Disusun Oleh :
Kelompok 4
Lutfia Khairunnisa (23312687)
Nurul Auliyah Muthmainnah (23312709)
Najwa Lutfiyyah (23312696)
Puja Nurhidayah (23312710)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
BAB I................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................3
BAB III...........................................................................................................18
KESIMPULAN..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
2
B. Rumusan
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan
hadis. Secara sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge,dan
science. Sedangkan hadis artinya segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan, maupun
persetujuan. Para ulama ahli hadis banyak yang memberikan definisi
ilmu hadis, di antaranya Ibnu Hajar Al-Asqalani:
Atau
3
4
rujukan yang utama bagi dasar ilmu riwayah hadis, karena hadis pada
masa Rasulullah SAW merupakan suatu ilmu yang didengar dan
didapatkan langsung dari beliau, maka setelah beliau wafat hadis di
sampaikan oleh para sahabat kepada generasi berikutnya dengan penuh
semangat dan perhatian sesuai dengan daya hafal mereka masing-
masing.
Para sahabat juga telah meletakkan pedoman periwayatan hadis
untuk memastikan keabsahan suatu hadis. Dan dari sini muncullah
mushthalah al-haditsal-hadits.
Pada masa awal Islam belum diperlukan sanad dalam
periwayatan hadis karena orangnya masih jujur-jujur dan saling
mempercayai satu dengan yang lain. Akan tetapi, setelah terjadinya
konflik fisik (fitnah) antar elite politik, yaitu antara pendukung Ali dan
Mu’awiyah dan umat berpecah menjadi beberapa sekte; Syi’ah,
Khawarij, dan Jumhur Muslimin. Setelah itu mulailah terjadi pemalsuan
hadis (hadis mawdhû’) dari masingmasing sekte dalam rangka mencari
dukungan politik dari masa yang lebih luas. Melihat kondisi seperti hal
di atas para ulama bangkit membendung hadis dari pemalsuan dengan
berbagai cara, di antaranya rihlah checking kebenaran hadis dan
mempersyaratkan kepada siapa saja yang mengaku mendapat hadis harus
disertai dengan sanad.
Pada periode Tabi’in, penelitian dan kritik matan semakin
berkembang seiring dengan berkembangnya masalah-masalah matan
yang para Tabi’in hadapi. Demikian juga dikalangan ulama-ulama hadis
selanjutnya. Perkembangan ilmu hadis semakin pesat ketika ahli hadis
membicarakan tentang daya ingat para pembawa dan perawi hadis kuat
atau tidak (dhâbit), bagaimana metode penerimaan dan penyampaiaan
(thammul wa adâ), hadis yang kontra bersifat menghapus (nâsikh dan
7
mansûkh) atau kompromi, kalimat hadis yang sulit dipahami (gharîb al-
hadîts), dan lain-lain. Akan tetapi, aktivitas seperti itu dalam
perkembangannya baru berjalan secara lisan (syafawî) dari mulut ke
mulut dan tidak tertulis.
Pada pertengahan abad kedua Hijriyah sampai abad ketiga
Hijriyah, ilmu hadis mulai di tulis dan dikodifikasi dalam bentuk yang
sederhana, belum terpisah dari ilmu-ilmu lain, belum berdiri sendiri,
masih campur dengan ilmu-ilmu lain atau berbagai buku atau berdiri
secara terpisah. Tetapi pada dasarnya, penulisan hadis baru dimulai pada
abad kedua Hijriyah. Imam Syafi’i adalah ulama pertama yang
mewariskan terori-teori ilmu hadisnya secara tertulis sebagaimana
terdapat dalam karyanya.
Sesuai dengan pesatnya perkembangan kodifikasi hadis yang
disebut pada masa kejayaan atau keemasan hadis, yaitu pada abad ketiga
Hijriyah, perkembangan penulisan ilmu hadis juga pesat, karena
perkembangan keduannya secara beriringan. Namun, penulisan ilmu
hadis masih terpisah-pisah, belum menyatu dan menjadi ilmu yang
berdiri sendiri, ia masih dalam bentuk bab-bab saja. Mushthafa As-Siba’i
mengatakan orang pertama kali menulis ilmu hadis adalah Ali bin Al-
Madani, syaikhnya Al-Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi.
Perkembangan ilmu hadis mencapai puncak kematangan dan
berdiri sendiri pada abad ke-4 H yang merupakan penggabungan dan
penyempurnaan berbagai ilmu yang berkembang pada abad-abad
sebelumnya secara terpisah dan berserakan. Al-Qadhi Abu Muhammad
Al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad Ar-Ramahurmuzi (w. 360 H)
adalah orang yang pertama kali memunculkan ilmu hadis yang berdiri
sendiri dalam karyanya Al-Muhaddits Al-Fâshil bain Ar-Râwî wa Al-
Wâî
8
Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas), dan Ubadah bin as-Samit. Prinsip
dasar penelitian sanad yang terkandung dalam kebijaksanaan yang
dicontohkan oleh para sahabat diikuti dan dikembangkan pula oleh
para tabiin. Di antara tokoh tabiin yang terkenal dalam bidang ini
adalah Sa'id bin Musayyab (15-94 H), al-Hasan al-Basri (21-110 H),
Amir bin Syurahbil asy-Sya'bi (17-104 H), dan Muhammad bin Sirin
(110H).
Ulama pertama yang membukukan ilmu hadis dirayah
adalah Abu Muhammad ar-Ramahurmuzi (265-360 H)
dalam kitabnya, al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al-wa 'i’ (Ahli
Hadis yang Memisahkan Antara Rawi dan
Pemberi Nasihat). Sebagai pemula, kitab ini belum membahas
masalah-masalah ilmu hadis secara lengkap.
Kemudian muncul al-Hakim an-Naisaburi (405 H/1014 M)
dengan sebuah kitab yang lebih sistematis, Ma'rifah 'Ulum al-Hadis
(Mengenal Ilmu-Ilmu Hadis). Meskipun demikian, kitab ini masih
memiliki kekurangan. Kemudian Abu Nu'aim al-lsfahani (430 H/1038
M), seorang ahli hadis dari Astalun (Persia), berusaha melengkapi
kekurangan tersebut melalui kitabnya, al-Mustakhraj 'Ala al-Hakim.
Setelah itu muncul Abu Bakr Ahmad al-Khatib al-Bagdadi (392
H/1002 M-463 H/1071 M) yang menulis dua kitab ilmu hadis, yakni
al-Kifayah fI 'Ilm ar-Riwayah dan al-Jami' li Adab ar-Rawi wa as-
Sami'.
Selain itu, al-Bagdadi juga menulis sejumlah kitab dalam
berbagai cabang ilmu hadis. Menurut al-Hafiz Abu Bakar
bin Nuqtah, ulama hadis kontemporer dari Mesir, ulama yang menulis
ilmu hadis setelah al-Bagdadi pada dasamya
berutang budi kepada karya-karya yang ditinggalkannya.
11
َعِن اْبِن ُبَر ْيَد َة َعْن َأِبيِه َقاَل َقاَل َرُس وُل الَّلِه َنَهْيُتُك ْم َعْن ِز َياَر ِة القبوِر َفُز وُر وَه ا
ِث ِس ِح ِم
َو َنَهْيُتُك ْم َعْن ُحُلو اَأْلَص ا ي َفْو َق َثاَل َفَأْم ُك وا َم ا َبَد ا َلُك ْم
Artinya: “Saya telah melarang kalian dari ziarah kubur maka
berzirahlah sekarang, dan saya pernah melarang kalian
menyimpan daging-daging kurban lebih dari tiga hari maka
simpanlah sekarang untuk kebaikan kalian”.
Kitab-kitab terkenal di bidang ini antara lain Nasikh al-
Hadis wa Mansukhih karya Abu Hafs Umar bin Ahmad bin
Usman yang terkenal dengan nama Ibnu Syahin (297-385 H) dan
al-I'tibar fi an-Nasikh wa al-Mansukh min al-Asar karya Abu
Bakar Muhammad bin Musa al-Hazimi (547-584 H).
5. ‘Ilm Takhrij al-Hadis
'Ilm Takhrij al-Hadis yakni ilmu yang membahastentang
cara mencari dan menemukan hadis dari kitab sumber asli untuk
kemudian menjelaskan kualitas hadis tersebut. Kitab sumber asli
hadis adalah kitab hadis yang ditulis langsung oleh periwayat
dengan memaparkan jalur sanadnya secara utuh, seperti al-kutub
as-sittah (kitab hadis yang enam, yaitu sahih al-Bukhari, Sahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, sunan at- Tarmizi, Sunan an- Nasa'i
dan Sunan Ibn Majah), al-Muwatta' Imam Malik, Musnad Ahmad
Ibn Hanbal, dan Sunan ad-Darimi.
Ilmu Takhrij al-Hadis bertujuan mengantarkan seseorang
untuk menelusuri kualitas sanad hadis dengan meneliti nama-
nama periwayat yang terdapat dalam jalur sanadnya. Kitab-kitab
penting di bidang ini di antaranya Thuruq Takhrij Hadis
Rasulillah karya Abu Muhammad Abdul Hadi (ahli hadis
18
KESIMPULAN
Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis.
Secara sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge dan science.
Sedangkan hadis artinya segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan, maupun persetujuan..
secara singkat Ilmu hadis adalah ilmu yang membicarakan tentang keadaan
atau sifat para perawi dan yang diriwayatkan.
4. Masa Tabi’ Tabi’in Ilmu hadis telah timbul secara terpisah dari
ilmu-ilmu lain, tetapi belum menyatu.
18
19
DAFTAR PUSTAKA