OLEH
KELOMPOK IV
BANJARMASIN
الر ِحيم
َّ الرحْ َم ِن
َّ ْــــــــــــــــــم ِاﷲ
ِ بِس
Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.Shalawat dan salam kita
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas dan ilmu yang
bemanfaat kepada pembaca.
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
علم ي بحث فيه عن كيفية اتصال اْلديث برسول هللا ص م من حيث أحوال رواته ضبطا وعدالة ومن حيث كيفية
2
Hakim An- Naisaburi (321 H/933 M-405 H/1014 M) misalnya, dalam
kitabnya Ma'rifah 'Ulum Al-Hadits mengemukakan 52 macam ilmu hadis.
Muhammad bin Nasir Al-Hazimi, ahli hadis klasik, mengatakan bahwa jumlah ilmu
hadis mencapai lebih dari 100 macam yang masing-masing mempunyai objek
kajian khusus sehingga bisa dianggap sebagai suatu ilmu tersendiri. 1
. وأفعاله وروايتها وضبطها وَترير ألفاظها. م.علم اْلديث اخلاص ِبلرواية علم يشتمل على أق وال النب ص
“Ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-
perbuatan Nabi SAW,periwayatannya,pencatatannya, dan penelitian lafazh-
lafazhnya.”
Objek kajian ilmu hadis riwayah adalah segala sesuatu yang dinisbatkan kepada
Nabi SAW. sahabat, dan tabiin, yang meliputi:
1 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 105-106
3
a) Cara periwayatannya, yakni cara penerimaan dan penyampaian hadis dari
seorang periwayat (rawi) kepada periwayat lain
Ilmu hadis riwayah bertujuan memelihara hadis Nabi SAW. dari kesalahan
dalam proses periwayatan atau dalam penulisan dan pembukuannya. Lebih lanjut,
ilmu ini juga bertujuan agar umat Islam menjadikan Nabi SAW. sebagai suri teladan
melalui pemahaman terhadap riwayat yang berasal darinya dan mengamalkannya.
Sesuai dengan firman Allah SWT.,
.لقد كان لكم ِف رسول اَّلل اسوةٌ حسنةٌ لمن كان ي رجوا هللا والي وم األخر وذكرهللا كثيا
)٢١:( األحزاب
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)2
Definisi yang paling baik, seperti yang diungkapkan oleh Izzuddin bin Jama'ah,
yaitu,
2 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 106-107
4
.علم بقواني ي عرف ِبا أحوال السند والمت
Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ilmu hadis dirayah
adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad,
matan, cara menerima dan menyampaiken hadis, sifat rawi, dan lain-lain.
Sasaran kajian ilmu hadis dirayah adalah sanad dan matan dengan segala
persoalan yang terkandung di dalamnya yang turut memengaruhi kualitas hadis
tersebut, Kajian terhadap masalah- masalah yang bersangkutan dengan sanad
disebut naqd as-sanad (kritik sanad) atau kritik ekstern. Disebut demikian karena
yang dibahas ilmu itu adalah akurasi (kebenaran) jalur periwayatan, mulai sahabat
sampai kepada periwayat terakhir yang menulis dan membukukan hadis tersebut.
b) Tsiqat as-sanad, yakni sifat 'adl (adil), dhabit (cermat dan kuat), dan tsiqah
(tepercaya) yang harus dimiliki seorang periwayat
5
d) 'Illat, yakni cacat yang tersembunyi pada suatu hadis yang kelihatannya baik
atau sempurna. Syadz dan 'illat ada kalanya terdapat juga pada matan dan
untuk menelitinya diperlukan penguasaan ilmu hadis yang mendalam.
Kajian terhadap masalah yang menyangkut matan disebut naqd al-matn (kritik
matan) atau kritik intern. Disebut demikian karena yang dibahasnya adalah materi
hadis itu sendiri, yakni perkataan, perbuatan, atau ketetapan Rasulullah SAW.
Pokok pembahasannya meliputi:
b) Fasad al-ma'na, yakni terdapat cacat atau kejanggalan pada makna hadis
karena bertentangan dengan al-hiss (indra) dan akal, bertentangan dengan
nash Al-Quran, dan bertentangan dengan fakta sejarah yang terjadi pada
masa Nabi SAW. serta mencer- minkan fanatisme golongan yang
berlebihan
1) mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dan ilmu hadis dari masa
ke masa sejak masa Rasulullah SAW. sampai masa sekarang
6
4) mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria-kriteria hadis sebagai
pedoman dalam menetapkan suatu hukum syara'. 3
Dari ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah itu, muncul cabang-cabang
ilmu hadis lainnya, seperti :
1. Ilmu Rijal al-Hadits
Ilmu rijal al-hadis adalah ilmu yang membahas hal ikhwal dan sejarah para
rawi dari kalangan sahabat, tabiin, dan atba' al-tabiin. Ulama hadis
mendefinisikan ilmu rijal al-hadis, yaitu,
“Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik dari kalangan sahabat,
tabiin, maupun dari generasi-generasi sesudahnya.”
Secara bahasa, kata al-jarh artinya cacat atau luka dan kata al- ta'dil artinya
mengadilkan atau menyamakan. Jadi, kata ilmu al- jarh wa at-ta'dil adalah
ilmu tentang kecacatan dan keadilan seseorang. Secara terminologis, ada
ulama yang mendefinisikan secara terpisah antara istilah al-jarh dan at-ta'dil,
namun ada juga yang menyatukannya.
.الرح عند المحدثي الطعن ِف راوي اْلديث ِبا يسلب أو يل بعد الته أو ضبطه
3 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 109-110
7
“Jarh, menurut muhadditsin, adalah menunjukkan sifat- sifat cela rawi
sehingga mengangkat atau mencacatkan adalah atau kedhabitannya.”
علم ي بحث عن األسباب اخلفية الغامضة من حيث أهنا ت قدح ِف صحة اْلديث كوصل منقطع مرفوع
.موقوف وادخال اْلديث ِف حديث وما شابه ذالك
8
5. Ilmu Gharib Al-Hadits
lmu gharb al-hadits adalah
Ilmu gharb al-hadits ini membahas lafazh yang musykil dan susunan
kalimat yang sukar dipahami sehingga orang tidak akan menduga-duga
dalam memahami redaksi hadis.
علم الذي ي بحث عن األحاديث المت عارضة الت الُيكن الت وفيق ب ي ن ها من حيث اْلكم على ب عضهاِبنه
.وخ فما ث بت ت قدمه كان َنسخا وما ث بت َتخره كان َنسخا
ٌ َنس ٌخ وعلى ب عضها اْلخر ِبنه منس
Ilmu gharb al-hadits ini membahas lafazh yang musykil dan susunan
kalimat yang sukar dipahami sehingga orang tidak akan menduga-duga
dalam memahami redaksi hadis.
9
“Ilmu yang membahas cara mengumpulkan hadis-hadis yang berlawanan
lahirnya.”
.علم ي عرف به السبب الذي ورد ألجله اْلديث والزمان الذي جاء فيه
.علم ي بحث فيه مما اصطلح عليه املحدثون وت عارفوه فيم ا ب ي ن هم
10
“Ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian (istilah- istilah) yang
dipakai oleh ahli-ahli hadis.”4
) (رواه مسلم. ال تكت بوا عين ومن كتب عين غي القرآن ف ليمحه: أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
Rasulullah SAW telah bersabda, “Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu
dengar dari aku. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain
Al-Quran, hendaklah ia menghapuskannya.” (H.R. Muslim)
Dan mereka berkata kepadanya, “Kamu selalu menulis apa yang kamu dengar
dari Nabi, padahal beliau kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau
menuturkan sesuatu yang tidak dijadikan syariat umum.” Mendengar ucapan
4 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 111-122
11
mereka, Abdullah bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai hal tersebut.
Rasulullah SAW. kemudian bersabda,
“Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku berada di
tangan-Nya, tidak keluar dari mulutku, selain kebenaran.”
2. Penghapalan Hadis
Para sahabat dalam menerima hadis dari Nabi SAW. berpegang pada
kekuatan hapalannya, yakni menerimanya dengan jalan hapalan, bukan dengan
menulis hadis dalam buku. Karena itu, kebanyakan sahabat menerima hadis
5 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 57-60
12
melalui mendengar dengan hati-hati yang disabdakan Nabi. Kemudian,
terekamlah lafazh dan makna itu dalam sanubari mereka. Mereka dapat melihat
langsung apa yang Nabi kerjakan atau mendengar pula dari orang yang
mendengarnya sendiri dari nabi karena tidak semua dari mereka dapat mengikuti
atau menghadiri majelis Nabi pada setiap waktu. Kemudian, para sahabat
menghapal setiap apa yang diperoleh dari sabda-sabdanya dan berupaya
mengingat yang pernah Nabi lakukan lalu menyampai- kannya kepada orang lain
secara hapalan pula.
Hanya beberapa orang sahabat yang mencatat hadis yang didengarnya dari
Nabi SAW. Di antara sahabat yang paling banyak menghapal atau meriwayatkan
hadis adalah Abu Hurairah. Menurut Ibnu Jauzi, hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah berjumlah 5.374 buah hadis. Adapun sahabat yang paling banyak
hapalannya sesudah Abu Hurairah adalah :
3. Pembukuan Hadis
Pada abad pertama Hijriah, yakni masa Rasulullah SAW. Khulafaur
Rasyidin, dan sebagian besar masa Bani Umayyah hingga akhir abad pertama
Hijrah, hadis-hadis itu berpindah-pindah dan disampaikan dari mulut ke mulut.
Masing-masing perawi pada waktu itu meriwayatkan hadis berdasarkan
kekuatan hapalannya. Hapalan mereka terkenal kuat sehingga mampu
mengeluarkan kembali hadis- hadis yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide
penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan
oleh Khalifah Umar bin Khaththab (w. 23 H/644 M). Namun, ide tersebut tidak
dilaksanakan oleh Umar karena khawatir bila umat Islam terganggu
perhatiannya dalam mempelajari Al-Quran.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dinobatkan
akhir abad pertama Hijriah, yakni tahun 99 Hijriah,datanglah angin segar yang
mendukung kelestarian hadis. Umar bin Abdul Azis terkenal sebagai seorang
6 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 60-61
13
khalifah dari Bani Umayyah yang terkenal adil dan wara' sehingga dipandang
sebagai khalifah Rasyidin yang kelima.
Beliau sangat waspada dan sadar bahwa para perawi yang mengumpulkan
hadis dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya karena meninggal dunia.
Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-
buku hadis dari para perawinya, mungkin hadis-hadis itu akan lenyap bersama
lenyapnya para penghapalnya. Tergeraklah hatinya untuk mengumpulkan hadis-
hadis Nabi dari para penghapal yang masih hidup. Pada tahun 100 H, Khalifah
Umar bin Abdul Azis memerintahkah kepada Gubernur Madinah, Abu Bakar
bin Muhammad bin Amer bin Hazm untuk membukukan hadis-hadis Nabi dari
para penghapal.
Umar bin Abdul Azis menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm, yaitu,
"Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu tulislah karena aku
takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya ulama, dan jangan diterima
selain hadis Rasul SAW, dan hendaklah disebarluaskan ilmu dan diadakan
majelis-majelis ilmu supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat
mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu dirahasiakan."
Metode sanad dan isnad adalah metode yang digunakan untuk menguji
sumber pembawa berita hadis (perawi) dengan mengetahui keadaan para perawi,
riwayat hidupnya, kapan dan di mana hidupnya, kawan semasanya, daya tangkap
dan ingatannya, dan sebagainya. Ilmu tersebut dibahas dalam ilmu hadis
Dirayah, yang kemudian terkenal dengan ilmu Mustalahul Hadis.
14
Setelah generasi Az-Zuhri, pembukuan hadis dilanjutkan oleh Ibn Juraij (w.
150 H.), Ar-Rabi' bin Shabih (w. 160 H), dan masih banyak lagi ulama lainnya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pembukuan hadis dimulai sejak akhir
masa pemerintahan Bani Umayyah, tetapi belum begitu sempurna. Pada masa
pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu pada pertengahan abad II H, dilakukan
upaya penyempunaan. Sejak saat itu, tampak gerakan secara aktif untuk
membukukan ilmu pengetahuan, termasuk pembukuan dan penulisan hadis-
hadis Rasul SAW.7
3. Al-Mustakhraj 'ala Ma'rifati Ulumil Hadits, karya Abu Nu'aim Ahmad bin
Abdillah Al-Ashbahani (w. 430 H), di dalamnya ia melengkapi apa yang
ditulis oleh Al-Hakim An-Naisaburi dalam kitabnya Ma'rifatu 'Ulumil
Hadis.
4. Al-Kifayah fi Ilmi Ar-Riwayah, karya Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit
Al-Khathib Al-Baghdadi yang masyhur (wafat 463 H).
7 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 61-63
15
7. Maa Laa Yasa'u Al-Muhadditsu Jahluhu, karya Abu Hafsh Umar bin
Abdul Majid al-Mayanji (w. 580 H).
8. Ulumul Hadits, karya Abu Amr Utsman bin Abdirrahman Asy- Syahrazuri
yang masyhur dengan sebutan Ibnu Ash-Shalah (w. 643 H), dan kitabnya
terkenal dengan nama "Muqaddimah Ibnu Ash-Shalah", yang merupakan
kitab terbaik dalam ilmu musthalah. Dalam kitab ini, penyusun
mengumpulkan apa yang terpisah dalam karya Al-Khathib dan ulama
sebelumnya. Buku ini kemudian menjadi pedoman bagi para ulama
sesudahnya
12. Fathul Baqi ala Alfiyati Al-Iraqi, karya Al-Hafizh Zainuddin Asy-Syaikh
Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria Al- Anshari (w. 925 H)
13. Nukhbatul Fikar fi Mushtalahi Ahli Al-Atsar, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar
Al-Asqalani (w. 852 H) merupakan buku kecil yang diringkas, namun
termasuk ringkasan yang paling bagus dan paling baik susunan dan
pembagiannya, serta telah disyarah oleh penyusunannya sendiri dengan
nama Nuzhatu An-Nazhar, sebagaimana ulama lain juga mensyarahnya.
16
dan terdapat beberapa syarah atas buku ini, di antaranya Syarhu Az-Zarqani
Ala Al-Baiquniyah, karya Muhammad Az-Zarqani.
8 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 127-128
17
BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Spesifikasi ulumul hadis ada dua, yaitu : ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis
dirayah. Pembagian cabang ulumul hadis, seperti : ilmu rijal al-hadits, ilmu al- jarh
wa at-ta'dil, ilmu fannil mubhamat, ilmu ilali al-hadits, ilmu gharib al-hadits, ilmu
nasikh wa al-mansukh, ilmu talfiq al-hadits, ilmu tashif wa at-tahrif, ilmu asbab al-
wurud al-hadits, dan ilmu mushthalah ahli hadits.
18
DAFTAR PUSTAKA
Solahudin, M. Agus., & Suyadi, Agus. (2008). Ulumul Hadis. Bandung: CV.
Pustaka Setia.
19