Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM

Dosen : Sugeng Aminudin, M.P.I

“SUMBER AJARAN ISLAM”

Disusun Oleh :

(Kelompok 4)

Asmarita

M. Miftahul Al-Hidayat

INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL

LAA ROIBA CIBINONG-BOGOR

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama
Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang
memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama
ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau
akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi


setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat.

Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan


seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang
memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta
mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.

Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan
Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam
yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke
Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman
yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan
pemahaman tentang Islam.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
A. Sumber ajaran islam primer
1. Al-Quran
2. Struktur dan Pembagian Al-Quran
3. Hadits
B. Sumber ajaran islam sekunder
1. Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam
2. Kedudukan Ijtihad

C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuannya untuk :
A. Memamparkan dan menjelaskan sumber-sumber ajaran islam
B. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber–sumber
ajaran Agama Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sumber ajaran islam primer


Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u,
qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan
menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat),
Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut
para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang diturunkan pada
rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan
secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah

1) Al Qur’an
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u,
qiraa’atan, atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan
menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat),
Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam,
diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan
menurut para ulama klasik, Alquran adalah Kalamulllah yang
diturunkan pada rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat
dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.

Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:

a) Tauhid, yaitu kepercayaan ke-esaann Allah SWT dan semua


kepercayaan yang berhubungan dengan-Nya
b) Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari
kepercayaan ajaran tauhid

3
c) Janji dan ancaman, yaitu janji pahala bagi orang yang percaya
dan mau mengamalkan isi Alquran dan ancaman siksa bagi
orang yang mengingkari.

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, yaitu sebagai


berikut:

a) Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan


rohaniah manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang
berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin
dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
b) Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara
lahiriah hubungan manusia dengan Allah SWT, antara
manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam
Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat. Adapun ilmu
yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
c) Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan
perilaku normal manusia dalam kehidupan, baik sebagai
makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang
mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.

2) Struktur dan Pembagian Al-Quran


a. Surah, ayat dan ruku’
Al-Qur’an terdiri atas 30 juz,114 surah dan 6236 ayat.
Setiap surah akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surah
terpanjang dengan 286 ayat adalah surah Al Baqarah dan yang
terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr
dan Al-‘Așr. Surah-surah yang panjang terbagi lagi atas subbagian
lagi yang disebut ruku’ yang membahas tema atau topik tertentu.

4
b. Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat
dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah
(surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu
penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun
sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah
sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
Surat yang turun di Makkah pada umumnya suratnya
pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq,
panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di
Madinah pada umumnya suratnya panjang-panjang, menyangkut
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan
Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari’ah).

3) Hadits
Etimologi = jalan / tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dapat juga
berarti undang-undang yang berlaku. Terminologi = berita / kabar,
segala perbuatan, perkataan dan takrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi
Muhammad saw.
Al-Hadis adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai
sumber agama dan ajaran Islam, al-Hadis mempunyai peranan penting
setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman hidup
umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu
dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan.
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber
agama dan ajaran Islam, yakni sebagai berikut :
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-
Quran. Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang sholat
tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah
memerintah- kan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam

5
kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun dan
syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil
mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan
syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada
atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai
contoh larangan Nabi mengawini seorang perempuan dengan
bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan
perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat
hikmah larangan itu jelas bahwa larangan tersebut mencegah
rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat
dekat yang tidak disukai oleh agama Islam
 Macam-macam As-Sunnah:
1. Ditinjau dari bentuknya
a) Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
b) Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
c) Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan
Rasulullah terhadap pernyataan ataupun perbuatan
orang lain
d) Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah
direncanakan akan dikerjakan tapi tidak sampai
dikerjakaN
2. Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang
menyampaikannya
a) Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
b) Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi
tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawir
c) Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.

6
3. Ditinjau dari kualitasnya
a) Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
b) Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat
shahih, tetapi dari segi hafalan pembawaannya yang
kurang baik.
c) Dhaif, yaitu hadits yang lemah
d) Maudhu’, yaitu hadits yang palsu.
4. Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
a) Maqbul, yang diterima.
b) Mardud, yang ditolak.
5. Perbedaan Al-Quran dan As-Sunnah / Hadits Sebagai
Sumber Hukum
Sekalipun al-Qur’an dan as-Sunnah sama-sama sebagai
sumber hukum Islam, namun diantara keduanya terdapat
perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil, antara lain
sebagai berikut :
1. Al-Qur’an bersifat Qath’i ( mutlak ) kebenarannya.
 As-Sunnah bersifat Dzhanni ( relatif ),
kecuali Hadits Mutawatir.
2. Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai
pedoman hidup.
 Tidak seluruh Hadits dapat dijadikan
pedoman hidup karena disamping ada Hadits
Shahih, ada pula Hadits yang Dhaif .
3. Al-Qur’an sudah pasti autentik lafadz dan maknanya.
 As-Sunnah belum tentu autentik lafadz dan
maknanya.
4. Apabila al-Qur’an berbicara tentang masalah-
masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap
muslim wajib mengimaninya.

7
 Apabila as-Sunnah berbicara tentang
masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang
ghaib, maka setiap muslim tidak diharuskan
mengimaninya seperti halnya mengimani al-
Qur’an.

B. Sumber ajaran islam sekunder


Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga
dan pikiran atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri
berarti mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan
hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari
ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad
dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat
di dalam Alquran maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan
menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan hadist.

1) Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam


A. Ijma
yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau
sependapat. Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan
pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah
beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara
dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu
keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang
untuk diikuti seluruh umat.
B. Qiya
yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan
menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula
sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab
akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23

8
dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’ kepada orang
tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau
menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama
menyakiti hati orang tua.
C. Istihsan
yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas
kepada Qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti
argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum
suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.
Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang
mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi
akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan
rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli
diperbolehkan dengan system pembayaran di awal,
sedangkan barangnya dikirim kemudian.
D. Mushalat Murshalah
yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum.
Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu
dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam
Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang
memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran.
Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi
kemaslahatan umat.
E. Sududz Dzariah
yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan
menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang
mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman
keras walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk tidak
memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan

9
sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan
menjadi kebiasaan.
F. Istishab
melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah
kedudukan hukum tersebut. Contohnya, seseorang yang
ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat
seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan
sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali
karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
G. Urf
yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus
(adat), baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya
adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang
sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa
mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi
bersama antara penjual dan pembeli.

2) Kedudukan Ijtihad
Berbeda dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijtihad
sebagai sumber hukum Islam yang ketiga terikat dengan
ketentuan sebagai berikut:
A. Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan
yang absolut, sebab Ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran
manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang
relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.
B. Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku
bagi seseorang, tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku
untuk satu masa / tempat, tetapi tidak berlaku pada masa /
tempat yang lain.

10
C. Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-
Qur’an dan as-Sunnah.
D. Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi,
kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai
yang menjadi ciri dan jiwa ajaran Islam.
E. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi
setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau
kelompok masyarakat.Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam
primer dan sekunder. Sumber ajaran agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan
as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad.

B. Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita
harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang kita
pelajari sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang terdapat
dalam as-sunnah (hadist).

12
DAFTAR PUSTAKA

1. http://kusmawananangblog.blogspot.com/2016/01/makala-sumber-ajaran-
islam.html
2. http://wawai.id/syiar/sumber-hukum-islam-primer-dan-sekunder/
3. https://sriastutihardiyantibvwk.wordpress.com/2015/11/13/makalah-
sumber-ajaran-islam/
4. http://bagusloh25.blogspot.com/2016/05/sumber-ajaran-islam-primer-dan-
sekunder.html#:~:text=Sumber%20ajaran%20agama%20islam%20terdiri,
agama%20islam%20sekunder%20adalah%20ijtihad.

13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan,
atau pedoman syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam.
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-
Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau
unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban
pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama
yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat
atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan
seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang
memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta
mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari
keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan
dengan Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan
pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena
kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir,
sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah
ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Pengertian Agama Islam
2. Al-Qur’an
3. Sunnah
4. Ijtihad
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuannya untuk :
1. Memamparkan dan menjelaskan sumber-sumber ajaran islam
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber–sumber
ajaran Agama Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Al-Qur’an
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan,
atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam
Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul Muhammad. Dan Manna al-
Qaaththan secara ringkas mengutip pendapat para ulama pada umumnya yang
menyatakan bahwa Al-qur’an adalah firman Allah diturunkan kepada nabi
Muhammad saw dan dinilai ibadah bagi yang membacanya.
Sedangkan menurut, Abd. al wahhab al-khallaf, Al-qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah melalui Jibril dengan
menggunakan lafal bahasa Arab dan maknanya yang benar. Dan menurut para
ulama klasik, Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama
yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang
disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah
sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, dari Mekah ke Medinah.
Dari beberapa penataran tersebut, dapat disimpulkan bahwa Al-qur’an
adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah, turunnya secara
bertahap melalui malaikat Jibril, yang diwahyukan kepada Rasulullah yang
susunannya dimulai dari surah Al fatihah diakhiri surah An-Nas dan bernilai
ibadan bagi yang membacanya.
Fungsi dari Al qur’an itu sendiri adalah sebagai konfirmasi dalam
memperkuat keyakinan pendapat akal pikiran, dan sebagai informasi terhadap
hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal. Kemudian, Al-qur’an juga
berfungsi sebagai suatu tata cara atau aturan untuk mengatur jalannya
kehidupan manusia agar berjalan lurus

3
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:

a) Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah


manusia dengan Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan
akidah/keimanan.
b) Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah
hubungan manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama
manusia, serta manusia dengan lingkungan sekitar.
c) Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku
normal manusia dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual
atau sosial
2. As-sunnah
Menurut bahasa, As-sunnah artinya adalah jalan hidup yang dibiasakan.
Kata As-sunnah pengertiannya juga sering dikaitkan dengan kata-kata Al-
hadist, Al-khabar, dan Al-atsar. Menurut sebagian ulama, penyebutan tersebut
memiliki arti yang saling berbeda, dimana As-sunnah adalah sesuatu yang
dibiasakan nabi muhammad, Al hadist adalah sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi muhammad baik ucapan, perbuatan, maupin ketetapan namun jarang
dibiasakan oleh nabi, dan Khabar adalah ucapan, perbuatan, dan ketetapan
yang berasal dari sahabat, serta Atsar adalah ucapan, perbuatan, dan ketetapan
yang berasal dari para tabi’in.
Namun, menurut Jumhurul Ulama atau kebanyakan ulama ahli,
mengatakan bahwa semua penyebutan diatas memiliki makna yang sama saja
yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw baik
dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan.
Kedudukan As-sunnah sebagai sumber ajaran islam didasarkan pada
kesepakatan seluruh sahabat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadist,
baik pada mada Rasullullah masih hidup maupun setelah beliau wafat. Dan

4
keberadaan as-sunnah sendiri didasari karena ayat-ayat al-qur’an yang masih
bersifat global dan umum sehingga kurang detail dan terperinci.

Macam-macam As-Sunnah:

 Ditinjau dari bentuknya


1) Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
2) Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3) Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah
4) Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan
dikerjakan tapi tidak sampai dikerjakan
 Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya
1) Mutawatir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
2) Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai
(jumlahnya) kepada derajat mutawatir
3) Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.
 Ditinjau dari kualitasnya
1) Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2) Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari
segi hafalan pembawaannya yang kurang baik.
3) Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4) Maudhu’, yaitu hadits yang palsu
 Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
1) Maqbul, yang diterima
2) Mardud, yang ditolak
3. Ijtihad
Ijtihad berasal dari kata “ijtihada” yang berarti mencurahkan tenaga dan
pikiran atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti
mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i
dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan

5
sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan
apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran
maupun hadist. Ijtihad sendiri memiliki banyak macam, yaitu Ijma’, Qiyas, urf,
ishtihsan, murshalat murhsalah, sududz dariah dan ishtishab. Namun dapat
diklasifikasikan secara umum menjadi 2 yaitu Ijma’ dan Qiyas.
A. Ijma’
Yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat.
Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat
Nabi Muhammad SAW. sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang
hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah
fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang
berwenang untuk diikuti seluruh umat.
B. Qiyas
Qiyas secara bahasa ialah ukuran atau mengukur, mengetahui ukuran
sesuatu, atau menyamakan sesuatu dengaan yangg lain. Qiyas juga bisa
berarti menyamakan sesuatu yangg tidak ada nash hukumnya dengaan
sesuatu yangg ada nash hukumnya karena ada persamaan illat hukum.
Karena dengaan qiyas ini berarti para mujtahid telah mengembalikan
ketentuan hukum kepada sumbernya al-quran dan hadits. Sebab dalaam
hukum Islam kadang tersurat jelas dalaam al-quran dan hadits, tapi kadang
juga bersifat implicit-analogik (tersirat) yangg terkandung dalaam nash.
Beliau Imam Syafi’i mengatakan “Setiap peristiwa pasti ada kepastian
hukum dan umat Islam wajib melaksanakannya”. Namun jika tidak ada
ketentuan hukum yangg pasti, maka haruslah dicari dengaan cara ijtihad.
Dan ijtihad itu ialah qiyas

6
 Rukun Qiyas
Ashal, yangg berarti pokok, yaitu suatu peristiwa yangg telah
ditetapkan hukumnya berdasar nash. Ashal disebut juga maqis ‘alaih
(yangg menjadi ukuran) atau musyabbah bih (tempat menyerupakan), atau
mahmul ‘alaih (tempat membandingkan)
1. Fara’ yangg berarti cabang, yaitu suatu peristiwa yangg belum
ditetapkan hukumnya karena tidak ada nash yangg dapatt dijadikan
sebagai dasar. Fara’ disebut juga maqis (yangg diukur) atau musyabbah
(yangg diserupakan) atau mahmul (yangg dibandingkan)
2. Hukum ashal, yaitu hukum darii ashal yangg telah ditetapkan berdasar
nash dan hukum itu pula yangg akan ditetapkan pada fara’ seandainya
ada persamaan ‘illatnya; dan
3. Illat, yaitu suatu sifat yangg ada pada ashal dan sifat itu yangg dicari
pada fara’. Seandainya sifat ada pula pada fara’, maka persamaan sifat
itu menjadi dasar untukk menetapkan hukum fara’ sama dengaan
hukum ashal.
 Macam-Macam Qiyas
1. Qiyas aula
Yaitu qiyas yangg illatnya mewajibkan adanya hukum dan
yangg disamakan (mulhaq) dan mempunyai hukum yangg lebih
utama dariipada tempat menyamakannya (mulhaq bih), misanya
memukul kedua orang tua dengaan mengatakan “ah” kepadanya
2. Qiyas musawi
Yaitu suatu qiyas yangg illat-nya mewajibkan adanya hukum
yangg terdapatt pada mulhaq nya sama dengaan illathukum yangg
terdapatt dalaam mulhaq bih. Misalnya merusak harta benda anak
yatim mempunyai illat hukum yangg sama dengaan memakan harta
anak yatim, yakni sama –sama merusakkan harta.

7
3. Qiyas dalalah
Yakni suatu qiyas dimana illat yangg ada pada mulhaq
menunjukkan hukum, tetapi tidak mewajibkan hukum padanya,
seperti mengqiyaskan harta milik anak kecil pada harta orang
dewasa dalaam kewajibannya mengeluarkan zakat, dengaan illat
bahwa seluruhnya ialah harta benda yangg mempunyai sifat dapatt
bertambah
4. Qiyas syibhi
Yakni suatu qiyas dimana mulhaq-nya dapatt diqiyaskan pada
dua mulhaq bih,tetapi diqiyaskan dengaan mulhaq bih yangg
mengandung banyak persamaaannya dengaan mulhaq. Misanya
seorang hamba sahaya yangg dirusakkan oleh seseorang.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban
pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama
yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat
atau kelompok masyarakat.Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber
ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran agama islam primer terdiri
dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam
sekunder adalah ijtihad.
B. Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kita
harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama islam agar agama islam yang
kita pelajari sesuia dengan al-qur’an dan tuntunan nabi Muhammad SAW yang
terdapat dalam as-sunnah (hadist).

9
DAFTAR PUSTAKA

1. http://wawai.id/pendidikan/makalah/makalah-pengertian-dan-sumber-ajaran-
islam/
2. http://www.rumahpintarr.com/2016/09/makalah-pengertian-dan-contoh-ijma-
dan.html?m=1
3. http://mujtahid269.blogspot.co.id/2014/07/sumber-ajaran-islam.html?m=1
4. http://baihaqi-annizar.blogspot.co.id/2014/11/sumber-ajaran-islam.html?m=1

10

Anda mungkin juga menyukai