Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM

Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits

Dosen Pengampu : Ali Ma’ruf

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Desca Alvionita ( 2321030025 )


2. Alisya Melda Safitri ( 2321030009 )
3. Apriyoga ( 2321030012 )
4. Arif Setiawan ( 2321030074 )

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERTAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

ANGKATAN 2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadiran Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sejarah Perkembangan Hadits”.
Makalah ini disusun bertujuan untuk membahas salah satu materi mata kuliah
“Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits”.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak : Ali Ma’ruf


selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits.
Makalah ini dapat diselesaikan atas izin Allah serta bantuan dan dukungan dosen
serta teman-teman yang memberikan semangat serta motivasi kepada kelompok
kami.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pemahaman yang kami miliki, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami pada khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 21 September 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pengertian Hadis secara Etimologis

Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-
Tahdis yang berarti pembicaraan. Kata hadits mempunyai beberapa arti;
yaitu :

1. “Jadid” (baru), sebagai lawan dari kata “qadim” (terdahulu). Dalam hal
ini yang dimaksud qadim adalah kitab Allah, sedangkan yang dimaksud
jadid adalah hadis Nabi saw.1 Namun dalam rumusan lain mengatakan
bahwa Al-Qur’an disebut wahyu yang matluw karena dibacakan oleh
Malaikat Jibril, sedangkan hadis adalah wahyu yang ghair matluw sebab
tidak dibacakan oleh malaikat Jibril. Nah, kalau keduanya sama-sama
wahyu, maka dikotomi, yang satu qadim dan lainnya jadid tidak perlu ada.

2. “Qarib”, yang berarti dekat atau dalam waktu dekat belum lama

3. “Khabar”, yang berarti warta berita yaitu sesuatu yang dipercakapkan


dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang. Hadis selalu
menggunakan ungkapan ‫أخربنا أنبأنا‬, ‫حدثنا‬, ‫ )و‬megabarkan kepada kami,
memberitahu kepada kami dan menceritakan kepada kami. Dari makna
terakhir inilah diambil perkataan “hadits Rasulullah” yang jamaknya
“ahadits”.

Di samping pengertian tersebut, M.M. Azami mendefinisikan


bahwa kata “hadis” ( Arab : al-hadits ), secara etimologi ( lughawiyah ),
berarti ‘komunikasi’, ‘kisah’, ‘percakapan’ : religious atau secular, historis
atau kontemporer.

2. Pengertian Hadis secara Terminologis


Secara terminologis, para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun
ulama ushul, merumuskan pengertian hadis secara berbeda-beda.
Perbedaan pandangan tersebut lebih disebabkan oleh terbatas dan luasnya
tinjauan masing-masing, yang tentu saja mengandung kecendrungan pada
aliran ilmu yang dialaminya.

Menurut istilah ahli ushul fiqh, pengertian adalah,


“ Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW.,
selain Al-Qur’an Al-Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
tagrir Nabi yang bersangkut-paut dengan hukum Syara”.

Adapun menurut istilah para fuqaha, hadis adalah,

“Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW. Yang tidak bersangkut –paut
dengan masalah-masalah fardhu atau wajib”.

Perbedaan pandangan tersebut kemudian melahirkan dua macam


pengertian hadis, yakni pengertian terbatas dan pengertian luas. Pengertian
hadis secara terbatas, sebagaimana dikemukakan oleh Fumhur Al-
Muhaditsin, adalah,

“Sesuatu yang di nisbatkan kepada Nabi SAW. Baik berupa perkataan,


perbuatan, pernyataan ( taqhir ) dan sebagainya”.

Dengan demikian, menurut ulama hadis, esensi hadis adalah segala


berit yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ikhwal Nabi
Muhammad SAW. Yang dimaksud hal ikhwal adalah segala sifat dan
keadaan pribdi Nabi SAW.

Adapun pengertian hadis secara luas, sebagaimana dikatakan


Muhammad Mahfudz At-Tirmidzi, adalah,

“Sesungguhnya hadis bukan hanya yang di marfukan kepada Nabi


Muhammad SAW, melainkan dapat pula disebutkan pada yang mauquf
( dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari sahabatnya ) dan
maqthu’ ( dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari tabiin )”.

Hal ini jelas bahwa para ulama beragam dalam mendefinisikan


hadis karna mereka berbeda dalam meninjau objek hadis itu sendiri.

B. Rumusan masalah
Bagaimana sejarah perkembangan hadits ?

C. Tujuan penulisan
Agar mengetahui sejarah perkembangan hadits
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Hadits
1. Periode Pertama : Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah
SAW.

Periode ini disebut “Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin” ( Masa turunya wahyu dan
pembentukan masyarakat islam ). Pada periode inilah, hadis lahir berupa sabda (
Aqwal ), af’al, dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan Al-Qur’an untuk
menegakkan syariat islam dan membentuk masyarakat islam.

Para sahabat menerima hadist secara langsung dan tidak langsung.penerima secara
langsung misalnya saat nabi SAW.memberi ceramah,pengajian,khotbah,atau
penjelasan terhadap pernyataan para sahabat.adapun penerimaan secara tidak
langsung mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan,baik dari
utusan yang di kirim oleh nabi ke daerah-daerah atau utusan daerah yang dateng
dari kepada nabi.

Pada masa nabi SAW,

Anda mungkin juga menyukai