Anda di halaman 1dari 19

HADIST,SUNNAT,KHABAR DAN ATSAR

Diajukan untuk memenuhi tugas


makalah pada mata kuliah ulumul hadist
D
I
S
U
S
U
N
OLEH: Kelompok 2
Nama : 1. LISA PRIMA DESI (23.149)

Dosen Pengampu : DR.SUSWANTO, M.Pd.i

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
STIT AL - HIKMAH TEBING TINGGI
2024
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb.

Segala puji atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
penyusunan makalah ini bisa dilakukan dengan lancar dan tepat waktu. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah ulumul hadist, Bapak DR.Suswanto.M.Pd.i, atas
bimbingannya dalam penyusunan makalah ini.

Makalah berjudul “Hadist,sunnat khabar dan atsar” ini disusun sebagai tugas mata
kuliah ulumul hadst. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
penulis dan juga bagi para pembaca.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman dan keluarga yang mendukung untuk
membuat makalah ini. Saya menyadari makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Tebing Tinggi, 20 februari 2024

PENULIS

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

2.1 Pengertian Hadis ....................................................................................................... 5

2.2 Bentuk-bentuk Hadist ............................................................................................... 8

2.3 Pengertian Sunnah .................................................................................................. 11

2.4 Khabar ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

2.5 Atsar ......................................................................................................................... 13

2.6 Persamaan dan Perbedaan Hadis, Khabar, dan Atsar........................................ 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 14

3.2 Saran......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hadist nabi merupakan sumber ajaran islam,di samping alqur‟an.”Hadist atau
disebut juga dengan sunnah,adalah sesuatu yang bersumber atau didasar kan kepada
Nabi SAW .baik berupa perkataan,perbuatan,atau taqrir-nya.

Hadis nabi yang berkembang pada zaman nabi (sumber aslinya),lebih banyak
berlangsung secara hafalan dari pada secara tulisan.penyebab nya adalah nabi sendiri
melarang para sahabat untuk nulis hadis nya,dan menurut penulis karater orang-orang
arabsangat kuat hafalan nya dan suka menghafal,dan ada kehawatiran
bercampurdengan al-qur‟an,dengan kenyataan ini,sangat logis sekali bahwa tidak
seluruh hadis nabi terdokumentasi pada jaman nabi secara keseluruhan.

Pada realitas kehidupan masyarahat muslim,perkembangan hadis nabi secara


kuantitatif cukup banyak sekali.selain perkembangan hadis yg cukup banyak,juga
banyak istilah-istilah yang digunakan.pada masyarakat umum yg dikenal adalah hadis
dan as-sunnah,sedangkan pada kelompok tertentu,dikenal istilah khabar dan atsar.utuk
itu,pada pembahasan makalah ini,pemakala akan menyoroti :(1)pengertian hadist,dan
perbedaan hadist dengan al-khabar,dan al-atsar.

1.2 Rumusan Masalah


1. apakah perngertian hadist?

2. apakah bentuk-bentuk hadist?

3. apakah perngertian khabar?

4. apakah perngertian atsar?

5. apakah persamaan dan perbedaan antara hadist,khabar,dan atsar?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. untuk mengetahui pengertian hadist.

2. untuk mengetahui bentuk-bentuk hadist.

3. untuk mengetahui pengertian khabar.

4. untuk mengertahui pengertian atsar.

5. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara hadis,khabar,dan atsar?

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hadis
Kata hadis atau al hadis menurut bahasa, berarti aljadid (sesuatu yang baru), lawan kata
dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata Hadis juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Kata jamaknya ialah
alahadis. Secara Istilah para Ahli Hadis berbeda beda pendapatnya dalam mendefenisikan al-
hadis, ada yang mendefenisikan secara terbatas da nada yang mendefenisikannya secara luas.
1. Defenisi hadis secara terbatas, sebagaimana yang dikemukakan oleh jumhur muhaddtsin,
ialah:

ِ
“Ialah sesuatu yang dasandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan (taqrir) dan sebagainya.”
Defenisi ini mengandung empat macam unsur, yakni perkataan, perbuatan, ketetapan
(taqrir) dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad saw yang lain yang semuanya
hanya disandarkan kepada beliau saja, tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada sahabat
dan tabiin.
a. Perkataan (Qauli) Yang dimaksud dengan perkataan (qauli) Nabi Muhammad saw.
Ialah segala bentuk perkataan atau ucapan yang pernah beliau ucapkan dalam berbagai
bidang yang berisi tuntutan dan petunjuk syara„,peristiwa-peristiwa, dan kisah-kisah, baik
yang berkaitan dengan aspek akidah, akhlaq, syari„ah,pendididikan dan sebagainya.Contoh
perkataan beliau yang mengandung hukum syari„at, misalnya sabda beliau:

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung kepadaniat, dan sesungguhnya setiap orang
akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. BukhariMuslim) Hukum
yang terkandung di dalam sabda nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam segala amal
syara” Contoh sabda Nabi dari sah pengakuan mendapat perbuatanuntuk
yang mengandung akhlak,misalnya sabda beliau:

4
“Perhatikan tiga hal: Barang siapa yang sanggup menghimpunnya, niscaya akan mencakup

5
iman yang sempurna.Yakni: (1)jujur terhadp diri sendiri,(2)
Mengucap salam kepada seluruh dunia dan (3)mendermakan apa yang menjadi kebutuhan
umum.”
(HR.Bukhari)
Sabda tersebut menganjurkan seseorang berakhlak luhur, berkesadaran tinggi, cinta
perdamaian dan dermawan.
b.Perbuatan
Yang dimaksud dengan perbuatan (Fi„li), adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada
Nabi Saw. Yang merupakan penjelasan praktis terhadap peraturan-peraturan syari„at yang
belum jelas cara pelaksanaannya. Di antara contoh perbuatan Nabi ialah sebuah hadis tentang
cara salat nabi di atas kendaraan, yang

berbunyi:

“Nabi Saw salat di atas tunggangannya, kemana saja tunggangannya itu menghadap” (HR.
Muttafaq‗alaih)
c.Ketetapan(taqrir)
Arti taqrir Nabi, ialah keadaan beliau mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau
menyetujui apa yang telahdilakukan atau diucapkan oleh para sahabat dihadapan beliau.
Contoh taqrir Nabi saw. Tentang perbuatan sahabat yang dilakukan di hadapannya, ialah
tindakan seorang sahabat yang bernama Khalid bin Walid, salah satu jamuan makan, yang
menyajikan makanan daging biawak dan mempersilakan kepada
Nabi untuk menikmatinya bersama para undangan.Beliau menjawab:
“Tidak (maaf). Berhubung binatang ini tidak terdapat di kampong kaumku, aku jijik padanya!”
Kata Khalid: “Segera aku memotongnya dan memakannya sedang Rasulullah saw melihat
kepadaku.”
Tindakan Khalid dan para sahabat yang pada menikmati daging biawak tersebut, disaksikan
oleh Nabi, dan beliau tidak menyanggahnya.Keenggannan beliau memakannya disebabkan
karena jijik.Contoh lain tentang taqrir Nabi ialah sikap beliau membiarkan para sahabat dalam
menfsirkan
sabdanya tentang salat pada suatu peperangan, yang berbunyi:

“janganlah seorangpun salat asar kecuali nanti di Bani Quraidhah)” (HR. Muttafaq ‗alaih)

6
Sebagian sahabat memahami larangan ituberdasarkan pada hakikat perintah tersebut,
sehingga mereka terlambat dalam melaksanakan salat Asar.Sedangkan segolongan sahabat
lainnya memahami perintah tersebut dengan perlunya segera menuju bani Quraidhah dan serius
dalam peperangan dan perjalannya, sehingga bisa salat tepat pada waktunya.Sikap para sahabat
ini dibiarkan oleh Nabi saw tanpa ada yang disalahkan atau diingkarinya. d.Sifat-
sifat,keadaan-keadaan,dan himmah(hasrat) Rausulullah saw. Yang dimaksud sifat dan keadaan
beliau adalah sebagaimana yang dilukiskan oleh para sahabat dan ahli tarikh, seperti sifat-sifat
dan bentuk Jasmaniah beliau dilukiskan oleh sahabat Anas rasebagai berikut:

“Rasulullah adalah sebaik-baik manusia paras mukanya dan bentuk tubuhnya. Beliau bukan
orang tiggi dan bukan pula orang pedek. (H R Bukhari-muslim)
Sedangkan yang dimaksud dengan himmahnya Rasul adalah keinginan (hasrat) beliau
yang belum sempat direalisasikan,seperti hasrat beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 ‗Asyura.
Dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas, disebutkan sebagai berikut:

“Ketika Nabi Saw berpuasa pada hari „Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk
berpuasa,mereka berkata: „Ya Rasul hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang
Yahudi dan Nasrani‟ Rasul Saw bersabda: „Tahun yang akan datang
insyaallah aku akan berpuasa pada hari kesembilan‟” (HR. Muslim dan Abu Daud).
2.Defenisi hadis secara luas Sebagaimana yang dikemukakan oleh sebagian
Muhadditsin, hadis tidak hanya dimarfu„kan kepada Nabi Muhammad saja, tetapi perkataan,
perbuatan dan taqrir yang disandarkan kepada sahabat dan dan tabi„in.
Dengan demikian hadis menurut defenisi ini, meliputi segala berita yang marfu„, mauquf
(disandarkan kepada sahabat) dan maqthu„ (disandarkan kepada tabi„in).Sebagaimana
dikatakan oleh Muhammad Mahfudh:

7
˚“Sesungguhnya hadis itu bukan hanya yang dimarfu‟kan kepada Nabi saw saja, melainkan‫ا‬
dapat pula disebutkan pada apa yang mauquf (dihungkan dengan perkataan, dan sebagainya

8
dari sahabat, dan pada apa yang maqthu‟ (dihubungkan dengan
perkataan dan sebagainya dari tabi‟in).
2.2 Bentuk-bentuk Hadist
Berdasarkan pengertian istilah yang di kemukakan oleh ulama secara lebih mendetail
bentuk-bentuk (cara-cara) yang termasuk kedalam kategori hadist menurut Muhammad Abdul
Rauf,seperti di kutip syuhudi ismail ialah:
1. Sifat-sifat Nabi SAW yang di kemukakan sahabat;
2. Perbuatan dan akhlak nabi SAW yang di riwayat kan oleh para sahabat
3. Sikap dan perbuatan para sahabat yang didiamkan /dibiarkan nabi SAW (disebut juga
dengan taqrir an-nabiy);
4. Timbul nya beragam pendapat sahabat dihadapan nabi SAW.lalu beliau mengemukakan
pendapat nya sendiri atau mengakui salah satu pendapat sahabat itu
5. Sabda nabi SAW.yang keluar dari lisan beliau sendiri ;
6. Firman Allah selain alqur‟an yang disampaikan oleh nabi SAW.yang biasa disebut dengan
hadist qudsy ;
7. Surat-surat nabi SAW.yang dikirimkan kepada para sahabat yang bertugas didaerah-
daerah atau kepada pihak diluar islam .
Sebagaimana dalam uraian diatas telah disebutkan bahwa hadist mencakup segala
perkataan,perbuatan dan taqrir nabi SAW.oleh karena itu,pada bahasan ini akan diuraikan
tentang bentuk hadist qouli,fi‟li,taqriri,hammi,dan ahwali.

1. Hadist qouli
yang dimaksud dengan hadist qouli adalah segala yang disandar kan kepada nabi SAW. Yang
berupa perkataan atau ucapan yang memuat berbagai maksud syara‟peristiwa,dan keadaan,baik
yang berkaitan dengan aqidah,syari‟ah,akhlak,maupun yang lainnya.diantara contoh hadist
qouli ialah tentang doa rasul SAW.yang ditujukan kepada yang mendengar,menghafal dan
menyampaikan ilmu.hadist tersebut berbn ilmu.hadist tersebut berbunyi :

‫دامل ورب بفقٌه لٌش فقه حامل رب فاءىه غٌره َبلغه حتً فحفظه ٌثا دذ مًا اهراشهع هلال اىضر صخة‬
(‫ومًا هلل العمل اخالص ابذا هصلن قلب علٌهى الٌغل حصال ث ثال مىه افقه هو هي الي فقه )ادوذ وراه‬
‫ورائهن هي تذُط دعىتهن فاءى الجوادت والتاآلورولسوم‬
"Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang mendengarkan perkataan dariku
kemudian menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, karena banyak orang berbicara
mengenai fiqh padahal ia bukan ahlinya. Ada tiga sifat yang karenanya tidak akan timbul rasa

9
dengki dihati seorang muslim, yaitu ikhlas beramal semata-mata kepada Allah SWT.,
menasehati, taat dan patuh kepada pihak penguasa; dan setia terhadap jama'ah. karena
sesungguhnya do'a mereka akan memberikan motivasi (dan menjaganya) dari belakang". (HR.
Ahmad)
Contoh lain Hadits tentang bacaan al-Fatihah dalam shalat, yang berbunyi:
‫)مشلن رواه( ب الكتــا تخــــة بفا ٌقرا لن لمى صالت ال‬4
"Tidak sah shalat seseorang yany tidak membaca Fatihah Al- Kitab". (HR. Muslim)
2. Hadits Fi'li
Dimaksudkan dengan hadits Fi'li adalah segala yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa
perbuatannya yang sampai kepada kita.seperti hadist tentang shalat dan haji. Contoh Hadits
Fi'li tentang shalat adalah sabda Nabi SAW. Yang berbunyi:
‫)ري البخا زواه( أصلٌ ًٍ رأٌثمو كها صلىا‬5
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat". (HR. Bukhari)
Contoh lainnya, Hadits yang berbunyi:
‫)مري الثر رواه( به جهث ثو ها حٌث رادلثه علـــــــي ٌصلــــــــــٌ ضلن و علٌه هلال صلي الىبٍ كاى‬
"Nabi SAW shalat diatas tunggangannya, ke mana saja tunggangannya itu
menghadap". (HR. Al=Tirmidzi)
3. Hadits Taqriri
Yang dimaksud dengan hadits taqriri adalah segala hadits yang berupa
ketetapan Nabi SAW. terhadap apa yang datang dari sahabatnya. Nabi SAW.
membiarkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat, setelah memenuhi
beberapa syarat, baik mengenai pelakunya maupun perbuatannya.
Diantara contoh Hadits Taqriri, ialah sikap Rasul SAW. membiarkan para
sahabat melaksanakan perintahnya, sesuai dengan penafsirannya masing-masing
sahabat terhadap sabdanya, yang berbunyi:
‫)ري البخا رواه( َظــــــــــة قر بىٌ فٍ إال العصر أحد ٌصلٌى ال‬6
"Janganlah seorangpun shalat 'Asar kecuali di Bani Quraizah)".
Sebagian sahabat memahami larangan tersebut berdasarkan pada hakikat
perintah tersebut, sehingga mereka tidak melaksanakan shalat 'Asar pada
waktunya. Sedang segolongan sahabat lainnya memahami perintah tersebut
dengan perlunya segera menuju Bani Quraizah dan jangan santai dalam
peperangan, sehingga bisa shalat tepat pada waktunya. Sikap para sahabai ini
dibiarkan oleh Nabi SAW. tanpa ada yang disalahkan atau diingkarinya.
4. Hadis Hammi

10
Yang dimaksud dengan hadis hammi adalah hadis yang berupa hasrat Nabi
SAW. yang belum terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9
'Asyura. Dalam riwayat Ibn Abbas, disebutkan sebagai berikut:
5 Kitab al-Adzan, hadis nomor 631 dalam Imam Al-Bukhari, juz 1, hal.125-126
6 Ibnu Hajar al-Asqalani, Jilid. IV, hal.286-2888
‫مه بصُا هر ؤأ راء ظو عا َـــــــــىم وشلن علٌه هلال صلي هلال رضىل م صا حٌى شــــع‬, ‫إىه هلال ل شو ر َا لىا قا‬
(‫الىا الُــــــــوم صمًا هلال شاء إى المقبل العــــــــام ى كـــــا فاءرا فقال ري والىصا الٌهىد ثعظعه َىم )هطلن رواه‬
" Ketika Nabi SAW. berpuasa pada hari 'Asyura dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: Ya Nabi! Hari ini adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Nabi SAW, bersabda: Tahun
yang akan datang insya' Allah aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan ".
(HR. Muslim)"
Nabi SAW, belum sempat merealisasikan hasratnya ini, karena wafat
sebelum sampai bulan 'Asyura. Menurut Imam Syafi'I da para pengikutnya, bahwa
menjalankan hadis hammi ini disunnahkan, sebagaimana menjalankan sunnahsunnah yang
lainnya.
5. Hadis Ahwali
Yang dimaksud dengan hadis ahwali ialah hadis yang berupa hal ihwal Nabi
SAW. yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya. Tentang
keadaan fisik Nabi SAW. dalam beberapa hadis disebutkan, bahwa fisiknya tidak
terlalu tinggi dan tidak pendek, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Barra' dalam
sebuah hadis riwayat Bukhari, sebagai berikut:
‫والبالقصٌر ئي البـــــا بـــالطىٌل لٌش خلقا وأدصىه وجها الىاش أدصى وشلم علٌه هلال صلي هلال رضى ى كا‬
(‫)البخاري رواه‬7
"Rasul SAW. adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tubuh. Keadaan
fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek". (HR. Bukhari)
Pada hadis lain disebutkan:
‫وال وشـــــلن علٌه هلال صلي الىبٍ كف هي ألٌى دٌباجا وال ٌـــــــرا در هطصث ها عىه هلال رضٌ أىش قال )ري‬
dan sutra ‫البخا رواه( شـــــــلن و علٌه هلال صلــــي الىبٍ ف در أو رٌح هي أطٌب قط فا أوعر قط رَذا ظهنث‬
pernah "Berkata Anas bin Malik: Aku belum pernah memegang sutra murni
Bukhari) berwarna (yang halus) sehalus telapak tangan Rasul SAW. juga belum
mencium wewangian seharum Rasul SAW. (HR.

11
2.3 Pengertian Sunnah
Sunnah menurut bahasa ialah: “jalan yang dilalui, baik terpuji atau tercela.”
Adapun sunnah menurut istilah para ulama berbeda pendapat. Menurut kebanyakan ulama
sunnah adalah sinonim dari lafaz hadis, tetapi ada juga yang membedakannya, bahkan ada yang
memberikan syarat-syarat tertentu, yang berbeda dengan istilah hadis.
Pengertian sunnah menurut ahli hadis ialah:

“Segala yang bersumber dari nabi Saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat,
budi pekerti, atau perjalanan hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi Rasul,
seperti ketika bersemedi di gua Hira maupun sesudahnya.”Menurut pengertian ini, kata
sunnah berarti sama dengan kata hadis dalam pengertian terbatas atau sempit. Dengan
demikian, jumlah Sunnah secarakuantitatif jauh lebih banyak disbanding kata Sunnah menurut
para ahli Ushul.Para ulama hadis mendefenisikan Sunnah sebagai mana di
atas, mereka memandang diri rasul sebagai uswatun hasanah atau qudwah (contoh atau teladan)
yang paling sempurna, bukan sebagai sumber hukum. Oleh karena itu mereka menerima dan
meriwayatkan secara utuh segala berita yang diterima tentang diri Rasul Saw tanpa
membedakan apakah yang diberitakan itu isinya berkaitan dengan penetapan hukum
syara„ atau tidak.Pandangan demikian itu didasarkan kepada firman Allah
Swt dalam surat al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul Saw itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatngan) hari kiamat, dan dia
banyak menyebut Allah.”Berbeda dengan ahli hadis, ahli Ushul mendefenisikan Sunnah
sebagai berikut:

“Segala sesuatu yang bersumber ddari Nabi Saw selain dari alQur‟an al-Karim, baik
nberupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang pantas untuk dijadikan bagi penetapan

12
Hukum syara‟.

Ahli Ushul membatasi pengertian Sunnah hanya pada sesuatu yang disandarkan atau
yang bersumber dari Nabi Saw,yang ada relevansinya dengan penetapan hukum syara„. Maka
segala sifat, perilaku, sejarah hidup, dan segala sesuatu yang sandarannya kepada Nabi Saw
yang tidak ada relevansinya dengan hukum syara„ tidak dapat dikatakan Sunnah.
Pengertian sunnah menurut ahli ahli Ushul tersebut didasarkan pada argumentasi, bahwa
Rasulullah Saw. Adalah penentu atau pengatur undang-undang yang menerangkan kepada
manusia tentang aturan-aturan kehidupan dan melaaaaaetakkandasar-dasar metodologis atau
kaida-kaidah bagi para mujtahid yang hidup sesddudahnya dalam menjelaskan dan menggali
syari„at Islam.Pandangan ahli Ushul ini mengacu kepada beberapa ayat al-
Qur„an, antara lain surat al-Hasyr ayat 7, yang berbunyi:

“….apa yang diberikan Rasulullah Saw kepadamu, maka terimalah dia dan apa-apa
yang dilarangnya bagi mu, maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah sangat keras hukum-Nya.”Adapun Sunnah munnah menurut ahli Fiqh, ialah:

“Segala ketetapan berasal dari Nabi Saw selain yang difardukan dan diwajibkan. Menurut
mereka, Sunnah merupakan salah satu hukum yang lima (wajib, Sunnah,haram, makruh, dan
mubah)
Ahli Fiqh mendefenisikan Sunnah seperti di atas, karena mereka memusatkan pembahasan
tentang Rasulullah Saw, yang perbuatan-perbuatannya menunjukkan kepada hukum syara„.
Mereka membahasnya untuk diterapkan pada perbuatan setiap mukallaf, baik yang wajib,
haram, makruh mubah maupun sunnah.

2.4 Khabar
Menurut bahasa Khabar adalah berita yang disampaikan dari seseorang kepada
seseorang. Jamaknya akhbar. Muradifnya naba' yang jamaknya anba„. Dari segi istilah
muhadditsin khabar identik dengan hadis, yaitu segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi (baik secara marfu„, mauquf dan maqthu„) baik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan, dan sifat.Mayoritas ulama melihat hadis lebih khusus yang datang

13
dari Nabi, sedangkan khabar sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain, termasuk
berita-berita umat terdahulu, para nabi dan lain-lain.

2.5 Atsar
Atsar menurut bahasa ialah sesuatu atau sisa sesuatu, dan berarti juga nukilan (yang
dinukilkan). Sesuatu do„a umpamanya dinukilkan dari nabi dinamai do„a ma„tsur. Sedangkan
menurut istilah ada dua pendapat, atsar sinonim hadis, kedua, atsar adalah sesuatu yang
disandarkan kepada sahabat (mauquf) dan tabi„in(maqthu„) baik perkataan maupun perbuatan.
Sebagian ulama mendefenisikan:Sesuatu yang datang dari selain nabi dan dari pada sahabat,
tabi„in dan atau orang-orang setelahnya.
A. Sturuktur Hadis Sanad, Matan dan Rawi
a) Sanad
Sanad secara bahasa dari sanada, yasnudu, yang berarti mu„tamad (sandaran/tempat
bersandar, tempat berpegang yang dipercaya atau yang sah). Dikatakan demikinan,
karna hadis itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas kebenarannya. Sedangkan
secara istilah sanad adalah silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada
matan hadis.
Silsilah orang-orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian para perawi yang
memindahkan matan dari sumber primernya. Atau berita-berita tentang jalan matan.Yang
dimaksud dengan jalan matan ialah serangkaian orang-orang yang menyampaikan atau
meriwayatkan matan hadis, mulai perawi pertama sampai yang terakhir.
b) Matan
Kata matan atau Matn menurut bahasa berarti mashaluba wa irtafa„a min al- ardhi
(tanah yang meninggi).Secara terminology,istilah matan memiliki beberapa
definisi, yang pada dasarnya maknanya sama, yaitu materi atau lafaz hadis itu sendiri
Pada definisi lain, seperti dikatakan oleh Ibn al-Jama„ah disebutkan bahwa matan
adalah:‖ Suaatu lkalimat tempat berakhirnya sanad‖. Sedangkan ath-Thibi
mendefinisikannnya sebagai berikut yakni ―lafaz-lafaz yang di dalamnya
mengandung makna-makna tertentu‖.
c) Rawi
Rawi ialah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa- apa
yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya
ruwah dan perbuatannya menyampaikan. Hadis tersebut dinamkakan merawi
(riwayat)-kan hadis.

14
2.6 Persamaan dan Perbedaan Hadis,sunnah ,Khabar, dan Atsar
Di kalangan jumhur ulama umumnya berpendapat bahwa hadis,sunnah, khabar, dan atsar
tidak ada perbedaannya atau sama saja pengertiannya, yaitu segala sesuatu yang dinukilkan
dari Rasululloh SAW, sahabat atau tabi‟in baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun
ketetapan, baik semuanya itu dilakukan sewaktu waktu saja, maupun lebih sering dan banyak
diikuti oleh para sahabat.
Di kalangan para ulama, terdapat pula perbedaan pendapat di sekitar istilah hadis,
khabar,sunnah dan atsar. Pada umumnya para ulama berpendapat bahwa hadis dankhabar
mempunyai pengertian yang sama, yaitu berita baik yang berasal dari Nabi, sahabat, maupun
tabi‟in. Berita yang berasal dari Nabi mereka sebut hadis marfu‟, berita yang berasal dari
sahabat mereka sebut hadis mauquf , dan berita yang berasal dari tabi‟in mereka sebut hadis
maqtu'. Lanjutnya ada pula yang berpendapat bahwa khabar cakupannya lebih umum daripada
hadis. khabar mencangkup segala berita yang berasal dari Nabi, sahabat, maupun tabi‟in.
Sedangkan hadis, cakupannya hanya sesuatu yang berasal dari Nabi saja. Selain itu, ada pula
yang berpendapat bahwa atsar cakupannya lebih luas daripada khabar. Atsar meliputi segala
yang datang dari Nabi dan selainnya, sedangkan khabar cakupannya hanya sesuatu yang datang
dari Nabi saw.

15
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut ahli hadits, pengertian hadits adalah “Seluruh perkataan, perbuatan, dan hal
ihwal tentang Nabi Muhammad SAW”, sedangkan menurut yang lainnya adalah “Segala
sesuatu yang bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuataan, maupun ketetapannya.”
Khabar menurut bahasa adalah “Semua berita yang disampaikan oleh

Seseorang kepada orang lain.” Menurut ahli hadits, khabar sama dengan hadits.
Keduanya dapat dipakai untuk sesuatu yang marfu‟, mauquf, dan maqthu‟,
danmencakup segala sesuatu yang datang dari Nabi, sahabat, dan tabi‟in.
Adapun atsar berdasarkan bahasa sama pula dengan khabar, hadits, dan sunnah.
Dari pengertian menurut istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama.
“Jumhur ahli hadits mengatakan bahwa Atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW., sahabat, dan tabi‟in. Sedangkan menurut
ulama Khurasan, bahwa Atsar untuk yang mauquf dan khabar untuk yang marfu.
3.2 Saran
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan, pembaca diharapkan lebih
banyak membaca buku-buku tentang Pengertian Hadits, Khobar, dan Atsar,
sehingga lebih banyak menambah ilmu dan wawasan tentang pengertian tersebut,
Kritik dan saran juga kami harapkan dari pembaca, untuk membuat
makalah-makalah selanjutnya agar lebih baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://mahasiswa.ung.ac.id/613412100/home/2012/10/31/tugas_makalah_microsoft_word.ht
ml
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-microsoft-word/
https://tekno.kompas.com/read/2023/08/27/12310077/microsoft-word--pengertian-sejarah-
fitur-fungsi-dan-manfaatnya?page=all
https://andronezia.com/fungsi-menu-pada-microsoft-word-lengkap/

17
https://www.liputan6.com/tekno/read/3925569/5-fungsi-microsoft-word-dan-manfaatnya-
ternyata-bisa-menjaga-lingkungan?page=7

https://www.academia.edu/6194321/MAKALAH_MICROSOFT
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Logos, 1998
Suparta, Drs. Munzier, ILmu Hadis, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Suryadilaga, Dr. M Alfatih, dkk, Ulumul Hadis. Yogyakarta: Teras, 2010

18

Anda mungkin juga menyukai