Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu : Nur Adi Setyo, S.Pd.I., M.Pd

“HADIST”

Disusun Oleh :

Mohammad Rendy Alfaizi

41121010083

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA


i

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. wb.


Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
kita Muhammad SAW. Adapun judul dari makalah ini yaitu „Hadist‟.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang pengembangan diri bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Nur
Adi Setyo, S.Pd.I., M.Pd. yang telah memberikan tugas ini untuk memenuhi nilai
Tugas Besar, Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 26 September 2021

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3

2.1 Pengertian Hadist .......................................................................................... 3

2.2 Kedudukan Hadist ......................................................................................... 5

2.3 Fungsi Hadist ................................................................................................. 5

2.4 Bentuk-Bentuk Hadist ................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 9

3.2 Saran .............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap Muslim diperintahkan untuk memiliki kepribadian Islam
(syakhshiyah islâmiyah). Kepribadian Islam itu mencakup cara berpikir
islami ('aqliyyah islâmiyyah) dan pola sikap islami (nafsiyyah islâmiyah).
Dengan 'aqliyyah islâmiyyah seseorang dapat mengeluarkan keputusan
hukum tentang benda, perbuatan, dan peristiwa sesuai dengan hukum-
hukum syariah, mengetahui mana yang halal dan mana yang haram serta
mana yang terpuji dan mana yang tercela berdasarkan syariah Islam.
'aqliyyah islâmiyyah seorang Muslim juga akan memiliki kesadaran dan
pemikiran yang matang, mampu menyatakan ungkapan yang kuat dan
tepat, serta mampu menganalisis berbagai peristiwa dengan benar.
Namun, 'aqliyyah islâmiyyah saja tidak cukup. Banyak ilmu saja tidak
cukup. Tidak jarang, orang pintar bicara, pandai berdebat tentang dalil,
tetapi apa yang diomongkan berbeda dengan apa yang dilakukan.

Karena itu, kepribadian Islam tidak cukup dengan 'aqliyyah


islâmiyyah melainkan harus dipadukan dengan nafsiyyah. Dengan
mengetahui llmu Hadits, tentu akan membuat aqliyah kita semakin
terdorong untuk berpikir dan menggali pengetahuan secara lebih
mendalam serta dilandasi nafsiyah (sikap) cara dan ketakwaan yang
mantap, berharap untuk terus mencari dan mengamalkannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dari Hadist
2. Kedudukan Hadist
2

3. Fungsi Hadist
4. Bentuk-Bentuk Hadist

1.3 Tujuan
 Pembaca dapat mengetahui pengertian Hadist
 Pembaca dapat mengetahui kedudukan Hadist
 Pembaca dapat mengetahui fungsi Hadist terhadap Al- Qur‟an
 Pembaca dapat mengetahui bentuk-bentuk Hadist

1.4 Manfaat
a. Membantu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Hadist
b. Memberikan sumbangan bagi khasanah keilmuan dalam pemikiran
Islam
c. Bermanfaat bagi pengembangan wawasan intelektual dan
pengembangan pribadi penulis
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadist


Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-
Tahdis yang berarti pembicaraan. Kata hadits mempunyai beberapa arti,
yaitu :

1. “Jadid” (baru), sebagai lawan dari kata”qadim” (terdahulu). Dalam


hal ini yang dimaksud qadim adalah kitab Allah, sedangkan yang
dimaksud jadid adalah hadis Nabi SAW. Namun dalam rumusan lain
mengatakan bahwa Al-Qur‟an disebut wahyu yang matluw karena
dibacakan oleh Malaikat Jibril, sedangkan hadis adalah wahyu yang
ghair matluw sebab tidak dibacakan oleh malaikat Jibril. Nah, kalau
keduanya sama-sama wahyu, maka dikotomi, yang satu qadim dan
lainnya jadid tidak perlu ada.
2. “Qarib”, yang berarti dekat atau dalam waktu dekat belum lama,
3. “Khabar”, yang berarti warta berita yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang.
Hadis selalu menggunakan ungkapan ‫أوبأوا‬,‫ أخربىا‬,‫ حدثىا‬,‫ و‬megabarkan
kepada kami, memberitahu kepada kami dan menceritakan kepada
kami. Dari makna terakhir inilah diambil perkataan “hadits
Rasulullah” yang jamaknya “ahadits”

Allah-pun, memakai kata hadits dengan arti khabar dalam firman-Nya :

َ ‫فَ ْهيَأْتُوا بِ َح ِديث ِم ْثهِ ًِ إِ ْن َكاوُوا‬


َ‫صا ِدقِيه‬

“Maka hendaklah mereka mendatangkan suatu khabar yang sepertinya


jika mereka orang benar”.(QS.52:34).

Sedangkan pengertian hadits secara terminologi, maka terjadi


perbedaan antara pendapat antara ahli hadits dengan ahli ushul. Ulama
4

ahli hadits ada yang memberikan pengertian hadis secara terbatas


(sempit) dan ada yang memberikan pengertian secara luas. Pengertian
hadis secara terbatas diantaranya sebagaimana yang diberikan oleh
Mahmud Tahhan adalah :

‫ما أضيف إىم اوهيب صىم اٌهم عهيً وسهم مه قول أو فعم أو تقرير أو صفة‬

“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau


perbuatan atau persetujuan atau sifat”

Ulama hadis yang lain memberikan pengertian hadis sebagai berikut :

‫اقواٌم صىم اٌهم عهيً وسهم وافعاٌم واحوٌم‬

“Segala ucapan Nabi SAW, segala perbuatan dan segala keadaanya.”

Sedangkan pengertian hadis secara luas sebagaimana yang


diberikan oleh sebagian ulama seperti Ath Thiby berpendapat bahwa hadits
itu tidak hanya meliputi sabda Nabi, perbuatan dan taqrir beliau (hadis
marfu‟), juga meliputi sabda, perbuatan dan taqrir para sahabat (hadis
mauquf), serta dari tabi‟in (hadis maqthu‟).

Sedang menurut ahli ushul, hadits adalah:

‫اقواٌم صىم اٌهم عهيً وسهم وافعاٌم وتقاريري مما يتعهق بً حكم بىا‬

“Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir nabi SAW yang
bersangkut paut dengan hukum”.

Dari pengertian yang diberikan oleh ahli ushul fiqih di atas, berarti
informasi tentang kehidupan Nabi ketika masih kecil, kebiasaan, kesukaan
makan dan pakaian yang tidak ada relevansinya dengan hukum, maka
tidak disebut sebagai hadis.
5

2.2 Kedudukan Hadist


Para ulama sepakat bahwa Hadits Nabi adalah sumber hukum
Islam yang kedua setelah Al-Qur'an, dan umat Islam wajib melaksanakan
isinya. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menunjukan bahwa
Hadits/sunah Nabi adalah salah satu sumber hukum Islam. Banyak ayat
yang mewajibkan umat Islam untuk mengikuti Rasulullah SAW, dengan
cara melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Tuhan telah memerintahkan kita mengikuti rasul sebagai mana
Tuhan memerintahkan kita menaati-Nya sendiri. Bahkan Allah
mengancam orang-orang yang menyalahi rasul.

2.3 Fungsi Hadist


Fungsi Hadits sebagai sumber hukum islam yang kedua setelah Al-
Qur'an menurut pandangan Para Ulama ada tiga, yaitu
1. Hadits berfungsi memperkuat Al-Qur'an. Kandungannya sejajar
dengan Al-Qur'an dalam hal mujmal dan tafshilnya. Dengan kata lain
Hadits ini hanya mengungkapkan kembali apa yang terapat alam Al-
Qur'an, tanpa menambah atau menjelaskan apapun.
2. Hadits berfungsi menjelaskan atau merinci aturan-aturan yang
digariskan oleh Al-Qur'an. Fungsi yang kedua ini adalah fungsi yang
dominan dalam Hadits.
3. Hadits berfungsi menetapkan hukum yang baru yang belum diatur
secara eksplisit di dalam Al-Qur'an.

2.4 Bentuk-Bentuk Hadist


Sesuai dengan definisi hadist di atas, maka bentuk-bentuk hadist
dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Hadist Qouli
Yang dimaksud dengan hadist qouli adalah segala perkataan Nabi
SAW yang berisi berbagai tuntutan dan petunjuk syara‟, peristiwa-
6

peristiwa dan kisah-kisah baik yang berkaitan dengan aspek akidah,


syariah maupun akhlak. Misalnya sabda beliau :

‫ اوما اأنعمال باوهيات وإوما نهك امرئ ماووي‬...


“Sesungguhnya keberadaan amal-amal itu tergantung niatnya. Dan
seseorang hanyalah akan mendapatkan sesuatu sesuai niatnya.”

Menurut rangkingnya, hadist qauli menempati urutan


pertama dari bentuk-bentuk hadist lainnya. Urutan ini
menunjukkan kualitas hadits qouli menempati kualitas pertama,
diatas hadits fi‟li dan taqriri.
2. Hadits Fi‟il
Yang dimaksud hadits fi‟li adalah segala perbuatan Nabi
SAW. yang menjadi anutan perilaku para, sahabat pada saat itu,
dan menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk
mengikutinya, seperti praktek wudlu, praktek salat lima waktu
dengan sikap-sikap dan rukun-rukunnya, praktek manasik haji,
cara, memberikan keputusan berdasarkan sumpah dan saksi, dan
lain-lain. Yang dimaksud hadits fi‟li adalah segala perbuatan Nabi
SAW. yang menjadi anutan perilaku para, sahabat pada saat itu,
dan menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk
mengikutinya, seperti praktek wudlu, praktek salat lima waktu
dengan sikap-sikap dan rukun-rukunnya, praktek manasik haji,
cara, memberikan keputusan berdasarkan sumpah dan saksi, dan
lain-lain
3. Hadits Taqriri
Hadits Taqriri adalah hadits yang berupa, ketetapan Nabi SAW.
terhadap apa yang datang atau yang dikemukakan oleh para
sahabatnya dan Nabi SAW membiarkan atau mendiamkan
perbuatan tersebut, tanpa, membedakan penegasan apakah beliau
membenarkan atau mempersalahkannya. Yang bersumber dari
7

sahabat yang mendapat pengakuan dan persetujuan dari Nabi SAW


itu dianggap bersumber dari beliau. Misalnya, riwayat yang
ditakhfi oleh Abu Dawud dan An Nasa‟i dari Abu Said al Khudry
ra. Bahwasanya ada dua perang yang keluar rumah untuk bepergian
tanpa memiliki persediaan air. Lalu, tibalah waktu shalat.
Kemudian keduanya bertayamum dengan debu yang baik, lalu
melakukan shalat. Beberapa, saat kemudian keduanya
mendapatkan air, masih dalam waktu shalat tersebut. Yang satu
mengulang wudlu dan shalatnya, sedang yang lain tidak. Kemudian
keduanya datang menghadap Nabi SAW melaporkan perihal
keduanya lalu kepada yang tidak mengulang, beliau bersabda :
“Engkau telah mengerjakan sunnah (ku). Dan kepada yang
mengulang, beliau bersabda: “Engkau mendapatkan pahala dua
kali lipat.”.
4. Hadits Hammi
Hadits Hammi adalah hadits yang berupa keinginan atau
hasrat Nabi SAW yang belum terealisasikan. Walaupun hal ini baru
rencana dan belum dilakukan oleh Nabi, para ulama
memasukkannya pada hadis, karena Nabi tidak merencanakan
sesuatu kecuali yang benar dan dicintai dalam agama, dituntut
dalam syari‟at Islam dan beliau diutus untuk menjelaskan syariat
Islam. Contoh hadis hammi seperti halnya hasrat berpuasa tanggal
9 Asyura yang belum sempat dijalankan oleh Nabi SAW karena
beliau wafat sebelum datang bulan Asyura tahun berikutnya,
mengambil sepertiga dari hasil kebun madinah untuk kemaslahatan
perang al-Ahzab, dan lain-lain.
5. Hadits Ahwal
Yang dimaksud dengan hadits ahwali ialah yang berupa hal
ihwal Nabi SAW yang tidak temasuk ke dalam kategori ke empat
hadits di atas. Ulama hadits menerangkan bahwa yang termasuk
“hal ihwal”, ialah segala pemberitaan tentang Nabi SAW, seperti
8

yang berkaitan dengan sifat-sifat kepribadiannya/perangainya


(khuluqiyyah), keadaan fisiknya (khalqiyah), karakteristik, sejarah
kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaanya.
9

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hadist merupakan segala perbuatan, perkataan, dan pernyataan
yang disandarkan kepada nabi Muhammad S.A.W. Kedudukan Hadist
adalah dibawah Al-Qur'an dan wajib di amalkan oleh seluruh umat islam.
Menurut Para Ulama, Hadist berfungsi memperkuat Al-Qur'an,
menjelaskan atau merinci aturan-aturan yang digariskan oleh Al-Qur'an,
menetapkan hukum yang baru yang belum diatur secara eksplisit di dalam
Al-Qur'an. Bentuk-bentuk hadist, yaitu Hadist Qouli, Hadist Fi‟il, Hadist
Taqriri, Hadist Hammi, dan Hadist Ahwal.

3.2 Saran
Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu saya mohon kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempumaan makalah ini.
10

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.iainp
onorogo.ac.id/502/2/studi%2520hadits_ok.pdf&ved=2ahUKEwia2bGe267zAhUL
X30KHQgpDRYQFnoECDMQAQ&authuser=1&usg=AOvVaw0N-
Aoc48SG9d7LdD8t9iAa

Anda mungkin juga menyukai