Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SUMBER AJARAN ISLAM

Dosen Pengajar :
Dona Hariati, S.Ag,M,Pd

Oleh :

DIKY REZA PRASEYTO

NIM 2006030052

Dan

YOGA DWI PERMADI

NIM 2006030045

NON REGULER BANJARMASIN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-
Qur’an yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah.
Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah
dan akhlak) dikembangkan dengan akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh
akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim.
Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:

ِ ‫=ر ِمن ُك ْم ۖ فَ=ِإن تَ ٰنَ= َز ْعتُ ْم فِى َش= ْى ٍء فَ= ُر ُّدوهُ ِإلَى ٱهَّلل‬ ‫ُأ‬ ۟ ۟ ۟ ٓ
ِ =‫ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓوا َأ ِطيعُوا ٱهَّلل َ َوَأ ِطيعُوا ٱل َّرسُو َل َو ۟ولِى ٱَأْل ْم‬
‫ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوي ًل‬ َ ِ‫اخ ِر ۚ ٰ َذل‬
ِ ‫ُول ِإن ُكنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َء‬
ِ ‫َوٱل َّرس‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.”

Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah, kehendak
Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka sendiri. Kehendak
Allah kini terekam dalam Al-Qur’an, kehendak Rasul terhimpun sekarang dalam al-
Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang
yang memenuhi syarat karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.

Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam
adalah Alquran dan hadist.

Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “ Aku tinggalkan bagi kalian dua hal
yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian berpegang pada
keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.”
 Dan disamping itu pula para ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar
hukum islam, setelah Alquran dan hadist.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat
untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka
ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.

B. Rumusan Masalah
Memaparkan sumber ajaran Islam berupa Al-Qur’an, Hadist, dan Ijtiha.

C. Tujuan Penulisan
Agar pembaca maupun penulis mampu memahami pokok pembahasan tentang sumber
ajaran islam yaitu Al-Qur’an, Hadist, dan Ijtihad.
BAB II

PEMBAHASAN

Sumber Ajaran Islam

Sumber ajaran Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan
aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber ajaran islam ialah
segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.

Sumber ajaran islam ada tiga, yakni Al-Qur’an, Hadist (As-sunnah), dan Ijtihad.
Ajaran yang tidak bersumber dari ketiganya bukan ajaran Islam. Al-Qur’an dan Hadist
merupakan ajaran Islam yang langsung dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW,
sedang Ijtihad merupakan hasil pemikiran umat Islam, yakni para ulama
mujtahid dengan tetap mengacu pada Al-Qur’an dan Hadist.

A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an (Arab: ‫ )الق;;;;رآن‬adalah kitab suci agama Islam. Umat Islam percaya


bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan
bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad  melalui perantaraan Malaikat Jibril; dan wahyu pertama yang
diterima oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an
surat Al-‘Alaq ayat 1-5

Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti
“bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata Al-Qur’an adalah bentuk
kata benda (masdar) dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Konsep pemakaian
kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur’an sendiri yakni pada ayat
17 dan 18 Surah Al-Qiyamah :

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)


bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah
membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”. (Al-Qiyāmah 75:17-18)
2. Struktur dan Pembagian Al-Qur’an
1. Surah, ayat dan ruku’

Al-Qur’an terdiri atas 30 juz,114 surah dan 6236 ayat. Setiap surah akan terdiri
atas beberapa ayat, di mana surah terpanjang dengan 286 ayat adalah surah Al
Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr
dan Al-‘Așr.

2. Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-
surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini
berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat
yang turun sebelum Rasulullah  hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah
sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.

3. Juz dan manzil


Dalam skema pembagian lain, Al-Qur’an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan
panjang sama yang dikenal dengan namajuz. Pembagian ini untuk memudahkan
mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al-Qur’an dalam 30 hari (satu bulan).
Pembagian lain yakni manzil memecah Al-Qur’an menjadi 7 bagian dengan tujuan
penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu).
4. Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an


terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

a) As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali


Imran, An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idahdan Yunus

b) Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu’mindan sebagainya

c) Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijrdan


sebagainya

d) Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-


Falaq, An-Nasdan sebagainya
3. Sejarah Al-Qur’an hingga berbentuk Mushaf

Al-Qur’an memberikan dorongan yang besar untuk mempelajari sejarah dengan


secara adil, objektif dan tidak memihak. Dengan demikian tradisi sains Islamsepenuhnya
mengambil inspirasi dari Al-Qur’an, sehingga umat Muslim mampu
membuat sistematika penulisan sejarah yang lebih mendekati landasan
penanggalan astronomis.

1. Penurunan Al-Qur’an

Al-Qur’an tidak turun sekaligus, ayat-ayat al-Qur’an turun secara berangsur-angsur


selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi
menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah
berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan surat-surat yang turun pada
waktu ini tergolong surat Makkiyyah.

2. Penulisan Al-Qur’an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) ayat-ayat al-Qur’an sudah dimulai sejak
zaman Nabi Muhammad. Kemudian transformasinya menjadi teks yang sudah dibundel
menjadi satu seperti yang dijumpai saat ini, telah dilakukan pada
zamankhalifah Utsman bin Affan.

3. Masa Nabi Muhammad


Pada masa ketika Nabi Muhammad masih hidup, terdapat beberapa orang yang
ditunjuk untuk menuliskan Al Qur’an yakniZaid bin Tsabit, Ali bin Abi
Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap
menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan.

B. Hadist
1. Pengertian Hadist

Hadits (bahasa Arab: ‫الحديث‬ ) adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan


persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur’an, dalam hal ini kedudukan hadits
merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an.
Hadits secara harfiah berarti “berbicara”, “perkataan” atau “percakapan”. Dalam
terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan
tingkah laku dari Nabi Muhammad .

Kedudukan Hadist sebagai sumber hukum Islam dijelaskan dalam Al-Qur’an


surah An-Nisa 4:65
۟ ‫ك فِيم==ا َش== َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِج== د‬
َ َ‫ُوا فِ ٓى َأنفُ ِس== ِه ْم َح َرجً==ا ِّم َّما ق‬
َ‫ض==يْت‬ َ َ ‫ك اَل يُْؤ ِمنُ==ونَ َحتَّ ٰى يُ َح ِّك ُم==و‬
َ ِّ‫فَاَل َو َرب‬
۟ ‫َويُ َسلِّ ُم‬
‫وا تَ ْسلِي ًما‬

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

2. Struktur Hadist

Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai


penutur) dan matan (redaksi).

a. Sanad

Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadits. Rawi adalah masing-


masing orang yang menyampaikan hadits tersebut orang ini
disebut mudawwin atau mukharrij. Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur
itu mulai dari mudawwin hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan
gambaran keaslian suatu riwayat.

b. Rawi

Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadits. Sifat-sifat rawi


yang ideal adalah:

1) Bukan pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta


2) Tidak banyak salahnya
3) Teliti
4) Tidak fasik
5) Tidak dikenal sebagai orang yang ragu-ragu (peragu)
6) Bukan ahli bid’ah
7) Kuat ingatannya (hafalannya)
8) Tidak sering bertentangan dengan rawi-rawi yang kuat
9) Sekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadits pada jamannya.
c. Matan

Matan ialah redaksi dari hadits, dari contoh sebelumnya maka matan hadits
bersangkutan ialah:

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk


saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri”

3. Klasifikasi Hadist

Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya


ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian hadits
(dapat diterima atau tidaknya hadits bersangkutan).

a. Berdasarkan ujung sanad

Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi menjadi 3 golongan


yakni marfu’ (terangkat), mauquf (terhenti) dan maqthu’:

1) Hadits Marfu’adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada


Nabi Muhammad  

2) Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat


nabi tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang
menunjukkan derajat marfu’.

3) Hadits Maqthu’ adalah hadits yang sanadnya berujung pada


para tabi’in (penerus) atau sebawahnya.

b. Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad

Berdasarkan klasifikasi ini hadits terbagi menjadi beberapa golongan


yakni Musnad, Mursal, Munqathi’, Mu’allaq, Mu’dlaldan Mudallas.

c. Berdasarkan jumlah penutur

Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan
dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadits
tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini hadits dibagi atas hadits mutawatir dan hadits
ahad.
d. Berdasarkan tingkat keaslian hadits

Kategorisasi tingkat keaslian hadits adalah klasifikasi yang paling penting dan
merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap
hadits tersebut. Tingkatan hadits pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat
yakni shahih, hasan, dla’if dan maudlu’.

1. Hadits Sahih, yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits.

2. Hadits Hasan, bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, namun ada
sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya;

3. Hadits Dhaif(lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat


berupa hadits mauquf, maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau
mu’dlal),

4. Hadits Maudlu’, bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai
sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta.

C. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad

Ijtihad (Arab: ‫ )اجتهاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya


bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan
suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat
menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.

Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan
hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu
tertentu.

2. Fungsi Ijtihad

Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua
hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist.
Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan
modern.

Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di
suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang
dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist.
Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan
tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al
Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad.
Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran
dan Al Hadist.

3. Jenis-Jenis Ijtihad
a. Ijma’

Ijma’ artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara
yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan
cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah
fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk
diikuti seluruh umat.

b. Qiyâs

Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum


suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki
kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat.

c. Istihsân

Beberapa definisi Istihsân

1) Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih(ahli fikih), hanya karena dia


merasa hal itu adalah benar.

2) Argumentasi dalam pikiran seorang fâqihtanpa bisa diekspresikan secara lisan


olehnya

3) Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang
banyak.

4) Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.


5) Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang
ada sebelumnya.

d. Maslahah murshalah

Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan


pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan
menghindari kemudharatan.

e. Sududz Dzariah

Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram
demi kepentingan umat.

f. Istishab

Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan


yang bisa mengubahnya.

g. Urf

Adalah setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-


aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.tindakan menentukan masih bolehnya
suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat

4. Tingkatan-Tingkatan Ijtihad
1. Ijtihad Muthlaq

Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan
menemukan ‘illah-‘illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-Qur’an dan
sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan tujuan-tujuan syara’.

2. Ijtihad fi al-Madzhab

Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum


syara’, dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh
imam mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum syara’ yang
tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang
terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun untuk memfatwakan hukum yang
diperlukan masyarakat.

3. Ijtihad at-Takhrij

Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab tertentu


untuk melahirkan hukum syara’ yang tidak terdapat dalam kumpulan hasil ijtihad
imam mazhabnya, dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan
hukum imam mazhabnya.

4. Ijtihad at-Tarjih

Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang dipandang lebih
kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau antara pendapat imam dan
pendapat murid-murid imam mazhab, atau antara pendapat imam mazhabnya dan
pendapat imam mazhab lainnya.

5.. Ijtihad al-Futya

Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-pendapat


hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan
pendapat-pendapat terebut kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan ulama pada
tingkatan ini terbatas hanya pada memfatwakan pendapat-pendapat hukum mazhab
yang dianutnya, dan sama sekali tidak melakukan istinbath hukum dan tidak pula
memilah pendapat yang ada di dalamnya.
BAB III
Penutupan

Kesimpulan

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.Sumber ajaran agama
islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran agama islam
primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam
sekunder adalah ijtihad.

Anda mungkin juga menyukai