Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ISTILAH-ISTILAH KUNCI DALAM ULUMUL HADITS

Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits


Dosen Pengampu: Achmad Kholik, LC., M.Ag.

Disusun oleh:

Dwi Rahayu Wulandari 33030230014

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Achmad Kholik LC., M.Ag. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Ulumul Hadits yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan saya. Maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Salatiga, 3 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………………………. iv
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………… iv
B. RUMUSAN MASALAH……………..…………………………………………. iv
C. TUJUAN……………………………………………..……………………………v
BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………..……………………… 1
A. Pengertian Pengertian Ulumul Hadits…..………………..……………………… 1
B. Istilah-Istilah dalam Ilmu Hadits……………………..…………...………………1
1.1 Istilah yang Mirip Secara Arti dengan Hadits……………..……………………..1
1.2 Istilah Dasar dalam Ilmu Hadits…………………………………………………..3
BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………….…...6
A. Kesimpulan………………………………………………………………………...6
B. Saran……………………………………………………………………………….6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...7

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hadits merupakan salah satu aspek ajaran Islam yang mempunyai kedudukan penting
dalam pandangan Islam. Al-Qur'an dan Hadits merupakan dua hal utama dalam ajaran Islam.
Keduanya merupakan isu sentral bagi umat Islam. Karena semua bangunan doktrin dan
sumber ilmiah Islam oleh dua hal utama ini, maka wajar dan logis jika perhatian dan upaya
terhadap kedua hal tersebut melebihi perhatian pada bidang lainnya. Hadits merupakan
sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadits mengacu pada perkataan, perbuatan dan
taqrir Nabi Muhammad Saw. Yang dimaksud dengan hadits adalah ucapan, perbuatan, dan
taqrir Nabi Muhammad Saw. Taqrir (pengakuan) ialah diamnya Nabi Muhammad Saw.
terhadap tindakan para sahabat yang dapat diartikan sebagai tanda persetujuannya1
Ketika mempelajari Hadits kita tidak pernah lepas dari istilah-istilah yang berkaitan
dengan Ulumul Hadits. Ilmu tentang istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu hadis disebut
Musthalah Hadits. Informasi Musthalahul Hadis membantu menentukan apakah suatu hadits
itu mutawatir, masyhur, sahih dan lain sebagainya2. Dengan adanya ilmu ini membantu dan
memudahkan dalam mengetahui istilah-istilah ilmu hadis. Ilmu yang diperoleh dari istilah-
istilah tersebut membantu kita memahami dan mempelajari Hadits Ulumul. Oleh karena itu,
penulis disini membahas secara detail istilah-istilah yang sering digunakan dalam ilmu hadis.

1 Muksin Matheer, 1001 Tanya Jawab dalam Islam, (Jakarta: Lembar Langit Indonesia, 2016), hlm. 125
2
Ibid, hlm. 126

iv
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Ulumul Hadits?
2. Apa saja istilah-istilah dalam Ulumul Hadits?
3. Apa saja istilah yang mirip secara arti dengan Hadits?
4. Apa saja istilah dasar dalam Ilmu Hadits?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Ulumul Hadits
2. Untuk mengetahui istilah-istilah yang digunakan dalam Ulumul Hadits
3. Untuk mengetahui istilah yang mirip secara arti dengan Hadits
4. Untuk mengetahui istilah dasar dalam Ilmu Hadits

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Hadits

Sebelum mengkaji istilah-istilah dalam ulumul hadits, terlebih dahulu kita harus
mengetahui apa itu ulumul hadits. Hadits menurut bahasa artinya baru. Hadits juga secara
bahasa berarti sesuatu yang dibicarakan dan dinukil, juga sesuatu yang sedikit dan banyak3.

Adapun menurut istilah ahli hadits, hadits adalah apa yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad Saw., baik berupa ucapan, perbuatan, penepatan, sifat atau sirah beliau, baik
sebelum kenabian maupun sesudahnya. Sedangkan menurut ahli ushul fikih, hadits adalah
perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah Saw. setelah
kenabian. Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadits, karena yang dimaksud
dengan hadits adalah mengerjakan apa yang menjadi konsekuensinya. Dan ini tidak dapat
dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi setelah kenabian4.

Maka secara singkat, ilmu hadits adalah ilmu yang berkaitan dengan hadits yang secara
garis besar terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits
dirayah5. Adapun pengertian ilmu hadits riwayah menurut Ibn al-Akfani, adalah ilmu yang
meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi Saw. dan perbuatannya, serta
periwayatannya, pencatatannya dan penguraian lafaz-lafaznya6. Sedangkan pengertian ilmu
hadits dirayah menurut Ibn al-Akfani, adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui hakikat
riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-
syarat mereka, jenis yang diriwayatkan dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya7.

3
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm. 22
4
Syaikh Manna Al-Qaththan, Loc. Cit.
5
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 189
6
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1998), hlm. 04
7
Ibid, hlm. 126

1
B. Istilah-Istilah dalam Ulumul Hadits

1.1 Istilah yang Mirip Secara Arti dengan Hadits

Hadits sering disinonimkan dengan beberapa istilah lainnya, diantaranya seperti Sunnah,
Khabar dan Atsar, Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan tentang istilah-istilah
tersebut.

1. Sunnah

Sunnah secara etimologis berarti jalan yang lurus dan berkesinambungan, yang baik atau
yang buruk. Sunnah secara bahasa adalah jalan, kebiasaan, perilaku. Sedangkan secara istilah
menurut jumhur ulama sama dengan Hadits.

Ada ulama yang menerangkan bahwa Sunnah itu untuk perbuatan dan taqrir, sedangkan
Hadits untuk ucapan. Akan tetapi ulama sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan
memakai istilah yang sudah lazim digunakan, yaitu bahwa Hadits sama dengan Sunnah.8

2. Khabar

Menurut bahasa, al-khabar berarti berita. Adapun menurut istilah, ada dua pendapat:

1. Ulama hadits umumnya menyamakan pengertian khabar dengan hadis. Oleh karena itu
mereka mengatakan bahwa khabar adalah apa yang datang dari Nabi, baik yang marfu’
(disandarkan kepada Nabi), mauquf (disandarkan kepada sahabat), maupun yang maqthu’
(disanrkan kepada tabi’in). Dengan kata lain, khabar mencakup apa yang datang dari Nabi,
sahabat dan tabi’in9.

2. Sebagian ulama membedakan pengertian khabar dengan hadis. Hadis adalah apa yang
berasal dari Nabi, sedang khabar adalah apa yang berasal dari selain beliau. Oleh karena itu,
orang yang kehidupannya hanya bergelut dalam hadis disebut muhaddis sedang orang yang
menekuni sejarah dan semacamnya disebut akhbariy.

3. Atsar

Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat nabi dan tabi'in, baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Jadi kalau hadis itu kata dan perbuatan yang disandarkan
kepada Nabi Sallallahu 'Alaihi Wa Sallam sedangkan atsar itu kata dan perbuatan yang

8
Mohammad Gufron, Rahmawati. Ulumul Hadits Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras 2013, hlm. 01
9
Hj. Rustina N., Ulumul Hadits. (Jawa Timur: PMN Surabaya, 2011), hlm.13

2
disandarkan kepada sahabat nabi atau juga tabiin. Ada juga yang mengartikan atsar adalah
sinonim hadis.

Manna' al-Qattān (2005) mengatakan bahwa arti atsar secara bahasa adalah sisa dari
sesuatu. Sedangkan secara istilah ada dua pendapat: (1). Ada yang berpendapat bahwa atsar
artinya sama dengan hadis, yaitu makna keduanya adalah sama. (2). Ada yang berpendapat
bahwa atsar berbeda dengan hadis, yaitu apa yang disandarkan kepada sahabat nabi dan
tabiin, baik berupa perkataan maupun perbuatan mereka.

Contoh atsar sahabat Abu Bakar as-Shiddiq:

َ ‫الزكَاةه فَإه َن‬


‫الزكَاةَ َحق ال َما هل‬ َ ‫ّللا ألُقَاتهلَ َن َمن فَرقَ بَينَ ال‬
َ ‫صالةه َو‬ ‫َو َ ه‬

"Demi Allah! Saya benar-benar akan memerangi orang-orang yang membeda-bedakan antara
salat dan zakat karena zakat adalah hak harta." (HR. al-Bukhari)

Contoh atsar seorang tabiin, Hasan al-Bashri rah imahullah berkata:

ُ‫َاو َر هة َولَ هكنَهُ أَ َرادَ أَن َيست ََن هبذَلهكَ ال ُحكَا ُم َبعدَه‬ َ ‫سلَ َم لَغَ هنيًّا‬
َ ‫ع هن ال هم ش‬ َ ُ‫صلَى للا‬
َ ‫علَي هه َو‬ َ ‫هإن َكانَ النَ هبي‬
Walaupun Nabi tidak memerlukan musyawarah, namun beliau tetap bermusyawarah untuk
membiasakan para hakim setelahnya untuk bermusyawarah. (Riwayat al-Baihaqi)

1.2 Istilah Dasar dalam Ilmu Hadits

1. Sanad

Sanad menurut bahasa berarti sandaran tempat atau bersandar. Sedangkan menurut istilah,
sanad berarti jalan yang menyampaikan kepada jalan hadits10. Selain itu, ada yang memaknai
sanad sebagai jalan matan atau rangkaian para rawi yang meriwayatkan matan dari sumber
pertama11. Adapun menurut Ahmad Umar Hasyim, sanad ialah jalur yang menghubungkan
kepada matan, yaitu para periwayat. Jalur ini disebut sanad karena mereka menyandarkan
hadits kepada sumbernya.

10
Asep Herdi, Op. Cr., hlm. 50
11
Sasa Sunarsa, Penelusuran Kualitas dan Kuantitas Sanad Qiru'at Sab (Kajian Takkrij Sanad Qira'at Sab),
(Wonosobo: Mangku Bumi Media, 2020), hlm. 125

3
Sanad mengandung dua bagian penting, yaitu (a) nama-nama periwayat; (b) lambang-
lambang periwayatan hadits yang telah digunakan oleh masing-masing periwayat dalam
meriwayatkan hadits, misalnya sami tu, akhbarani, an dan anna12. Contoh sanad dalam hadits:

‫عب هد‬
َ ‫عن‬ َ ،‫عن أَبهي الخَي هر‬ َ ،)‫ع َم ُر بنُ خَا هلد‬
َ ،َ‫عن يَ هزيد‬ ُ (‫ث‬ ُ ‫ َحدَثَنهي اللَي‬: ‫)قَا َل‬. ‫َاري‬ ‫اْل َما ُم البُخ ه‬‫هيث ( ه‬ ُ ‫لَقَد َر َوى هلي‬
َ ‫ع َم ُر بنُ خَا هلد ال َحد‬
‫ َواق َرأ‬،‫ام‬ َ ‫أَط هعم‬: «‫اْلس َال ُم خَي ٌر؟ ؟ "قَا َل‬
َ َ‫الطع‬ ‫أَي ه‬: ‫سلَ َم‬َ ‫علَي هه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ي‬ َ ‫سأ َ َل النَبه‬
َ ً‫ أ َ َن َر ُج ًال‬،‫عن ُه َما‬ َ ‫ي‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ض‬
‫عمرو َر ه‬ ‫َه‬
َ ‫ّللا ب هن‬
‫»البُخ ه‬. (. ‫ع َرفتُ َو َمن لَم تَع هرف‬
)‫َاري‬ َ ‫علَى َمن‬
َ ‫الس ََال َم‬

Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (Imam Bukhari). ia berkata: Al-Laits
menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-Khair, dari
Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma, bahwa seorang lelaki bertanya pada Nabi
shallallaahu 'alaihi wasallam "Manakah Islam yang paling baik?" Beliau menjawab:
"Memberikan makanan, dan membaca salam pada orang yang engkau kenal dan yang tidak
engkau kenal". (HR. Bukhari)

Dari contoh di atas yang disebut sanad adalah Umar bin Khalid, Al- Laits, Yazid, Abu Al-
Khair, dan Abdullah bin 'Amr. Artinya, Abdullah bin 'Amr mendapatkan hadits dari Nabi
Saw. Lalu hadits itu disampaikan kepada Abu Al-Khair, lalu kepada Yazid, lalu kepada Al-
Laits, lalu kepada Umar bin Khalid, lalu kepada penulis hadits yakni Imam Al-Bukhari.

2. Matan

Matan menurut bahasa berarti punggung jalan (muka jalan), tanah yang keras dan tinggi.
Sedangkan matan menurut istilah ialah bunyi atau kalimat yang terdapat dalam hadits yang
menjadi isi riwayat. Apakah hadits tersebut berbentuk qaul (ucapan), fi 'il (perbuatan), dan
taqrir (ketetapan dan sebagainya) dari Rasulullah Saw13. Singkatnya, matan adalah isi atau
perkataan hadits yang disampaikan14. Contoh matan dalam hadits,

‫عن أَ هبي‬
َ ‫عن أَ هبي هه‬ َ ‫س َهيل‬ ُ ‫عا همر أَبُو‬ َ ‫يع َقا َل َحدَثَنَا هإس َما هعي ُل بنُ َجعفَر َقا َل َحدَثَنَا نَافه ُع بنُ َما هل هك ب هن أ َ هبي‬ َ ‫سلَي َمانُ أَبُو‬
‫الر هب ه‬ ُ ‫َحدَثَنَا‬
َ‫ف َو هإذَا اؤت ُ همنَ خَان‬َ َ‫عدَ أَخل‬
َ ‫ب َو هإذَا َو‬َ َ‫َث َكذ‬
َ ‫ث هإذَا َحد‬ ‫سلَ َم قَا َل آ َيةُ ال ُمنَافه ه‬
ٌ ‫ق ث َ َال‬ َ ‫علَي هه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫عن النَ هبي ه‬
َ َ ‫ه َُري َرة‬

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi' berkata. telah menceritakan kepada
kami Isma'il bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi bin Malik bin Abu
'Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

12
Ibid,hlm 126
13
Mohamad S. Rahman, Kajian Matan dan Sanad Hadits dalam Metode Historis, Jurnal Al-Syir'ah, Vol. 8, No.
2, Desember 2010, hlm. 427
14
Muksin Matheer, Op. Cir., hlm. 126

4
beliau bersabda: "Tanda-tanda munafik ada tiga: Jika berbicara dusta, jika berjanji
mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat". (HR. Bukhari)

3. Rawi

Rawi (perawi) yaitu orang yang membawa (meriwayatkan) hadits atau membukukannya.
Singkatnya, rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberitakan15. Perawi pertama
adalah para sahabat, kemudian para tabi'in sampai kepada para penyusun hadits, seperti
Bukhari, Muslim dan sebagainya16.

َ ‫أَخبَ َرنهي ُم َح َمدُ بنُ إهب َراه‬: ‫ قَا َل‬،‫اري‬


‫هيم‬ َ ‫س هعيد األَن‬
‫ص ه‬ َ ُ‫ َحدَثَنَا يَحيَى بن‬: ‫ قَا َل‬، ُ‫سفيَان‬ ُ ‫ َحدَثَنَا‬: ‫ قَا َل‬،‫ّللاه بنُ الزبَي هر‬َ ُ ‫عب د‬ َ ‫َحدَثَنَا ال ُح َميدهي‬
‫سو َل َ ه‬
‫ّللا‬ ُ ‫س همعتُ َر‬ َ ‫علَى ال همنبَ هر قَا َل‬ َ ‫عنهم‬ َ ‫ضي للا‬ ‫ب َر ه‬ َ ‫ع َم َر بنَ الخ‬
‫َطا ه‬ ُ ُ‫س همعت‬ َ ‫ي يَقُو ُل‬ َ ‫اص اللَينه‬‫عل َق َمةَ بنَ َوقَ ه‬ َ ُ‫التَي همي أ َنَه‬
َ ‫س هم َع‬
‫ُصيبُ َها أَو إه َلى ام َرأَة‬
‫ َف َمن كَانَت ههج َرت ُهُ إه َلى دُنيَا ي ه‬،‫ َو إهنَ َما هل ُك هل ام هرئ َما ن ََوى‬،‫إهنَ َما األَع َما ُل بهالنهيَاته‬: ‫سلَ َم يَقُو ُل‬
َ ‫ع َلي هه َو‬ َ ‫صلَى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ
‫يَن هك ُح َها فَ َهج َرتُهُ هإلَى َما هَا َج َر هإلَي هه‬

Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi Abdullah bin Az Zubair dia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Sufyan yang berkata: bahwa Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Sa'id Al Anshari berkata: telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
Ibrahim At Taimi, bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqash Al Laitsi berkata: saya
pernah mendengar Umar bin Al Khaththab diatas mimbar berkata: saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Semua perbuatan tergantung niatnya,
dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) pada apa yang dia niatkan. Barangsiapa
niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang
ingin dia nikahi, maka hijrahnya adalah pada apa yang dia niatkan.”17

Maka dapat disimpulkan bahwa sanad, matan dan rawi merupakan unsur- unsur penting
dalam sebuah hadits. Ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Sanad adalah pengantar
matan, kemudian matan adalah isi atau substansi hadits yang diriwayatkan rawi, sedangkan
rawi adalah periwayat hadits. Jika dilihat dari posisinya, maka sanad berada di awal hadits,
matan ada di tengah hadits, sedangkan rawi ada di akhir hadits18.

15
Suwarno, Tuntunan Tahsin Al-Qur'an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm. 16
16
Muksin Matheer, Loc. Cit
17
Mohammad Gufron, Rahmawati. Ulumul Hadits Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras 2013, hlm.04
18
Asep Herdi, Loc. Cit

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hadits adalah apa yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad Saw., baik berupa ucapan, perbuatan, penepatan, sifat atau sirah
beliau, baik sebelum kenabian maupun sesudahnya. ilmu hadits adalah ilmu yang berkaitan
dengan hadits yang secara garis besar terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu ilmu hadits
riwayah dan ilmu hadits dirayah. Hadits sering disinonimkan dengan beberapa istilah lainnya,
diantaranya seperti Sunnah, Khabar dan Atsar. Sunnah secara etimologis berarti jalan yang
lurus dan berkesinambungan, yang baik atau yang buruk. Selain itu ada juga khabar, yaitu
segala bentuk berita, baik yang datang dari Rasulullah Saw, Sahabat Rasulullah Saw maupun
Tabi’in. Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabi'in, yang terdiri atas
perkataan atau perbuatan. Istilah dasar dalam ilmu hadits yaitu sanad, matan, rawi. Menurut
istilah sanad berarti jalan yang menyampaikan kepada jalan hadits. Matan adalah bunyi atau
kalimat yang terdapat dalam hadits yang menjadi isi riwayat. Apakah hadits tersebut
berbentuk qaul (ucapan), fi 'il (perbuatan), dan taqrir (ketetapan dan sebagainya) dari
Rasulullah Saw. Rawi (perawi) yaitu orang yang membawa (meriwayatkan) hadits atau
membukukannya.

B. Saran
Saya menyadari bahwa saya masih sangat jauh sekali dari kata-kata sempurna, untuk
kedepannya saya akan lebih jelas dan lebih fokus lagi dalam menerangkan penjelasan
mengenai makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih lengkap dan lebih banyak lagi,
dan tentunya bisa untuk dipertanggung jawabkan.

Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena saya hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan dan saya juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca untuk kesempernaan makalah ini. Sekian dari saya, saya ucapkan terimakasih.

6
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta:Kencana,2011) hlm.189


Muhsin Matheer,1001 Tanya Jawab dalam Islam, (Jakarta:Lembar Langit Indonesia,2016)
hlm. 125
Mohammad Gufron, Rahmawati. Ulumul Hadits Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras,2013
Mohamad S. Rahman, Kajian Matan dan Sanad Hadits dalam Metode Historis, Jurnal Al-
Syir'ah, Vol. 8, No. 2, Desember 2010
Nawir Yuslem 1998. Ulumul Hadits. Jakarta:Mutiara Wijaya
Sasa Sunarsa, Penelusuran Kualitas dan Kuantitas Sanad Qiru'at Sab (Kajian Takkrij Sanad
Qira'at Sab), (Wonosobo: Mangku Bumi Media, 2020)
Suwarno, Tuntunan Tahsin Al-Qur'an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016)
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka Al-Kausar,2005)
Hj. Rustina N., Ulumul Hadits. (Surabaya: PMN Surabaya, 2011)

Anda mungkin juga menyukai