aisyah) bertanya, "Wahai Rasulullah, aku melihatmu memperbanyak
bacaan: "Mahasuci Allah dan aku memujinya. Aku meminta ampunan
kepada Allah dan aku bertaubat kepada-Nya." Rasulullah lalu berkata,
"Tuhanku mengabarkan kepadaku bahwasanya aku akan melihat tanda pada
umatku. Tatkala aku melihat tanda itu, maka aku memperbanyak ucapan
Mahasuci Allah dan aku memujinya. Aku meminta ampunan kepada Allah
dan aku bertaubat kepada-Nya. Dan aku benar-benar melihat tanda itu:
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat
manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (QS An-Nashr: 1-3) (HR
Muslim dari kitab 'Ash-Shalah' pada Bab 'Ma Yuqalu fi Ar-Ruku' wa As-
Sujud')
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6568067/5-contoh-hadits-
qudsi-pilihan-dan-perbedaannya-dengan-al-quran-hadits-nabi.

Hadis Qudsi mempunyai beberapa perbedaan dengan Al-Qur’an, beberapa


diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Al-Quran adalah mukjizat Rasulullah SAW yang abadi hingga hari


kiamat, bersifat tantangan (I’jaz) bagi yang ingkar untuk membuat yang
serupa dengannya, sedang hadis Qudsi tidak untuk menantang dan tidak
pula untuk mukjizat.

2) Al- Quran hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah


ta`ala telah berfirman, sedangkan hadis Qudsi diriwayatkan dengan

12
disandarkan kepada Allah; sehingga nisbah hadis Qudsi kepada Allah itu
merupakan nisbah yang dibuatkan.

3) Seluruh isi Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, sehingga


kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadis-hadis Qudsi kebanyakannya
adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Ada
kalanya hadis Qudsi itu sahih, terkadang hasan ( baik ) dan terkadang pula
da`if (lemah).

4) Semua yang ada dalam Al-Qur’an berasal dari firman Allah SWT, baik
lafal maupun maknanya. Maka Al-Qur’an adalah wahyu baik dalam lafal
maupun maknanya. Sedang hadis Qudsi hanya makna saja yang berasal dari
Allah SWT, sedangkan lafalnya dari Rasulullah SAW, hadis Qudsi ialah
wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal.

5) Membaca Al-Quran merupakan ibadah, karena itu ia dibaca didalam


salat. Sedang hadis Qudsi tidak diperintahkan dibaca dalam sholat. Allah
memberikan pahala membaca hadis Qudsi secara umum saja. Maka
membaca hadis Qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yang
disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran bahwa pada setiap huruf
akan mendapatkan kebaikan. 20

4. Konsep Sunnah dan Bid’ah

Secara etimologis (bahasa) kata sunah adalah jamak dari kata


sunnah. Sunnah sesuatu berarti jalan sesuatu, sunnah Rasulallah saw berarti
jalan Rasulallah saw yaitu jalan yang ditempuh dan ditunjukkan oleh beliau.
Kata sunnah dalam pengertian terminologis Fuqaha adalah salah satu
hukum syariat yang bermakna sesuatu yang dianjurkan dan didorong untuk
dikerjakan. Adapun secara istilah yang disimpulkan oleh para ulama ialah
segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. baik berupa
ucapan (Hadis), perbuatan maupun pengakuannya. Menurut para ahli hadis

20
Annur dkk., “HADIS SEBAGAI AJARAN DAN SUMBER HUKUM
ISLAM.”

13
menambah definisi tentang sunnah sebagai apa yang dinisbatkan kepada
Rasulullah SAW. berupa ucapan, perbuatan, persetujuan atau deskripsi baik
fisik maupun akhlak atau juga sirah atau yang biasa dikenal dengan biografi
Rasulullah SAW. 21 Ada ulama yang menerangkan bahwa sunnah itu untuk
perbuatan dan taqrir, sedangkan hadis untuk ucapan. Akan tetapi ulama
sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai istilah yang
22
sudah lazim digunakan, yaitu bahwa Hadis sama dengan Sunnah.

Adapun al-Sunnah dibagi dalam empat macam, yakni:

a. Sunnah Qauliyah ialah segala perkataan Rasulullah

b. Sunnah Fi‟liyah ialah semua perbuatan Rasulullah

c. Sunnah Taqririyah ialah penetapan dan pengakuan dari Nabi terhadap


pernyataan maupun perbuatan orang lain.

d. Sunnah Hammiyah ialah sesuatu yang sudah direncanakan untuk


dikerjakan tetapi tidak sampai dikerjakan. 23

Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yang artinya mengadakan


sesuatu tanpa adanya contoh. Sedangkan Bid’ah menurut istilah syar’i atau
terminologi adalah sesuatu yang di ada adakan yang menyerupai syariat
tanpa ada tuntunannya dari Rasulullah yang diamalkan seakan akan bagian
dari ibadah. 24 Bid’ah dalam pengertian ini biasanya diterangkan sebagai
kegiatan keagamaan (ibadah dan akidah) yang tidak dikenal dalam sunnah
atau suritauladan Rasulullah saw. Pada dasarnya bid’ah bersifat netral ada
yang baik dan ada yang buruk, tetapi dalam konteks tertentu bid’ah
dianggap bertentangan dengan sunnah sehingga memiliki konotasi negatif.
25
Rasulullah SAW. pernah bersabda dalam sebuah hadis

21
“SUNNAH DAN BID’AH.pdf,” t.t., 4.
22
Mohammad Gufron, ULUMUL HADIS PRAKTIS DAN MUDAH, 1.
23
“404-Article Text-1594-1-10-20210416.pdf,” 36.
24
“SUNNAH DAN BID’AH.pdf,” 7.
25
Dr. Muh. Zuhri, HADIS NABI, 8.

14
َ َ‫ْس َما َهذَا أ َ ْم ِرنَا فِى أَحْ د‬
‫ث َم ْن‬ َ ‫َرد فَ ُه َو ِم ْنه ُ لَي‬

Artinya : Barang siapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini
(urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut
tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718).

Syekh Aly Mahfudh mendefinisikan Bid’ah adalah segala sesuatu yang


diciptakan dengan tidak diketahui contoh contohnya, pendapat tersebut
bersumber pada firman Allah yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW.
adalah bukan Rasul yang berbuat sewenang wenang tanpa ada contoh dari
Rasul Rasul sebelumnya. Karena itu Rasulullah bersabda secara tegas dalam
hadis diatas.

Bid’ah menurut ulama diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu

a. Bid’ah Wajibah, merupakan segala perbuatan yang masuk ke dalam


kategori kaidah wajib dan juga masuk dalam kehendak agama. Misalnya
mengumpulkan Al Qur’an dalam satu mushaf atau menetapkan kaidah
untuk menggali hukum Al Qur’an. Perbuatan ini dianggap sebagai
Bid’ah karena tidak dicontohkan pada masa Rasulullah SAW.
b. Bid’ah Mandhubah adalah segala perbuatan yang masuk ke dalam
kategori kaidah sunnah. Misalnya, mengerjakan shalat tarawih secara
berjamaah pada bulan Ramadhan. Perbuatan ini masuk kedalam
kategori Bid’ah karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Inovasi shalat tarawih berjamaah pertama kali dilakukan oleh Umar bin
Khattab.
c. Bid’ah Mubahah, adalah segala perbuatan yang termasuk kedalam
kategori perbuatan yang diperbolehkan (mubah). Seperti menggunakan
pengeras suara ketika adzan.
d. Bid’ah Makruhah adalah segala perbuatan atau pekerjaan yang termasuk
kedalam kategori yang dibenci (makruh). Misalnya, menambah tambah
perbuatan sunnah yang sudah ada batasannya, seperti puasa mutih.

15
e. Bid’ah mukaramah, adalah segala perbuatan yang termasuk kedalam
kategori yang diharamkan, seperti melakukan perbuatan perbuatan yang
bertentangan dengan ajaran islam yang terdapat dalam Al Qur’an dan
sunnah. Bid’ah ini disebut dengan Bid’ah Hakikiyah (bid’ah dalam
ibadah). 26

26
“SUNNAH DAN BID’AH.pdf,” 9.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ulumul hadis adalah sebuah ilmu yang berhubungan dengan hadis


dalam berbagai aspeknya.Para ulama Mutaqaddimin merumuskan Ilmu
hadis secara terminologi dengan ilmu pengetahuan yang membahas
tentang cara persambungan hadis sampai kepada Rasulullah, dari segi
ihwal para periwayatnya yang mencakup kedhabitan dan keadilan serta
dari segi bersambung atau terputusnya sanad. Sedangkan Ilmu Hadis
Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah kaidah untuk
mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara menerima dan menyampaikan
hadis, sifat sifat Rawi. Para Ulama menyebut istilah bagi ilmu yang
berkaitan dengan Hadits itu dengan berbagai macam nama, seperti Ilmu
Ushulil Hadits, Ilmu Musthalah Ahlil Atsar, Ilmu Musthalah Ahlil
Hadits yang ini semua mengandung pengertian tentang masalah pokok
yang dibahas dalam ilmu. Dari segi periwayatan, Hadis memang
berbeda dengan Al Qur'an, karena semua periwayatan ayat Al Qur'an
diyakini dan dipastikan berlangsung secara Mutawatir, sedangkan hadis
ada yang mutawatir dan ada juga yang ahad. Untuk mengetahui keaslian
hadis semacam ini diperlukan penelitian matan maupun sanad, yang
kemudian menjadikan kedua hal ini menjadi unsur utama dalam hadis
selain Rawi atau orang yang meriwayatkan hadis.

17
DAFTAR PUSTAKA

“404-Article Text-1594-1-10-20210416.pdf,” t.t.

Annur, Amanda Rizkia, Laili Hidayah Ansadatina, Nadia Leilani Assrie, dan
Venna Julia Harinda Putri. “HADIS SEBAGAI AJARAN DAN SUMBER
HUKUM ISLAM” 1 (2023).

“BAB II Pengertian Al Qur’an.pdf.crdownload,” t.t.

Dr. Muh. Zuhri. HADIS NABI. 1 ed. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1997.

Dr.M. Al Fatih Suryadilaga. ULUMUL HADIS. 1 ed. Sleman, Yogyakarta: Teras,


2010.

Mohammad Gufron, Rahmawati. ULUMUL HADIS PRAKTIS DAN MUDAH. 1


ed. Yogyakarta: KALIMEDIA, 2017

“SUNNAH DAN BID’AH.pdf,” t.t.

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. ILMU HADITS. 3 ed. Semarang: PT.
PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2009.

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6568067/5-contoh-hadits-qudsi-
pilihan-dan-perbedaannya-dengan-al-quran-hadits-nabi.

https://muslim.okezone.com/alquran

https://muslim.okezone.com/alquran

18

Anda mungkin juga menyukai