Anda di halaman 1dari 17

AS-SUNNAH/HADIST SEBAGAI SUMBER KE 2 AJARAN ISLAM

Makalah ini Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Agama pada Program Studi S.1 Teknik Industri
Dosen Pengampu : Dewi siti aisyah,S.Pd.I.,M.Pd

Oleh:
Kelompok 3
1. Dwi Kusnandar 1510631140039
2. Fahmi Ridho 1510631140049
3. Fajar Bonar P H 1510631140051

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Jl. H.S Ronggowaluyo Telukjambe Telp./Fax (0267) 641177 Ext. 102-Karawang 41361
2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan semesta alam Allah Subhanahu
Wa Taala yang telah melimpahkan karunianya kepada kita semua, sehingga kita
masih diberi kesempatan untuk memperbanyak ibadah kita. Shalawat dan Salam
semoga selalu tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad Saw.

Islam sebagai agama yang sempurna mempunyai makna bahwa Islam


memenuhi tuntutan kebutuhan manusia di mana saja berada sebagai pedoman hidup
baik bagi kehidupan didunia maupun diakhirat. Dimensi ajaran Islam memberikan
aturan bagaimana caranya berhubungan dengan Tuhan atau Khaliqnya, serta aturan
bagaimana caranya berhubungan dengan sesama makhluq, termasuk di dalamnya
persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup. Kemudian, dalam
mengemban tugas ini, manusia memerlukan suatu tuntunan dan pegangan agar
dalam mengolah alam ini mempunyai arah yang jelas dan tidak bertentang dengan
kehendak Allah SWT. Islam sebagai ajaran agama yang diturunkan oleh Allah
SWT. kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah satu pegangan dan tuntunan
bagi manusia itu sendiri dalam mengarungi kehidupan ini.
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul-Nya kepada umat manusia untuk
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka bahagia dunia
dan akhirat. Rasulullah lahir ke dunia ini dengan membawa risalah Islam, yakni
petunjuk yang benar. Secara umum segala sesuatu yang berasal dari Rasulullah
(Nabi Muhammad SAW) disebut dengan hadts.

BAB II
PEMBAHASAN

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 1


2.1 Dasar-Dasar As-sunnah/Hadist
Seluruh umat Islam sepakat bahwa hadist Rasul merupakan sumber dan
dasar-dasar hukum Islam setelah Al-Qur'an. Umat Islam diwajibkan mengikuti
hadist sebagaimana diwajibkan mengikuti AL-Qur'an. Hadist Nabi merupakan
penafsiran Al-Qur'an dalam praktek sekaligus sebagai penerapan ajaran Islam
secara faktual dan ideal. Sandarannya berupa ucapan, perbuatan, taqrir dan hal
ihwal menjadi thariqah hubungan hirarkis antara Al-Qur'an dan Hadist.
Aturan hidup manusia dalam pelaksanaan kehidupannya tidak terlepas
dari Al-Qur'an dan Hadist sunnah yang telah dituangkan lewat ayat-ayatnya.di
dalam ayat-ayat itu terperinci tentang persoalan hidup manusia. Mulai dari
keimanan, ibadah, muamalah, akhlak dan hukum. Umat Islam telah mengakui
bahwa Hadist Nabi saw itu dipakai sebagai pedoman hidup yang utama setelah
Al-Qur'an.ajaran-ajaran islam yang tidak ditegaskan hukumnya, tidak dirinci
menurut petunjuk dalil yang masih utuh, tidak diterangkan cara
pengamalannya dan tidak dikhususkan menurut petunjuk ayat yang masih
mutlak dalam al-Qur'an, maka hendaknya dicarikan penyelesaian dengan
merujuk dalam as-Sunnah/Hadist. Seandainya cara penyelesaian ini
mengalami kegagalan, disebabkan karena ketentuan hukum dan cara
pengamalannya itu benar-benar terjadi di masa Nabi saw.
Maka ini memerlukan ijtihad untuk menghindari kekosongan
(kevakuman) hukum dan kebekuan beramal, maka baru dialihkan untuk
mencari pedoman yang lain yang dibenarkan oleh syariat, baik berupa ijtihad
yang menyangkut peperangan maupun kelompok yang terwujud dalam bentuk
ijma ulama atau pedoman lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
syariat agama. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa Nabi saw menyatakan
kegembiraan atas baiat Mua'dz bin Jabal, seorang sahabat yang diangkat
menjadi duta penuh untuk negeri Yaman, bahwa ia akan berpedoman kepada
Al-Qur'an dan al-hadist/sunnah, dan akhirnya ijtihad sendiri.
Sebagaimana Hadist Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari
dan Muslim Banyak ayat Al-Qur'an dan hadist yang memberikan pengertian
bahwa hadist itu merupakan sumber hukum Islam selain Al-qur'an yang wajib
diikuti baik dalam bentuk perintah maupun larangannya. Adapun yang
mendasari perintah wajib itu adalah sebagai berikut :
1. Dalil Al-qur'an
Ayat Al-Qur'an menerangkan tentang kewajiban menerima segala yang
disampaikan oleh Rasul kepada umatnya agar dijadikan pedoman hidup.
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam
keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk
(munafik) dari yang baik (mukmin).
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal
yang gaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di
antara rasul- rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-
rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 2


yang besar. Ayat ini, Allah memisahkan antara orang-orang mukmin
dengan orang-orang munafik, memperbaiki keadaan orang-orang mukmin
dan memperkuat iman mereka.Oleh karena itulah, orang mukmin dituntut
agar tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pada ayat lain Allah SWT berfirman:




"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar
(perintah-perintah-Nya) (An nisa ayat 59).
Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum muslimin agar mereka
tetap beriman kepada Allah dan Rasul. Pada akhir ayat,Allah mengancam
orang-orang yang mengingkari seruan-Nya.
2. Dalil Hadist
Dalam salah satu pesan Rasulullah saw. Berkenaan dengan
keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup setelah Alqur'an.
Beliau bersabda : "Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian yang
kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh kepada kedunya
yaitu berupa kitab Allah dan sunah Rasul-Nya. (HR. Malik)
Kebenaran Alqur'an dan Hadist sebagai pedoman hidup sudah
teruji. Ia merupakan sumber hukum Islam.Antara satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan.Keduanya merupakan suatu kesatuan, yaitu
Alqur'an sebagai sumber pertama yang memuat ajaran-ajaran bersifat
umum dan global.
Oleh karena itulah kehadiran hadist sebagai sumber ajaran kedua
tampil untuk menjelaskan keumuman isi Alqur'an " keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar
kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. Allah menurunkan
Alqur'an sebagai petunjuk bagi manusia. Melalui Alquran ini, Muhammad
saw diprintahkan untuk menjelaskan kandungan dan cara-cara
melaksanakan ajarannya kepada manusia melalui hadist-hadistnya. Oleh
karena itu, fungsi hadis adalah sebagai penjelas terhadap Alquran.

2.2 Kedudukan as-sunnah/hadist sebagai sumber ajaran islam

Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu
sumber ajaran Islam menempati kedudukan setelah Al-Quran. Bagi umat
Islam merupakan keharusan untuk mengikuti hadis sama halnya dengan
mengikuti Al-Quran baik berupa perintah maupun larangan.

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 3


Sebab Al-Quran dan hadis merupakan sumber syariat yang saling terkait.
Seorang muslim tidak mungkin dapat memahami syariat kecuali dengan
merujuk kepada keduanya sekaligus dan seorang mujtahid tidak mungkin
mengabaikan salah satunya.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Nisa[4]:59. Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ayat ini dapat dipahami bahwa keberadaan sunnah sebagai wahyu Allah
mempunyai kedudukan yang sederajat dengan Al-Quran, yang wajib
diamalkan sebagaimana kewajiban mengamalkan Al-Quran. Sementara itu
kalau ditinjau dari segi kekuatan di dalam penentuan hukum, otoritas Al-
Quran lebih tinggi satu tingkat daripada otoritas sunnah, karena Al- Quran
mempunyai kualitas qathiy baik secara global maupun terperinci.
Sedangkan sunnah berkulitas qathiy secara global dan tidak secara
terperinci.
Disisi lain karena Nabi saw. Sebagai manusia yang tunduk di bawah
perintah dan hukum-hukum Al-Quran, Nabi saw. Tak lebih hanya penyampai
Al-Quran kepada manusia.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Asy Syathiby (dalam Al Muwafaqat 4: 7-8)
menerangkan bahwa rutbah (kedudukan) As Sunnah di bawah rutbah Al-
Quran sebagai sumber ajaran agama dengan alasan sebagai berikut:
a) Al Quranditerima dengan jalan yang yakin (maqthubihi),
sedangkan As Sunnah diterima dengan jalan dhan (madhnun bihi).
Keyakinan kita kepdada sunnah hanyalah secara global saja; bukan
secara detail. Al-Quran global dan detailnya diterima dengan cara
meyakinkan.
b) As Sunnah adakala, menerangkan (membayangkan) sesuatu yang
diijmalkan (diringkaskan uraiannya) oleh Al-Quran, adakala
mensyarahkan Al-Quran, dan adakala mendatangkan yang belum
didatangkan Al-Quran. Maka jika As Sunnah itu bersifat penerang
(bayan), atau syarah, tentulah keadaannya (statusnya) tidak sama
dengan dengan derajat pokok (yang diberikan penjelasannya) Nash
yang bersifat pokok, dipandang asas. Nash yang bersifat syarah,
dipandang cabang. Jika bersifat mendatangkan yang didatangkan Al-
Quran, tiadalah diterima, kalau berlawanan dengan apa yang ada di
dalam Al-Quran. Diterimanya, kalau yang didatangkan itu, tak ada
dalam Al-Quran.

Dan beriukut diuraikan dalil-dalil yang menjelaskan kedudukan hadis


sebagai sumber ajaran Islam :
a. Al-Quran
Banyak ayat al-Quran yang menerangkan tentang kewajiban untuk tetap
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Iman kepada Rasul sebagai utusan

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 4


Allah SWT merupakan satu keharusan dan sekaligus kebutuhan individu.
Dengan demikian Allah akan memperkokoh dan memperbaiki keadaan
mereka. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imron 17 dan An
Nisa 36. Selain Allah memerintahkan umat Islam agar percaya kepada
Rasul SAW, juga menyerukan agar mentaati segala bentuk perundang-
undangan dan peraturan yang di bawahnya.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali Imron[3]: 32. Katakanlah:
"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
Disamping banyak ayat yang menyebutkan ketaatan kepada Allah
dan Rasul-Nya secara bersama-sama, banyak ayat yang memerintahkan
untuk mentaati Rasul yang berarti juga sama dengan ketaatan kepada
Allah .
sebagaiman Firman Allah dalm Q.S. An- Nisa [4]: 80.
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati
Allah.
Dalam firman-Nya Q.S. Al Hasyr [59]: 7Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. Berdasarkan kenyataan ini, maka sebenarnya Allah
juga menyebutkan secara eksplisit di dalam Al-Quran kewajiban
mengamalkan sunnah yang menunjukkan bahwa hadis dijadikan sebagai
salah satu sumber ajaran Islam.

b. Hadis Nabi SAW


Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan dengan
keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, disamping Al-
Quran sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda:
( )
Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, yang kalian tidak akan
tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu berupa kitab
Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (HR. Malik)
Dalam hadis lain beliau bersabda:
) ... ... (

Wajib bagi sekalian berpegangan teguh dengan sunnahku dan sunnah
Khulafa ar- Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang
teguhlah kamu sekalian dengannya. (HR. Abu Daud dan Ibn Majah)
Hadis-hadis tersebut diatas menunjukkan kepada kita bahwa berpegang
teguh kepada hadis/menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman
hidup itu adalah wajib, sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada
Al-Quran.
c. Kesepakatan Ulama (Ijma)
Umat Islam telah sepakat menjadikan hadis sebagai salah satu
dasar hukum beramal; karena telah sesuai dengan yang dikehendaki oleh
Allah. Bahkan kesepakatan umat Islam dalam mempercayai, menerima,
dan mengamalkan segala ketentuan terkandung di dalam hadis ternyata

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 5


sudah sejak masa Rasulullah hidup. Sepeninggal beliau, semenjak masa
Khulafa al-Rasyidin hingga masa-masa selanjutnya, tidak ada yang
mengingkarinya. Banyak diantara mereka yang tidak hanya memahami
dan mengamalkannya, akan tetapi bahkan menghafal, memelihara, dan
menyebarluaskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
d. Sesuai dengan Petunjuk Akal
Kerasulan Nabi Muhammad SAW telah diakui dan dibenarkan oleh
umat Islam. Di dalam mengemban misinya itu, kadang-kadang beliau
hanya sekedar menyampaikan apa yang diterima dari Allah SWT, baik isi
maupun formulasinya dan kadang kala atas inisiatif sendiri dengan
bimbingan ilham dari Tuhan. Namun, tidak jarang beliau membawakan
hasil ijtihad semata-mata mengenai suatu masalah yang tidak ditunjuk
oleh wahyu dan juga tidak dibimbing oleh ilham. Hasil ijtihad beliau ini
tetap berlaku sampai nas menasakhnya.
Bila kerasulan Muhammad SAW telah diakui dan dibenarkan,
maka sudah selayaknya segala peraturan dan perunda-undangan serta
inisiatif beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan ilham atau hasil
ijtihad semata, ditempatkan sebagai sumber hukum dan pedoman hidup.
Disamping itu, secara logika kepercayaan kepada Muhammad SAW
sebagai Rasul mengharuskan umatnya mentaati dan mengamalkan segala
ketentuan yang beliau sampaikan. Dari uraian diatas dapat diketahui
bahwa hadis merupakan salah satu sumber hukum dan sumber ajaran
Islam yang menduduki urutan kedua setelah Al- Quran. Sedangkan bila
diliahat dari segi kehujjahannya, hadis melahirkan hukumzhanny, kecuali
hadis yang mutawatir.

2.3 Fungsi As-sunnah/hadist


Sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Quran, hadis tampil untuk
menjelaskan (bayan) keumuman isi al-Quran. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Q.S. Al-Nahl[16]: 44. Dan Kami turunkan kepadamu Al
Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.
Allah SWT menurunkan al-Quran bagi umat manusia, agar al-
Quran ini dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan
untuk menjelaskan kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya
kepada mereka melalui hadis- hadisnya.
Oleh karena itu, fungsi hadis Rasul SAW sebagai penjelas (bayan)
al-Quran itu bermacam-macam. Imam Malik bin Anas menyebut lima
macam fungsi, yaitubayan al-taqrir, bayan al-tafsir, bayan al-tafshil, bayan
al-bats, bayan altasyri.
Imam Syafii menyebutkan lima fungsi, yaitu bayan al-tafshil,
bayan attakhshish, bayan al-tayin, bayan al-tasyri, dan bayanal-isyarah.
Imam Ahmad bin Hanbal menyebutkan empat fungsi, yaitu bayan al-
takid, bayan al-tafsir, bayan altasyri, dan bayan al-takhshish. Untuk lebih
jelas berikut akan diuraikan beberapa hal mengenai fungsi hadis terhadap
Al-Quran.

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 6


1. Bayan at-Taqrir
Bayan al-taqrir disebut juga dengan bayan al-takid dan bayan al-itsbat.
Yang dimaksud dengan bayan ini, ialah menetapkan dan memperkuat
apa yang telah diterangkan di dalam al-Quran. Fungsi hadis dalam hal
ini hanya memperkokoh isi kandungan al-Quran. Suatu contoh hadis
yang diriwayatkan Muslim dari Ibnu Umar, yang berbunyi sebagai
berikut:
( )
Apabila kalian melihat (ruyah) bulan, maka berpuasalah, juga
apabila melihat (ruyah) itu maka berbukalah. (HR. Muslim)
Hadis ini datang men-taqrir ayat al-Quran di bawah ini: Maka barang
siapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendaklah ia
berpuasa... (QS. Al-Baqoroh [2]: 185)
Abu Hamadah menyebut bayan taqrir atau bayan takid ini dengan
istilahbayan al-muwafiq li al-nas al-kitab. Hal ini dikarenakan
munculnya hadis-hadis itu sealur (sesuai) dengan nas al-Quran
2. Bayan at-Tafsir
Yang dimaksud bayan at-tafsir adalah penjelasan hadith terhadap
ayat-ayat yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut,
seperti pada ayat- ayatmujmal, mutlaq, dan aam. Maka fungsi hadith
dalam hal ini memberikan perincian (tafshil) dan penafsiran terhadap
ayat-ayat yang masih mutlak dan memberikantakhsis terhadap ayat-ayat
yang masih umum.
a) Merinci ayat-ayat yang mujmal (ayat yang ringkas atau singkat,
global) Sebagai contoh hadis berikut:
( ) Sholatlah sebagaimana
engkau melihat aku shalat. (HR. Bukhari) Hadis ini
menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab dalam al-
Quran tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang
memerintahkan shalat adalah: Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.
(QS. Al-Baqoroh[2]: 43)
b) Men-taqyidayat-ayat yang mutlaq
Kata mutlaq artinya kata yang menunjukkan pada hakekat kata
itu sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang kepada
jumlah maupun sifatnya. Mentaqyiddan mutlaq artinya
membatasi ayat-ayat mutlaq denngan sifat, keadaan, atau
syarat-syarat tertentu. Sebagai contoh hadis Rasul SAW berikut:
( )
Tangan pencuri tidak boleh dipotong, melainkan pada
(pencurian senilai) seperempat dinar atau lebih. (HR.
Muslim) Hadith di atas men-taqyid ayat al-Quran berikut:
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. (QS. Al
Maidah [5]: 38)

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 7


c) Men-takhsis ayat yang am
Kata am ialah kata yang menunjukkan atau memiliki makna,
dalam jumlah yang banyak. Sedangkan takhsis atau khash, ialah
kata yang menunjukkan arti khusus, tertentu atau tunggal. Yang
dimaksud men-takhsis yang am ialah membatasi keumuman
ayat Al-Quran sehingga tidak berlaku pada bagian- bagian
tertentu. Mengingat fungsinya ini, maka ulama berbeda
pendapat apabilamukhasis-nya dengan hadith ahad. Menurut
Syafii dan Ahmad bin Hambal, keumuman ayat bisa ditakhsish
oleh hadith ahad yang menunjukkan kepada sesuatu yang
khash, sedang menurut ulama Hanafiah sebalikanya.[9] Sebagai
contoh:

Pembunuh tidak berhak menerima harta warisan. (HR.
Ahmad) Hadist tersebut men-takhsis keumuman firman Allah
surat an-Nisa ayat 44 berikut: Allah mensyari'atkan bagimu
tentang (pembagian pusaka untuk) anak- anakmu. Yaitu :
bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan...

3. Bayan at-tasyri
Yang dimaksud bayan al-tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau
ajaran- ajaran yang tidak didapati dalam al-Quran hanya terdapat
pokok-pokoknya (ashl) saja. Bayan ini oleh Abbas Mutawalli
Hammadah dengan zaaid ala al- kitab al-kariim (tambahan
terhadap nash al-Quran). Hadis Rasulullah SAW yang termasuk ke
dalam kelompok ini, diantaranya hadis tentang penetapan haramnya
mengumpulkan dua wanita bersaudara (antara isteri dengan bibinya),
hukum syufah, hukum merajam pezina wanita yang masih perawan,
dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak. Suatu contoh, hadis
tentang zakat fitrah, sebagai berikut:



Bahwasanya Rasul SAW telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat
Islam pada bulan ramadhan satu sukat (sha) kurma atau gandum
untuk setiap orang, baik merdeka atau hamba, laki-laki atau
perempuan Muslim.(HR. Muslim)
Ibnu al- Qayyim berkata, bahwa hadis-hadis Rasul SAW yang
berupa tambahan terhadap al-Quran, merupakan kewajiban atau
aturan yang harus ditaati, tidak boleh menolak atau mengingkarinya,
dan ini bukanlah sikap (Rasul SAW) mendahului al-Quran melainkan
semata-mata karena perintah-Nya.
4. Bayan al-Nasakh
Pada bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang
sangat tajam. Ada yang mengakui dan menerima fungsi hadis sebagai
nasikh terhadap sebagian hukum Al-Quran dan ada yang juga yang

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 8


menolaknya. Kata nasakh secara bahasa berarti ibthal (membatalkan),
izalah(menghilangkan), tahwil (memindahkan), dan taghyir
(mengubah).
Para ulama mengartikan bayan al-nasakh ini banyak yang melalui
pendekatan bahasa, sehingga di antara mereka terjadi perbedaan
pendapat dalam mentarifnya. Menurut ulama mutaqoddimin, bahwa
terjadinya nasakh ini karena adanya dalil syara yang mengubah suatu
hukum (ketentuan) meskipun jelas, karena telah berakhir masa
keberlakuannya serta tidak bisa diamalkan lagi, dan syari (pembuat
sayariat) menurunkan ayat tersebut tidak diberlakukan untuk selama-
lamanya (temporal).
Diantara para ulama yang membolehkan adanya nasakh hadith
terhadap al-Quran juga berbeda pendapat dalam macam hadith yang
dapat dipakai untuk me-nasakh- nya. Dalam hal ini mereka terbagi
menjadi tiga kelompok. Pertama, yang membolehkan me-nasakh al-
Quran dengan segala hadith, meskipun dengan hadith Ahad. Pendapat
ini diantaranya dikemukakan oleh para ulama mutaqaddimin dan Ibn
Hazm serta sebagian para pengikut Zahiriyah. Kedua, yang
membolehkan me-nasakh dengan syarat bahwa hadith tersebut harus
mutawatir. Pendapat ini diantaranya dipegang oleh Mutazilah.
Ketiga, ulama yang membolehkan me-nasakh dengan Hadith
masyhur, tanpa harus dengan hadith mutawatir. Pendapat ini dipegang
diantaranya oleh ulama Hanafiyah. Salah satu contoh yang bisa
diajukan oleh para ulama ialah sabda Rasul SAW dari Abu Umamah
al-Bahili, yang berbunyi:
( )
Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada tiap-tiap orang
hak(masing- masing), maka tidak ada wasiat bagi ahli waris. (HR.
Ahmad dan al arbaah, kecuali An-Nasaaii)
Hadis di atas dinilai Hasan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi. Hadith
ini menurut mereka menasakh isi Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
180, yang berbunyi: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di
antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan
harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara ma'ruf....
Keawajiban melakukan wasiat kepada kaum kerabat dekat
berdasarkan surat al- Baqarah ayat 180 di atas, di-nasakh hukumnya
oleh Hadith yang menjelaskan bahwa kepada ahli waris tidak boleh
dilakukan wasia

Menurut Prof. Dr. Muhaimin mengatakan Fungsi Sunnah terhadap Al-


Qur'an sebagai berikut :
Menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan
oleh aL-Qur'an. Maka kedua-duanya sama-sama menjadi sumber
hukum, misalnya dalam al-qur'an disebutkan mengharamkan bersaksi

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 9


palsu : "Maka jauhilah olehmu berhala-hala yang najis itu dan
jauhilah perkataan- perkataan dusta .(Qs. Al-Hajj: 30).
Memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat AL-Qur'an yang
masih mujmal/Global(bayan al-mujmal),memberikan batasan
terhadap hal-hal yang masih belum terbatas di dalam Al-Qur'an
(Taqyiq al-mutlaq) memberikan kekhususan (Takhsish)ayat-ayat Al-
Qur'an yang bersifat umum (takhshish al-a'mm), dan memberikan
penjelasan terhadap hal-hal yang masih rumit di dalam Al-Qur'an
(tawdih al-musykil).

2.4 Perkembangan As-sunnah/hadist

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis Nabi dapat


diklasifikasikan dalam beberapa periode, yaitu:
a. Hadis pada masa Nabi
b. Hadis pada masa sahabat (al-Khulafa al-Rasyidun)
c. Hadis pada masa thabiin
Namun dalam pembahasan ini, yang akan disampaikan sejarah
perkembangan hadits sebelum dibukukan sampai dengan pada masa thabiin
saja. Dalam penghimpunannya, hadits mengalami perkembangan yang
cukup lamban dan bertahap dibanding dengan perkembangan al-Quran. Hal
ini karena al-Quran pada masa Nabi sudah tercatat meskipun masih sangat
sederhana. Sedangkan pada masa Nabi penulisan hadits dilarang karena
takut tercampur dengan ayat al-Quran.

A. Hadis pada Masa Nabi


Masa dikenal dengan Ashr al-Wahy wa al-Takwin, yaitu masa wahyu
dan masa pembentukan karena pada masa Nabi ini wahyu masih turun dan
masih banyak hadis-hadis Nabi yang datang darinya. Ayat-ayat al-Quran
dan hadis-hadis Nabi menjadi penyejuk dan sumber kebahagiaan para
sahabat Nabi yang tidak pernah mereka temukan pada masa jahiliyah.
Mereka menyadari betapa pentingnya kedudukan hadis Nabi dalam agama
Islam, bahwa sunnah Nabi merupakan pilar kedua setelah al-Quran, orang
yang meremehkan dan mengingkarinya akan celaka dan orang yang
mengamalkannya akan mendapat kebahagiaan. Dalam menyampaikan hadis-
hadisnya, Nabi menempuh dengan beberapa cara, yaitu:

1. Melalui majelis al-ilm, yaitu tempat pengajian yang diadakan oleh


Nabi untuk membina para jemaah. Periwayatan hadis melalui

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 10


majelis ini dilakukan secara reguler dimana para sahabat begitu
antusias mengikuti kegiatan di majelis ini.
2. Melalui para sahabat tertentu, yang kemudian oleh para sahabat
disampaikan kepada orang lain.
3. Untuk hal-hal sensitif yang berkaitan dengan persoalan keluarga
dan kebutuhan biologis, terutama menyangkut hubungan suami-
istri, Nabi menyampaikannya melalui istri-istrinya.
4. Melalui ceramah atau pidato ditempat terbuka, seperti pada saat
menunaikan ibadah haji, Nabi menyampaikan khatbah yang sangat
bersejarah didepan ratusan ribu kaum muslimin yang isinya banyak
terkait dengan muamalah, siyasah, jinayah dan hak asasi manusia.
5. Melalui perbuatan langsung yang disaksikan oleh para sahabatnya,
seperti yang berkaitan dengan praktek-praktek ibadah dan
muamalah.

Pada masa Nabi, sedikit sekali sahabat yang dapat menulis, sehingga
yang menjadi andalan mereka dalam menerima hadis adalah ingatan
mereka. Menurut Abd al-Nashr, Allah telah memberikan keistimewaan
kepada para sahabat kekuatan daya ingat dan kemampuan menghafal.
Mereka dapat meriwayatkan al-Quran, hadis, syair dan lain-lainnya dengan
baik. Seakan mereka membaca dari sebuah buku. Rasulullah tidak pernah
memerintah sahabat tertentu untuk menulis hadis dan membukukannya
sebagaimana al-Quran yang ditulis secara resmi oleh Zayd ibn Tsabit,
sekretaris pribadi beliau.

Bahkan dalam suatu kesempatan Nabi pernah melarang menulis hadis


sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudzri bahwa Nabi bersabda:
Janganlah kalian tulis dariku (selain al-Quran) dan barang siapa yang
menulis dariku selain al-Quran, maka hapuslah, Riwayatkan hadis dariku
tidak apa-apa. Barang siapa berdusta atas namaku-Himam berkata, aku
menyangka beliau bersabda-maka hendaklah ia menempati tempat
duduknya di neraka.
Larangan ini dilakukan karena khawatir hadis tercampur dengan al-
Quran yang saat itu masih dalam proses penurunan. Adanya larangan
tersebut berakibat banyak hadits yang tidak ditulis atau hanya dihafal lalu
diriwayatkan. Ada beberapa pendapat yang berkenaan dengan larangan
penulisan hadits, seperti:
1. Larangan menulis hadits terjadi pada periode permulaan, sedangkan
izin penulisannya diberikan pada periode akhir kerasulan

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 11


2. Larangan penulisan hadits ditujukan bagi orang yang kuat afalannya
dan tidak dapat menulis dengan baik. Izin menulis hadits diberikan
kepada orang yang pandai menulis.
3. Larangan penulisan hadits bersifat umum kepada orang yang
mempunyai daya hafal yang kuat, sedangkan izin penulisan hadits
bersifat khusus kepada para sahabat yang dijamin tidak akan
mencampurkannya dengan ayat al-Quran.
Ada sebagian sahabat yang memiliki catatan yang disebut
dengan shahifahuntuk mencatat sebagian hadits yang diterima dari Nabi.
Catatan-catatan ini merupakan bukti bahwa pada masa Nabi sudah ada
penulisan hadits serta dapat digunakan sebagai sarana untuk periwayatan
hadits secara tertulis. Tetapi kebanyakan penyebaran hadits pada masa Nabi
dilakukan secara lisan.

B. Hadis pada Masa Sahabat

Periwayatan hadits pada masa sahabat besar (khulafa rasyidin) sejak


tahun 11 H sampai 40 H belum begitu berkembang, karena pada satu sisi
perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharan dan penyebaran al-
Quran. Mereka berusaha untuk membatasi periwayatan hadits. Meskipun
perhatian sahabat terpusat pada pemeliharan al-Quran, bukan berarti mereka
tidak memegang hadits sebagaimana halnya yang mereka terima ketika Nabi
masih hidup. Akan tetapi mereka hanya sangat berhati-hati dan membatasi diri
dalam meriwayatkan hadits. Hal ini dilakukan karena mereka khawatir akan
terjadinya kekeliruan, mereka sadar bahwa hadits adalah sumber hukum kedua
setelah al-Quran. Oleh karenanya, para sahabat khususnya Khulafa
Rasyidindan sahabat lain seperti al-Zubayr, Ibn Abbas dan Abu
Ubaydah berusah memperketat periwayatan dan penerimaan hadits.
Sikap hati-hati ditunjukan oleh khalifah pertama, Abu bakar. Hal ini
terlihat pada riwayat Ibn Syihab al-Zuhri bahwa seorang nenek bertanya
kepada Abu Bakar soal bagian waris untuk dirinya. Ketika ia menyatakan
bahwa hal itu tidak ditemukan hukumnya, baik dalam Quran maupun hadits,
nenek itu menyebutkan bahwa Rasulullah memberinya seperenam. Kemudian
Abu Bakar meminta nenek itu untuk mengajukan saksi terlebih dahulu
sebelum haditsnya tersebut diterima. Sikap demikian diambil Abu Bakar agar
supaya berita yang disampaikan benar-benar secara meyakinkan dari Nabi,
sehingga dapat dijadikan sumber hukum. Dengan demikian, para sahabat Nabi
sangat kritis dan hati-hati dalam periwayatan hadits. Karena mereka sangat
peduli tentang kebenaran dalam periwayatan hadits, seperti:

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 12


1. Para sahabat (Khulafa Rasyidin) bersikap cermat dan hati-hati dalam
menerima suatu riwayat.
2. Para sahabat melakukan penelitian dengan cermat terhadap periwayat
maupun isi riwayat itu sendiri.
3. Para sahabat mengharuskan adanya saksi dalam periwayatan hadits.
4. Para sahabat meminta sumpah dari periwayat hadits.
5. Para sahabat menerima riwayat dari satu orang yang terpercaya.

Sungguhpun demikian tidak berarti pada masa sahabat tidak terjadi


kekeliruan dalam periwayatan. Sebagai manusia yang tidak mashum,
meskipun secara umum memiliki jiwa yang bersih dan daya hafalan yang
kuat, dapat saja melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadits. Menurut
Shalah al-Din Ibn Ahmad, kekeliruan terjadi pada hadits yang diriwayatkan
oleh seorang periwayat, yaitu seperti:
1. Sahabat itu meriwayatkan hadits yang didengarnya langsung dari Nabi
tetapi ia tidak tahu kalo hadits tersebut telah di nasakh.
2. Periwayat mengalami kekeliruan dalam letak suatu kata dalam hadits.
3. Periwayat meriwayatkan hadits dengan redaksinya sendiri yang
memiliki cakupan yang lebih luas dari makna yang sebenarnya yang
bersumber dari Nabi.
4. Periwayat meriwayatkan hadits secara keliru yakni yang sebenarnya
tidak bersumber dari Nabi, melainkan dari dirinya sendiri.
5. Periwayat tidak sadar dengan pemakaian suatu kata yang bukan asli
dari Nabi sehingga memiliki perbedaan maksud.
Dalam sejarah disebutkan sebagaimana disepakati ulama hadits bahwa
telah terjadi pemalsuan hadits (wadh al-hadits) pada masa Ali ibn Abi Thalib.
Kemunculan hadits palsu untuk pertama kalinya ini disebabkan oleh faktor
politik. Menurut al-Sibai pihak yang pertama kali membuat hadits palsu
adalah orang Syiah. Kaum Syiah yang banyak membuat hadits palsu adalah
kelompok al-Rafidhah, menurut Ibn Taymiyah seperti dikutip Ajjaj al-
Khatib. Karena Irak merupakan pusat Syiah, maka ulama hadits menilai
bahwa negeri itulah yang menjadi pusat munculnya hadits-hadits palsu untuk
pertama kalinya. Mereka beranggapan bahwa berdusta untuk kebaikan
diperbolehkan.

C. Hadis pada Masa Tabiin


Sebagaimana sahabat besar, para sahabat kecil dan tabiin juga cukup
berhati-hati dalam periwayatan hadits. Hanya saja beban mereka tidak terlalu
berat jika dibanding dengan yang dihadapi para sahabat (Khulafar Rasyidin).

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 13


karena pada masa ini al-Quran sudah dikumpulkan pada satu mushaf,
sehingga tidak lagi mengkhawatirkan mereka. Selain itu pada masa akhir
periode Khulafar Rasyidin para sahabat ahli hadits telah menyebar kebeberapa
wilayah kekuasaan Islam. Ini merupakan kemudahan bagi para tabiin lain
untuk mempelajari hadits-hadits dari mereka. Oleh sebab itu, masa ini dikenal
dengan masa menyebarnya periwayatan hadits, yaitu masa dimana hadits tidak
lagi terpusat di Madinah tapi sudah diriwayatkan diberbagai daerah dengan
para sahabat sebagai tokoh-tokohnya. Kemudian bermunculan sentra-sentra
hadits sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahw, yaitu:
1. Madinah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Aisyah, Abu Hurairah, Ibn
Umar, Abu Said al-Khudzri dan lain-lain. Tokoh dari kalangantabiin Said
ibn Musayyib, Urwah ibn Zubayr, Nafi maula Ibn Umar dan lain-lain.
2. Makkah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Ibn Abbas, Abd Allah ibn
Said dan lain-lain. Dari kalangan tabiin seperti Mujahid bin Jabr,
Ikrimah mawla ibn Abbas, Atha ibn Abi Rabah dan lain-lain.
3. Kufah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abd Allah ibn Masud,
Saad ibn Abi Waqqas dan Salman al-Farisi. Tokoh dari
kalangantabiin seperti Masruq ibn al-Ajda, Syuraikh ibn al-Haris dan
lain-lain.
4. Basrah, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Uthbah ibn Ghazawan,
Imran ibn Husayin dan lain-lain. Dari kalangan tabiin seperti al-Hasan
al-Basri, Abu al-Aliyah dan lain-lain.
5. Syam, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Muadz ibn Jabal, Abu al-
Darda, Ubbadah ibn Shamit dan lain-lain. Dari
kalangan tabiinseperti Abu Idris, Qabishah ibn Zuaib dan Makhul ibn
Abi Muslim.
6. Mesir, dengan tokoh dari kalangan sahabat: Abd Allah ibn Amr ibn
al-Ash, Uqbah ibn Amir dan lain-lain. Dari kalangan tabiin seperti
Yazid ibn Abi Hubayib, Abu Basrah al-Ghifari dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 14


Hadis merupakan salah satu sumber hukum dan sumber ajaran
Islam yang menduduki urutan kedua setelah Al-Quran. Sedangkan bila
diliahat dari segi kehujjahannya, hadis melahirkan hukum zhanny,
kecuali hadis yang mutawatir. Fungsi hadis terhadap Al-Quran adalah
sebagai bayan al-taqrir (penjelasan memperkuat apa yang telah
ditetapkan dalam Al- Quran; sebagai bayan al-Tafsir(menjelaskan dan
menafsirkan ayat-ayat yang terdapat dalam al-Quran); sebagaibayan
al-tasyri (mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak
didapati dalam al-Quran hanya terdapat pokok-pokoknya (ashl) saja);
sebagai bayan al- Nasakh (menghapus, menghilangkan, dan mengganti
ketentuan yang teradapat dalam Al- Quran).
Hadis sebagai sumber ajaran terutama dalam kemandiriannya
untuk menentukan hukum yang tidak terdapat dalam Al-Quran para
ulama mengalami perbedaan pendapat, ada yang menyetujui dan dilain
pihak tidak menerima kemandirian tersebut. Al Qur`an itu adalah
wahyu yang lafadh dan ma`nanya daripada Allah disampaikan dengan
wahyu yang terang. Adapun hadis Qudsi, maka ialah yang lafadhnya
dari Rasulullah SAW. Sedangkan Hadis Nabawi mana dan lafadhnya
dari Rasulullah SAW baik dengan ilham dari Allah maupun ijtihadnya
yang muncul setelah kenabian. Sunnah Nabi yang dapat dijadikan
sumber ajaran agama adalah adalah segala yang Nabi SAW kerjakan
ketika sesudah menerima Risalah atau diutus menjadi Rasul.
3.2 Saran
Saran dari penulis adalah untuk selalu terus mencari sumber
referensi terbaru melalaui buku ataupun jurnal jurnal. Dan jangan lupa
untuk selalu terus membaca al-quran dan as-sunnah serta terus
mengamalkannya

DAFTAR PUSTAKA

AL-Quran & As-sunnah

Dr.H.zaenal Arifin,A.R.,M.Pd.I , Dr.H.Amirudin,M.Pd.i,

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 15


Iwan Hermawan,S.Ag.,M.Pd.I , N.Fathurahman,S.Ag.,M.Pd.I Dkk
/Pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi /Bandung/Multi
kresindo.

Muhammad Fuad Bin abdul baiqi/2016/hadist shahih bukhari


muslim/karawang/gramedia

http://muhsinf4.blogspot.com/2012/04/kedudukan-hadits-
sebagai-sumber-ajaran.html. jam 11.50, hari senin.

http://idha2793.blogspot.co.id/2012/09/makalah-sejarah-singkat-
perkembangan.html/jam 13.00/senin

MAKALAH PAI KELOMPOK 3 16

Anda mungkin juga menyukai