Anda di halaman 1dari 11

Makalah

As-Sunnah atau Hadist

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mta Kuliah


Aqidah Akhlak

Dosen Pembimbing :

TAUFIK HIDAYAT. SH.I, ME.Sy


Disusun oleh :

KELOMPOK 4
1. Adam Nurrahman [12370312952]
2. Keyzy Ananta Rianti [12370323400]

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL


JURUSAN AKUNTANSI
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
"Pengertian, Macam-macam, dan kedudukan Hadist”. Makalah ilmiah ini kami
susun telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Aqidah
Akhlak yaitu Bapak Taufik Hidayat SH.I,ME.Sy
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pekanbaru, 19 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

2.1 Pengertian Hadist .......................................................................................... 5

2.2 Macam-Macam Hadist .................................................................................. 8

2.3 Kedudukan Hadist ......................................................................................... 9

BAB III ................................................................................................................. 10

PENUTUP ............................................................................................................. 10

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10

3.2 Saran ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hadits merupakan salah satu dari tiga sumber hukum Islam. Hadist merupakan
segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW., baik berupa perkataan,
perbuatan, penetapan, dan yang sebagainya, seperti sifat-sifat, keadaan-keadaan,
dan himmah (hasrat).1 Hadist menjadi asas perundang-undangan setelah al-Qur’an.
Perbendaharaan hadist terhadap al-Qur’an, tidak lepas dari salah satu dari tiga
fungsi, yaitu: berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah
ditentukan oleh al-Qur’an, memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat al-
Qur’an yang masih umum, dan memberikan keputusan hukum yang belum terdapat
di dalam alQur’an.2 Peranan hadist sangat penting dalam penetapan hukum.
Sehingga perlu adanya penelitian dan pengkajian terhadap hadist baik dari segi
kuantitas, kualitas ataupun penyadarannya. Sebagaimana telah diketahui bahwa
seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang terjadi di kalangan umat
Islam semakin kompleks. Dengan demikian, penelitian dan pengkajian hadist
sangat diperlukan guna memahami ajaran Nabi Muhammad SAW., baik berupa
ucapan, perbuatan, dan ketetapan secara komprehensif.

1.2 Rumusan Masalah


Karena luasnya pembahasan tentang hadist ini. Maka didalam makalah
ini kami hanya akan membahas tentang:
1. Pengertian Hadist
2. Apa saja macam-macam hadist
3. Bagaimana kedudukan hadist

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu hadist
2. Mengetahui macam macam hadist
3. Mengetahui kedudukan hadist

1
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadist, (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1974), cet-I, h. 20.
2
Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadist, (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1974), cet-I, hh. 65-67.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hadist


Kata hadist itu sendiri berasal dan bahasa Arab: al-hadist .jamak dari kata ini,
al-ahädis, al-hidsän, ataıı alhudsan.Kata hadist ini juga telah menjadi salah satu
kosakata bahasa Indonesia. Hanya saja pengertian yang diberikannya kurang
lengkap, khususnya yəng berkenaan dengan taqrir¹.
Adapun dari segı bahasa, kata ini memiliki banyak arti, (1) al-jadid (yang
baru), lawan dan al-qadim (yang lama),dan (2) al-khabar (kabar atau berita).²
Secara istilah, hadis diberikan pengeıtian yang berbeda-beda.Dalam
pengertıan ulama ıısül al-fiiqh dikemukakan bahwa yang dımaksud hadıs adalah
aktivitas langsung walaupun tidak langsung darı Nabi.Sedangkan pengertian hadis
menurut istilah ulama hadis, masih dımungkinkan adanya sesuatu yang bukan dari
aktıvıtas Nabı, mısalnya tentang warna rambut, memanjangkan jenggot.³
Al-Hadits didefinisikan pada umunya oleh ulama seperti definisi AlSunnah
yaitu sebagai segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Muhammad SAW, baik
ucapan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan), Sifat fisik dan psikis, baik sebelum
beliau menjadi nabi atau sudah menjadi nabi. Ulama ushul fiqih membatasi
pengertian hadits hanya pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang
berkaitan dengan hukum”; sedangkan bila mencakup perbuatan dan taqrir beliau
yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai dengan sunnah.
Pengertian hadits seperti yang dikemukakan oleh ulama ushul fiqih tersebut, dapat
dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari segi
kewajiban menaatinya dan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu
AlQuran.⁴
Hadits juga merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup kaum
muslimin yang kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada
Al-quran sebagai sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits
sebagai sumber hukum islam juga. Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber
hukum, maka kaum muslimin akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hal cara
shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dan lain sebagainya. sebab ayat-ayat Al-
quran dalam hal itu hanya berbicara secara global dan umum, yang menjelaskan
secara terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu juga akan mendapat
kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, dan
muhtamal, dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau sunnah
untuk menafsirkannya atau menjelaskanya.

3
Hassan Shadily, Ensiklopedi lndonesıa, Jilid II ,Jakarta,Ichtiar Baru-Van Hoeve, h:1198.
4
Muhammad ibn Mukarram ibn Manzur, Lisän al-'Arab,Mesir Där alMisriyyah,h: 436-439

5
Dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan bahwa hadis
merupakan sumber ajaran Islam di samping Alquran.Jumlah ayat-ayat tersebut
dalam penelitian Muhammad Fuad 'Abd al-Baqiy lebih dari lima puluh ayat.
Diantaranya adalah:
1. Alquran S. al-Hasy: 7
Artinya:"...Apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, maka hendaklah
kamu menerimanya; dan apa yang dilarangnya, maka bagimu hendaklah
kamu meninggalkannya (apa yang dilarangnya itu)”
Menurut ulama, ayat tersebut memberi petunjuk secara umum, yakni bahwa
semua perintah dan larangan yang berasal dari Nabi wajib dipatuhi oleh
orang-orarg yang beriman. Dengan demikıan, kewajibanpatuh kepada Nabi
menıpakan konşekuensi logis dari keimanan seseorang.
2. Alqııran, S. Ali Imran: 32
Artinya:"Katakanlah: Taatilah Allah dan Rasul-Nya; apabila engkau
berpaling, maka (ketahuılah) sesungguhnya Allah tıdak menyukai orang-
orang yangkafir".
Menurut penjelasan ulama, ayat tersebut memberi petunjuk bahwa ketaatan
kepada Allah adalah dengan mematuhi petunjuk Alquran, sedang bentuk
ketaatan kepada Nabı adalah dengan mengikuti sunnah atau hadis beliau.
3. Alquran, S. an-Nisa': 80
Artinya: "Barangsıapa yang mematuhi Rasul ıtu, maka sesungguhnya orang
itu telah mematuhi Allah".
Ayat tersebut mengandung petıuıjuk bahwa kepatuhan kepada Rasulullah
merupakan salah satu tolak ukur kepatuhajı seseorang kepada Allah.
4. Alquran, s. al-Ahzab: 21
Artinya: "Sungguh telah ada pada diri Rasulullah keteladanan yang baik
bagunu, (yakni) bagi orang yang mengharap (akanrahmat) Allah, (meyakini
akan kedatangan) hari kiamat, dan banyak menyebut (dan ingat akan)
Allah".
Ayat di atas memberi petunjuk tentang tata cara meneladani Nabi
Muhammad. Bagi mereka yang sempat bertemu dengan Rasulullah, maka
cara itu dapat dilakukan secara langsung, sedang bagi mereka yang tidak
sezaman dengan Rasulullah, maka cara meneladani adalah dengan
mempelajari, memahami, dan mengikuti berbagai petunjuk yang termuat
dalam sunnah dan hadis beliau.
Dengan melihat berbagai ungkapan ayat diatas, maka jelaslah bahwa hadis atau
sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam, disamping Alquran.
Orang yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam berarti orang itu
menolak petunjuk Alquran.
5
Abbas Mutawalli Hamadah, alSunnah al-Nabawiyah wa Makanatuha fi alTasyri’, al Dar al-
Qaumiyyah,, h: 13-23.
6
Quraisy Shihab, Membumikan AlQuran,Bandung,Mizan, 1994, h: 21.
7
H. A. Sadali Dkk, Daesar-dasar Agama Islam, Universitas terbuka, Jakarta, Tahun 1999,h:315

6
8
Muhammad Fu'ad 'Abd aI-Baqiy.alMu’jam ul-Mufahras li Alfaz al-Qur'an al-karim,Bandung:
Angkasa, h. 314-319, 429-430, dan 463-464.

Dalam bidang hukum Islam, pernyataan Alquran sebagai sumber hukum


Islam dan hadis sebagai sumber pula, bukanlah merupakan indikasi bahwa pada
masing-masing sumber berdiri sendiri, sehingga mencerminkan ketiadaan
hubungan antara keduanya. Namun sebaliknya, antara kedua sumber itu saling
berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang berasal dari Tuhan.
Alquran menggambarkan hubungan tadi dengan mengatakan bahwa setiap
apa saja yang keluar dan Nabi, baik Alquran maupun hadis, tidak lain merupakan
wahyu yang tidak tercampur di dalamnya keinginan-keinginan pribadi.
Fungsi hadis sendiri bagi Alquran sacara umum dapat dikatakan sebagai
penjelas (bayan) bagi Alquran.Diketahui, Alquran yang diturunkan selama 23
tahun, tidaklah secara keseluruhan menerangkan hukum berkenaan dengan fi'il
mukallaf (perbuatan orang mukallaf). Memang adakalanya Alquran menerangkan
hukum tersebut secara rinci, tetapi banyak pula yang masih global, bahkan
terkadang tidak dijumpai sama sekali suatu keteranganpun dalam Alquran. Keadaan
tersebut, tentu sajamembingungkan, maka untuk terlaksananya perintah syara'
secara sempurna, karena ayat Alquran masih bersifat global atau ketiadaan hukum,
Allah memberikan otontas kepada Nabi untuk memberikan penjelasan (bayan)
terhadap hal-hal tadi. Wujud pemberian wewenang tertuang dalam firman Allah
QS. an-Nahl: 44,
Artinya:"... Dan kami tıınınkan kepadamu Alquran, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah dıtunıkan kepada mereka".
Ayat di atas memberi petunjuk lentang otoritas Nabi dan fungsi hadıs bagi Alquran,
yaıtu;
1.bayän ta'kid,yaknı sebagaı penjelasan untuk mengokohkan apa yang
terkandung dalam Alquran.
2.bayän tafsir, yakni sebagaı penjelasan atau peneıangan terhadap ayat-ayat
yang mujmal(global) dan musytarak.
3.bayän takhsis, yakni menjelaskan tentang kekhususan suatu ayat yang
umum .
4.bayän taqyid, yakni menjelaskan dan memberi batasan terhadap ayat
Alquran yang bersitfat mutlak.
5.bayän tabäil, yakni mengganti suatu hukum, sering juga dısebut dengan
bayän nasakh.⁸
Dengan ini sudah jelas bahwa hadis juga merupakan sumber hukum islam
yang memperjelas sumber hukum yang ada dalam alquran , contohnya seperti
sholat didalam alquran hanya dijelaskan kewajiban untuk sholat tetapi tidak
dijelaskan secara jelas . Maka dari itu kita juga wajib untuk memperdalam hadis
karna didalam kegunaan hadis adalah memperjelas hukum-hukum islam yang ada
dalam alquran.

7
9
Muhammad Khudariy Bik, Usäl alFiqh (Mesir al-Maktabat al-Tijariyat alKubra,1992 M.), h.76
10
Muhammad 'Ajaj Khatib, Usül ai-Hadis (Beirut Dar al-Fikr, 1989 M./1409 H.), h. 46-51

2.2 Macam-Macam Hadist


Macam macam hadist atau assunnah ditinjau dari kualitas :
1.hadist shahih adalah hadist yang sanadnya sambung, tidak bertentangan
riwayat orang banyak, tidak cacat, rawi, adil dan dapat dipercaya.
2.Hadist hasan adalah hadist yang memenuhi persyaratan hadist shahih
tetapi ada salah satu perawinya tidak kuat hafalannya (sama dengan shahih
tapi riwayatnya tidak popular atau manshur)
3.Hadist dhoif adalah hadist yang tidak memenuhi syarat hadist shahih dan
hasan
4.Hadist maudhu’adalah hadist yang tidak dibuat oleh seseorang , tetapi
dikatakan berasal dari nabi Muhammad saw.
Macam - ,macam hadist berdasarkan pembagiannya :
1.hadist qauliyah yaitu hadist perkataan rasulullah saw. Yang
menjelaskan hokum- hokum agama dan maksud isi Al-qur’an serta
berisi peradaban , hikmah, ilmu pengetahuan dan juga
menganjurkan akhlak yang mulia.
2.Hadist filiyah yaitu perbuatan rasulullah saw. Yang menjelaskan
cara melaksanakan ibadah , misalnya cara shalat, haji , berwudhu,
dan sebagainya
3.Hadist taqririyah, yaitu berdiam dirinya rasulullah saw. Ketika
melihat suatu perbuatan dari para sahabat , baik perbuatan tersebut
dikerjakan dihadapan rasulullash saw. Atau tidak, akan tetapi berita
mengenai perbuatan tersebut sampai ke rasulullah saw.

8
2.3 Kedudukan Hadist
Hadist merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an.
Sehingga hadist berperan sebagai penguat serta penjelas pada persoalan dari
berbagai aspek, baik persoalan yang terkandung dalam al-Qur’an ataupun sebuah
pesoalan yang di hadapi oleh kaum muslim dalam menjalankan kehidupannya,
sesuai dengan yang telah di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW untuk
dijadaikan sebagai landasan dalam pendidikan Islam. Kedudukan hadist di dalam
kehidupan dan pemikiran Islam mempunyai peranan yang amat penting, sebab di
samping hadist digunakan sebagai landasan untuk memperkuat, serta memperjelas
untuk menjawab pada persoalanpersoalan yang terdapat dalam al-Qur’an, ia juga
memberikan sebuah dasar terhadap pemikiran yang lebih konkret dari pada
alQur’an tentang tatacara penerapan terhadap berbagai aktivitas yang tentunya akan
dikembangkan pada kerangka kehidupan bagai umat manusia.

Hal tersebut dapat kita lihat, banyak hadist Nabi yang memiliki pada
relevansinya terhadap arah dasar pada pemikiran, serta implikasinya secara
langsung terhadap pengembangan dan implikasi pada dunia pendidikan. Contoh
yang telah dilakukan oleh Nabi dimasa hidupnya, merupakan sumber dan rujukan
yang dapat digunakan bagi umat Islam sebagai pedoman dalam menjalankan
kehidupan sehari-harinya. Walaupun secara umum bagian terbesar dari pada
syari’ah Islam, itu sudah termuat dalam al-Qur’an, akan tetapi segala hal yang
termuat dalam al-Qur’an tersebut sebagian masih bersifat global, yakni belum
mengatur pada segala dimensi pada aktivitas kehidupan manusia secara detail.
Untuk itu penjelasan syari’ah yang termuat dalam al-Qur’an sebagian yang masih
berifat global memerlukan pada keberadaan sebuah hadist sebagai landasan yang
berfungsi untuk menjelaskan, serta berperan sebagai penguat terhadap hukum-
hukum al-Qur’an yang ada. Tidak sampai disitu saja sebab hadist juga berperan
sebagai landasan petunjuk untuk dijadikan sebagai pedoman terhadap kemaslahatan
bagi kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan pada segala aspeknya.

11
NP. Aghnides, Muhammadan Theorities of Finance : With an Introduction
to Muhammadan Law and a Bibliography, (New York : AMS Press, 1969), h. 35.
12
Zakiah Daradjad, et al., Op. Cit., h. 21

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum islam adalah hukum yang ditetapkan oleh allah SWT. Melalui
wahyu yang saat ini terdapat dalam Al-Qur'an yang keseluruhannya masih global
atau pun universal dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW melalui hadist nabi.
Contohnya adalah sholat diwajibkan bagi seluruh umat islam tetapi tidak
disebutkan waktunya kapan saja , dari hadist kita bisa tau kapan saja waktu sholat.
Dan hadist merupakan salah satu sumber hukum islam yang diterapkan dalam
kehidupan sehari hari sebagai pedoman bagi umat islam

3.2 Saran
1. Kepada seluruh umat Islam hendaklah beriman dan bertaqwa kepada Allah swt.
Dengan menggunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman hidup.
2. Bagi umat Islam yang menggunakan hadis hendaklah tidak sembarangan hadis,
melainkan harus diketahui dengan jelas derajat kualitas hadisnya, dalam hal ini
hadis yang berkualitas shahih yang dapat dijadikan sebagai hujjah.
3. Lebih baik kita sebagai umat islam mempelajari hukum hukum atau aturan untuk
menjalani kehidupan sehari hari supaya kita bisa lebih mengenal dan lebih jauh
memahami agama kita sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ajaj Khatib, Muhammad Usül ai-Hadis (Beirut Dar al-Fikr, 1989 M./1409 H.), h. 46-51

Daradjad, Zakiah, et al., Op. Cit., h. 21


Fu'ad 'Abd aI-Baqiy, Muhammad. alMu’jam ul-Mufahras li Alfaz al-Qur'an al-
karim,Bandung: Angkasa, h. 314-319, 429-430, dan 463-464.
Ikhtisar Musthalahul Hadist, Fatchur Rahman, (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1974), cet-I, h.
20.
Ikhtisar Musthalahul Hadist, Fatchur Rahman, (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1974), cet-I, hh.
65-67.
Khudariy Bik, Muhammad, Usäl alFiqh (Mesir al-Maktabat al-Tijariyat alKubra,1992 M.),
h.76
Mukarram ibn Manzur,Muhammad ibn, Lisän al-'Arab,Mesir Där alMisriyyah,h: 436-439
Mutawalli Hamadah, Abbas, alSunnah al-Nabawiyah wa Makanatuha fi alTasyri’, al Dar
al-Qaumiyyah,, h: 13-23.
NP. Aghnides, Muhammadan Theorities of Finance : With an Introduction
to Muhammadan Law and a Bibliography, (New York : AMS Press, 1969), h. 35.
Hassan Shadily, Ensiklopedi lndonesıa, Jilid II ,Jakarta,Ichtiar Baru-Van Hoeve, h:1198.

Quraisy Shihab, Membumikan AlQuran,Bandung,Mizan, 1994, h: 21.

H. A. Sadali Dkk, Daesar-dasar Agama Islam, Universitas terbuka, Jakarta, Tahun


1999,h:315

11

Anda mungkin juga menyukai