Anda di halaman 1dari 9

RESUME PERBEDAAN SUMBER ILMU DARI PANDANGAN ISLAM

DENGAN PANDANGAN SCIENTIFIC


MATA KULIAH MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
Dosen Pengampu: Sabri, S.E., M.Si

DISUSUN OLEH:
NAMA: SISRI SIAGIAN
NIM: B1B121072

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALI OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas resume ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan dari resume ini adalah untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Manajemen Bisnis Syariah. Selain itu, resume ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai Perbedaan Sumber Ilmu Dari Pandangan
Islam Dengan Pandangan Scientific. Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu
Sabri, S.E., M.Si selaku dosen Manajemen Bisnis Syariah yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Saya juga menyadari, resume yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan
demi kesempurnaan resume ini.
Wassalamualaukum Warahmatullohi Wabarakatu

Kendari, 18 November 2022


A. SUMBER ILMU DARI PANDANGAN ISLAM
1. ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Islam mewajibkan pencarian ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW.
Menegaskan dalam sebuah hadits yang terkenal
‫“طلب العلم فريضة على كل مسلم‬

"Menuntut Ilmu itu Wajib bagi setiap Muslim”

Ilmu menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Penekanan kepada
ilmu dalam ajaran Islam sangat jelas terlihat dalam Al Qur’an, sunnah Nabi SAW,
dan ajaran semua tokoh Islam dari dulu sampai sekarang. Diantara yang paling
utama adalah Al Quran surah Al-‘Alaq; ayat 1-5 yang memberikan tekanan pada
pembacaan sebagai wahana penting dalam usaha keilmuan, dan pengukuhan
kedudukan Allah SWT, Sebagai sumber tertinggi Ilmu Pengetahuan manusia,
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

Ibnu Katsir menafsirkan kelima ayat di atas dan menyoroti pentingnya ilmu bagi
manusia. Ibnu katsir menulis ;
“ Dalam ayat-ayat ini terdapat peringatan bahwasanya manusia diciptakan dari
segumpal darah. Dan di antara bentuk anugerah Allah Ta’ala adalah mengajarkan
manusia apa yang semula tidak di ketahuinya. Maka kemuliaan dan keagungan
manusia terletak pada ilmu. Dan, Inilah kemampuan yang membuat bapak manusia,
Adam lebih istimewa daripada malaikat. “
Dalam kitab Shahih Muslim bahwa Nabi SAW secara khusus menjamin bahwa
orang yang berilmu dan ilmunya tersebut bermanfaat bagi orang lain, maka
pahalanya akan terus mengalir walaupun orang bersangkutan sudah meninggal
dunia. Penghormatan terhadap ilmu dan janji ganjaran dari Allah SWT, telah menjadi
semacam insentif bagi umat islam dalam menciptakan sebuah budaya ilmu yang
universal. Budaya ilmu yang universal tersebut adalah seperti dijelaskan Wan Mohd
Nor Wan Daud bahwa budaya ilmu yang lahir di tengah masyarakat Muslim
terbentuk tidak hanya memerhatikan kaidah deduktif saja, tapi juga kaidah induktif.

2. SUMBER-SUMBER ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISLAM


Sumber ilmu primer dalam epistimologi Islam adalah wahyu yang diterima oleh
nabi yang berasal dari Allah SWT, sebagai sumber dari segala sesuatu. Al-Wahyu
atau wahyu merupakan masdar (infinitive) yang memberikan dua pengertian dasar,
yaitu tersembunyi dan cepat. Pengertian Wahyu secara Etimologi meliputi;
a) Ilham sebagai bawaan dasar manusia
b) Ilham berupa naluri pada binatang
c) Isyarat yang cepat menurut rumus dan kode.
d) Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam
diri manusia, serta
e) Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah
untuk dikerjakan.
Namun, Makna wahyu sebagai istilah adalah “Kalam Allah yang diturunkan
kepada seorang nabi”. Definisi ini menggunakan pengetian Maf’ul, yaitu al-muha
yang berarti diwahyukan.
Oleh karena itu, penjelasan mengenai sumber ilmu dalam epistimologi Islam
ditekankan kepada; Pertama, Kalam Allah, berupa kitab suci Al Qur’an. Kedua, Nabi
atau Rasulullah sebagai penerima wahyu, dalam hal ini merujuk kepada hadits, yaitu
segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah SAW, baik ucapan,perbuatan,
maupun ketetapan yang berhubungan dengan hokum atau ketentuan-ketentuan
Allah SWT. Yang disyariatkan kepada manusia.
1. Al Qur’an
Al Quran Merupakan wahyu Allah SWT, yang diturunkan kepada Rosulullah
Muhammad SAW. Oleh karena itu Al Qur’an menempati urutan utama dalam Hirarki
sumber ilmu dalam Epistimologi Islam.
Al Qu’an sebagai sumber ilmu di jelaskan melalui ayat-ayat yang menyatakan
bahwa al Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia dan alam semesta yaitu dalam
surat At-Takwir Ayat 27, Al Furqon ayat 1, dan Al Baqorah ayat 185. Al Qur’an juga
merupakan Dustur Universal yang menjelaskan segala seuastu karena dia di sifati
dzat yang menurunkannya, yaitu Rabb Semesta Alam.
Al Qu’an Menurut definisi mayoritas ulama’ adalah Kalam atau Firman Allah
SWT yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW yang pembacaannya
merupakan suatu Ibadah. Al Quran memiliki berbagai keistimewaan yang tidak
dimiliki kitab-kitab yang terdahulu, karena kitab-kitab terdahulu hanya diperuntukkan
bagi satu zaman tertentu. Dengan keistimewaan tersebut, Al-Quran mampu
memecahkan problem kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan, yaitu rohani
dan jasmani, masalaah sosial serta ekonomi.
Menurut Muhammad Al-ghazali, pada dasarnya Al-Quran memberikan kepada
umat Islam wawasan yang luas dan metode pemikiran yang jelas yang dapat
digunakan oleh setiap generasi serta ilmu yang dibarengi dengan iman, yang sama
sekali tidak ada pertentangan diantara keduanya. Seperti yang dikemukakan diatas
bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran al-Quran adalah ilmu pengetahuan
dari berbagai disiplin yang diiisyaratkan. Memang terbukti, bahwa sekian banyak
ayat Al-quran yang berbicara tentang hakikat-hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada
masa turunnya, namun terbukti kebenarannya ditengah-tengah perkembangan ilmu,
seperti:
● Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47)
● Matahari adalah planet yang bercahaya, sedangkan bulan adalah pantulan
dari cahaya matahari (QS 10:5)
● Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisan-lapisan yang berasal
dari perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan
(QS 27 :88)
● Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi
matahari menjadi tenaga kimia melalui fotosintesis sehingga menghasilkan
energi (QS 36:80). Bahkan istilah al-Quran, al-syajar al-akhdar (pohon yang
hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut
bukan hanya terdapat dalam daun saja, tapi disemua bagian pohon, dahan,
dan ranting yang warnanya hijau.
● Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan setelah
fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7;96:2)
Bukti lain dari kebenaran al-Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan yaitu pada
zaman dahulu orang memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu
yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan diangkasa. Namun setelah
ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan juga semakin berkembang, orang
akhirnya mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gugusan
yang dinamakan galaksi yang dialam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar. Sedangkan
masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masing-masing
peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan satu sama
lain.
2. HADITS
Allah SWT menyatakan bahwa Rasulullah SAW merupakan sumber ilmu yang
akan mengajarkan kitab serta hikmah.
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-
Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS Al
Baqorah;15)
Al Qur’an dan hadits adalah pedoman hidup, sumber hukum, ilmu, dan ajaran
Islam, serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Al Qur’an merupakan sumber primer yang banyak memuat pokok-pokok ajaran
islam sedangkan hadits merupakan penjelas (bayan) bagi keumuman isi Al Qur’an.
Seorang muslim tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam dan
lengkap tanpa kehadiran Al Qur’an dan hadits , bahkan seorang mujtahid atau orang
berilmu sekalipun tidak diperbolehkan hanya mencukupkan diri menggunakan salah
satu diantara keduanya. Umat Islam diwajibkan mengikuti hadits sebagaimana
diwajibkan atas mereka untuk mengikuti Al Qur’an Jika tidak, mereka akan di
kategorikan sebagai golongan “ingkar hadits” dan diancam dengan neraka.
Sunnah merupakan sumber bagi da’wah dan bimbingan bagi seorang muslim,
sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dan
sosial yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan
kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka.
Cara mempelajari atau mengetahui sumber suatu ilmu pengetahuan diantaranya:
a) Semangat membaca alam sebagai ayatullah pertama
Satu hal yang menarik ialah bahwa al-quran sangat menggalakkan manusia
memperhatikan bahkan meneliti alam dan menemukan ayat-ayat Allah yang
mengatur fenomena itu. Ibnu Rusy, sarjana muslim yang terkenal pernah
mengatakan, bahwa alam raya ini adalah kitab Allah yang pertama, sebelum kitab-
kitab Allah yang lain yang berbentuk wahyuNya. Gejala alam telah berbicara kepada
mereka yang mau mengerti akan ayat-ayat Allah yang telah dipatuhi alam itu.
Didalam praktek, sunnatullah yang diketemukan para Saintis itu selalu melalui
beberapa percobaan atau eksperimen.
b) Pendekatan Hadis
● Hilir ke hulu
Pendekatan hulu berangkat dari penemuan IPTEK menuju Sunnah yang
bertujuan untuk menemukan hadis yang mungkin menjadi sumber temuan
tersebut. Contoh: teori tentang Geosentris dan Heliosentris, setelah
dicocokkan dengan al-Hadis ternyata terbukti bahwa pusat tatasurya adalah
matahari bukan bumi
● Hulu ke hilir
Hadis ke iptek contohnya tentang melihat bulan pada saat akan mulai
puasa ramadlan, sebagaimana hadis nabi: “mulailah berpuasa setelah
merukyat hilal dan beridul fitrilah setelah merukyatnya; jika langit tertutup
awan lakukanlah pengkadaran” (H.R Bukhori Muslim).
Diilhami oleh hadis tersebut dan dimotivasi oleh perbedaan dan kontroversi
penentual awal dan akhir ramadlan, maka ICMI Orsat Kawasan Puspitek dan
sekitarnya bekerja sama dengan Orsat Pasar Jumat dan sekitarnya
menemukan teleskop rukyat. Sistem ini menggunakan teknologi mutakhir dari
teleskop, filter substraksi,pengolahan citra, perekaman video, computer dan
telekomunikasi.
3. AKAL DAN KALBU
Sumber Ilmu selain wahyu dalam epistimologi Islam adalah Akal (‘aql) dan Kalbu
(Qalb). ‘aql sebagai mashdar tidak disebutkan dalam Al Qur’an. Tetapi sebagai kata
kerja ‘aqala dengan segala akar katanya terdapat dalam Al Qur’an sebanyak 49 kali.
Semuanya menunjukan unsur pemikiran pada manusia.
Secara etimologi, kata ‘aql dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja
aqalaya’qilu-aqlan, Kamus-kamus Arab memberikan arti ’aql (secara harfiah) dengan
pengertian al-imsak menahan, al-ribath ‘ikatan’, al-hijr ‘menahan’, al-nahy ‘melarang’
dan man’u’ mencegah. Orang yang berakal (al-‘aqli) adalah orang yang mengekang
dirinya dan menolak keinginan hawa nafsunya.
Merujuk pada kamus Besar Bahasa Indonesia, akal mempunyai beberapa
pengertian yang berbeda, yaitu :
● Daya Pikir ( Untuk Mengerti dan Sebagainya )
● Daya, Upaya, cara Melakukan sesuatu,
● Tipu Daya, Muslihat, dan
● Kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungan.
Sedangkan Kalbu dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi hati. Namun
Demikian, hati selain memiliki arti biologis (liver), juga memiliki pengertian sebagai
sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai sesuatu yang ada
di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan
tempat menyimpan pengertian-pengertian (perasaan-perasaan).
4. INDRA
Al Qur’an mengajak manusia untuk menggunakan indra dan akal sekaligus dalam
pengalaman manusia, baik yang bersifat fisik maupun metafisik karena indra dan
akal saling menyempurnakan. Ali Abdul Azhim berpendapat bahwa kedua sumber
ilmu tersebut tidak terpisah dan berdiri sendiri-sendiri sebagaimana pemahaman
mazhab empirisme dan rasionalisme. Allah SWT selalu menyeru manusia untuk
menggunakan nikmat indra dan akal secara simultan. Orang orang yang
mengabaikan indra dan kalbu, maka tersesat dan jauh dari kebenaran.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya. (QS Al-Isra; 36 )
Dari ayat-ayat tersebut, tampak jelas bahwa Al Qur’an telah menempatkan
tanggung jawab atas indra dalam kaitannya sebagai sumber ilmu. Begitu juga
dengan hati (fuad) yang sama-sama dimintai pertanggung jawabannya karena
keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya dan merupakan satu kesatuan
dalam menerima ilmu. Pancaindra lebih menguasai manusia menurut Al-Ghazali
merupakan hal bersifat fitrah.
Menurut Al-Ghazali, Panca indra merupakan sarana penangkap pertama yang
muncul dari dalam diri manusia, disusul dengan daya khayal yang menyusun aneka
bentuk susunan, dari patrikular-patrikular yang ditangkap indra, kemudian tamyiz
(daya pembeda) yang menangkap sesuatu diatas alam empiric sensual disekitar
usia tujuh tahun, kemudian disusul oleh akal yang menangkap hukum-hukum akal
yang tidak terdapat pada fase sebelumnya. Pancaindra diibaratkan sebagai tentara
kalbu yang disebarkan ke dunia fisis-sensual, dan berpotensi di wilayahnya masing-
masing dan laporannya berguna bagi akal. Yang paling dominan diantara
pancaindra menurut Al-Ghazali adalah Indra penglihatan.

SEDANGKAN

B. Sumber Ilmu Dari Pandangan Scientific


1. Pandangan filsafat mengenai ilmu pengetahuan
Dari pandangan filsafat, ilmu terbentuk karena manusia yang selalu berusaha
untuk berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya, dan ilmu itu sendiri
merupakan hasil produk dari pemikiran epistemologi yang berarti seluruh usahanya
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
2. Ilmu pengetahuan dan bebas nilai
● Hubungan ilmu pengetahuan dan bebas nilai ini mempunyai kesamaan
dalam paradigma yaitu menyatakan bahwa keduanya sama-sama memegang
paradigma pragmatisme.
● Hubungan lainnya adalah terhadap bebas nilai yang merupakan tuntutan
terhadap setiap kegiatan ilmiah yang didasarkan pada hakikat ilmu
pengetahuan itu sendiri dan tujuannya agar ilmu pengetahuan itu tidak tunduk
pada pertimbangan lain yang berada diluar ilmu pengetahuan sehingga
mengalami distorsi dan supaya kebenaran tidak dikorbankan untuk nilai yang
berada diluar ilmu pengetahuan. Ilmu pun harus bebas dari berbagai
pengandaian dan perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu
pengetahuan terjamin serta penelitian ilmiah yang pastinya tidak luput dari
pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan imu.
● Ilmu pengetahuan sendiri memiliki usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, serta meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Ilmu pengetahuan juga bukan sekedar
pengetahuan, melainkan juga untuk merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan beberapa metode yang dipercaya dalam bidang tertentu.
3.Perbedaan ontologi ilmu, epistomologi ilmu, dan axiologi ilmu
● Ontologi ilmu, merupakan objek apa yang ditelaah ilmu karena diversifikasi
ilmu terjadi atas dasar spesifikasi obyek telaahannya.
● Epistomologi ilmu, merupakan sebuah proses untuk pemerolehan ilmu yang
berasal dari pengalaman atau research
● Aksiologi ilmu, merupakan kegunaan ilmu untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam meningkatkan kualitas hidup manusia
4. Kerangka berpikir ilmiah dalam menyusun suatu proposal penelitian
● -menentukan variabel topik yang akan dibahas
● membaca dan mencari sumber bacaan seperti buku dan jurnal-jurnal
penelitian
● memberikan penjelasan teori yang ada
● mengemukakan argumen dengan dasar teoritis mengenai masalah yang
dibahas
● merumuskan model penelitian
5. Tahap berpikir dalam penemuan kebenaran ilmiah
● . Skeptis, yang ditandai dengan cara orang dalam menerima suatu kebenaran
atas informasi dalam artian lain tidak menerima informasi mentah-mentah dan
berusaha untuk menggali fakta-fakta terhadap informasi tersebut
● Analitik, yang ditandai dengan cara orang dalammelakukan setiap kegiatan
dengan memikirkan apakah yang dikerjakannya relevan atau mencari
masalah utama dari kegiatan tersebut
● Kritis, yang mana ditandai dengan orang yang selalu berusaha untuk
mengembangkan apa yang dihadapinya secara objektif agar pernyataannya
dapat sesuai dengan logis.
DAFTAR PUSTAKA

al-Ghazali , Imam, Ihya’ ‘Ulumuddin: Keajaiban hati, Akhlak yang Baik, Nafsu
Makan& Syahwat, Bahaya Lidah, buku ke-6, Bandung: Penerbit Marja’ , 2005.

al-Ghazali, Muhammad. Berdialog dengan AL-Quran, cetakan ke-4, Bandung:


Mizan. 1999.

Anwar, Saeful. Filsafat Ilmu Al-Ghazali, Bandung; Pusaka Setia, 2007. As-Showy,
Ahmad dkk, Mu’jizat al-Quran dan As-Sunnah tentang IPTEK, Jakarta:Gema Insani
Press.1995.

Daud, Wan Mohd. Nor Wan. The Concept of Knowledge in Islam and its Implications
for Education in developing Country, terj. Munir, Konsep Pengetahuan dalam Islam,
Bandung:Pustaka, 1997 M.

Hendricks, Vincent E. Mainstream and Formal Epistimology, Cambridge: Cambridge


University Press, 2006

Tafsir, Ahmad . Filsafat Ilmu; Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi


Pengetahuan, Cetakan Ke-4, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009.

Anda mungkin juga menyukai