AJARAN ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengantar Study Islam
Yang Diampu Oleh :
Ustadz. Khoiron Firmansyah, M.Pd
Disusun oleh :
Andhika Pratama (2392102011)
Airin Dania (2392102012)
Rafila Amalia Wildan (2392102002)
Puja dan puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat, nikmat, serta kekuatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan semaksimal mungkin. Kami juga
menyampaikan terimakasih kepada Ustadz. Khoiron Firmansyah, M.Pd karena
telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
kita dan juga bagi masyarakat umum yang hendak mempelajari ilmu filsafat
terutama dalam hal Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam serta Pengaruh-
pengaruhnya bagi Pendidikan Islam
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin masih
memiliki banyak sekali kesalahan dan kekurangan. Maka untuk itu kami mohon
kritik dan sarannya yang sifatnya dapat membangun semangat kami guna
kesempurnaan makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya kami sampaikan banyak terimakasih.
Penyusun
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
3
menggunakan alat yang bisa memecahkan masalah tersebut antara lain dengan
menggunakan al-Qur’an, sunnah, ijma dan qiyas. Di samping itu, mereka juga
harus melakukan ijtihad untuk memecahkan sebuah problematika tersebut. Maka
dari itu, para ulama membuat terobosanterobosan atau langkah-langkah untuk
melakukan ijtihad sebagai solusi penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
umat Islam.
4
BAB 2. PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an
1. Secara Etimologi
2. Secara Terminologis
Al-Qur’an adalah kitab suci yang isinya mengandung firman Allah SWT.,
turunnya secara bertahap melalui Malaikat Jibril, pembawaannya Nabi
Muhammad Saw., susunannya di mulai dari surat Al-fatihah dan di akhiri dengan
surat An-Nas, bagi yang membaca bernilai ibadah, fungsinya antara lain menjadi
hujjah atau bakti yang kuat atas kerasulan Nabi Muhammad SAW, Keberadaannya
hingga kini masih tetap terpelihara dengan baik, dan permasyarakatannya di
lakukan secara berantai dari satu generasi ke generasi yang lain dengan tulisan
ataupun lisan.
3. Nama-nama Al-Quran
a. Prinsip keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qada,
qadar, dan sebagainya.
b. Prinsip syariah tentang ibadah khas (shalat, zakat, puasa, haji) dan ibadah
yang umum (perekonomian, pernikahan, hukum, dan sebagainya)
5
c. Masalah janji dan ancaman, yaitu janji dengan balasan baik bagi mereka
yang berbuat baik dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat, janji
akan mem- peroleh kebahagiaan dunia dan akhirat dan ancaman akan
mendapatkan kesengsaraan dunia akhirat, janji dan ancaman di akhirat berupa
surga dan neraka.
d. Jalan menuju kebahagiaan dunia akhirat, berupa ke- tentuan dan aturan
yang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridaan Allah.
5. Fungsi Al-Quran
b. Petunjuk (al-huda).
c. Pemisah ( al-furqan)
d. Obat (asy-syifa)
e. Nasihat (al-mau’izhah).
b. Dilihat dari ciri-ciri dan sifat dari Al-Quran. Auten tisitasnya dapat dilihat
dari aspek-aspek keunikan redaksi Al-Quran, kemukjizatan Al-Quran, dan pem
beritaan-pemberitaan gaibnya, termasuk di dalamnya ramalan-ramalan yang
diungkapkan sebagian telah terbukti kebenarannya.
6
7. Al-Quran sebagai sumber ajaran islam
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber hukum Islam telah disebutkan
secara detail, yakni hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan al ahwal asy
syakhshiyah. Sedangkan untuk masalah lainnya, hanya disebutkan dalam Al-
Quran secara umum atau secara global yang dalam fikih disebut dengan kully atau
tidak mendetail.
Al-Qur’an merupakan sumber dari ajaran Islam pertama sebelum hadis.
Secara etimologi Al-Qur’an, “qara’a, yaqra’u qiraa’atan atau qur’anan” yang
memiliki pengertian kata bacaan. Adapun Al-Qur’an secara terminologi
merupakan kalam Allah Swt yang telah diturunkan (wahyu) kepada Rasul yang
terakhir yaitu Nabi Muhammad saw, melalui malaikat Jibril, dan membacanya
dianggap wajib (Ma’rifat F, 2023).
B. As-sunah
1. Pengertian Hadits
2. Fungsi Hadis
d. Pemberi informasi terhadap suatu kasus yang tidak di- jumpai di dalam Al-
Quran.
7
3. Kedudukan Hadis dalam Syariat Islam
Hadis Nabi Muhammad SAW. Digunakan sebagai pe- doman hidup yang
utama setelah Al-Quran. Alquran akan sulit dipahami tanpa intervensi hadits.
Memakai Alquran tanpa mengambil hadits sebagai landasan hukum dan pedoman
hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena Alquran akan sulit dipahami tanpa
menggunakan hadits. Kaitannya dengan kedudukan hadits di samping Al-quran
sebagai sumber ajaran Islam, maka Al-quran muka sumber pertama dan,
sedangkan hadits merupakan sumber kedua. Bahkan sulit dipisahkan antara Al-
quran dan hadits karena keduanya adalah wahyu, hanya saja Al-quran merupakan
wahyu matlu (wahyu yang dibacakan oleh Allah SWT, baik redaksi maupun
maknanya, kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa arab) dan
hadits wahyu ghoiru matlu ( wahyu yang tidak dibacakan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW secara langsung, melainkan maknanya dari Allah dan lafalnya
dari Nabi Muhammad SAW (Ali M dan Himmawan D, 2019).
4. Kehujjahan As-Sunnah/Hadis
Nabi Muhammad SAW. Adalah seorang rasul yang ma’shum (terjaga dari
segala perbuatan hina, dosa, dan maksiat) sehingga sunnah-sunnah beliau selalu
dipelihara oleh Allah dari segala yang menurunkan citranya sebagai seorang rasul.
kehujjahan Hadits (hujjiyah hadits) adalah keadaan Hadits yang wajib dijadikan
hujah atau dasar hukum (al-dalil al-syari) sama dengan Al-quran dikarenakan
adanya dalil-dalil
syariah yang menunjukkannya. Hadits adalah sumber
hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah Al-Quran.
Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-quran sebagai sumber hokum islam,
maka secara otomatis harus percaya bahwa Hadits juga merupakan sumber hukum
Islam. Bagi mereka yang menolak kebenaran Hadits sebagai sumber hukum
Islam, bukan saja memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya.
Alasan lain mengapa umat Islam berpegang pada hadits karena selain
memang di perintahkan oleh Al-quran juga untuk memudahkan dalam
menentukan (menghukumi) suatu perkara yang tidak dibicarakan secara rinci atau
sama sekali tidak dibicarakan di dalam Al-quran sebagai sumber hukim utama.
Apabila hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum Muslimin akan
8
mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam berbagai hal, seperti tata cara shalat, kadar
dan ketentuan zakat, cara haji dan lain sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-quran
dalam hal ini tersebut hanya berbicara secara global dan umum. Dan yang
menjelaskan secara terperinci justru Sunnah Rasulullah. Selain itu juga akan
mendapatkan kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang
musytarak (multi makna), muhtamal (mengandung makna alternatif) dan
sebagainya yang mau tidak mau memerlukan Sunnah untuk menjelaskannya. Dan
apabila penafsiran-penafsiran tersebut hanya didasarkan kepada pertimbangan
rasio (logika) sudah barang tentu akan melahirkan tafsiran-tafsiran yang sangat
subyektif dan tidak dapat dipertanggung jawabkan (Ali M dan Himmawan D,
2019).
C. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad
a. Etimologis: berasal dari kata jahada. Kata ini beserta variasinya menunjukkan
pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa, sulit dilaksanakan, atau yang tidak di-
senangi. Kata ini pun berarti kesanggupan (al-wus’), ke- kuatan (ath-thagali), dan
berat (al-masyaqqah).
c. Leksikal : Ijtihad berasal dari kata al-Juhd dengan makna alThaqah (kekuatan,
kemampuan, daya) atau merupakan sebuah kata yang berakar pada kata aljahd
yang berarti al-masyaqqah (kesukaran, kesulitan).
9
2. Urgensi dan Kedudukan Hukum Ijtihadi
3. Macam-macam Ijtihad
10
memabukkan. Hukum asal (hukm al-asl), seperti haram segala minuman
yang memabukkan. Sebab ('illat), seperti mabuk merusak akal.
'Illat merupakan penyebab adanya hukum, dalam arti adanya suatu 'Illat
menyebabkan munculnya hukum, misalnya wajibnya hukum potong
tangan bagi pencuri, disebabkan karena perbuatan mencuri yang
dilakukan. Akan tetapi, hukuman potong tangan sendiri pada hakikatnya
merupakan kehendak Allah, bukan semata-mata karena perbuatan mencuri
itu sendiri. Contoh lain, seorang pembunuh terhalang mendapatkan
warisan dari harta orang yang ia bunuh, disebabkan pembunuhan yang ia
lakukan. Dalam kasus, bukan karena membunuh semata-mata ---yang
menjadi 'illat---yang menyebabkan ia tidak mendapatkan warisan, tetapi
atas perbuatan dan kehendak Allah. Dengan demikian 'illat merupakan
penyebab atau motiv dalam suatu hukum yang dapat dijadikan ukuran
untuk mengetahui suatu hukum.
b. Istishan ( preference);
11
dibolehkan oleh syara'. Oleh kerena itu, istihsan dalam kebanyakan
bentuknya merupakan pengecualian dari pada umum, maka bolehlah kita
qiyaskan kepadanya sesuatu yang lain apabila cukup syarat- syarat qiyas.
Salah satu contoh yang popular dalam pergaulan kita, ialah mengangkat
sesorang menjadi ketua, sudah beberapa bulan dia diangkat, ketahuanlah
bahwa ada orang lain yang lebih cakap untuk jabatan ketaua itu. Dan
menurut kepentingan lembaga, dialah yang harus memegang jabatan itu.
Akan tetapi, jika diberhentikan niscaya ketua yang telah ada itu merasa
tidak enak dan mungkin menimbulkan keonaran dalam lembaga. Sebab
itu, menurut hukum maslahah almursalah biarlah jabatan itu sementara
tetap sebagai yang telah ada untuk menghindari keonaran dan kekacauan
(Hasbi M, 2017).
Macam Ijtihad apabila di lihat dari teknis pelaksanaan nya, dapat terbagi pada dua
macam berikut:
a. Ijtihad fardi
Ijtihad yang dilaksanakan secara independen (mustaqil) oleh seorang yang
disebut mujtahid. Metode, prosedur penetapan hukum serta proses dalam
pengambilan keputusannya dilakukan secara independen. Seperti fatwa-fatwa di
12
kalangan madzhab fikih, fatwa syaikh Yusuf al-Qardhawi, fatwa Syaikh Ibn
Taimiyah, Syaikh Mahmud Syaltut dan lain sebagainya
b. Ijtihad jama’I
13
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alquran merupakan sumber pendidikan yang utama mengandung materi,
metode dan lain-lain yang tidak akan ada habis-habisnya untuk digali terus hingga
akhir zaman. Di sisi lain, nikmat yang telah Allah anugerahkan tidak dapat
dihitung jumlahnya, maka harus selau ingat agar tetap mampu bersyukur kepada
Allah SWT. Contoh-contoh pendidikan yang berdasarkan Alquran dan Hadis nabi
harus menjadi referensi yang utama untuk pengembangan pendidikan saat ini.
Alquran dan sunnah terus mendorong umat Islam untuk bekerja keras
mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendidikan Islam mencakup akidah, ibadah, muamalah, sejarah, akhlak, iptek, dan
sebagainya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15