Dosen Pembimbing :
KELOMPOK 4
1. Adam Nurrahman [12370312952]
2. Keyzy Ananta Rianti [12370323400]
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
"Pengertian, Macam-macam, dan kedudukan Hadist”. Makalah ilmiah ini kami
susun telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Aqidah
Akhlak yaitu Bapak Taufik Hidayat SH.I,ME.Sy
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
PENUTUP ............................................................................................................. 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu hadist
2. Mengetahui macam macam hadist
3. Mengetahui kedudukan hadist
1
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadist, (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1974), cet-I, h. 20.
2
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadist, (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1974), cet-I, hh. 65-67.
4
BAB II
PEMBAHASAN
3
Hassan Shadily, Ensiklopedi lndonesıa, Jilid II ,Jakarta,Ichtiar Baru-Van Hoeve, h:1198.
4
Muhammad ibn Mukarram ibn Manzur, Lisän al-'Arab,Mesir Där alMisriyyah,h: 436-439
5
Dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan bahwa hadis
merupakan sumber ajaran Islam di samping Alquran.Jumlah ayat-ayat tersebut
dalam penelitian Muhammad Fuad 'Abd al-Baqiy lebih dari lima puluh ayat.
Diantaranya adalah:
1. Alquran S. al-Hasy: 7
Artinya:"...Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, maka hendaklah
kamu menerimanya; dan apa yang dilarangnya, maka bagimu hendaklah
kamu meninggalkannya (apa yang dilarangnya itu)”
Menurut ulama, ayat tersebut memberi petunjuk secara umum, yakni bahwa
semua perintah dan larangan yang berasal dari Nabi wajib dipatuhi oleh
orang-orarg yang beriman. Dengan demikıan, kewajibanpatuh kepada Nabi
menıpakan konşekuensi logis dari keimanan seseorang.
2. Alqııran, S. Ali Imran: 32
Artinya:"Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; apabila engkau
berpaling, maka (ketahuılah) sesungguhnya Allah tıdak menyukai orang-
orang yangkafir".
Menurut penjelasan ulama, ayat tersebut memberi petunjuk bahwa ketaatan
kepada Allah adalah dengan mematuhi petunjuk Alquran, sedang bentuk
ketaatan kepada Nabı adalah dengan mengikuti sunnah atau hadis beliau.
3. Alquran, S. an-Nisa': 80
Artinya: "Barangsıapa yang mematuhi Rasul ıtu, maka sesungguhnya orang
itu telah mematuhi Allah".
Ayat tersebut mengandung petıuıjuk bahwa kepatuhan kepada Rasulullah
merupakan salah satu tolak ukur kepatuhajı seseorang kepada Allah.
4. Alquran, s. al-Ahzab: 21
Artinya: "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah keteladanan yang baik
bagunu, (yakni) bagi orang yang mengharap (akanrahmat) Allah, (meyakini
akan kedatangan) hari kiamat, dan banyak menyebut (dan ingat akan)
Allah".
Ayat di atas memberi petunjuk tentang tata cara meneladani Nabi
Muhammad. Bagi mereka yang sempat bertemu dengan Rasulullah, maka
cara itu dapat dilakukan secara langsung, sedang bagi mereka yang tidak
sezaman dengan Rasulullah, maka cara meneladani adalah dengan
mempelajari, memahami, dan mengikuti berbagai petunjuk yang termuat
dalam sunnah dan hadis beliau.
Dengan melihat berbagai ungkapan ayat diatas, maka jelaslah bahwa hadis atau
sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam, disamping Alquran.
Orang yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam berarti orang itu
menolak petunjuk Alquran.
5
Abbas Mutawalli Hamadah, alSunnah al-Nabawiyah wa Makanatuha fi alTasyri’, al Dar al-
Qaumiyyah,, h: 13-23.
6
Quraisy Shihab, Membumikan AlQuran,Bandung,Mizan, 1994, h: 21.
7
H. A. Sadali Dkk, Daesar-dasar Agama Islam, Universitas terbuka, Jakarta, Tahun 1999,h:315
6
8
Muhammad Fu'ad 'Abd aI-Baqiy.alMu’jam ul-Mufahras li Alfaz al-Qur'an al-karim,Bandung:
Angkasa, h. 314-319, 429-430, dan 463-464.
7
9
Muhammad Khudariy Bik, Usäl alFiqh (Mesir al-Maktabat al-Tijariyat alKubra,1992 M.), h.76
10
Muhammad 'Ajaj Khatib, Usül ai-Hadis (Beirut Dar al-Fikr, 1989 M./1409 H.), h. 46-51
8
2.3 Kedudukan Hadist
Hadist merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an.
Sehingga hadist berperan sebagai penguat serta penjelas pada persoalan dari
berbagai aspek, baik persoalan yang terkandung dalam al-Qur’an ataupun sebuah
pesoalan yang di hadapi oleh kaum muslim dalam menjalankan kehidupannya,
sesuai dengan yang telah di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW untuk
dijadaikan sebagai landasan dalam pendidikan Islam. Kedudukan hadist di dalam
kehidupan dan pemikiran Islam mempunyai peranan yang amat penting, sebab di
samping hadist digunakan sebagai landasan untuk memperkuat, serta memperjelas
untuk menjawab pada persoalanpersoalan yang terdapat dalam al-Qur’an, ia juga
memberikan sebuah dasar terhadap pemikiran yang lebih konkret dari pada
alQur’an tentang tatacara penerapan terhadap berbagai aktivitas yang tentunya akan
dikembangkan pada kerangka kehidupan bagai umat manusia.
Hal tersebut dapat kita lihat, banyak hadist Nabi yang memiliki pada
relevansinya terhadap arah dasar pada pemikiran, serta implikasinya secara
langsung terhadap pengembangan dan implikasi pada dunia pendidikan. Contoh
yang telah dilakukan oleh Nabi dimasa hidupnya, merupakan sumber dan rujukan
yang dapat digunakan bagi umat Islam sebagai pedoman dalam menjalankan
kehidupan sehari-harinya. Walaupun secara umum bagian terbesar dari pada
syari’ah Islam, itu sudah termuat dalam al-Qur’an, akan tetapi segala hal yang
termuat dalam al-Qur’an tersebut sebagian masih bersifat global, yakni belum
mengatur pada segala dimensi pada aktivitas kehidupan manusia secara detail.
Untuk itu penjelasan syari’ah yang termuat dalam al-Qur’an sebagian yang masih
berifat global memerlukan pada keberadaan sebuah hadist sebagai landasan yang
berfungsi untuk menjelaskan, serta berperan sebagai penguat terhadap hukum-
hukum al-Qur’an yang ada. Tidak sampai disitu saja sebab hadist juga berperan
sebagai landasan petunjuk untuk dijadikan sebagai pedoman terhadap kemaslahatan
bagi kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan pada segala aspeknya.
11
NP. Aghnides, Muhammadan Theorities of Finance : With an Introduction
to Muhammadan Law and a Bibliography, (New York : AMS Press, 1969), h. 35.
12
Zakiah Daradjad, et al., Op. Cit., h. 21
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum islam adalah hukum yang ditetapkan oleh allah SWT. Melalui
wahyu yang saat ini terdapat dalam Al-Qur'an yang keseluruhannya masih global
atau pun universal dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW melalui hadist nabi.
Contohnya adalah sholat diwajibkan bagi seluruh umat islam tetapi tidak
disebutkan waktunya kapan saja , dari hadist kita bisa tau kapan saja waktu sholat.
Dan hadist merupakan salah satu sumber hukum islam yang diterapkan dalam
kehidupan sehari hari sebagai pedoman bagi umat islam
3.2 Saran
1. Kepada seluruh umat Islam hendaklah beriman dan bertaqwa kepada Allah swt.
Dengan menggunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup.
2. Bagi umat Islam yang menggunakan hadis hendaklah tidak sembarangan hadis,
melainkan harus diketahui dengan jelas derajat kualitas hadisnya, dalam hal ini
hadis yang berkualitas shahih yang dapat dijadikan sebagai hujjah.
3. Lebih baik kita sebagai umat islam mempelajari hukum hukum atau aturan untuk
menjalani kehidupan sehari hari supaya kita bisa lebih mengenal dan lebih jauh
memahami agama kita sendiri.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ajaj Khatib, Muhammad Usül ai-Hadis (Beirut Dar al-Fikr, 1989 M./1409 H.), h. 46-51
11