Dosen Pengampu :
Kelas : IAT 1A
Fakultas Ushuluddin
TA. 2020/2021
DAFTAR ISI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu
tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula kami haturkan shalawat serta salam
kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir
pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Pengantar Hadist. Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan
umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Kelompok 3 dan 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. As-Shunnah
2. Perintah berpegang teguh dengan Sunnah
3. Tegar di atas Sunnah jalan keluar dari fitnah
4. Bahaya menyelisihi Sunnah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A. As-Sunnah
Sunnah secara bahasa berarti jalan atau metode, baik itu jalan yang baik
maupun jalan yang jelek. Hal ini bisa dilihat dari hadits Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam, “Siapa yang mencontohkan jalan (sunnah) yang baik di
dalam Islam, maka ia akan mendapat pahala dan pahala orang yang
mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.
Dan barang siapa yang mencontohkan jalan (sunnah) yang jelek, maka ia
akan mendapat dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim). Dalam hadits
ini, Nabi membagi ada sunnah yang baik dan sunnah yang jelek. Inilah
makna sunnah secara bahasa.
Adapun secara istilah, makna sunnah memiliki beberapa pengertian :
1) Menurut istilah ulama ahli hadits, yang dimaksud sunnah adalah segala sesuatu
yang berasal dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam baik berupa perkataan,
perbuatan, pembenaran, maupun sifat-sifat yang ada pada diri beliau. Baik sebelum
beliau diutus menjadi Nabi maupun sesudahnya.
2). Menurut istilah ulama ahli ushul, yang dimaksud sunnah adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang bukan berasal dari
Al Qur’an.
3). Menurut ulama ahli fikih, sunnah adalah perkara yang tidak wajib, artinya
pelakunya berhak mendapat pahala dan jika meninggalkan tidak berdosa.
Adapun makna sunnah menurut salafus shalih lebih luas dari makna di atas. Yang
dimaksud sunnah adalah segala sesuatu yang sesuai dengan Al Qur’an dan jalan
hidup Nabi beserta para sahabatnya, baik dalam masalah akidah, ibadah, maupun
muamalah. Lawan dari makna ini adalah bid’ah. Sehingga dikatakan : “orang
tersebut di atas sunnah”, yakni jika amalannya sesuai dengan Al Qur’an dan
petunjuk (sunnah) Nabi. Dan dikatakan : “orang tersebut di atas bid’ah”, yakni
apabila amalannya menyelisihi Al Qur’an dan sunnah Nabi, atau menyelisihi salah
satunya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “As Sunnah adalah segala
sesuatu yang merupakan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam baik berupa
keyakinan, perkataan, maupun perbuatan”. (Lihat pembahasan ini dalam Kun
Salafiyyan ‘alal Jaddah)
“Aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-
Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim, derajat : shahih).
Dalam hadits di atas, Nabi yang mulia memerintahkan kepada kita untuk berpegang
teguh dengan Al Qur’an dan Sunnah, yang merupakan jalan beragama yang telah
ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya.
Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.” (QS. Al Hasyr:7)
Dengan berhujjah dengan As Sunnah, kita harus memperhatikan hal – hal berikut :
Allah berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya)..(an Nisa:
59)
Pada ayat ini Allah memerintahkan untuk ta’at RasulNya, dengan demikian
melazimkan bahwa sunnah Rasulullah adalah dalil syara’ yang wajib berhujjah
dengannya.
Pada ayat ini ditetapkan adanya ancaman bagi siapa yang mendurhakai Rasulullah,
sehingga kedudukan as sunnah tak ubahnya seperti al qur’an yang mana kita wajib
berhujjah dengan keduannya.
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
amat keras hukumannya.(al Hasyr: 7)
ِ َوش ََّر األم, َو َخي َْر ْال َه ْدي ِ َهدْي م َح َّمد, ّللا
ور محْ دَثَات َها ِ فَإِ َّن َخي َْر ْال َحدِي: أ َ َّما بَ ْعد
ِ َّ ث ِكتَاب
ْ فَكَان،اب أَ ْرضا
َت َ ص َ َغيْث أ َ «إِ َّن َمث َ َل َما آت َانِي هللا ِمنَ ْالهدَى َو ْال ِع ْل ِم َك َمثَ ِل: سلَّم َ صلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ َو قَا َل
َ َّ فَنَفَ َع هللا بِ َها الن،ت ْال َما َء
اس ِ س َك َ َو أ َ ْم،ب ْال َكثِي َْر
َ ت ْالك َََل َ َو ْالع ْش
ِ َ فَأ َ ْنبَت، َت ذلِكْ َطيِّبَةٌ قَبِل
َ ٌطائِفَة
َ ِم ْن َها،
َو ََل ت ْنبِت ك َََل،ان ََل ت ْمسِك َماء ٌ َ إِنَّ َما ِهيَ ِق ْيع،طائِفَةٌ أ ْخ َرى َ اب ِم ْن َها
َ ص َ َ َو أ،سقَ ْوا َو زَ َرع ْوا َ فَش َِرب ْوا ِم ْن َها َو،
َو، َو َمثَل َم ْن لَ ْم يَ ْرفَ ْع ِبذلِكَ َرأْسا،َع ِمل َ فَ َع ِل َم َو، َو نَفَ َعه َما بَ َعثَنِي هللا ِب ِه،ِفَذلِكَ َمثَل َم ْن فَقهَ فِ ْي ِدي ِْن هللا
ي أ ْر ِس ْلت ِب ِه
ْ هللا الَّ ِذ
ِ لَ ْم َي ْق َب ْل هدَى
(187) Qī‘ān dengan kasrah qāf adalah jama‘ qā‘, artinya tempat yang datar dan luas
di hamparan bumi.
Diriwayatkan oleh Aḥmad (IV/399), an-Nasā’ī dalam kitab Ilmu dari al-Kubrā dan
juga dalam at-Tuḥfah (Vl/439), ar-Ramahurmuzī dalam al-Amtsāl (hlm. 24), dan
al-Baihaqī dalam Dalā’il-un-Nubuwwah (I/368), melalui jalur Abū Usāmah,
dengan redaksi ini.
Jika ada yang mengatakan “kami tidak akan mengamalkan sesuatu kecuali
yang ada pada al Qur’an.” Maka kita jawab : Al Qur’an telah mewajibkan
mengikuti Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (sebagaimana ayat-ayat diatas)
sehingga andaikata perkataan anda benar maka Anda harus menerima apa yang
ada pada as Sunnah. Selain itu, kebanyakan ayat al Qur’an datang dalam bentuk
mujmal, belum menjadi jelas kecuali dengan sunnah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sunnah secara bahasa berarti jalan atau metode, baik itu jalan
yang baik maupun jalan yang jelek. Hal ini bisa dilihat dari hadits
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sunnah ini memiliki definisi dari
berbagai ulama, seperti ulama para hadits, ulama ahli ushul, dan ahli
fikih. Adapun perintah untuk berpegang teguh dengan Sunnah, yaitu
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim tentang anjuran untuk
berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah, lalu pada hadits
Shahih Ibnu Hiban yang berisi tentang penyerupaan petunjuk yang
dibawa oleh Nabi SAW dengan hujan. Maka jika kita ingin berhujjah
dengan As-Sunnah kita harus memerhatikan terlebih dahulu apakah
benar hal tersebut datang dari Rasullullah SAW atau tidak.
B. Saran
Kita sebagai manusia sekaligus umat islam harus selalu berpegang teguh
dengan Al-Qur’an dan Sunnah agar kelak kita selalu berada di jalan yang
benar yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan selalu berada di
dalam kehidupan yang membawa kita kepada suatu kebaikan dan
senantiasa mendapatkan ridho Allah SWT.