Disusun Oleh :
Kelompok 6
FAKULTAS SYARIAH
ANGKATAN 2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur atas kehadiran Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Sejarah Perkembangan Hadits”.
Makalah ini disusun bertujuan untuk membahas salah satu materi mata kuliah
“Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadits”.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan kemampuan dan pemahaman yang kami miliki, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kami pada khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Hadis secara Etimologis
Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-
Tahdis yang berarti pembicaraan. Kata hadits mempunyai beberapa arti;
yaitu :
1. “Jadid” (baru), sebagai lawan dari kata “qadim” (terdahulu). Dalam hal
ini yang dimaksud qadim adalah kitab Allah, sedangkan yang dimaksud
jadid adalah hadis Nabi saw.1 Namun dalam rumusan lain mengatakan
bahwa Al-Qur’an disebut wahyu yang matluw karena dibacakan oleh
Malaikat Jibril, sedangkan hadis adalah wahyu yang ghair matluw sebab
tidak dibacakan oleh malaikat Jibril. Nah, kalau keduanya sama-sama
wahyu, maka dikotomi, yang satu qadim dan lainnya jadid tidak perlu ada.
2. “Qarib”, yang berarti dekat atau dalam waktu dekat belum lama
“Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW. Yang tidak bersangkut –paut
dengan masalah-masalah fardhu atau wajib”.
B. Rumusan masalah
Bagaimana sejarah perkembangan hadits ?
C. Tujuan penulisan
Agar mengetahui sejarah perkembangan hadits
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Hadits
1. Periode Pertama : Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah
SAW.
Periode ini disebut “Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin” ( Masa turunya wahyu dan
pembentukan masyarakat islam ). Pada periode inilah, hadis lahir berupa sabda (
Aqwal ), af’al, dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan Al-Qur’an untuk
menegakkan syariat islam dan membentuk masyarakat islam.
Para sahabat menerima hadist secara langsung dan tidak langsung.penerima secara
langsung misalnya saat nabi SAW.memberi ceramah,pengajian,khotbah,atau
penjelasan terhadap pernyataan para sahabat.adapun penerimaan secara tidak
langsung mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan,baik dari
utusan yang di kirim oleh nabi ke daerah-daerah atau utusan daerah yang dateng
dari kepada nabi.