Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STUDI HADITS

HADITS,SUNNAH,HADITS QUDSI,KHABAR DAN ATSAR

DOSEN PENGAMPU:

IRWAN TUTRISNO, M.E.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

DONA ALFANIA (02170221133)

MUHAMMAD FAJRI (02170215104)

PROGRAM STUDI D-III MANAJEMEN PERUSAHAAN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKAN BARU

2022

1
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb. Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hadits,
Sunnah, Hadit Qudsi, Khabar dan Atsar”, dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi mata kuliah Studi Hadits. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
pengetahuan kita mengenai pengetahuan tentang yang bersangkutan dengan Hadits. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak Irwan Tutrisno, M.E., selaku dosen Studi Hadits.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik sangat di perlukan untuk membangun semangat penulis
kedepannya.

Pekan Baru, Maret 2022

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

A. Latar Belakang ..........................................................................................................4


B. Rumusan Masalah .....................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................5

A. Pengertian Hadits dan Sunnah...................................................................................5


1. Hadits ............................................................................................................5
2. Sunnah ...........................................................................................................6
B. Perbedaan Hadits dan Sunnah ...................................................................................8
C. Hadits Qudsi...............................................................................................................8
D. Khabar dan Atsar.......................................................................................................9
E. Perbedaan Hadits, Sunnah, Khabar dan Atsar...........................................................10

BAB III PENUTUP .............................................................................................................11

A. Kesimpulan ...............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................... 11
C. Rekap bertanya dan jawaban.....................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 13

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya umat islam di dunia ini sama dengan umat agama lain. Kesamaan
yang dimaksud dalam hal ini adalah sama-sama memiliki kitab sebagai pedomannya.
Jika umat Kristen memiliki kitab Injil sebagai pedomannya, umat Hindu memiliki
kitab Trimurti, dan umat Budha yang memiliki kitab Weda sebagai pegangan
hidupnya maka umat Islam memiliki kitab Al-Qur’an Al-Karim sebagai pedoman
hidupnya. Kitab Al-Qur’an ini adalah mukjizat yang diberikan Allah SWT. kepada
Nabi Muhammad SAW yang di dalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran, ketetapan
yang mutlak mengenai agama islam.
Oleh karena hal itu kami akan coba memaparkan dan memberikan penjelasan tentang
apa itu yang dimaksud dengan Al-Hadits, As-Sunnah, Hadits Qudsi, Khabar dan
Atsar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hadits dan Sunnah?
2. Perbedaan Hadits dan Sunnah?
3. Apa yang dimaksud dengan Hadits Qudsi?
4. Apa yang dimaksud dengan Khabar dan Atsar?
5. Perbedaan Hadits,Sunnah, Khabar dan Atsar ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan apa itu Hadits dan Sunnah
2. Menjelaskan perbdaan Hadits dan Sunnah
3. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hadits Qudsi
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Khabar dan Atsar
5. Menjelaskan perbedaan Hadits,Sunnah, Khabar dan Atsar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits dan Sunnah


1. Hadits
Secara etimologi, hadis adalahkata benda (ismi) dari kata al-Tahdis yang
berarti pembicaraan. Kata hadis mempunyai beberapa arti yaitu :
1) “Jadid” (baru), sebagai lawan dari kata “qadim” (terdahulu). Dalam hal
ini yang dimaksud qadim adalah kitab Allah SWT. sedangkan yang
dimaksud jadid adalah hadis Nabi Muhammad SAW.
2) “Qarib”, yang berarti dekat dalam waktu dekat belum lama,
3) “Khabar”, yang berarti warta berita yaitu sesuatu yang di percakapkan
dan dipindahkan dari seseorang. Allah-pun, memakai kata hadits
dengan arti khabar dalam firman-Nya, dalam (QS. At-Tur 52: Ayat 34)
Yang artinya “Maka cobalah mereka membuat yang semisal
dengannya (Al-Qur’an) jika mereka orang-orang yang benar”.

Sedangkan pengertian hadist secara terminologi, maka terjadi perbedaan antara pendapat
antara ahli hadits dengan ahli ushul. Ulama hadits ada yang memberikan pengertian hadits
secara terbatas (sempit) dan ada yang memberikan pengertian secara luas.

Pengertian hadis secara terbatas di antaranya sebagaimana yang diberikan oleh Mahmud
Tahhan adalah:

‫ما أضيف إىل انليب صىل اهلل عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة‬

“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan atau
persetujuan atau sifat”.

Sedangkan pengertian hadis secara luas sebagaimana yang diberikan oleh sebagaian ulama
seperti Ath Thiby berpendapat bahwa hadits itu tidak hanya meliputi sabda Nabi,namun
meliputi:

a) Hadis marfu’ (perbuatan dan taqrir beliau)


b) Hadis mauquf (perbuatan dan taqrir para sahabat)
c) Hadis maqthu’ (dari tabi’in)

Sedangkan menurut ahli ushul, hadits adalah:

‫اقواهل صىل اهلل عليه وسلم وافعاهل وتقاريره مما يتعلق به حكم بنا‬

“Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir nabi SAW yang bersangkut paut
dengan hukum”.

5
Menurut Dr. Taufiq dalam kitabnya Dinullah fi Kutubi Ambiyah menerangkan bahwa hadits
ialah ucapan-ucapan Nabi yang diriwayatkan oleh seseorang, dua atau tiga orang perawi, dan
tidak ada yang mengetahui ucapan-ucapan tersebut selain merekasendiri.

Dari pengertian yang diberikan oleh ahli ushul fiqih di atas, berarti informasi tentang
kehidupan Nabi ketika masih kecil, kebiasaan, kesukaan makan dan pakaian yang tidak ada
relevansinya dengan hukum, maka tidak disebut sebagai hadis.

2. Sunnah
Secara etimologis, sunnah berarti perjalanan yang pernah di tempuh. Dalam
bahasa eropa, sunnah diartikan dengan “tradition” atau adat istiadat dalam
bahasa indonesianya. Jamak adalah “sunan”. Sebagaimana sabda Nabi SAW. :

‫من سن ستة حسنة فله اجرها واجرمن عمل بما اىل يوم القيامة ومن سن سنة سيئة‬

‫فعلية وزرها ووزر من عمل بها اىل يوم القيامة‬

“Barang siapa mengadakan sesuatu sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala sunnah
itu dan pahala orang lain yang mengerjakanya hingga hari kiamat. Dan barang siapa yang
mengerjakan sesuatu sunnah yang buruk maka atasnya dosa membuat orang yang
mengerjakannya hingga hari kiamat.” (H.R. Bukhari Muslim).

Pengertian sunnah secara terminologi menjadi beragam di kalangan para pengkaji syari’at,
sesuai dengan spesialis dan tujuan masing-masing. Sunnah menurut istilah muhadditsin (ahli-
ahli hadits) pengertiannya sama dengan pengertian hadis, ialah :

‫لك ما أثر عن انليب صيل اهلل عليه و سلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة خلقية‬

‫أو خلقية أو سرية سواء أكان ذالك قبل ابلعثة أم بعدها‬

“Segala yang dinukilkan dari Nabi SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa
taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang demikian itu sebelum Nabi
SAW., dibangkitkan menjadi Rasul, maupun sesudahnya”.

Ulama hadis mendefinisikan sunnah sebagaimana di atas, karena mereka memandang diri
Rasul SAW., sebagai uswatun hasanah atau qudwah(contoh atau teladan)yang paling
sempurna, bukan sebagai sumber hukum,petunjuk dan penuntun yang memberikan nasihat
yang diberitakan oleh Allah SWT., serta sebagai teladan dan figure bagi kita. Hal ini
didasarkan pada firman Allah SWT., di surah al-Ahzab ayat 21.

Ulama hadits membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi Muhammad
SAW., baik yang ada hubungan-nya dengan ketetapan hukum syari’at islam maupun tidak.
Oleh karena itu, mereka menerima dan meriwayatkan secara utuh segala berita yang di terima
tentang diri Rasul SAW., tanpa membedakan apakah (yang diberitakan itu) isinya berkaitan
dengan penetapan hukum syara’ atau tidak.

6
Sementara itu Ulama Fiqh memberikan definisi sunnah berbeda dengan pengertian yang
diberikan oleh Ulama Hadits. Pengertian sunnah menurut ulama fiqh adalah :

‫لك ما صدر عن انليب ص م غري القرأن الكريم من قول أو فعل أو تقرير مما يصلح‬

‫أن يكون ديالل حلكم رشيع‬

“Segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad SAW., selain Al-qur’an al-Karim, baik
berupa perkataan, perbuatan maupun taqrirnya yang pantas untuk dijadikan dalil bagi
penetapan hukum syara”.

Ulama Ushul Fiqh memberikan pengertian sunnah sebagaimana diuraikan di atas,


dikarenakan ulama ushul fiqh membahas segala sesuatu dari Rasul SAW., dalam kapasitas
beliau sebagai pembentuk syari’at atau musyarri’ (yang menjelaskan kepada manusia
undang-undang kehidupan dan meletakan kaedah-kaedah bagi para mujtahid sepeninggal
beliau). Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 7 yang berbunyi :

‫َو َم ۤا ٰا ٰتٮ ُك ُم ال َّرسُوْ ُل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َما ن َٰهٮ ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوْ ا‬

“.....Apa yang diberikan oleh Rasul, maka ambillah atau kerjakanlah. Dan apa yang dilarang
oleh Rasul jauhilah”.

Ulama Fiqh, memandang sunnah ialah “perbuatan yang dilakukana agama, tetapi tingkatnya
tidak sampai wajib atau fardhu). Atau dengan kata lain sunnah yang merupakan antonim dari
wajib adalah, suatu amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan, dan tidak dituntut apabila
ditinggalkan.

Menurut para ulama, sunnah adalah lawan dari bid’ah. Bid’ah menurut bahasa memiliki
beberapa makan yaitu :

 Penemuan terbaru
 Sesuatu yang sangat indah, dan lelah

Sedangkan menurut agama bid’ah adalah :

“ Apapun yang terjadi setelah Rasulullah SAW., wafat berupa kebaikan atau sebaliknya, dan
tidak mempunyai dalil syara’ yang jelas”.

Imam Syatibi, dalam kitabnya al-‘Atisham, mengartikan bid’ah itu dalam bahasa sebagai
penemuan terbaru.

Sementara golongan ahli Ushul memiliki dua pendapat berkaitan dengan pengertian bid’ah.

1) Yaitu golongan yang memasukan segala urusan yang diada-adakan dalam soal ibadah
saja kedalah bid’ah.
2) Golongan yang memasukan dalam kata bid’ah segala urusan yang sengaja diada-
adakan, baik dalam urusan ‘ibadah, maupun dalam urusan ‘adat.

7
Dari definisi-definisi yang dikemukan diatas, dapat disimpulkan bahwa bid’ah segala sesuatu
yang diada-adakan sesudah Nabi wafat, untuk dijadikan syara’ dan agama, pada hal yang
diada-adakan itu pula sesuatu syubhat(yang menyamarkan), atau karena sesuatu ta’wil.

Menurut Dr. Taufiq dalam kitabnya Dinullah fi Kutubi Ambiyah menerangkan bahwa sunnah
ialah suatu jalan yang dilakukan atau dipraktekan oleh Nabi secara kontinyu dan diikuti oleh
para sahabatnya.

B. Perbedaan Hadits dan Sunnah


Perbedaan hadis dan sunnah, jika penyandaran sesuatu kepada Nabi walaupun baru
satu kali dikerjakan bahkan masih berupa azam menurujt sebagian ulama disebut
hadis bukan sunnah. Sunnah harus sudah berulang kali atau menjadi kebiasaan yang
telah dilakukan Rasul. Perbedaan lain, Hadis menurut sebagian ulama ushul fiqih
identik dengan sunnah qauliyah saja, karena melihat hadis hanya berbentuk perkataan
sedangkan sunnah berbentuk tindakan atau perbuatan yang telah mentradisi.

C. Hadits Qudsi
Hadits qudsi disebut pula sebagai hadis Ilahiy atau Rabaniy, yakni sebuah hadis yang
sama hal nya seperti hadis nabi, tetapi dimana keduanya secara subtansi (kandungan
maknanya) berbeda dari asal sumbernya. Hadits qudsi maknanya bersumber dari
Allah WST., sedangkan hadis atau sunnah pada umumnya bersumber dari Nabi
sendiri bail lafal maupun maknanya. Namun ulama hadis ketika hadis Qudsi
pemaknaannya dipersamakan dengan al-Qur’an secara utuh mereka menyatakan
menolak dan dengan memberikan unsur-unsur perbedaan antara keduanya. Demikian
pula jika hadis qudsi dipersamakan dengan hadis nabawi dan hadis Nabi pada
umumnya mereka pun menolak, dan mereka memberi alasan-alasan atas
perbedaannya. Oleh karena itu kritik hadis terjadi bukan saja pada hadis-hadis Nabi
secara umum, tetapi kritik dapat dilakukan pula pada hadis qudsi.

Persoalan hadis qudsi perlu untuk dilakukan kajian secara mendalam, yakni meninjau
kembali pemaknaan hadis qudsi, karena dikatakan berbeda dengan hadis Nabi pada
umumnya, tetapi ketika diverbalkan keduanya persis sama dengan ucapan dari Nabi
SAW. Hadis qudsi itu maknanya hanya dari Allah sedang Hadis nabawi ada yang
tauqifi yakni bersumber dari wahyu Allah dan ada juga yang taufiqi yakni ijtihad nabi
sendiri dan dibenarkan oleh wahyu.11 Hadis qudsi dinisbatkan kepada Allah SWT,
rasul SAW menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT. Sedang Hadis nabawi
dinisbatkan kepada rasul SAW dan diriwayatkan dari beliau.
Menurut satu definisi bahwa Hadis qudsi adalah :

‫ باالهالم أو باملنام فأخرب انلىب من تلك املعىن بعبارة‬.‫م‬.‫ما خيرب اهلل تعاىل به انلىب ص‬

‫نفسه‬

8
“Sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Nabi-Nya dengan ilham atau mimpi, kemudian
Nabi SAW menyampaikan berita ini dengan ungkapannya sendiri”

Menurut definisi lainnya ialah :

‫ما أخرب اهلل نبيه تارة بالويح وتارة باالهالم وتارة باملنام مفوضا ايله اتلعبري بأي‬

‫عبارة شاء‬

“Sesuatu yang diberitakan Allah SWT yang terkadang melalui wahyu, ilham atau mimpi
dengan redaksinya diserahkan kepada Nabi SAW”.

Disebut hadis, karena redaksinya disusun oleh Nabi SAW sendiri, dan disebut qudsi karena
Hadis ini suci dan bersih ( Ath-thaharah wa al-tanzih) dan datang nya dari zat yang Maha
suci.

D. Khabar dan Atsar


1. Khabar
Khabar menurut bahasa adalah warta berita yang disampaikan dari seseorang,
jamaknya: “Akhbar”. Secara istilah menurut ulama hadits merupakan sinonim
dari hadits yakni, segala yang datang dari Nabi, sahabat dan tabi’in. Keduanya
mencangkup yang marfu’, mauquf, dan maqtu’.
sebagaian ulama mengatakan hadits adalah apa yang datang dari Nabi SAW.
Sedang khabar adalah apa yang datang dari selain Nabi SAW. Oleh karena itu
orang yang sibuk dengan sunnah disebut “Muhaddits”, sedang yang sibuk
dengan sejarah dan sejenisnya disebut “Akhbariy”. Dikatakan bahwa antara
hadits dan khabar terdapat makna umum dan khusus yang mutlak. Jadi setiap
hadits adalah khabar tetapi tidak sebaliknya.
2. Atsar
Atsar menurut bahasa adalah “bekas sesuatu atau sisa sesuatu” berarti nukilan.
Jamaknya atsar atau utsur. Sedang menurut istilah jumhur ulama artinya sama
dengan khabar dan hadits. Para fuqaha memakai perkataan atsar untuk
perkataan ulama salaf, sahabat, tabi’in dan lain-lain. Ada yang mengatakan
atsar lebih umum daripada khabar. Imam Nawawi menerangkan: bahwa
fuqaha khurasan menamai perkataan sahabat (mauquf) dengan atsar dan
menamai hadist Nabi (marfu’) dengan kabar.
Pandangan yang serupa juga dikemukakan ‘Alī Muhammad Nashr, yang
menurutnya, bahwa pendapat yang paling kuat, adalah yang menganggap
hadits dan atsar sinonim, dalam arti keduanya mencakup ketiga bentuk
riwayat; marfū’, mawqūf, dan maqthū’. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan
kitab-kitab hadits muhadditsūn yang memuat seluruh riwayat-riwayat, baik
yang berasal Nabi saw., maupun para sahabat dan tābi’īn.

9
E. Perbedaan Hadits,Sunnah, Khabar dan Atsar
Berdasarkan penjelasan mengenai Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar ada sedikit
perbedaan yang perlu diperhatikan antara hadits dan sunnah menurut pendapat dan
pandangan ulama, baik ulama hadits maupun ulama ushul dan juga perbedaan antara
hadits dengan khabar dan atsar dari penjelasan ulama yang telah dibahas.
persamaan dan perbedaan antara pengertian hadis dan sinonimnya. Perbedaannya
sebagai berikut :
• Hadis adalah: segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik
berupa perkataan (qauly), perbuatan (fi’ly), maupun ketetapan (taqriry).
• Sunnah: segala yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan oleh Nabi
Muhammad Saw, baik berupa perkatan maupun perbuatan dan merupakan
kebiasaan yang dilakukan berulang kali..
• Khabar adalah sesuatu yang datang dari selain Nabi.
• Atsar adalah sesuatu yang berasal dari sahabat Nabi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Dr. Taufiq dalam kitabnya Dinullah fi Kutubi Ambiyah menerangkan bahwa
hadits ialah ucapan-ucapan Nabi yang diriwayatkan oleh seseorang, dua atau tiga
orang perawi, dan tidak ada yang mengetahui ucapan-ucapan tersebut selain
merekasendiri. Dari pengertian yang diberikan oleh ahli ushul fiqih di atas, berarti
informasi tentang kehidupan Nabi ketika masih kecil, kebiasaan, kesukaan makan dan
pakaian yang tidak ada relevansinya dengan hukum, maka tidak disebut sebagai hadis.
Ulama hadis mendefinisikan sunnah sebagaimana di atas, karena mereka memandang
diri Rasul SAW., sebagai uswatun hasanah atau qudwah(contoh atau teladan)yang
paling sempurna, bukan sebagai sumber hukum,petunjuk dan penuntun yang
memberikan nasihat yang diberitakan oleh Allah SWT., serta sebagai teladan dan
figure bagi kita. Taufiq dalam kitabnya Dinullah fi Kutubi Ambiyah menerangkan
bahwa sunnah ialah suatu jalan yang dilakukan atau dipraktekan oleh Nabi secara
kontinyu dan diikuti oleh para sahabatnya. Secara istilah menurut ulama hadits
merupakan sinonim dari hadits yakni, segala yang datang dari Nabi, sahabat dan
tabi’in. sebagaian ulama mengatakan hadits adalah apa yang datang dari Nabi SAW.
Sedang menurut istilah jumhur ulama artinya sama dengan khabar dan hadits. Ada
yang mengatakan atsar lebih umum daripada khabar. Pandangan yang serupa juga
dikemukakan ‘Alī Muhammad Nashr, yang menurutnya, bahwa pendapat yang paling
kuat, adalah yang menganggap hadits dan atsar sinonim, dalam arti keduanya
mencakup ketiga bentuk riwayat; marfū’, mawqūf, dan maqthū’.

B. Saran
Setelah kita mempelajari pengertian dan perbedaan dari hadits, sunnah, hadits qudsi,
khabar dan atsar. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita dalam
ilmu agaman, khususnya ilmu hadits.
Mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada kata yang kurang enak atau
tidak sesuai dengan para pembaca ketahui, saya sebagai penulis mengucapkan mohon
maaf. Kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar
lebih baik dan benar.

C. Pertanyaan dan Jawaban


Pertanyaan
1. Mengapa kedudukan pada hadits qudsi dan hadits nabawi berbeda dan juga
mengapa masih ada hadits qudsi padahal sudah ada al-qur’an? (jefri)
2. Mengapa al-hadits sebagai sumber hukum yang kedua? (Nurjamilatun)
3. Jelaskan makna hadits qudsi dan contoh-contohnya? (lisa Aulia)

11
Jawaban
1. Kedudukan Hadits Qudsi berada di antara Al-qur’an dan Hadits Nabawi.
Perbedaannya terdapat pada penisbatan lafal dan makna Al-qur’an Al-karim
dinisbatkan langsung. Adapun Hadits Qudsi, hanya maknanya saja yang dinisbatkan
kepada Allah Ta’ala, sedangkan lafalnya dari Nabi. Oleh karena itulah,membaca
hadits qudsi ibadah nya dihitung sama seperti hadits yang lain, dan wajib diamalkan,
Mengapa masih ada hadist qudsi padahal sudah ada Al-qur’an? Yaitu karena Al-
qur’an saja tidak cukup menjelaskan semua kemauan Allah SWT.kepada manusia.
Sebab Al-qur’an itu sangan terbatas jumlahnya. Padahal akan dihafal oleh banyak
orang dan membacanya merupakan ibadah. Kalau semua hal kecil masuk kedalam
Al-qur’an, maka tebalnya bisa mengalahkan ensiklopedia. (YANG MENJAWAB
DONA)

2. Kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam kedua, karena Rasulullah SAW.
Memiliki hak untuk menjelaskan dan juga menafsirkan Al-qur’an. Itulah mengapa
kedudukan hadits sebagai sumber hukum islam kedua. Hal ini di terangkan dalam Al-
qur’an , yakni firman Allah SWT. Surat An-Nahl ayat 44. “ (mereka kami utus)
denngan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan kami
turunkan Ad-Dzikir (Al-qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepad manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan”. (YANG
MENJAWAB MUHAMMAD FAJRI)

3. Hadits qudsi adalah hadits yang secara makna datang dari Allah, sementara
redaksinya dari Rasulullah. Hadits qudsi diartikan sebagai berita dari Allah kepada
Nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan hal
itu dengan ungkapan beliau sendiri. Contoh hadits qudsi
 Diriwayatkan dari Abi Huraurah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasululah
SAW, “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam
kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: sesungguhnya rahmat-Ku (kasih
sayangku) mengalahan murka-Ku. “HR. Muslim, al-Bukhari, an-Nasa-I dan
Ibnu Majah)
 “Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata bhawa Rasulullah SAW.bersabda, Allah
Ta’aala berfirman, “Aku mengikuti sangkaan hamba-Ku terhadp-Ku. Dan
Aku ada bersamanya jika ia senantiasa ingat Aku. Jika ia ingat Aku sendirian,
maka Aku pun akan ingat ia sendirian. Jikka ia ingat Aku dan sekumpulan
orang, Aku akan ingan dia dalam kumpulan yang lebih baik dari itu
(Malaikat). Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku akan mendekat
kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepadaku sehasta, Aku akan mdenkat
kepadanya satu depa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku
akan mendatanginya berlari” (HR. Bukhari no.7405).
 Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda
Eaulullah SAW. “Telah berfirman Allah tabara wa ta’ala ( Yang Maha Suci
dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Palimg tidak

12
membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku
dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya.”(HR. Muslim
dan Ibnu Majah) (YANG MENJAWAB DONA DAN FAJRI)

13
DAFTAR PUSTAKA

o Khusniati Rofisah, M.Si , Studi Ilmu Hadits, Ponorogo: IAIN PO Press, Maret
2017
o Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, Jakarta: Media Pratama, 1998
o Alfiah, Fitriadi, Suja’I, Studi Ilmu Hadits, Pekan Baru: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN SUSKA RIAU, 2016

14

Anda mungkin juga menyukai