Anda di halaman 1dari 22

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

ULUMUL HADITS Dr. HAIRUL HUDAYA, M. Ag

ULUMUL HADITS DAN SEJARAH PENGHIMPUNANNYA

OLEH

KELOMPOK IV

NURSYIFA MAULIDA : NIM 230101010624

SOHIBU RAHMAH : NIM 230101010216

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARMASIN

TAHUN 2023 M/1445 H


KATA PENGANTAR

‫الر ِحيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ‫ْــــــــــــــــــم ِاﷲ‬
ِ ‫بِس‬

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.Shalawat dan salam kita
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.

Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah kami yang


berjudul “Ulumul Hadits dan Sejarah Penghimpunannya”. Kami ucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini,

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang luas dan ilmu yang
bemanfaat kepada pembaca.

Banjarmasin, 26 Oktober 2023

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ...... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Pengertian Ulumul Hadis ............................................................................ 2

B. Spesifikasi Ulumul Hadis ............................................................................ 3

C. Pembagian Cabang Ulumul Hadis .............................................................. 7

D. Sejarah Penghimpunan Hadis ................................................................... 10

E. Kitab-Kitab yang Membahas Ulumul Hadis ............................................. 14

BAB III PENUTUP............................................................................................... 17

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu hadis ('Ulum Al-Hadits), secara kebahasaan berarti ilmu-ilmu tentang


hadis. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata ilm (ilmu). Secara etimologis, Ilmu
pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadis sampai kepada
Rasul SAW dari segi hal ikhwal para rawinya, yang menyangkut ke-dhabit- an dan
ke-'adil-annya dan dari bersambung dan terputusnya sanad, dan sebagainya.Secara
garis besar, ulama hadis mengelompokkan ilmu hadis tersebut ke dalam dua bidang
pokok, yakni ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah. Dari ilmu hadis riwayah
dan ilmu hadis dirayah itu, muncul cabang-cabang ilmu hadis lainnya.Terhimpun
Sejarah penghimpunan hadis dalam tiga tahapan.Nama-nama kitab yang membahas
ilmu hadits.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ulumul hadis?


2. Bagaimana spesifikasi ulumul hadis?
3. Apa saja pembagian cabang ulumul hadis?
4. Bagaimana sejarah penghimpunan hadis?
5. Apa saja kitab yang membahas ulumul hadis?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami pengertian ulumul hadis


2. Mengetahui dan memahami spesifikasi ulumul hadis
3. Mengetahui dan memahami pembagian cabang ulumul hadis
4. Mengetahui dan memahami sejarah penghimpunan hadis
5. Mengetahui dan memahami kitab yang membahas ulumul hadis

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Hadis

Ilmu hadis ('Ulum Al-Hadits), secara kebahasaan berarti ilmu-ilmu


tentang hadis. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata ilm (ilmu).

Secara etimologis, seperti yang diungkapkan oleh As-Suyuthi, ilmu hadis


adalah,

‫علم ي بحث فيه عن كيفية اتصال اْلديث برسول هللا ص م من حيث أحوال رواته ضبطا وعدالة ومن حيث كيفية‬

.‫السند اتص اال وان قطاعا وغي ذالك‬

“Ilmu pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadis sampai


kepada Rasul SAW dari segi hal ikhwal para rawinya, yang menyangkut ke-dhabit-
an dan ke-'adil-annya dan dari bersambung dan terputusnya sanad, dan
sebagainya.”

Dalam hubungannya dengan pengetahuan tentang hadis, ada ulama yang


menggunakan bentuk ulum al-hadits, seperti Ibnu Salah (w. 642 H/1246 M) dalam
kitabnya 'Ulum Al-Hadits, dan ada juga yang menggunakan bentuk ilm al-hadis,
seperti Jalaluddin As-Suyuthi dalam mukadimah kitab hadisnya, Tadrib Ar-Rawi.

Penggunaan bentuk jamak disebabkan ilmu tersebut bersangkut-paut


dengan hadis Nabi SAW. yang banyak macam dan cabangnya.

2
Hakim An- Naisaburi (321 H/933 M-405 H/1014 M) misalnya, dalam
kitabnya Ma'rifah 'Ulum Al-Hadits mengemukakan 52 macam ilmu hadis.
Muhammad bin Nasir Al-Hazimi, ahli hadis klasik, mengatakan bahwa jumlah ilmu
hadis mencapai lebih dari 100 macam yang masing-masing mempunyai objek
kajian khusus sehingga bisa dianggap sebagai suatu ilmu tersendiri. 1

B. Spesifikasi Ulumul Hadis

Secara garis besar, ulama hadis mengelompokkan ilmu hadis tersebut ke


dalam dua bidang pokok, yakni ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah.

1. Ilmu Hadits Riwayah


Kata riwayah artinya periwayatan atau cerita. Ilmu hadis riwayah, secara
bahasa, berarti ilmu hadis yang berupa periwayatan.

Para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan ilmu hadis riwayah, namun


yang paling terkenal di antara definisi-definisi tersebut adalah definisi Ibnu Al-
Akhfani, yaitu,

.‫ وأفعاله وروايتها وضبطها وَترير ألفاظها‬. ‫م‬.‫علم اْلديث اخلاص ِبلرواية علم يشتمل على أق وال النب ص‬

“Ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang membahas ucapan-ucapan dan perbuatan-
perbuatan Nabi SAW,periwayatannya,pencatatannya, dan penelitian lafazh-
lafazhnya.”

Objek kajian ilmu hadis riwayah adalah segala sesuatu yang dinisbatkan kepada
Nabi SAW. sahabat, dan tabiin, yang meliputi:

1 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 105-106

3
a) Cara periwayatannya, yakni cara penerimaan dan penyampaian hadis dari
seorang periwayat (rawi) kepada periwayat lain

b) Cara pemeliharaan, yakni penghapalan, penulisan, dan pembukuan hadis.


Ilmu ini tidak membicarakan hadis dari sudut kualitasnya, seperti tentang
adalah (ke-'adil-an) sanad, syadz (kejanggalan), dan 'illat (kecacatan) matan.

Ilmu hadis riwayah bertujuan memelihara hadis Nabi SAW. dari kesalahan
dalam proses periwayatan atau dalam penulisan dan pembukuannya. Lebih lanjut,
ilmu ini juga bertujuan agar umat Islam menjadikan Nabi SAW. sebagai suri teladan
melalui pemahaman terhadap riwayat yang berasal darinya dan mengamalkannya.
Sesuai dengan firman Allah SWT.,

.‫لقد كان لكم ِف رسول اَّلل اسوةٌ حسنةٌ لمن كان ي رجوا هللا والي وم األخر وذكرهللا كثيا‬

)٢١:‫( األحزاب‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21)2

2. Ilmu Hadis Dirayah


Istilah ilmu hadis dirayah, menurut As-Suyuthi, muncul setelah masa Al-Khatib
Al-Baghdadi, yaitu pada masa Al-Akfani. Ilmu ini dikenal juga dengan sebutan
ilmu ushul al-hadits, 'ulum al-hadits, musththalah al-hadits, dan gawa'id al-tahdits,

Definisi yang paling baik, seperti yang diungkapkan oleh Izzuddin bin Jama'ah,
yaitu,

2 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 106-107

4
.‫علم بقواني ي عرف ِبا أحوال السند والمت‬

“Ilmu yang membahas pedoman pedoman yang dengannya dapat diketahui


keadaan samad dan matan.”

Dari pengertian tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ilmu hadis dirayah
adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal sanad,
matan, cara menerima dan menyampaiken hadis, sifat rawi, dan lain-lain.

Sasaran kajian ilmu hadis dirayah adalah sanad dan matan dengan segala
persoalan yang terkandung di dalamnya yang turut memengaruhi kualitas hadis
tersebut, Kajian terhadap masalah- masalah yang bersangkutan dengan sanad
disebut naqd as-sanad (kritik sanad) atau kritik ekstern. Disebut demikian karena
yang dibahas ilmu itu adalah akurasi (kebenaran) jalur periwayatan, mulai sahabat
sampai kepada periwayat terakhir yang menulis dan membukukan hadis tersebut.

Pokok bahasan naqd as-sanad adalah sebagai berikut :

a) Ittishal as-sanad (persambungan sanad). Dalam hal ini tidak


dibenarkan adanya rangkaian sanad yang terputus, tersembunyi,
tidak diketahui identitasnya (wahm), atau samar

b) Tsiqat as-sanad, yakni sifat 'adl (adil), dhabit (cermat dan kuat), dan tsiqah
(tepercaya) yang harus dimiliki seorang periwayat

c) Syadz, yakni kejanggalan yang terdapat atau bersumber dari sanad.


Misalnya, hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqah, tetapi
menyendiri dan bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh
periwayat-periwayat tsiqah lainnya

5
d) 'Illat, yakni cacat yang tersembunyi pada suatu hadis yang kelihatannya baik
atau sempurna. Syadz dan 'illat ada kalanya terdapat juga pada matan dan
untuk menelitinya diperlukan penguasaan ilmu hadis yang mendalam.

Kajian terhadap masalah yang menyangkut matan disebut naqd al-matn (kritik
matan) atau kritik intern. Disebut demikian karena yang dibahasnya adalah materi
hadis itu sendiri, yakni perkataan, perbuatan, atau ketetapan Rasulullah SAW.
Pokok pembahasannya meliputi:

a) Kejanggalan-kejanggalan dari segi redaksi

b) Fasad al-ma'na, yakni terdapat cacat atau kejanggalan pada makna hadis
karena bertentangan dengan al-hiss (indra) dan akal, bertentangan dengan
nash Al-Quran, dan bertentangan dengan fakta sejarah yang terjadi pada
masa Nabi SAW. serta mencer- minkan fanatisme golongan yang
berlebihan

c) Kata-kata gharib (asing), yakni kata-kata yang tidak bisa dipahami


berdasarkan makna yang umum dikenal.

Tujuan dan faedah ilmu hadis dirayah adalah:

1) mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dan ilmu hadis dari masa
ke masa sejak masa Rasulullah SAW. sampai masa sekarang

2) mengetahui tokoh-tokoh dan usaha-usaha yang telah dilakukan dalam


mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadis

3) mengetahui kaidah- kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam


mengklasifikasikan hadis lebih lanjut

6
4) mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai, dan kriteria-kriteria hadis sebagai
pedoman dalam menetapkan suatu hukum syara'. 3

C. Pembagian Cabang Ulumul Hadis

Dari ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah itu, muncul cabang-cabang
ilmu hadis lainnya, seperti :
1. Ilmu Rijal al-Hadits

Ilmu rijal al-hadis adalah ilmu yang membahas hal ikhwal dan sejarah para
rawi dari kalangan sahabat, tabiin, dan atba' al-tabiin. Ulama hadis
mendefinisikan ilmu rijal al-hadis, yaitu,

.‫علم يبحث فيه عن رواة اْلديث من الصحابة والتابعي ومن بعدهم‬

“Ilmu yang membahas para rawi hadis, baik dari kalangan sahabat,
tabiin, maupun dari generasi-generasi sesudahnya.”

2. Ilmu Al-Jarh wa At-Ta'dil


Pada dasarnya, ilmu al-jarh wa at-ta'dil merupakan bagian dari ilmu rijal
al-hadits, namun karena ia dipandang sebagai bagian yang terpenting, ilmu
ini dijadikan ilmu yang berdiri sendiri.

Secara bahasa, kata al-jarh artinya cacat atau luka dan kata al- ta'dil artinya
mengadilkan atau menyamakan. Jadi, kata ilmu al- jarh wa at-ta'dil adalah
ilmu tentang kecacatan dan keadilan seseorang. Secara terminologis, ada
ulama yang mendefinisikan secara terpisah antara istilah al-jarh dan at-ta'dil,
namun ada juga yang menyatukannya.

Para ulama hadis mendefinisikan al-jahr sebagai berikut.

.‫الرح عند المحدثي الطعن ِف راوي اْلديث ِبا يسلب أو يل بعد الته أو ضبطه‬

3 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 109-110

7
“Jarh, menurut muhadditsin, adalah menunjukkan sifat- sifat cela rawi
sehingga mengangkat atau mencacatkan adalah atau kedhabitannya.”

3. Ilmu Fannil Mubhammat


Yang dimaksud dengan ilmu fannil mubhamat adalah,

.‫علم ي عرف به املبهم الذي وقع ِف املت أوِف السند‬

“Ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebutkan dalam


matan atau dalam sanad.”

Rawi-rawi yang tidak disebutkan namanya dalam Shahih Bukhari


diterangkan dengan lengkap oleh Ibnu Hajar Al-'Asqalani dalam Hidayatus
Sari Muqaddamah Fathul Bari.

4. Ilmu 'Ilal Al-Hadits


Kata 'al-Illah', secara bahasa artinya 'al-marad (penyakit atau sakit)

Adapun yang dimaksud dengan ilmu ilal al-hadits, menurut ulama


Muhadditsin adalah,

‫علم ي بحث عن األسباب اخلفية الغامضة من حيث أهنا ت قدح ِف صحة اْلديث كوصل منقطع مرفوع‬
.‫موقوف وادخال اْلديث ِف حديث وما شابه ذالك‬

“Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi yang dapat


mencacatkan kesahihan hadis, misalnya mengatakan muttasil terhadap
hadis yang munqathi, menyebut marfu' terhadap hadis yang mauquf,
memasukkan hadis ke dalam hadis lain, dan hal-hal lain seperti itu.”

8
5. Ilmu Gharib Al-Hadits
lmu gharb al-hadits adalah

.‫علم ي عرف به معَن ما وقع ِف مت ون األحاديث‬

“Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan


hadis yang sukar diketahui maknanya dan jarang terpakai oleh umum.”

Ilmu gharb al-hadits ini membahas lafazh yang musykil dan susunan
kalimat yang sukar dipahami sehingga orang tidak akan menduga-duga
dalam memahami redaksi hadis.

6. Ilmu Nasikh wa Al-Mansukh


Ilmu gharb al-hadits adalah

‫علم الذي ي بحث عن األحاديث المت عارضة الت الُيكن الت وفيق ب ي ن ها من حيث اْلكم على ب عضهاِبنه‬
.‫وخ فما ث بت ت قدمه كان َنسخا وما ث بت َتخره كان َنسخا‬
ٌ ‫َنس ٌخ وعلى ب عضها اْلخر ِبنه منس‬

“Ilmu yang menerangkan makna kalimat yang terdapat dalam matan


hadis yang sukar diketahui maknanya dan jarang terpakai oleh umum.”

Ilmu gharb al-hadits ini membahas lafazh yang musykil dan susunan
kalimat yang sukar dipahami sehingga orang tidak akan menduga-duga
dalam memahami redaksi hadis.

7. Ilmu Talfiq Al-Hadits


Ilmu talfiq al-hadist adalah,

.‫علم ي بحث فيه الت وفيق بي األحاديث المت نافضة ظاهرا‬

9
“Ilmu yang membahas cara mengumpulkan hadis-hadis yang berlawanan
lahirnya.”

Cara mengumpulkan dalam talfiq al-hadits ini adalah dengan men-takhsis-


kan makna hadis yang 'amm (umum), men-taqyid-kan hadis yang mutlaq,
atau melihat berapa banyak hadis itu terjadi. Para ulama menamai ilmu hadis
ini dengan Mukhtalif Al-Hadits.
8. Ilmu Tashif wa At-Tahrif
Ilmu tashif wa at-tahrif adalah

.‫علم ي بحث فيه عن أسباب غامضة خفية قادحة ِف صحة اْلديث‬

“Ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang


dapat mencacatkan hadis.”

9. Ilmu Asbab Al-Wurud Al-Hadits


Pengertian ilmu asbab al-wurud al-hadits ini adalah:

.‫علم ي عرف به السبب الذي ورد ألجله اْلديث والزمان الذي جاء فيه‬

“Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW. menuturkan sabdanya


dan masa-masanya Nabi SAW. menuturkan itu.”

10. Ilmu Mushthalah Ahli Hadits

Ilmu mushthalah ahli hadits adalah

.‫علم ي بحث فيه مما اصطلح عليه املحدثون وت عارفوه فيم ا ب ي ن هم‬

10
“Ilmu yang menerangkan pengertian-pengertian (istilah- istilah) yang
dipakai oleh ahli-ahli hadis.”4

D. Sejarah Penghimpunan Hadis


Sejarah penghimpunan hadis memiliki tiga tahapan :
1. Penulisan Hadis
Sebelum agama Islam datang, bangsa Arab tidak mengerti kemampuan
membaca dan menulis. Mereka lebih dikenal sebagai bangsa yang ummi (tidak
bisa membaca dan menulis). Namun, tidak berarti bahwa tidak ada seorang pun
yang bisa menulis dan membaca. Keadaan ini hanyalah sebagai ciri kebanyakan
mereka.
Sejarah telah mencatat sejumlah orang yang mampu membaca d menulis.
Adiy bin Zaid Al-Adi (w. 35 H) misalnya, sudah belajar menulis hingga
menguasainya, dan merupakan orang pertama yang menulis dengan bahasa Arab
dalam surat yang ditujukan kepa Kisra. Sebagian orang Yahudi juga mengajari
anak-anak di Madinah untuk menulis Arab. Kota Mekah dengan pusat
perdagangann sebelum kenabian, menjadi saksi adanya para penulis dan orang
yang mampu membaca. Sebagaimana dinyatakan bahwa orang yang mampu
membaca dan menulis di kota Mekah hanya sekitar 10 orang Inilah yang
dimaksud bahwa orang Arab adalah bangsa yang ummi.
Di antara sahabat Rasulullah SAW. yang mempunyai catatan- catatan hadis
Rasulullah SAW. adalah Abdullah bin Amr bin Ash yang menulis sahifah-
sahifah yang dinamai As-Sadiqah. Sebagian sahabat menyatakan keberatannya
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Abdullah. Mereka beralasan,

)‫ (رواه مسلم‬. ‫ ال تكت بوا عين ومن كتب عين غي القرآن ف ليمحه‬: ‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬

Rasulullah SAW telah bersabda, “Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu
dengar dari aku. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain
Al-Quran, hendaklah ia menghapuskannya.” (H.R. Muslim)

Dan mereka berkata kepadanya, “Kamu selalu menulis apa yang kamu dengar
dari Nabi, padahal beliau kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau
menuturkan sesuatu yang tidak dijadikan syariat umum.” Mendengar ucapan

4 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 111-122

11
mereka, Abdullah bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai hal tersebut.
Rasulullah SAW. kemudian bersabda,

.‫اكتب عين ف والذي ن فسي بيده ما خرج من فمي إالحق‬

“Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku berada di
tangan-Nya, tidak keluar dari mulutku, selain kebenaran.”

Menurut suatu riwayat, diterangkan bahwa Ali mempunyai sebuah sahifah


dan Anas bin Malik mempunyai sebuah buku catatan.
Abu Hurairah menyatakan, “Tidak ada dari seorang sahabat Nabi yang lebih
banyak (lebih mengetahui) hadis Rasulullah daripadaku, selain Abdullah bin
Amr bin As. Dia menuliskan apa yang dia dengar, sedangkan aku tidak
menulisnya.” Sebagian besar ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadis
di-nasakh (di-mansukh) dengan hadis yang memberi izin yang datang kemudian.

Sebagian ulama lain berpendapat bahwa Rasulullah tidak menghalangi usaha


para sahabat untuk menulis hadis secara tidak resmi. Mereka memahami hadis
Rasulullah SAW. di atas bahwa larangan Nabi menulis hadis ditujukan kepada
mereka yang dikhawatirkan akan mencampuradukkan hadis dan Al-Quran.
Adapun izin hanya diberikan kepada mereka yang tidak dikhawatirkan
mencampuradukkan hadis dengan Al-Quran. Oleh karena itu, setelah Al-Quran
ditulis dengan sempurna dan telah lengkap pula turunannya, tidak ada larangan
untuk menulis hadis. Tegasnya, antara dua hadis Rasulullah di atas tidak ada
pertentangan manakala kita memahami bahwa larangan itu hanya berlaku untuk
orang-orang tertentu yang dikhawatirkan mencampurkan Al-Quran dan hadis,
dan mereka yang mempunyai ingatan atau kuat hapalannya. Izin menulis hadis
diberikan kepada mereka yang hanya menulis sunah untuk diri sendiri, dan
mereka yang tidak kuat ingatan/hapalannya. 5

2. Penghapalan Hadis
Para sahabat dalam menerima hadis dari Nabi SAW. berpegang pada
kekuatan hapalannya, yakni menerimanya dengan jalan hapalan, bukan dengan
menulis hadis dalam buku. Karena itu, kebanyakan sahabat menerima hadis

5 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 57-60

12
melalui mendengar dengan hati-hati yang disabdakan Nabi. Kemudian,
terekamlah lafazh dan makna itu dalam sanubari mereka. Mereka dapat melihat
langsung apa yang Nabi kerjakan atau mendengar pula dari orang yang
mendengarnya sendiri dari nabi karena tidak semua dari mereka dapat mengikuti
atau menghadiri majelis Nabi pada setiap waktu. Kemudian, para sahabat
menghapal setiap apa yang diperoleh dari sabda-sabdanya dan berupaya
mengingat yang pernah Nabi lakukan lalu menyampai- kannya kepada orang lain
secara hapalan pula.
Hanya beberapa orang sahabat yang mencatat hadis yang didengarnya dari
Nabi SAW. Di antara sahabat yang paling banyak menghapal atau meriwayatkan
hadis adalah Abu Hurairah. Menurut Ibnu Jauzi, hadis yang diriwayatkan oleh
Abu Hurairah berjumlah 5.374 buah hadis. Adapun sahabat yang paling banyak
hapalannya sesudah Abu Hurairah adalah :

1) 'Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan 2.630 buah hadis.


2) Anas bin Malik meriwayatkan 2.276 buah hadis.
3) Aisyah meriwayatkan 2.210 buah hadis.
4) 'Abdullah Ibnu Abbas meriwayatkan 1.660 buah hadis.
5) Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 buah hadis.
6) Abu Said Al-Khudri meriwayatkan 1.170 buah hadis.6

3. Pembukuan Hadis
Pada abad pertama Hijriah, yakni masa Rasulullah SAW. Khulafaur
Rasyidin, dan sebagian besar masa Bani Umayyah hingga akhir abad pertama
Hijrah, hadis-hadis itu berpindah-pindah dan disampaikan dari mulut ke mulut.
Masing-masing perawi pada waktu itu meriwayatkan hadis berdasarkan
kekuatan hapalannya. Hapalan mereka terkenal kuat sehingga mampu
mengeluarkan kembali hadis- hadis yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide
penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan
oleh Khalifah Umar bin Khaththab (w. 23 H/644 M). Namun, ide tersebut tidak
dilaksanakan oleh Umar karena khawatir bila umat Islam terganggu
perhatiannya dalam mempelajari Al-Quran.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dinobatkan
akhir abad pertama Hijriah, yakni tahun 99 Hijriah,datanglah angin segar yang
mendukung kelestarian hadis. Umar bin Abdul Azis terkenal sebagai seorang

6 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 60-61

13
khalifah dari Bani Umayyah yang terkenal adil dan wara' sehingga dipandang
sebagai khalifah Rasyidin yang kelima.

Beliau sangat waspada dan sadar bahwa para perawi yang mengumpulkan
hadis dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya karena meninggal dunia.
Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-
buku hadis dari para perawinya, mungkin hadis-hadis itu akan lenyap bersama
lenyapnya para penghapalnya. Tergeraklah hatinya untuk mengumpulkan hadis-
hadis Nabi dari para penghapal yang masih hidup. Pada tahun 100 H, Khalifah
Umar bin Abdul Azis memerintahkah kepada Gubernur Madinah, Abu Bakar
bin Muhammad bin Amer bin Hazm untuk membukukan hadis-hadis Nabi dari
para penghapal.

Umar bin Abdul Azis menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm, yaitu,
"Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu tulislah karena aku
takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya ulama, dan jangan diterima
selain hadis Rasul SAW, dan hendaklah disebarluaskan ilmu dan diadakan
majelis-majelis ilmu supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat
mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu dirahasiakan."

Selain kepada Gubernur Madinah, khalifah juga menulis surat kepada


Gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadis. Khalifah juga secara
khusus menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah
bin Syihab Az-Zuhri. Kemudian, Syihab Az-Zuhri mulai melaksanakan perintah
khalifah tersebut sehingga menjadi salah satu ulama yang pertama kali
membukukan hadis.

Syihab Az-Zuhri (15-124 H), kemudian dikembangkan oleh ulama-ulama


berikutnya. Di samping pembukuan hadis sekaligus dilakukan usaha
penyeleksian hadis-hadis yang maqbul dan mardud dengan menggunakan
metode sanad dan isnad.

Metode sanad dan isnad adalah metode yang digunakan untuk menguji
sumber pembawa berita hadis (perawi) dengan mengetahui keadaan para perawi,
riwayat hidupnya, kapan dan di mana hidupnya, kawan semasanya, daya tangkap
dan ingatannya, dan sebagainya. Ilmu tersebut dibahas dalam ilmu hadis
Dirayah, yang kemudian terkenal dengan ilmu Mustalahul Hadis.

14
Setelah generasi Az-Zuhri, pembukuan hadis dilanjutkan oleh Ibn Juraij (w.
150 H.), Ar-Rabi' bin Shabih (w. 160 H), dan masih banyak lagi ulama lainnya.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pembukuan hadis dimulai sejak akhir
masa pemerintahan Bani Umayyah, tetapi belum begitu sempurna. Pada masa
pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu pada pertengahan abad II H, dilakukan
upaya penyempunaan. Sejak saat itu, tampak gerakan secara aktif untuk
membukukan ilmu pengetahuan, termasuk pembukuan dan penulisan hadis-
hadis Rasul SAW.7

E. Kitab-kitab yang Membahas Ulumul Hadis


Kitab-kitab yang terkenal dalam ilmu hadits adalah:
1. Al-Muhaddits Al-Fashil Baina Ar-Rawi wa Al-Wa'i, karya Al- Qadhi Abu
Musa Al-Hasan bin Abdirrahman bin Khallad Ar- Ramahurmuzy (w. 360
H), tetapi dia tidak mencakup semua pembahasan musthalah.

2. Ma'rifatu 'Ulum Al-Hadits, karya Abu Abdillah Muhammad bin Abdillah


Al-Hakim An-Naisabury (w. 405 H), hanya saja pembahasan-
pembahasannya belum diperbaiki dan tidak disusun dengan menarik dan
sistematik.

3. Al-Mustakhraj 'ala Ma'rifati Ulumil Hadits, karya Abu Nu'aim Ahmad bin
Abdillah Al-Ashbahani (w. 430 H), di dalamnya ia melengkapi apa yang
ditulis oleh Al-Hakim An-Naisaburi dalam kitabnya Ma'rifatu 'Ulumil
Hadis.

4. Al-Kifayah fi Ilmi Ar-Riwayah, karya Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit
Al-Khathib Al-Baghdadi yang masyhur (wafat 463 H).

5. Al Jami' li Akhlaq Ar-Rawi wa Adabi As-Sami', karya Al-Khatib Al-


Baghdadi

6. Al-Ilma' ila Ma'rifati Ushuli Ar-Riwayah wa Taqyiidu As-Sami', karya Al-


Qadhi 'Iyadh bin Musa Al-Yakhshuby (w. 544 H).

7 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 61-63

15
7. Maa Laa Yasa'u Al-Muhadditsu Jahluhu, karya Abu Hafsh Umar bin
Abdul Majid al-Mayanji (w. 580 H).

8. Ulumul Hadits, karya Abu Amr Utsman bin Abdirrahman Asy- Syahrazuri
yang masyhur dengan sebutan Ibnu Ash-Shalah (w. 643 H), dan kitabnya
terkenal dengan nama "Muqaddimah Ibnu Ash-Shalah", yang merupakan
kitab terbaik dalam ilmu musthalah. Dalam kitab ini, penyusun
mengumpulkan apa yang terpisah dalam karya Al-Khathib dan ulama
sebelumnya. Buku ini kemudian menjadi pedoman bagi para ulama
sesudahnya

9. At-Taqrib wa At-Taisir li Ma'rifati Sunan Al-Basyiri wa An Nadzir, karya


Muhyiddin Yahya bin Syaraf An-Nawawi (w. 676 H), ringkasan kitab
Ulumul Hadits karangan Ibnu Ash-Shalah

10. Tadrib Ar-Rawi fi Syarhi Taqribi An-Nawawi, karya Jalaluddin


Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi (w. 911 H), syarah dari kitab
Taqrib An-Nawawi

11. Fathul Mughits fi Syarhi Alfiyati Al-Hadits, karya Muhammad bin


Abdirrahman As-Sakhawi (w. 902 H) merupakan syarah paling lengkap
atas Alfiyah Al-Iraqi

12. Fathul Baqi ala Alfiyati Al-Iraqi, karya Al-Hafizh Zainuddin Asy-Syaikh
Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria Al- Anshari (w. 925 H)

13. Nukhbatul Fikar fi Mushtalahi Ahli Al-Atsar, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar
Al-Asqalani (w. 852 H) merupakan buku kecil yang diringkas, namun
termasuk ringkasan yang paling bagus dan paling baik susunan dan
pembagiannya, serta telah disyarah oleh penyusunannya sendiri dengan
nama Nuzhatu An-Nazhar, sebagaimana ulama lain juga mensyarahnya.

14. Al-Manzhumah Al-Baiquniyah, karya Umar bin Muhammad Al-Baiquni (w.


1080 H) merupakan kumpulan syair ringkas yang bermanfaat dan populer,

16
dan terdapat beberapa syarah atas buku ini, di antaranya Syarhu Az-Zarqani
Ala Al-Baiquniyah, karya Muhammad Az-Zarqani.

15. Qawa'id At-Tahdits, karya Jamaluddin Al-Qasimi (w. 1332 H).

16. Taisir Musthalah Al-Hadits, karya Dr. Mahmud At-Thahhan, seorang


ulama kontemporer. Semoga Allah memberkahi umurnya dan memberi
manfaat dengannya dan kitab ini termasuk di antara kitab-kitab yang
pembahasannya mudah dipahami. 8

8 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2008), hlm 127-128

17
BAB III

PENUTUP

A . Kesimpulan

Ilmu hadis ('Ulum Al-Hadits), secara kebahasaan berarti ilmu-ilmu tentang


hadis. Kata 'ulum adalah bentuk jamak dari kata ilm (ilmu).

Spesifikasi ulumul hadis ada dua, yaitu : ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis
dirayah. Pembagian cabang ulumul hadis, seperti : ilmu rijal al-hadits, ilmu al- jarh
wa at-ta'dil, ilmu fannil mubhamat, ilmu ilali al-hadits, ilmu gharib al-hadits, ilmu
nasikh wa al-mansukh, ilmu talfiq al-hadits, ilmu tashif wa at-tahrif, ilmu asbab al-
wurud al-hadits, dan ilmu mushthalah ahli hadits.

Sejarah penghimpunan hadits ada tiga tahapan, yaitu : penulisan,


penghapalan, dan pembukuan.

Kitab-kitab yang membahas ulumul hadis yaitu : Al-Muhaddits Al-Fashil


Baina Ar-Rawi wa Al-Wa'i, Ma'rifatu 'Ulum Al-Hadits, Al-Mustakhraj 'ala
Ma'rifati Ulumil Hadits, Al-Kifayah fi Ilmi Ar-Riwayah, Al Jami' li Akhlaq Ar-Rawi
wa Adabi As-Sami', Al-Ilma' ila Ma'rifati Ushuli Ar-Riwayah wa Taqyiidu As-
Sami', Maa Laa Yasa'u Al-Muhadditsu Jahluhu, Ulumul Hadits, At-Taqrib wa At-
Taisir li Ma'rifati Sunan Al-Basyiri wa An Nadzir,Tadrib Ar-Rawi fi Syarhi Taqribi
An-Nawawi,Fathul Mughits fi Syarhi Alfiyati Al-Hadits,Fathul Baqi ala Alfiyati Al-
Iraqi,Nukhbatul Fikar fi Mushtalahi Ahli Al-Atsar,Al-Manzhumah Al-
Baiquniyah,Qawa'id At-Tahdits, dan Taisir Musthalah Al-Hadits.

18
DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M. Agus., & Suyadi, Agus. (2008). Ulumul Hadis. Bandung: CV.
Pustaka Setia.

19

Anda mungkin juga menyukai