Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

Al Quran adalah pedoman hidup umat manusia terlebih umat Islam, dan dalam bab
ini dibahastentang Al Qur’an sebagai Sumber Agama Islam, Setelah mempelajari bab
ini penulis berharap kitamampu menerangkan dan mengemukakan pendapat
mengenai Al-Qur’an Sebagai Sumber AgamaIslam. Di antaranya adalah :
a) Dapat mengetahui pengertian dasar Al-Qur’an.

b) Kandungan dan Fungsi Al Qur’an.

c) Memahami betul bahwa al Qur’an adalah Firman Allah

d) Mengetahui mengapa Al-Qur’an dijadikan sebagai Sumber Agama Islam.

BAB II

PEMBAHASANA.

1). Pengertian Al-Qur’an

Secara Etimologi (bahasa), kata Al Quran merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja
qara’a yang bermakna talaa [keduanya berarti: membaca], atau bermakna jama’a

1) (mengumpulkan, mengoleksi),
2) Berkaitan dengan asal kata Al-Qur’an, ada beberapa pendapat.

Pertama : Al-Syafi’i [150-204H] berpendapat bahwa kata al-quran ditulis dan dibaca
tanpahamzah dan tidak diambil dari kata lain. Ia adalah nama yang khusus dipakai untuk
kitab suci yang diberikan kepada nabi Muhammad, sebagaimana kitab injil dan
tauratdipakai khusus untuk kitab-kitab Tuhan yang diberikan kepada nabi Isa dan Musa.

Kedua : Al-Fara’ dalam kitabnya Ma’an Al-Quran berpendapat bahwa lafal al-quran
tidak memakai hamzah, dan diambil dari kata qara’in, jama’ dari qarinah, yang
berartiindikator (petunjuk). Hal ini disebabkan karena sebagian ayat-ayat al-qur’an
ituserupa satu sama lain, maka seolah-olah sebagian ayat-ayatnya merupakan indikator dari
apa yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa itu.

Ketiga : Al-Asy’ari berpendapat bahwa lafal al-qur’an tidak memakai hamzah dan
diambildari kata qarana, yang berarti menggabungkan. Hal ini disebabkan karena surat-
suratdan ayat-ayat al-qur’an dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.

Keempat : Al-Zajjaj berpendapat bahwa lafal al-quran itu berhamzah, mengikuti wazan
fu’landan diambil dari kata al-qar’u yang berarti menghimpun. Hal ini karena al-
quranmerupakan kitab suci yang menghimpun inti sari ajaran-ajaran dari kitab-kitab suci
sebelumnya.

Kelima : Al-Lihyani berpendapat bahwa lafal al-quran berhamzah. Bentuk mashdar-


nyadiambil dari kata qara’a yang berarti membaca. Hanya saja, lafal al-qur’an inimenurut al-
Lihyani berbentuk mashdar dengan makna isim maf’ul. Jadi, Al-qur’anartinya maqru’(yang
dibaca).

Keenam : Subhi al-Shalih menyatakan Al Qur’an berarti Bacaan (Al-Qira’ah)


sebagaimanadalam (QS al-Qiyamah [75] 17-18.)

“Sesungguhnya atas tangguhan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat


kamu pandai)membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya, maka ikutilah bacaan
itu.” (QS al-Qiyamah: 17-18)

Secara terminologi (Syar’i), Al Quran adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang diawali dengan surat al-Fatihah dan
diakhiridengan surat an-Naas, serta membacanya adalah ibadah.

Kandungan Dan Fungsi Al-Qur’an1. Kandungan Al Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab yang sarat dengan kandungan, mulai hukum, aqidah, etika,hubungan
sosial dan sebagainya. Dari keseluruhan isi Al-Qur’an itu, pada dasarnya mengandung
pesan-pesan sebagai berikut :

1.Masalah Tauhid, termasuk di dalamnya masalah kepercayaan terhadap yang gaib;2.

Masalah Ibadah, yaitu kegiatan-kegiatan dan perbuatan-perbuatan yang mewujudkan


danmenghidupkan di dalam hati dan jiwa3.

Masalah Janji dan ancaman, yaitu janji dengan balasan baik bagi mereka yang berbuat baik
dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat, janji akan memperoleh
kebahagiandunia akherat, dan ancaman akan mendapat kesengsaraan dunia akherat, janji
dan ancamandi akhirat berupa surga dan neraka;4.

Jalan menuju kebahagiaan dunia-akhirat, berupa ketentuan-ketentuan dan aturan-


aturanyang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridhohan Allah; dan;5

Riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang-orang terdahulu, baik sejarah bangsa-bangsa,
tokoh-tokoh, maupun Nabi dan Rosul Allah.

Ditinjau secara garis besar hukum-hukum yang terkandung al-Qur’an dapat


dikelompokkanmenjadi tiga.

Pertama : Hukum-Hukum yang berkenaan dengan I’tiqad (kenyakinan) yaitu hukum-


hukumyang berhubungan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya,
danRasul-Rasul-Nya.

Kedua : Hukum-Hukum yang berkenaan dengan Akhlak (Etika), yaitu hukum-hukum


yang berhubungan dengan perilaku hati yang mengajak manusia untuk berakhlak muliadan
berbudi luhur

Ketiga : Hukum-hukum yang berkenaan dengan Amaliyyah (Perbuatan dan Ucapan),


yaituhukum-hukum yang berhubungan dengan semua tindakan yang dilakukan
olehmanusia secara nyata, meliputi ucapan serta perbuatan yang berhubungan dengan
perintah, larangan, dan penawaran yang terdapat al-Qur’an.
Pokok kandungan yang ketiga ini secara dimensional mencakup pola hubungan
vertikal danhorisontal. Amaliyyah yang berdimensi vertikal adalah amaliyyah yang
berkanaan denganhubungan dengan hamba dengan Allah. Bentuknya adalah ibadah.
Bentuk ibadah antara lain:mahdlah, seperti sholat dan puasa. Ada berbentuk ghairu
mahdlah yang juga mengandungmaliyyah-ijtima’iyyah (sosial-kebendaan) seperti zakat dan
juga badaniyyah-ijtima’iyyah (sosial-kejasmani) sebagaimana haji. Keempat jenis ibadah
ini(shalat, puasa,zakat, dan haji) dijadikansebagai dasar Islam setelah iman.

Adapun amaliyyah yang berdimensi horizontal adalah amaliyyah yang berkenaan


denganhubungan antar hamba satu dengan yang lainnya. Amaliyyah jenis ini dapta
diklasifikasikanmenjadi empat macam :

 Aturan syari’at yang berorientasi perluasan dan pengamanan dakwah Islam, yaitu
jihad;
 Aturan syari’at yang berorientasi membangun tatanan rumah tangga sebagaimana
hal ihwal perkawinan, talak, nasab, pembagian harta pustaka dan lain sebagainya;
 Aturan yang berorientasi pada regulasi hubungan antar manusia seperti jual beli,
persewaan,dll yang dikenal dengan Transaksi
 Aturan atau undang-undang yang memuat sanksi atas tindak kejahatan. Hal ini
diterapkandengan qishas dan had.

2. Fungsi Al Qur’an

Nama-nama lain untuk Al-Qur’an di kembangkan oleh ulama sedemiian rupa,


sehinggaAbu Hasan Al-Harali memberikan nama sebanyak 90 nama dan Abd Al-Ma’ali
Syaizalahmemberikan nama sebanyak 55 nama. Pemberian nama terhadap Al-Qur’an yang
begitu banyak tidak disetujui oleh sebagian ulama, antara lain subhi shalih. Menurut beliau,
pemberian nama yang banyak terhadap Al-Qur’an dinilai berlebihan sehingga terkesan
adanya pencampuradukan antaranama-nama Al-Qur’an dan sifat-sifat Al-Qur’an.
(Muhaimin, dkk., 1994 : 88).

Sebagian nama-nama tersebut, baik secara langsung maupun tidak


langsung,memperlihatkan fungsi-fungsi Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, Al-
Qur’an sebagaitersurat dalam nama-namanya adalah sebagai berikut :

 Al-Huda (Petunjuk). Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-
Qur’ansebagai petunjuk.
a) Pertama: petunjuk bagi manusia secara umum
b) Kedua: Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa
c) Ketiga :petunjuk bagi orang-orang yang beriman.
 Al-Furqan (Pemisah). Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk
membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang
benar dengan yang salah.
 Al-Syfa (obat), dalam Al-Qur’an yang mashur ada 6 ayat yang di sebut Ayat syfa (ayat-
ayat yang bisa menjadi obat) walaupun sebenarnya semua ayat dalam Al Qur’an bisa
menjadi obat.
 Al-Mau’izhah (Nasihat). Dalam Al-Qur’an diatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat
bagi orang-orang bertakwa.
 Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagiseluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
1. Demikian fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirmankan
Allahdalam Al-Qur’an, sedangkan fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan
penghayatan terhadapisinya dipastikan berbeda-beda, meskipun persamaan-
persamaan pengalaman itu pun tidak diabaikan, Menurut M. Quraish Shihab, al-
Qur’an turun dengan memiliki beberapa fungsi: Bukti kerasulan Nabi Muhammad
dan kebenaran ajaran yang dibawanya;
2. Petujuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia;
3. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-
normakeagaman dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya
secaraindividual dan kolektif;
4. Petunjuk syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum
yangharus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama
manusia.Atau dengan kata lain, al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia
kejalan yangharus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

C. Al Qur’an Sebagai Firman

Dilihat dari sejarah dan proses pewahyuan, Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus,
tetapimelalui tahapan-tahapan tertentu secara periodik, sedikit demi sedikit dan ayat demi
ayat. Hikmah pewahyuan semacam ini adalah untuk memberikan pemahaman bahwa
setiap Al-Qur’an tidak hampa sosial.Pewahyuannya sangat bergantung pada lingkup dan
persoalan-persoalan kemasyarakatan dari aspek ini,sebagian ayat Al-Qur’an merupakan
jawaban terhadap berbagai persoalan sosial yang melanda kehidupanmanusia.

Proses turunya wahyu adakalanya dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa, atau


pertanyaansahabat, dan adakalanya tanpa sebab yang menjadi latar belakangnya. Artinya,
ada ayat yang turuntanpa ada preseden yang mandahulinya.Sebagai wahyu, Al-Qur’an
bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan Nabi Muhammad SAW,mereka yang mengatakan
bahwa Al-Qur’an itu pikiran dan ciptaan Nabi Muhammad SAW, tidak benar dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan, Karena Allah menjamin Bahwa Al-Qur’andipelihara dengan
sebaik-baiknya.

Bahkan Allah menantang untuk membuat satu surat yangsemisal dengan Al-Qur’an kepada
mereka yang masih meragukan Al-Qur’an wahyu dari Allah

Tantanga tersebut disertai pula dengan ancaman berupa kepastian bahwa manusia tidak
akanmampu menciptakan semisal Al-Qur’an.

Demikianlah kedudukan Al-Qur’an sebagai firman Allah. Berdasarkan substansinya, Al-


Qur’an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad SAW, ia dipelihara oleh Allah yang
mewahyukannya.

D. ‘Ulum Al Qur’an dan Tafsirnya

Pewahyuan berlangsung selama kurang lebih 23 tahun Nabi Muhammad berada di kota
13Tahun sebelum Nabi Hijrah ke Madina dan 10 tahun setelah nabi Hijrah ke (‘Ulum Al-
Qur’an).Muhaimin dkk., 1994 :89). Proses penurunan wahyu dibagi menjadi 3 priode :

Pertama: Periode saat nabi Muhammad masih bersetatus Nabi, (menerima wahyu pertama
al-Alaq, Status beliu berubah menjadi Rosul setelah menerima wahyu yang ke dua (Q.SAl-
Muddatsir [74]:1-2). Inilah ayat-ayat makiyyah yang mengandung tiga hal yaituPedidikan
bagi Rosul dalam membentuk kepribadian, Pengetahuan tentang Allah, danAjaran tentang
dasar-dasar Akhlak Islamiyah.

Kedua: Periode pertarungan antara umat islam dengan orang jahiliyah sekitar 8-9 tahun.

Ketiga: Peride kebebasan umat islam di Madinah yaitu sekitar 10 tahun, ayat-ayat yang
turundisebut ayat madaniyyah.

Al-Qur'an mengandung 77.439 kata dan 323.015 huruf. Menurut Abd Al-Rohman As-
Salami, Al-Suyuti, dan al-Lusi secara berturut-turut jumlah ayat al-Qur'an adalah 6.326 ayat,
6000ayat, 6.616 ayat. Perbedaan disebabkan masuk dan tidaknya kalimat Basmalah dan
fawatir al- suwar. Kemudian Jumlah ayat dibagi jadi 554 ruku', 30 juz dan 114 surat. Dilihat
dari panjang pendeknya maka surat di Al Qur’an dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

Al-Sab'al tiwal , yaitu tujuh surat panjang seperti al-Baqoroh, ali Imron, an-Nisa', al-A'rof,al-
An'am, al-Maidah, dan Yunus.2.

 Al-Mi'un , surat-surat yang memuat 100 ayat lebih seperti surat Hud, Yusuf, dan al-
Mu'min.3.
 Al-Matsani , surat yang kurang dari 100 ayat seperti al-Anfal dan al-Hijr.4.
 Al-Mufashol , surat-surat pendek seperti an-Nas, al-Falaq, dan al-Kafirun.

Cara turunnya wahyu ada empat macam, yaitu:

 Malaikat memasukan wahyu kedada nabi Muhammad n.


 Malaikat datang dengan bentuk seorang laki-laki kepada Muhammad n.
 Malaikat menampakkan dirinya dengan rupa aslinya.
 Wahyu datang kepada nabi seperti gemerincing lonceng.

Pada masa Nabi Muhammad Ayat-ayat Al-Qur'an masih berserakan, ada yang di tulis di
pelepah daun kurma, lempengan batu, dan kepingan tulang serta dihafal hingga datang
masa Khulafaurrosyidin Al-Qur'an dibukukan. Pada masa Abu Bakar proses pengumpulan
dalam bentuk mushaf dan disimpan di rumah Abu Bakar. Pada zaman Umar bin Khotob
Mushaf tersebutdisimpan di rumahnya dan setelah beliau wafat disimpan di rumah Hafsoh.
Hingga pada masaUtsman bin Affan Al-Quran lebih disempurnakan dan disebut dengan
Mushaf Utsmani. Kemudiandigandakan dan dikirim ke berbagai wilayah kaum muslimin dan
dijadikan standar untuk pencetakan pada tahun-tahun setelahnya.

Para ulama mengelompokkan ayat-ayat al-Qur'an menjadi dua bagian, yaitu ayat-ayat
yang jelas (muhkamat) dan ayat-ayat yang membutuhkan penjelasan (tafsir) lebih lanjut
(mutasyabihat). Dan dalam memahami Al Qur’an para ulama memerlukan ilmu bantu untuk
memahami Al-Qur’andiantaranya ‘Ulum al-Qur’an dan ilmu tafsir. Dalam ulum Al-Qur’an
dibahas, umpamanya, ayat-ayat makiyyah, sebab-sebab turun Al-Qur’an (asbab nuzul), i’rab
al-Qur’an, ilmu Qira’ah, muhkamdan mutasyabih, am dan khas, nasikh dan mansukh
muthlaq dan muqayyad dan mafhum, haqiqahdan majaz, kinayah, ijaj dan ithnab, dan
ta’wil. (Jalaludin al-Syuthi, t.th 203 dan 209).

Pengertian tafsir secara bahasa adalah penjelasan dan keterangan (al-idlah wa al-bayan)
(Muhammad Husaeni al-Dzahabi, 1976:13). Berasal dari wazan taf'il dari kata fassara yang
berartimenerangkan, membuka dan menjelaskan makna yang ma'qul. (Manna' al-Qathan,
1981:227).Sedangkan Pengertian Tafsir secara istilah adalah ilmu yang membahas cara
melafalkan lafad-lafad al-Qur'an serta menerangkan makna yang dimaksudnya sesuai
dengan petunjuk yang dzohir sebatas kemampuan manusia. Adapun fungsi tafsir adalah
untuk mejelaskan segala yangdisyariatkan oleh Allah kepada manusia untuk ditaati dan
dilaksanakan. (abd al-Hayyi al-Farmawi,1977:16).

Seorang mufassir harus mengetahui dan memahani bahasa arab dengan segala
isinya,Mengetahui ilmu sebab turun ( Asbabun Nuzul ), ilmu qiroah, ilmu tauhid, ilmu nasikh
dan mansukh,serta mengetahui hadits- hadits nabi (Kafrawi Ridwan dkk, 1994: 30), seorang
Mufassir juga harus punya i'tiqod yang kuat, keikhlasan dan kemurnian tujuan,
mendasarkan tafsirnya kepada al-Sunah,dan punya wawasan yang luas di berbagai ilmu
bantu seperti bahasa arab dan yang lainnya.(Kafrawi Ridwan dkk, 1977: 17-20).

Priode tafsir dibagi menjadi dua bagian (Quraish Shihab (1995; 71-72)). Pertama ,
periodenabi , sahabat, dan tabi'in kira-kira sampai tahun 150 H yang di sebut dengan tafsir
bi al-ma'tsur .Para ahli tafsir periode ini diantaranya adalah Ibnu Mas'ud, Abdullah bin al-
Abbas, Zaid bin Tsabit dan lainnya Selanjutnya pada masa Tabi'in dan di sebut (Thobaqot Al
Mufasirin) diantaranyaadalah Abdurrohman bin Salam, Imam Malik bin Anas di Madinah
dan lainnya, Selanjutnya yaitumasa Tabi'ut Tabi'in, diantara mereka yang terkenal adalah
Sufyan bin Uyyainah, Zaid bin HarunSyu'bah bin Hajjad, dan Waqi' al-Jarroh hingga muncul
pula Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Thobari (310 H) dengan buku beliau Jami'at al-
Bayyan fi Tafsir al-Qur'an. Kedua, periode ketikahadits-hadits Rosul telah tersebar luas dan
hadits-hadits palsu berkembang di masyarakat. Paraulama' tafsir kemudian banyak
berijtihad karena permasalahan adanya hadits palsu ini, hinggamunculah tafsir-tafsir yang
coraknya berbeda dari corak yang pertama. Corak tafsir yang muncul pada periodae ini
diantaranya sebagai berikut.

o Corak kebahasaan, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan pendekatan gaya bahasa,


keindahan bahasa, atau tata bahasa, seperti Tafsir al-Kasysyaf oleh Zamaksyari.
o Corak tafsir yang banyak membahas tentang kisah umat terdahulu , seperti yang
ditulisoleh al-Tsalabi, 'Alaudin bin Muhammad al- Bagdadi.
o Corak fiqih dan hukum, seperti Tafsir Jami' al-Qur'an, Ahkam al-Qur'an, dan Nail al-
Mahrom yang masing-masing ditulis oleh al-Qurtubi, Ibnu 'Arobi dan al-Jashash,
dan HasanShidiq Khan.
o Corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah
seperti Tafsir Mafatih al-Ghoib karya Imam ar-Rozi (w.610 H).
o Corak tafsir yang menitikberatkan pada isyarat ayat yang berhubungan dengan
tasawuf, seperti tafsir yang ditulis oleh Abu Muhammad Sahl bin Abdullah al-Tsauri.
Tafsir corak ghorib (yang jarang dipakai dalam keseharian), seperti Mu'jam Ghorib
al-Qur'an oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi'.
o Corak tafsir lainnya yaitu, tafsir bercorak filsafat dan teologi, tafsir ilmiyah, tafsir
bercorak sastra budaya kemasyarakatan, tafsir tematik (maudlu'i), dan tafsir ilmi
(Quraish Shihab (1995; 72-73)). Dalam peride ini muncul pula tafsir dari Muktazilah
dan Syi'ah. Dari kelompok Muktazilahdiantaranya Tanzih al-Quran al-Mata'in karya
Abdul Qosm al-Thahir, al-Kasysyaf 'an Haqaiq al-Tanzil wa al-Uyun al-Aqwal fi
Wujud at-Ta'wil karya abul Qosim Muhammad bin Umar al-Zamakhsyari. Adapun
kelompok syi'ah mereka banyak membahas tetang Ali bin Abi Tholib.

Departemen Agama Republik Indonesia menambahkan adanya periode ketiga yang


disebutdengan Periode Baru yang dimulai dari abad 9 M. Periode ini juga dikenal dengan
PeriodeKebangkitan Kembali. Diantara tokohnya adalah Jamaluddin al-Afghoni, Muhammad
Abduh,Rosyid Ridho, Ahmad Khan, dan Ahmad Dahlan.Dilihat dari keterlibatan ro'y dalam
menafsirkan Al-Quran, maka tafsir terbagi menjadidua, tafsir bi al-matsur dan tafsir bi al-
ro'yi. Tafsir kelompok pertama di antaranya ialah Jami' al- Bayan fi Tafsir al-Qur'an karya at-
Thobari. Adapun tafsir kedua (bi al-ro'yi) di antaranya al-Bahrual-Muhith karya andalusi,
dan Mafatih al-Ghorib karya Fakhruddin al-Rozi.
BAB III

KESIMPULAN

1. Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad
binAbdullah, melalui jibril agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar
Rasulullah,menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka dan
menjadi saranauntuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya. Ia terhimpundalam mushhaf, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat al-Nas, disampaikankepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi,
baik secara lisan maupun tulisan sertaterjaga dari perubahan dan pergantian.

Isi Al-Qur’an, pada dasarnya mengandung pesan-pesan sebagai berikut;

a)Masalah tauhid, termasuk di dalamnya masalah kepercayaan terhadap yang gaib;

b)Masalah ibadah, yaitu kegiatan dan perbuatan yang ada dan hidup di dalam hati dan
jiwa;

c)Masalah janji dan ancaman, yaitu janji dan ancaman di akhirat berupa surga dan
neraka;

d) Jalan menuju kebahagiaan dunia-akhirat, berupa ketentuan-ketentuan dan aturan-


aturanyang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridhohan Allah; dane) Riwayat
dan cerita, yaitu sejarah orang-orang terdahuluuntuk kita jadikan I’tibar;.

3.Proses penurunan wahyu dibagi menjadi 3 priode ,Periode saat nabi Muhammad masih
bersetatus Nabi, Periode pertarungan antara umat islam dengan orang jahiliyah,
Peridekebebasan umat islam di Madinah, Surat di Al Qur’an dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu; 1.Al-Sab'al tiwal, 2. Al-Mi'un,3..Al-Matsani,4. Al-Mufashol.

4.Cara turunnya wahyu ada empat macam, yaitu: 1. Malaikat memasukan wahyu kedada
nabiMuhammad SAW 2. Malaikat datang dengan bentuk seorang laki-laki kepada
Muhammad.SAW 3. Malaikat menampakkan dirinya dengan rupa aslinya.4. Wahyu datang
kepada nabiseperti gemerincing lonceng.

DAFTAR PUSTAKA
M-Ihwanuddin Blog

http://mihwanuddin.wordpress.com/2012/03/13/isi-jumlah-surat-al-quran-ayat-al-quran-
kalimat-al-quran-dan-huruf-al-quran-dan-pesan-pesan-al-quran/   

Jeka Jeko Blog

http://jufridaengnigga80.blogspot.com/2013/01/pengertian-dan-nama-nama-al-
quran.html   

Ibnu Umar’s Blog

http://ibnuumar-amz.blogspot.com/2009_02_01_archive.html   

Bahan Makalah

  Metodologi Studi Islam

dari Dosen PengampuAl-Qur’an Tafsir (Terjemah), DEPAG

Anda mungkin juga menyukai