Kelompok 1 :
Kelas C semester 2 :
1. Bilqis Jamil 1228010044
2. Nazwa Nur Kamila 1228010152
3. Puput Pitriani 1228010162
4. Sisilia Elsy Nur 1228010200
Segala puji dan syukur kami kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah memberi rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Hubungan Hadist dan Alqur’an.” Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena
itu, kami dengan siap akan menerima saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat yang baik bagi kami sebagai
penulis dan juga para pembaca makalah ini.
Kami sangat berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membimbing dan juga
memberikan ilmu yang baik dan bermanfaat kepada kami sehingga kami dapat memperoleh
kebenaran dalam urusan kami dan juga telah membantu serta mempermudah kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami berterimakasih juga kepada dosen kami yang terhormat, yaitu
Bapak Haris Subhan S,HI.,M.Si dan Ibu Ai Samrotul Fauziah M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Ulumul Hadist di UniversitasIslam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Semoga ilmu-
ilmu baik beliau yang telah tersalurkankepada kami agar mendapat imbalannya yang lebih baik
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan keberkahan dan
kemudahan serta kebaikan untuk kehidupan kita semua.
Penyusun:
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Secara Syari’at (Terminologi)Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi- Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-
Fatihah dandiakhiri dengan surat an-Naas.
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu(hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan:23
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu(hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan:23
Al-Qur’an disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau bacaan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan terpelihara dari perubahan dan pergantian.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan ataskebenaran dan
kepastian isi Al-Qur’an itu, dengan kata lain Al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah.
Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an merupakan aturan-aturan
yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa.Banyak ayat-ayat yang menerangkan bahwa
Al-Qur’an itu benar-benar datang dariAllah
5
Pengertian "Hadits"atau al -hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), hal
ini merupakan lawan dari al-qadim (sesuatu yang lama).Adapun menurut istilah, hadits
adalah sebagai berikut :“ Hadist ialah sesuatu yang berasal dari Rasululloh SAW, baik berupa
perkataan, perbutan, maupun penetapan pengakuan “.
6
2.2 Kedudukan Hadist terhadap Al-qur’an
Hadits Nabi SAW adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Karena hadits
nabi SAW merupakan penafsiran Al-Quran dalam praktek atau penerapan ajaran Islam
secara faktual dan ideal. Hal ini dapat dilihat pada pribadi Rasulullah SAW yang merupakan
perwujudan dari Al-Quran yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang
dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, para sahabat
mengambil hukum-hukum Islam (syariat) dari Al-Quran yang kemudian dijelaskan oleh
Rasulullah. Hal ini dikarenakan para sahabat belum mampu untuk menafsirkan ayat Al-
Qur’an tanpa bantuan Rasulullah SAW.
Dengan demikian jelaslah bahwa hadits Nabi SAW berkedudukan sebagai sumber
hukum Islam kedua setelah Al-Quran.Hal ini sesuai firman-Nya dalam QS.Al-Hasyr:7.....
Artinya: “Apa yang diperintahkan Rasul, maka laksanakanlah, dan apa yang dilarang Rasul
maka hentikanlah” (QS.Al-Hasyr:7)
Dari ayat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa, Allah memerintahkan kita
untuk senantiasa menaati Rasul sebagaimana menaati Allah SWT.
7
2.3 Perbandingan Hadist dan Al-qur’an
Sunah atau hadits merupakan sumber hukum kedua dan kedudukannya setingkat
lebih rendah daripada Al-Quran. Hadits bukanlah dari Allah, melainkan dari redaksi
nabi sendiri. Sedangkan Al-Quran adalah kalamullah yang diwahyukan Allah melalui
malaikat Jibril secara lengkap berupa lafadz dan sanadnya sekaligus. Dari segi kekuatan
dalalah-nya, Al-Quran adalah mutawatir yang qat’i.
Sedangkan hadits kebanyakannya khabar ahad yang hanya memiliki dalalah Danni,
walaupun ada hadits yang mencapai martabat mutawatir. Namun jumlahnya hanya sedikit.Para
sahabat mengumpulkan Al-Quran dalam mushaf dan menyampaikan kepada umat dengan
keadaan asli nya, satu huruf pun tidak berubah atau hilang.
Serta mushaf itu terus terpelihara kemurniannya dari masa ke masa. Sedangkan hadits tidak
demikian adanya. Karena hadits qauli hanya sedikit yang mutawatir. Kebanyakan hadits
yang mutawatir mengenai amal praktek sehari-hari seperti bilangan rakaat shalat dan tata
caranya. Al-Quran merupakan hukum dasar yang isinya pada umumnya bersifat mujmal
dan mutlak. Sedangkan hadits sebagai ketentuan-ketentuan pelaksanaan (praktisnya).
Hadits juga ikut menciptakan suatu hukum baru yang belum terdapat di dalam Al-Quran,
Seperti : Hadits dari Abu Hurairah r.a dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah
halal mengumpulkan antara seorang perempuan dengan bibinya (saudara bapak yang
perempuan) dan tidak pula antara seorang perempuan dengan bibbinya (saudara ibu yang
perempuan)” (HR.Bukhori Muslim)
8
2.4 Fungsi Hadist terhadap Al-qur’an
Ulama' ushul fiqh membagi fungsi al-Hadits terhadap al- Qur'an menjadi tiga
kemungkinan, yaitu: 1. Al-Hadits mempunyai fungsi memperkuat dan mengokohkan kembali
apa yang pernah ditetapkan al-Qur'an. Dengan demikian, kandungan hukum yang ditetapkan
memiliki dua dalil sekaligus, yaitu al-Qur'an sebagai penyampai pesan dan al-Hadits sebagai
penguat.12 Sebagai contoh adalah hadits nabi yang berbunyi:
وإقا هللا رسول محمدا وأن هللا إال إله ال أن شهادة خمس على اإلسالم بني
سبيال إليه استطاع من البيت وحج رمضان وصوم الزكاة وإيتاء الصالة م
Artinya: Islam dibangun atas lima (fondasi): persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain allah
dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa
di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu melakukan perjalanan ke sana.
HR Imam Muslim. Fungsi hadits ini tak lain memperkuat apa yang sudah pernah difirmankan
Allah dalam al-Qur'an berkaitan dengan anjuran shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji ke
Baitullah. Hal ini sebagaimana tercermin dalam ayat-ayat berikut:
الذ أيها يا ين قبلكم من الذين على كتب كما الصيام عليكم كتب آمنوا
Artinya: Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu. QS al-Baqarah (2): 18;
9
2. Al-Hadits berfungsi memberikan penafsiran dan penjabaran lebih konkret terhadap
ketentuan dalam al-Qur'an yang masih mujmal, yakni hanya mengatur persoalan secara garis
besarnya saja. Sebagai contoh adalah ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara soal anjuaran shalat,
zakat, dan haji di atas. Ayat-ayat tersebut berisi anjuran secara global dan garis besarnya. Lalu
hadits nabi datang untuk menjelaskan teknis melakukan amalan ibadah tersebut secara lebih
mendetail dan aplikatif.¹³ Paparan contoh lebih terperinci menyangkut fungsi penjabar dan
penjelas hadits terhadap al-Qur'an ini adalah sbb,:
a) Dalam masalah shalat, al-Qur'an hanya menyinggung soal anjuran melakukan shalat secara
umum (garis besarnya saja) dan tidak sampai pada aturan teknis bagaimana tata cara me-
lakukannya. Dalam kaitan ini, al-Hadits lahir untuk menjelas- kan teknis melakukan shalat
secara benar sesuai apa yang dimaksudkan wahyu Tuhan. Lalu Rasulullah memberi pen-
jelasan dengan memperagakan tata cara melakukan shalat yang benar, baik menyangkut
syarat-syaratnya, jumlah raka'at- nya, dan urutan rukun-rukunnya.
b) Dalam soal zakat, teks al-Qur'an hanya berbicara soal anjuran atau kewaiaban setiap muslim
megeluarkan zakat sebagai wujud pensucian dari segala harta benda yang dimiliki. Sementara
detail operasionalnya menyangkut jenis-jenis harta beserta kadar zakat yang mesti dikeluarkan
al-Qur'an tidak merincinya secara lebih menyeluruh. Dalam keadaan seperti ini al-Hadits
datang memberikan penjelasan dan penjabaran lebih konkret. Seperti hadits tentang nishab
zakat binatang ternak, hasil pertanian, emas dan perak, hasil perdagangan dan lain sebagainya.
Dalam soal ibadah haji demikin juga halnya, al-Qur'an hanya memaparkan secara umum
berkenaan dengan anjuran haji. Lalu Rasulullah memperagakan praktik amalan haji yang benar
secara mendetail sesuai apa yang dimaksudkan al-Qur'an. Pen- jelasan Rasulullah tentang
amalan haji dilakukan secara praktis menyangkut syarat-syarat, rukun, dan wajib haji. Selesai
mem- peragakan amalan hai kemudian beliau bersabda:
مناسككم عني وا خذ
Artinya: Ambillah dari saya praktik haji (yang mesti) engkau (lakukan). HR Imam Muslim dan
al-Turmudzi.
10
3. Al-Hadits memiliki fungsi dan peran memunculkan hukum yang belum pernah diatur
dalam al-Qur'an. Seperti pengharaman me- ngumpulkan atau mengawini secara bersama-sama
antara se- orang perempuan dengan bibinya, pengharaman makan daging binatang buas yang
memiliki taring, burung yang mempunyai kuku pencakar dan ketentuan-ketentuan hukum lain
yang hanya dijelaskan oleh al-Hadits namun tidak pernah disinggung oleh al-Qur'an. 14 Fungsi
al-Hadits ketiga ini memicu perdebatan di kalangan para Ulama', atau sekurang-kurangnya
membelah sudut pan- dang mereka dalam memaknai fungsi tersebut. Apa yang men- jadi ajang
perdebatan, adalah apakah al-Hadits dapat menetapkan ketentuan hukum secara independen
tanpa bergantung pada al- Qur'an? Ataukah sebaliknya, penetapan itu juga mengacu pada al-
Qur'an walaupun secara tidak langsung. Dalam kaitan ini pendapat para Ulama' tebelah
menjadi dua.
Pendapat pertama menyebutkan bahwa Rasulullah mem- punyai otoritas penuh menetapkan
segala ketentuan hukum yang tidak ditetapkan oleh al-Qur'an. Alasannya, selagi Rasulullah
diyakini ma'shum (terpelihara dari dosa) maka tidak ada halangan bagi beliau untuk
merumuskan segala persoalan yang belum diatur secara khusus oleh al-Qur'an. Pendapat ini
mengajukan beberapa argumen, di antaranya sbb.:
a) Tuhan dalam banyak firmannya telah mendelegasikan Ra- sulullah untuk menetapkan
ketentuan hukum serta mengan- jurkan kepada ummat agar tunduk dan patuh terhadap
segala apa yang dibawanya. Hal ini sepeti tercermin dalam ayat berikut:
بينهم شجر فيما يحكموك حتى يؤمنون ال وربك فال
Artinya: Ingat, demi Tuhanmu, mereka tidak akan beriman sehinga mereka bertahkim
kepadamu dalam persoalan yang mereka perdebatkan di antara mereka. QS al-Nisa' (4):
65.15
b) Dalam banyak teks hadits disebutkan tentang celaan bagi orang yang hanya memegangi al-
Qur'an dan mengabaikan al- Hadits.16 Logikanya, jika al-Hadits itu include kepada al-
Qur'an dan segala apa yang ada dalam al-Hadits dengan sendirinya sudah tercover dalam
al-Qur'an maka tidak terbayangkan ada- nya sekolompok manusia dapat mengabaikan al-
11
Hadits dan hanya berpegangan pada al-Qur'an. Kenyataannya, seperti diisyaratkan banyak
teks Hadits, pengingkaran pada salah satu dua sumber ajaran pokok ini terbukti ada. Atas
dasar ini, maka Rasulullah sesungguhnya mempunyai otoritas secara independen
merumus- kan ketentuan yang belum pernah ditetapkan al-Qur'an. Sebab, kenyataannya
tidak semua persoalan yang tertuang dalam hadits nabi sudah pasti terwujud pula dalam al-
Qur'an.¹7
c) Sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa dalam al-Hadits terdapat beragam persoalan
yang tak terhitung jumlahnya dan sama sekali belum pernah ditetapkan al-Qur'an.
Kenyataan seperti ini menyiratkan besarnya peranan al-Hadits dalam merumuskan segala
persoalan secara mandiri tanpa harus bergantung pada apa yang pernah disinggung ayat al-
Qur'an sebelumnya.18
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penjelasan di atas dapat disimpulkan Hadist ialah sesuatu yang berasal dari
Rasululloh SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun penetapan pengakuan.
Sedangkan Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW dalam bahasa arab yang diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah
ibadah. Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Quran. Sehingga hadits
memiliki berbagai fungsi, yaitu sebagai bayan taqrir, bayan tafsir, bayan tasyri’, juga bayan
nasakh. Meskipun demikian, hadits dan al-Quran memiliki beberapa perbandingan.
Diantaranya, al-Quran merupakan kalam Allah yang disampaikan secara mutawatir,
sedangkan hadits adalah dari nabi yang tidak semuanya diriwayatkan secara mutawatir.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah sekaligus menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat didalamnya pengambilan
referensi. Adapun kritik dan saran kami harapkan bagi para pembaca untuk dapat
memberikan masukan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Mudasir, H.,Drs. Maman Abdul Djalie, Ilmu Hadist, Bandung : Pustaka setia, 2005
http://Google.scholar.com
http://digilib.uinsgd.ac.id
14