TUGAS MAKALAH
Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Metodologi Islam pada Program
Strata Satu (S1) Program Hukum Keluarga Islam
Universitas Al-Khairaat (UNISA) Palu
Dosen Pengampu:
1. Dr. H. Haerullah M. Arif, M. Hi
2. Ikram, Lc. M.H
Disusun Oleh:
Masrur Marzuqi (223111059)
Muh alif (223111034)
Ririn (223111036)
Sayyid Muhammad Idrus (223111042)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas limpahan
karunia, rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Metodologi Studi Islam ini yang berjudul “Hadits Sebagai Sumber Ajaran Agama
Islam".
Rasa terima kasih kami sampaikan pula kepada Ustadz Ikram, Lc, M.H
selaku dosen mata kuliah “Metodologi Studi Islam” yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ..................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia
untuk memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka bahagia
dunia dan akhirat. Rosululloh lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam,
petunjuk yang benar. Hukum Syara’ adalah khitab Syari’ (seruan Alloh sebagai
pembuat hukum) baik yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan
Hadis, maupun ketetapan yang sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut) seperti
hadits yang bukan tergolong mutawatir.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan tentang fungsi hadis
terhadap Al Qur’an dan dalil - dalil kehujahan hadis
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kedudukan Hadits Dalam Sumber Hukum Islam?
2. Apa Saja Dalil- Dalil Kehujahan Hadist?
3. Bagaimana Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Sumber Hadits Dalam Keedudukan Hukum.
2. Mengetahui Apa Saja Dalil Dalil Yang Berkaitan Dengan Kehujahan Hadis.
3. Mengetahui Fungsi Hadis Terhadap Al Qur’an.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sunnah adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang
kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an
sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Sunnah
juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran
Sunnah sebagai sumber hukum Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapi juga
murtad hukumnya. Ayat-ayat Al-Qur’an sendiri telah cukup menjadi alasan yang
pasti tentang kebenaran Al-Hadits, ini sebagai sumber hukum Islam.1
1. Al – Qur’an
1
Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu Hadis, (Semarang: Rasail Media Group, 2007), hal. 30
2
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal.65
2
Dalam surat An-Nisa ayat 136 Allah SWT Berfirman, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta
Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Bagi siapa yang kafir kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasulnya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”.
Pada surat An-Nisa ayat 136, sebagaimana halnya pada surat Ali
Imran ayat 179, Allah menyeru kaum muslimin agar beriman kepada Allah,
Rasul-Nya (Muhammad SAW), Alqur’an, dan kitab yang diturunkan
sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat, Allah SWT Mengancam orang-
orang yang mengingkari seruan-Nya.3
2. Dalil Al-Hadist
3
Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hal. 30
3
Artinya:
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak
akan tersesat selama-lamanya, selama kalian selalu berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya.” (H.R Hakim)
4
Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi..........hal. 36
4
B. Dalil-Dalil Kehujjahan Hadits
Sunnah atau Hadis Nabi SAW merupakan salah satu sumber ajaran agama
Islam sekaligus merupakan wahyu dari Allah seperti Al-Qur’an, hanya saja
perbedaan antara keduanya terletak pada sisi lafaz dan makna. dimana lafaz dan
makna al-Qur’an berasal dari Allah Swt semetara Hadis maknanya dari Allah Swt
dan lafaznya dari Rasulullah SAW, kedudukannya dalam ajaran agama sebagai
sumber kedua setelah Al-Qur’an, keduanya saling melengkapi antara satu dengan
yang lain, dan mentaatinya wajib bagi kaum muslimin sebagaimana wajibnya
mentaati Al-Qur’an. 5
1. Al-Qur’an
5
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadits, (Ponorogo: STAIN Press, 2010), hal. 29
6
Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu...............hal. 40
5
Kembali kepada Allah maksudnya kembali kepada Al-Qur’an, dan
kembali kepada Rasul maksudnya kembali kepada Sunnah atau Hadis beliau
Muhammad SAW. Perintah untuk mengikuti segala apa yang diperintahkan
oleh Rasulullah SAW dan menjauhi segala apa yang dilaranagnnya, Allah
Swt berfirman:
ﺳﻮ ُﻝ َﻓ ُﺨﺬُﻭﻩُ َﻭ َﻣﺎ َﻧ َﻬﺎ ُﻛ ْﻢ َﻋ ْﻨﻪُ َﻓﺎ ْﻧﺘَ ُﻬﻮﺍ َﻭ َﻣﺎ ﺁَﺗَﺎ ُﻛ ُﻢ ﱠ
ُ ﺍﻟﺮ
Artinya:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah”. (QS. Al-Hasyr:7)
ِ ﺼﻴ َﺒ ُﻬ ْﻢ ِﻓﺘْﻨَﺔٌ ﺃ َ ْﻭ ﻳ
ُﺼﻴ َﺒ ُﻬ ْﻢ َﻋﺬَﺍﺏٌ ﺃ َ ِﻟﻴﻢ ِ ُ َﻓ ْﻠ َﻴﺤْ ﺬَ ِﺭ ﺍ ﱠﻟﺬِﻳﻦَ ﻳُﺨَﺎ ِﻟﻔُﻮﻥَ َﻋ ْﻦ ﺃ َ ْﻣ ِﺮ ِﻩ ﺃ َ ْﻥ ﺗ
Artinya:
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut
akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS An-Nur: 63)
6
Imam al-Syafi’I berkomentar perihal ayat yang terakhir ini dengan
mengatakan: “Allah swt menyebutkan al-Kitab yaitu al-Qur’an dan juga
Sunnah (Hadis). Aku teelah mendengar ahli ilmu al-Qur’an
mengatakan; Hikmah adalah Sunnah Rasulullah SAW. Karena al-Qur’an
disebutkan dan dibarengi dengan kata Hikmah. Allah swt. Menyebutkan
anudrah-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya dengan mengajari mereka al-
Kitab dan Hikmah, maka tidak boleh –Wallahu a’lam- ditafsiri maksud
Hikmah disini kecuali Sunnah Rasulullah SAW”.
2. Hadits Nabi
Artinya:
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali mereka
yang enggan dan tidak mau”. Para Sahabat kemudian bertanya
(keheranan); ‘Siapakah yang tidak mau memasukinya itu wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab: “orang yang mentaatiku akan
masuk surga dan orang yang mendurhakaiku (melangkar
ketentuanku) berarti dia enggan dan tidak mau”.6
6
Faisal Saleh, Mutiara Ilmu Atsar, (Jakarta: Akbar Media, 2008), hal. 109
7
b Hadis yang menjelaskan bahwa dengan berpegangteguh kepada
Al-Qur’an dan Sunnah, maka tidak akan tersesat untuk selamnya
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Malik bin Anas
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
ُ َﺎﺏ ﺍﻟ ﱠﻠ ِﻪ َﻭ
ﺳ ﱠﻨﺔَ َﻧ ِﺒ ِّﻴ ِﻪ َﻀ ﱡﻠﻮﺍ َﻣﺎ ﺗَ َﻤ ﱠ
َ ﺴ ْﻜﺘ ُ ْﻢ ِﺑ ِﻬ َﻤﺎ ِﻛﺘ ِ ﺗ ََﺮ ْﻛﺖُ ِﻓﻴ ُﻜ ْﻢ ﺃ َ ْﻣ َﺮﻳ ِْﻦ َﻟ ْﻦ ﺗ
Artinya:
“Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara,
kalian tidak akan sesat untuk (selamanya) selama kalian
berpegangteguh kepada keduanya yaitu Kitab Allah dan
Sunnah Nabi-Nya”
8
َ ﺃ َ َﻻ ﺇِ ِّﻧﻲ ﺃُﻭ ِﺗﻴﺖُ ْﺍﻟ ِﻜﺘ
َﺎﺏ َﻭ ِﻣﺜْ َﻠﻪُ َﻣ َﻌﻪ
Artinya:
“Sesungguhnya telah diberikan (diturunkan)
kepadaku al-Kitab (al-Qura’n) dan bersamanya sesuatu yang
semisal dengannya (al-Sunnah)”.
3. Ijma’ (Kesepakatan)
9
Oleh karena itu, kaum muslimin sangat setia menuqilnya,
memeliharanya, dan berpegang teguh dengannya karena taat kepada Allah
swt dan mengikuti Rasulullah SAW.
Artinya:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.”7
Allah SWT menurunkan al-Qur’an bagi umat manusia, agar al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan
kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadits-
haditsnya.9
1. Bayan at-Taqrir
Bayan al-taqrir disebut juga dengan bayan al-ta’kid dan bayan al-
itsbat. Yang dimaksud dengan bayan ini, ialah menetapkan dan memperkuat
7
Muhammad Ahmad, Ulumul Hadits,(Bandung: Pustaka Setia, 2004), hal. 100
9
Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu...............hal 45
10
apa yang telah diterangkan di dalam al-Qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini
hanya memperkokoh isi kandungan al-Qur’an. Suatu contoh hadis yang
diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar, yang berbunyi sebagai berikut:
Abu Hamadah menyebut bayan taqrir atau bayan ta’kid ini dengan
istilah bayan al-muwafiq li al-nas al-kitab. Hal ini dikarenakan munculnya
hadis-hadis itu sealur (sesuai) dengan nas al-Qur’an. 8
2. Bayan at-Tafsir
a Merinci ayat-ayat yang mujmal (ayat yang ringkas atau singkat, global)
Sebagai contoh hadis berikut:
8
Agus Solahudin, Ulumul Hadits,(Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal.82
11
َ ُ ﺻ ﱡﻠ ْﻮﺍ َﻛ َﻤﺎ َﺭﺍ َ ْﻳﺘ ُ ُﻤ ْﻮ ِﻧﻲ ﺃ
(ﺻ ِ ّﻠ ْﻲ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ َ
Artinya:
“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
Kata mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakekat kata itu
sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah maupun
sifatnya. Men-taqyid dan mutlaq artinya membatasi ayat-
ayat mutlaq denngan sifat, keadaan, atau syarat-syarat tertentu. Sebagai
contoh hadis Rasul SAW berikut:
12
c Men-takhsis ayat yang ‘am
Kata ‘am ialah kata yang menunjukkan atau memiliki makna, dalam
jumlah yang banyak. Sedangkan takhsis atau khash, ialah kata yang
menunjukkan arti khusus, tertentu atau tunggal. Yang dimaksud men-
takhsis yang ‘am ialah membatasi keumuman ayat Al-Qur’an sehingga tidak
berlaku pada bagian-bagian tertentu. Mengingat fungsinya ini, maka ulama
berbeda pendapat apabila mukhasis-nya dengan hadits ahad. Menurut
Syafi’i dan Ahmad bin Hambal, keumuman ayat bisa ditakhsish
oleh hadits ahad yang menunjukkan kepada sesuatu yang khash, sedang
menurut ulama Hanafiah sebalikanya.
Sebagai contoh:
3. Bayan al-Nasakh
9
Agus Solahudin, Ulumul...........hal. 84
13
Diantara para ulama yang membolehkan adanya nasakh
hadith terhadap al-Qur’an juga berbeda pendapat dalam macam hadith yang
dapat dipakai untuk me-nasakh-nya. Dalam hal ini mereka terbagi menjadi
tiga kelompok.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Allah SWT menurunkan al-Qur’an bagi umat manusia, agar al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk menjelaskan
kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka melalui hadis-
hadisnya.
Oleh karena itu, fungsi hadis Rasul SAW sebagai penjelas (bayan) al-
Qur’an itu bermacam-macam. Berikut beberapa hal yang yang merupakan fungsi
hadis terhadap Al Qur’an
1. Bayan At-taqrir
2. Bayan At-tafsir
3. Bayan At-tasyri
4. Bayan Al-nasakh
15
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan, Mohammad Nor (2007). Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media
Group
Al-Kautsar
16