Anda di halaman 1dari 19

Tugas Kelompok

MAKALAH AGAMA

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Muamal Gadafi, S.Ag.,M.Pd

OLEH:

KELAS C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena terlah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelsaikan tugas makalah mata kuliah Telaah Kurikulum dan Buku Teks
Bahasa Indonesia ini tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami berterima kasih kepada bapak dosen mata kuliah Agama yaitu Bapak Muamal
Gadafi, S. Ag., M.Pd atas bantuan yang diberikan, sehingga kami mendapatkan banyak ilmu
dalam proses penyelesaian makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sumber-sumber ajaran
Islam.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima untuk perbaikan makalah ini.

Kendari, 20 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Sumber Hukum Islam

2.2 Pengertian Al-Qur'an

2.3 Sejarah Turunnya Al-Qur'an

2.4 Pokok Kandungan Al-Qur'an

2.5 Pengertian Hadist

2.6 Sejarah Hadist

2.7 Unsur Hadist

2.8 Pengertian Ijtihad

2.9 Jenis-Jenis Ijtihad

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber hukum merupakan segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan
sebagainya yang digunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu.
Dalam ajaran Islam terdapat sumber hukum pokok yang menjadi pedoman atau rujukan bagi
umat Islam.

Sumber hukum Islam adalah wahyu Allah SWT yang dituangkan di dalam AI-Qur'an dan
Sunnah Rasul. .lika kita telaah ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan hukum, ternyata
ayat-ayat yang menunjukkan hukum-hukum yang agak terperinci hanyalah mengenai hukum
ibadat dan hukum keluarga. Adapun hukum-hukum dalam arti luas, seperti masalah kebendaan,
ekonomi, perjanjian, kenegaraan, tata negara dan hubungan internasional, pada umumnya hanya
merupakan pedoman-pedoman dan garis besar. Penegasan AI-Qur'an terhadap Sunnah Rasul
dalam beberapa ayat, ditujukan agar Sunnah Rasul dapat menjadi perantara dan penjelas untuk
dapat memahami ayat-ayat yang global tersebut. Rasulullah telah menjadi uswatun hasanah
dalam melaksanakan ajaran Al-Qur'anulkarim (QS, 33:21, 16:44 ).

Selain itu, jika kita telaah tentang hadits Mu'adz ibn Jabal, di sana dijelaskan bahwa
Rasulullah memberi izin kepada Mu'adz untuk berijtihad dalam hal-hal yang tidak terdapat
secara jelas dalam nash Al-Qur'an dan Sunnah. Hal ini menunjukkan pula bahwa dalam masalah-
masalah yang tidak disebutkan dalam nash secara terperinci menjadi bidang ijtihad yang sangat
Juas. Pada dasamya berijtihad dengan ra 'yu merupakan usaha memahami nash-nash AI-Qur'an
dan Sunnah Rasul.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber hukum Islam?

2. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur'an, hadist, dan ijtihad?

3. Bagaimana sejarah Al-Qur'an dan hadist?

4. Apa saja pokok kandungan Al-Qur'an?

5. Apa saja unsur hadist?

6. Apa saja jenis-jenis Ijtihad?

1.3 Tujuan
ii
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang sumber
ajaran Islam, serta diharapkan dapat menjadi acuan untuk pembuatan tulisan-tulisan lainnya.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Hukum Islam

Sumber Ajaran Islam, sumber ajaran Islam adalah sumber nilai dan norma-norma yang
terkandung didalam agama Islam, bukan hanya “sumber hukum dalam Islam” saja. Hukum
hanyalah sebuah sebagian dari norma-norma atau kaidah-kaidah yang terkandung didalam agama
Islam selain kaidah yang lainnya seperti norma sosial dan masyarakat. Agama Islam pun juga
mengandung nilai-nilai asasi (fundamental values), seperti akidah dan tasawuf.

Sumber nilai dan norma yang terkandung di dalam agama Islam ada dua, yakni sumber
yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Di samping dari kedua hal tersebut, ada pula
sumber tambahan, yaitu Ijtihad. Ijtihad adalah sebuah usaha yang bersungguh-sungguh yang
sebenarnya usaha ini bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu yang
tidak dibahas didalam Al-Qur’an maupun Hadits dengan menggunakan akal yang sehat dan
pertimbangan yang matang. Sumber nilai dan norma yang terkandung didalam Islam tersebut
dapat kita pahami dari firman Allah Subhanahu wata'ala. dalam QS. An-Nisa’(4) ayat 59 berikut.
Artinya:” Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu.”

Dari lampiran ayat tersebut, kita mendapatkan bahwa sistematika sumber nilai dan norma
yang berada didalam agama Islam sebagai berikut.

1. Al-Qur’an ialah undang-undang dasar agama Islam yang bersumber dari Allah Subhanahu
wata'ala.
2. As-Sunnah ialah undang-undang agama Islam yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.
3. Ijtihad ialah peraturan agama Islam atau kaidah-kaidah hukum yang dirumuskan oleh muslim
yang berilmu.Sistematika yang sama juga diperoleh dari riwayat Hadits dari Mu’adz bin jabal
yang hendak diutus oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menanggung jabatan
Qadli (hakim) di Yaman. Pada saat itu, terjadi percakapan antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam dengan Mu’adz.

2.2 Pengertian Al-Quran

ii
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam agama Islam, Al-Qur’an disebut sebagai kitab suci yang mulia lagi sempurna. Al-Qur’an
bukan hanya petunjuk bagi umat muslim, ada pendapat yang menyebut kitab ini bagian dari
pedoman seluruh umat manusia.

Dalam buku berjudul Wawasan Al-Qur’an (1996) oleh M. Quraish Shihab, dijelaskan
pengertian Al-Qur’an adalah secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu
nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca
lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia.

Istilah Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab sebagai wujud kata benda dari kata kerja
“qara’a” yang artinya bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) menjelaskan pengertian Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril
untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
manusia.Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam berupa bacaan yang sempurna.

Dalam buku berjudul Wawasan Al-qur’an (1996) oleh M. Quraish Shihab, dijelaskan
pengertian Al-Qur’an adalah secara harfiyah berarti bacaan yang sempurna. Ia merupakan suatu
nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca
lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia.

Al-Qur’an adalah kalam yang diturunkan secara berangsur-angsur. Tujuan Al-Qur’an


diturunkan berangsur-angsur untuk menguatkan hati Rasulullah SAW dan menghiburnya. Lalu,
bisa mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama Islam dan
mencukupkan nikmat-Nya.

2.3 Sejarah Turunnya Al-Qur'an

Allah SWT menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW untuk membimbing
umat manusia. Turunnya Al-Quran merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan
kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi.Dilansir dari buku Pengantar Studi Ilmu Al-Quran
oleh Syaikh Manna Al-Qaththan, turunnya Al-Quran merupakan pemberitahuan kepada alam
samawi yang dihuni malaikat tentang kemuliaan umat Nabi Muhammad. Umat ini telah
dimuliakan oleh Allah dengan risalah barunya agar menjadi umat paling baik di antara manusia.

Peristiwa turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW dikenal dengan istilah
Nuzulul Quran. Nuzulul Quran merupakan peringatan turunnya Al-Quran Pertama kali dari
Lauhul Mahfuz pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan.Secara bahasa, Nuzulul memiliki
arti sebagai menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan Al-Quran

ii
yang berarti kitab suci bagi umat Islam. Maka, Nuzulul Quran bisa didefinisikan sebagai
peristiwa turunnya Al-Quran dari tempat yang tinggi ke muka bumi.

Ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Quran pertama
kali turun untuk Nabi Muhammad yaitu di Gua Hira, pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610
sehingga tanggal 17 Ramadhan diperingati sebagai Nuzulul Quran hingga saat ini.Turunnya ayat
ini sekaligus menjadi awal dari kenabian Muhammad SAW. Turunnya Al-Quran juga menjadi
awal perjuangan untuk menyebarkan ajaran agama Islam.

Al-Quran Diturunkan Secara Lengkap ke Langit Dunia

Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT pada malam Lailatul Qadar dari Lauh Mahfuz ke
langit dunia. Syekh Manna' Al Qaththan dalam Mabahits fi Ulumil Qur'an mengatakan bahwa
turunnya Al-Quran merupakan pemberitahuan untuk alam samawi yang dihuni malaikat tentang
kemuliaan yang dimiliki oleh umat Muhammad dan Al-Quran turun sebagai risalah baru agar
menjadi umat yang paling baik.

Dengan mengumumkan kepada penguhuni alam samawi bahwa kitab Al-Quran ini
merupakan kitab yang terakhir dari kitab-kitab yang diturunkan dan disampaikan kepada rasul
terakhir untuk umat yang paling mulia.

Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap kepada Nabi Muhammad SAW

Allah SWT menurunkan kitab Al-Quran kepada Nabi Muhammad melalui perantara
Malaikat Jibril secara bertahap. Al-Quran diturunkan secara bertahap selama kurang lebih 23
tahun kepada Muhammad untuk menjadi pedoman dalam kehidupan.

Sejarah turunnya Al-Quran dimulai ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun pada
610 Masehi. Pada saat itu, Nabi Muhammad berada di Gua Hira lelu didatangi oleh Malaikat
Jibril yang memberikan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad.Ayat yang pertama kali
diturunkan adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa ini sekaligus menjadi pertanda dimulainya
kenabian Muhammad.Setelah itu, Al-Quran turun secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun.
Turunnya ayat Al-Quran menyesuaikan dengan permasalahan sosial, krisis moral, keagamaan
yang sedang terjadi.

Sejarah turunnya Al-Quran juga terbagi ke dalam dua periode, yaitu periode Mekkah dan
periode Madinah. Periode Mekkah disebut dengan ayat Makkiyah, sementara periode Madinah
disebut dengan ayat Madaniyah.Dalam periode Mekkah, ayat yang turun berisi ajaran tentang
akidah dan ajaran-ajaran tauhid. Periode Mekkah menurunkan 86 surat yang diturunkan dalam
jangka waktu 12 tahun 5 bulan.

Dalam periode Madinah, ayat yang turun umumnya berkaitan dengan hubungan manusia
sebagai makhluk sosial, aturan-aturan dalam kehidupan Islam, serta hukum Islam. Periode ini
ii
dimulai setelah hijrahnya Rasul ke Madinah.Periode Madinah menurunkan 28 surat dalam
jangka waktu sembilan tahun sembilan bulan. Ayat yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah
adalah Surat Al-Maidah ayat 5.

2.4 Pokok Kandungan Al-Qur'an

1. Akidah

Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk jamak Akidah
(‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah
berarti orang yang beriman (Mukmin). Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu
kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan
dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan
ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah
Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus
menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal
shalih) dalam kehidupannya sehari-hari. Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni
keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang
yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kagir, dan apabila meyakini adanya
Tuhan selain Allah Swt. dinamakan musyrik.

Dalam akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah Swt. itu Esa,
juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila
seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau
meyakini sebagian dari rukun iman saja. Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman
kepada Allah Swt., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah Swt.,
iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt., iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qadla’ dan
Qadar. Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di
dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut : ‫ َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا‬. ‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬. ‫ص َم ُد‬ َّ ‫ هَّللا ُ ال‬. ‫قُلْ ه َُو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬
‫" َأ َح ٌد‬Katakanlah (Muhammad saw.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah Swt. tempat meminta
segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu
yang setara dengan Dia.” (QS. al-Ikhlas: 1-4) ِ ‫ ٌّل آ َمنَ بِاهَّلل‬k‫ونَ ۚ ُك‬kُ‫ ِه ِم ْن َربِّ ِه َو ْال ُمْؤ ِمن‬kْ‫ز َل ِإلَي‬k ‫ُأ‬
ِ ‫ا ْن‬k‫و ُل بِ َم‬k‫َّس‬ ُ ‫آ َمنَ الر‬
‫ي ُر‬kkk‫ص‬ ِ ‫ك ْال َم‬
َ kkkْ‫ا َوِإلَي‬kkkَ‫كَ َربَّن‬kkkَ‫ا ۖ ُغ ْف َران‬kkkَ‫ ِم ْعنَا َوَأطَ ْعن‬kkk‫الُوا َس‬kkkَ‫لِ ِه ۚ َوق‬kkk‫ُس‬
ُ ‫ ٍد ِم ْن ر‬kkk‫ق بَ ْينَ َأ َح‬ ُ ‫ ِه َور‬kkkِ‫ ِه َو ُكتُب‬kkkِ‫“ َو َماَل ِئ َكت‬Rasul
ُ ‫ ِّر‬kkkَ‫لِ ِه اَل نُف‬kkk‫ُس‬
(Muhammad saw.) beriman kepada apa yang diturunkan kekepadanya (alQur’an) dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang
pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami
Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)

2. Ibadah dan Muamalah

ii
Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud
ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah Swt. dengan tunduk, taat
dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan
oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak
disembah. Karena keyakinan bahwa Allah Swt. mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam al-Qur’an
dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada
Allah Swt. Firman Allah Swt.:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬


‫دُو ِن‬kُ‫س ِإاَّل لِيَ ْعب‬ ُ ‫“ َو َما َخلَ ْق‬Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat : 56) Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada
karena diciptakan oleh Allah Swt., oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan
Allah Swt. Dan kebutuhan terhadap Allah Swt. itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-
Nya. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan. Sebagaimana ¿rman
Allah Swt.: ُ‫ك نَ ْست َِعين‬ َ ‫د َوِإيَّا‬kُ ُ‫ك نَ ْعب‬
َ ‫“ ِإيَّا‬Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5) Ibadah dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu : ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Ibadah mahdah artinya ibadah khusus yang
tata caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu
mahdah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak ditentukan secara khusus, yang
bertujuan untuk mencari ridha Allah Swt., misalnya: silaturrahim, bekerja mencari rizki yang
halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu, dan sebagainya. Selain beribadah kepada Allah
Swt. karena kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., manusia juga memiliki
kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an
tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah
Swt. tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan lain manusia dengan hubungannya
dalam kehidupan. (Misalnya: sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan
kegiatan lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini
disebut dengan mu’amalah. Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara
bermu’amalah, antara lain: ‫ ْد ِل‬k‫اتِبٌ بِ ْال َع‬k‫ا ْكتُبُوهُ ۚ َو ْليَ ْكتُبْ بَ ْينَ ُك ْم َك‬kَ‫ ّمًى ف‬k‫ ٍل ُم َس‬k‫ َد ْي ٍن ِإلَ ٰى َأ َج‬kِ‫دَايَ ْنتُ ْم ب‬kَ‫وا ِإ َذا ت‬kkُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar....” (QS. al-Baqarah : 282)

3. Akhlak

Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi
pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia
yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari. Dalam konsep bahasa Indonesia,
akhlak semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu fundamen penting
dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah saw. menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan
diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia. Dari Abu
Hurairah berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan
ii
akhlak yang baik." (HR. Ahmad) Nabi Muhammad saw. adalah model dan suri tauladan bagi
umat dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia (karimah).

Al-Qur’an merupakan sumber ajaran tentang akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan
manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian
beliau. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak beliau,
lalu Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan adalah beliau akhlak (al-Qur’an). Ayat-ayat al-
Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi Muhammad saw. antara lain adalah : َ‫لَقَ ْد َكان‬
‫يرًا‬kِ‫ َر هَّللا َ َكث‬k‫ َر َو َذ َك‬k‫وْ َم اآْل ِخ‬kَ‫و هَّللا َ َو ْالي‬kُ‫انَ يَرْ ج‬k‫نَةٌ لِ َم ْن َك‬k‫ َوةٌ َح َس‬k‫و ِل هَّللا ِ ُأ ْس‬k‫“ لَ ُك ْم فِي َر ُس‬Sungguh, telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah Swt.” (QS. al-Ahzab : 21)

4. Hukum

Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-
ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan
pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur,
sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagai sumber hukum ajaran
Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman
dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa ayat-
ayat alQur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah : ‫اس‬ ِّ ‫َاب بِ ْال َح‬
ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬ َ ‫ِإنَّا َأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْيكَ ْال ِكت‬
‫خَصي ًما‬
ِ َ‫ك هَّللا ُ ۚ َواَل تَ ُك ْن لِ ْلخَ اِئنِين‬
َ ‫“ بِ َما َأ َرا‬Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu
(Muhammad saw.) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa
yang telah diajarkan Allah Swt. kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang
yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.” (QS. an-Nisa’:105)

Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an adalah


meliputi : a. Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 221; QS. al-
Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24; QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-11. b. Hukum waris,
antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ : 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah :180; QS. al-
Maidah :106 c. Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 279, 280 dan
282; QS. al-Anfal : 56 dan 58; QS. at-Taubah : 4 d. Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam
QS. al-Baqarah : 178; QS. anNisa’ : 92 dan 93; QS. al-Maidah : 38; QS. Yanus : 27; QS. al-
Isra’ : 33; QS. asy-Syu’ara : 40 e. Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah :
190-193; QS. al-Anfal : 39 dan 41; QS. at-Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-Hajj : 39 dan 40 f.
Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat : 13

5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu

Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah atau
kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau
dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah
ii
tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar
senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah Swt. ‫ب ۗ َما‬ ِ ‫ص ِه ْم ِع ْب َرةٌ ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬
ِ ‫ص‬َ َ‫لَقَ ْد َكانَ فِي ق‬
َ‫ون‬kkُ‫وْ ٍم يُْؤ ِمن‬kkَ‫ ةً لِق‬k‫دًى َو َرحْ َم‬kُ‫ ْي ٍء َوه‬k‫صي َل ُكلِّ َش‬ ِ ‫ق الَّ ِذي بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬ ٰ
َ ‫“ َكانَ َح ِديثًا يُ ْفتَ َر ٰى َولَ ِك ْن تَصْ ِدي‬Sungguh, pada kisah-
kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala
sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)
Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman dan taat kepada
Allah Swt. maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya. Diharapkan dengan memperhatikan
kisah umat terdahulu, umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah Swt. dan
menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya. Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah
Swt., Allah Swt. telah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka, sebaliknya
bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah Swt. telah memberikan azab-Nya. ‫وح لَ َّما‬ ٍ ُ‫َوقَوْ َم ن‬
ٰ ‫َأ‬ ‫َأ‬ َّ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
ُ
. ‫اب الرَّسِّ َوقرُونًا بَ ْينَ َذلِكَ َكثِيرًا‬ َ ‫ َوعَادًا َوثَ ُمو َد َو صْ َح‬. ‫اس آيَة ۖ َو ْعتَ ْدنَا لِلظالِ ِمينَ َع َذابًا لِي ًما‬ ً ِ ‫َك َّذبُوا الرُّ ُس َل غ َرقنَاهُ ْم َو َج َعلنَاهُ ْم لِلن‬
َّ ْ ْ
‫يرًا‬kkِ‫ا تَ ْتب‬kkَ‫ا َل ۖ َو ُكاًّل تَبَّرْ ن‬kkَ‫هُ اَأْل ْمث‬kkَ‫ َر ْبنَا ل‬kk‫ض‬َ ‫“ َو ُكاًّل‬Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka
mendustakan para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu
pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; Dan
(telah Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di
antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan perumpamaan dan masing-
masing telah Kami hancurkan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan: 37-39)

6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi

Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyaratisyarat ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan
guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi ilmu telah
mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan baik. -Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5 ‫ ا ْق َرْأ‬. ‫ق‬ ٍ َ‫ق اِإْل ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي خَ ل‬
َ َ‫ خَ ل‬. ‫ق‬
ْ kِ‫ الَّ ِذي عَلَّ َم ب‬. ‫" َو َربُّكَ اَأْل ْك َر ُم‬Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
‫ا لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬kk‫انَ َم‬k‫ عَلَّ َم اِإْل ْن َس‬. ‫القَلَ ِم‬k
menciptakan, . Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Mahamulia,. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya." (QS. al-‘Alaq : 1-5) Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali
dengan perintah untuk membaca.

Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu
pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca
dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan. Ayat lain yang berisi dorongan untuk
menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadalah ayat 11. ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا‬
‫وا ْال ِع ْل َم‬kُ‫وا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوت‬kُ‫ع هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمن‬k َ ِ‫ح هَّللا ُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا ق‬
ِ َ‫ ُزوا يَرْ ف‬k‫ ُزوا فَا ْن ُش‬k‫ل ا ْن ُش‬k‫ي‬ ِ ِ‫ ال‬k‫حُوا فِي ْال َم َج‬k‫ َل لَ ُك ْم تَفَ َّس‬k‫قِي‬
ِ k‫حُوا يَ ْف َس‬k‫س فَا ْف َس‬
‫ي ٌر‬kkkِ‫ونَ َخب‬kkkُ‫ا تَ ْع َمل‬kkk‫ت ۚ َوهَّللا ُ بِ َم‬
ٍ ‫ ا‬kkk‫" د ََر َج‬Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
ii
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-
Mujadalah : 11).

2.5 Pengertian Hadist

Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau
waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan,
dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.

Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan,
perbuatan, dan perkataan.

Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang diucapkannya dalam
berbagai tujuan dan persuaian (situasi).

Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan


melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan menunaikan
ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari pihak penuduh.

Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh
Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu adakalanya
dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu,
sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila seseorang melakukan suatu perbuatan
atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa
yang dilakukan orang itu dan mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak
menyanggahnya, maka hal itu merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat
dilakukan pada dua bentuk :

Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi.
Dalam hal ini kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku berketerusan melakukan
perbuatan yag pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini tidaklah
menunjukkan bahwa perbuatan tersebut boleh dilakukannya. Dalam bentuk lain, Nabi tidak

ii
mengetahui berketerusannya si pelaku itu melakukan perbuatan yang di benci dan dilarang itu.
Diamnya Nabi dalam bentuk ini menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.

Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui pula
haramnya. Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya adalah meniadakan keberatan
untuk diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal
ia mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi berbuat kesaahan ; sedangkan Nabi terhindar
bersifat terhindar dari kesalahan.

2.6 Sejarah Hadist

Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad
SAW sebagai Rasul. Sabda dan perbuatan ini dikumpulkan para sahabat Nabi yang selanjutnya
disampaikan kepada sahabat lain. Masa pembentukan Hadits tiada lain masa kerasulan Nabi
Muhammad SAW itu sendiri, ialah lebih kurang 23 tahun.

Masa pembentukan

Pada masa ini Hadits belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau hafalan para
sahabat saja. perode ini disebut al wahyu wa at takwin. Periode ini dimulai sejak Muhammad
diangkat sebagai nabi dan rasul hingga wafatnya (610M-632 M).

Pada saat ini Nabi Muhammad sempat melarang penulisan Hadits agar tidak tercampur
dengan periwayatan Al Qur'an. Namun, setelah beberapa waktu, Nabi Muhammad SAW
membolehkan penulisan Hadits dari beberapa orang sahabat yang mulia, seperti Abdullah bin
Mas'ud, Abu Bakar, Umar, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, dan lainnya.

Masa penggalian

Masa ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 H atau 632 M. Pada
masa ini Hadits belum ditulis ataupun dibukukan, kecuali yang dilakukan oleh beberapa sahabat
seperti Abu Hurairah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, dan lainnya. Seiring
dengan perkembangan dakwah, mulailah bermunculan persoalan baru umat Islam yang
mendorong para sahabat saling bertukar Hadits dan menggali dari sumber-sumber utamanya.

Masa penghimpunan

Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima
Hadits baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke
bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya Hadits palsu.

ii
Pada masa pemerintahan Khalifah 'Umar bin 'Abdul 'Aziz sekaligus sebagai salah
seorang tabi'in memerintahkan penghimpunan Hadits. Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan Hadits
yang terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan Hadits marfu' dan mana yang mauquf
dan mana yang maqthu'.

Masa pendiwanan dan penyusunan

Abad 3 H merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan Hadits.


Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan Hadits terus dilanjutkan hingga dinyatakannya
bahwa pada masa ini telah selesai melakukan pembinaan maghligai Hadits. Sedangkan abad 5
hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Hadits seperti menghimpun
yang terserakan atau menghimpun untuk memudahkan mempelajarinya dengan sumber
utamanya kitab-kitab Hadits abad ke-4 Hijriyah.

2.7 Unsur Hadits

Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah tentunya harus disertai dengan pengenal
unsurnya. Menurut Khusniati Rofiah dalam buku Studi Ilmu Hadits, tiap Hadits memiliki dua
unsur utama yaitu sanad dan matan. Ada juga rawi yang menyampaikan Hadits. Unsur-unsur
Hadits adalah:

Rawi

Rawi dalam Hadits adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab
apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya
adalah ruwah dan perbuatannya menyampaikan Hadits disebut meriwayatkan Hadits.

Hadits yang ditakhrijkan dari suatu kitab Hadits pada umumnya membubuhkan nama
rawi terakhirnya pada akhir matan Hadits. Contohnya, Hadits di depan, rawi terakhirnya adalah
Imam Bukhari. Sedangkan rawi pertamanya adalah Abdullah (sahabat nabi).

Matan

Matan dalam Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover oleh
sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat ataupun Tabi’in. Baik
pembicaraan itu tentang Nabi atau taqrir Nabi.

Sanad

Sanad dalam Hadits adalah yang disebut sebelum matan Hadits. Sanad merupakan
silsilah orang-orang yang menghubungkan Hadits. Sisilah orang-orang maksudnya adalah

ii
susunan atau rangkaian orang-orang perawi Hadits yang menyampaikan materi Hadits sejak
mukharrij sampai kepada perawi terakhir yang bersambung kepada Nabi.

2.8 Pengertian Ijtihad

Ijtihad adalah usaha yang dilakukan untuk mencapai sesuatu melalui pemikiran yang
didasarkan oleh Alquran dan Hadist. Kata Ijtihad menurut bahasa artinya mengerahkan segala
kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit.

Kata Ijtihad berasal dari bahasa Arab, “Al-Jahdu” yang artinya “daya upaya atau usaha
yang keras.” Dari pemahaman tersebut, dipahami bahwa Ijtihad adalah pengerahan seluruh
kemampuan untuk melakukan sebuah proses penafsiran untuk memperluas pemahaman hukum
Islam.

Dalam Islam, Ijtihad merupakan salah satu sumber penetapan hukum Islam. Ijtihad
dipandang sebagai sumber hukum ketiga setelah Al-Quran dan Hadist. Seseorang yang
melakukan Ijtihad, disebut sebagai Mujtahid bagi laki-laki, dan Mujtahida bagi perempuan.

2.9 Jenis Ijtihad

a. Ijma’

Ijma’ merupakan kesepakatan untuk menetapkan hukum sebuah masalah sesuai dengan
ketentuan agama Islam. Kemudian, kesepakatan tersebut menghasilkan Fatwa yang artinya
keputusan yang sudah diambil bersama dan harus diikuti oleh semua umat.

b. Qiyas

Qiyas sederhananya adalah sebuah pengibaratan atau analogi terhadap hukum sesuatu
dengan melihat persamaan prinsip. Misalnya, ketika sebuah perkara yang terjadi di masa kini
pernah terjadi di masa sebelumnya dan memiliki kesamaan sebab, akibat, bahaya, dan aspek
lainnya. Hasil keputusan Qiyas disamakan dengan hasil ketetapan perkara sebelumnya.

c. Maslahah Mursalah

Maslahah Mursalah adalah cara menetapkan hukum Islam berdasarkan pada


pertimbangan manfaat dan kegunaannya. Misalnya adalah penerapan hukum penjara dan adopsi
sistem keuangan Romawi yang dilakukan oleh Khalifar Umar bin Khattab.

d. Sududz Dzariah

Sududz Dzariah adalah sebuah keputusan hukum atas hal mubah, makruh, atau haram
demi kepentingan umat Islam. Salah satu contohnya adalah menanam pohon anggur. Dalam

ii
Islam, diperbolehkan untuk menanam pohon anggur namun haram hukumnya jika anggur
tersebut diproduksi menjadi minuman keras.

e. Istishab

Istishab adalah suatu penetapan hukum atau aturan hingga ada alasan tepat untuk
mengubah ketetapan tersebut. Misalnya ketika seseorang melakukan wudhu untuk solat Subuh,
maka wudhu tersebut masih diperhitungkan pada saat ia melakukan solat Dhuha.

f. Urf

Urf adalah penetapan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat
selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist. Misalnya berdasarkan Al Urf al-Khash,
yaitu urf yang berlaku pada suatu tempat, contohnya adalah kegiatan halal bihalal yang hanya
berlaku di Indonesia.

g. Istihsan

Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya, karena
adanya dalil syara’ yang mewajibkannya. Contohnya adalah dalam dunia kesehatan, yakni ketika
dokter memeriksa pasien lawan jenis dan mengharuskan ia melihat auratnya. Menurut Istihsan,
dokter diperbolehkan melihat aurat lawan jenis demi kepentingan kesehatan pasien.

ii
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat. Sumber ajaran
agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber ajaran agama islam
primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber ajaran agama islam
sekunder adalah ijtihad.

Kemudian, mengenai sumber-sumber hukum Islam dapat kita simpulkan bahwa segala
sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu berlandaskan Al-
qur’an yang merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara
mutawatir dan diturunkan melalui malaikat Jibril dan membacanya di nilai sebagai Ibadah, dan
Al-Sunnah sebagai sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi
kandungan Al-qur’an dan lain sebagainya.

ii
3.2 Saran

Marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-qur’an dan Al-sunnah sebagai pedoman
dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari hukum agama Islam dan
sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun diakhirat nanti.agar hidup yang
kita jalani lebih sempurna dan mempunyai tujuan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.hijup.com/magazine/arti-dan-makna-alquran/

https://www.liputan6.com/hot/read/5111826/pengertian-al-quran-menurut-para-ahli-dan-18-
nama-lainnya

https://m.kumparan.com/pengertian-dan-istilah/mengenal-pengertian-alquran-menurut-bahasa-
dan-istilah-20L2nKWaHSv

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6646083/menelusuri-sejarah-turunnya-al-quran-
kisah-penuh-makna-dan-hikmah

https://www.bacaanmadani.com/2017/10/6-isi-pokok-kandungan-al-quran.html?m=1

https://www.liputan6.com/hot/read/4877999/pengertian-hadits-menurut-bahasa-dan-istilah-
unsur-serta-sejarahnya

https://satriodatuak.com/makalah-sumber-ajaran-ajaran-agama-islam/

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai