Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Sumber Hukum Islam


(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Islam)

DOSEN PENGAMPU : H.M.Syaikhul Arif, Lc.M.Sy

Disusun oleh
Kelompok : III
1. Mauizatul Mahmudah (18.24.239)
2. Syuhada (18.24.247)

JURUSAN HTN-A
SEMESTER III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


AN-NADWAH KUALA TUNGKAL
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia kepada kita
umat Rasulullah, sehingga detik ini kita masih merasakan kasih sayang berupa
limpahan rahmat serta hidayah-Nya, mampu menghirup udara segar dan
menikmati indahnya ciptaan Tuhan serta kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sumber Hukum Islam”.

Sholawat kita hadirkan kepada baginda dan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Ucapan terimakasih kepada Dosen Pengampu yang telah sudi kiranya


memberikan ilmunya kepada kami melalui mekanisme pembuatan makalah dan
memimbimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih juga kepada
rekan-rekan sekalian yang bersama-sama mengorbankan waktu, fikiran serta
tenaganya untuk membuat makalah ini, mungkin tanpa kerjasama rekan-rekan
makalah ini tidak selesai sebagaimana kita lihat saat ini.

Terakhir kami sampaikan, jika nanti dalam pembahasan makalah ini


terdapat banyak kesalahan ataupun terdapat kata-kata yang tidak sopan yang
seharusnya tidak kami cantumkan, kami penyusun makalah mohon ampun dan
maaf yang tak terhingga serta mohon maklum, kami disini masih dalam tahap
belajar dalam menggali ilmu pengetahuan.

Atas perhatian dan kemaklumannya kami ucapkan terimakasih.

Kuala Tungkal, September 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumber Hukum Islam 3
B. Macam-macam Sumber Ajaran Islam 4
C. Al-Qur’an sebagai Sumber Utama Ajaran Islam 4
D. Hadits sebagai Sumber Hukum Islam 8
E. Ar-Ra’yu (Penalaran) 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 14
B. Kritik dan Saran 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam berkembang sangat pesat ke seluruh penjuru dunia dengan
kecepatan yang menakjubkan, yang sangat menarik dan perlu diketahui bahwa
Dinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah suatu agama
yang sekaligus menjadi pandangan atau pedoman hidup. Banyak sumber-
sumber ajaran Islam yang digunakan mulai zaman muncul pertama kalinya
Islam pada masa rasulullah sampai pada zaman modern sekarang ini. Sumber-
sumber yang berasal dari agama Islam merupakan sumber ajaran yang sudah
dibuktikan kebenarannya yaitu bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia,
sumber-sumber ajaran Islam merupakan sumber ajaran yang sangat luas dalam
mengatasi berbagai permasalahan seperti bidang akhidah, sosial, ekonomi,
sains, teknologi dan sebagainya.
Sumber utama hukum Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah terhadap
segala masalah yang tidak diterangkan dalam kedua sumber tersebut, kaum
muslimin diperbolehkan berijtihad dengan mempergunakan akalnya guna
menentukan ketentuan hukum.
Islam sangat mendukung umatnya untuk mempelajari ilmu
pengetahuan, terutama yang bersumber dari sumber ajaran Islam yaitu Al-
Qur’an, Sunah, Ijma’, Qiyas dan juga ijtihad. Begitu sempurna dan
lengkapnya sumber-sumber ajaran Islam. Namun permasalahan disini adalah
banyak umat Islam yang belum mengetahui betapa luas dan lengkapnya
sumber-sumber ajaran Islam guna mendukung umat Islam untuk maju dalam
bidang pengetahuan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Sumber Hukum Islam?
2. Apa saja sumber-sumber ajaran Islam?
3. Bagaimana Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam?
4. Bagaimana Hadits sebagai sumber hukum kedua ajaran Islam?
5. Apa saja yang terdapat dalam Ar Ra’yu (Penalaran)?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan yang dicapai dalam makalah ini
adalah:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Islam.
2. Untuk mempermudah memahami tentang Sumber Hukum Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Hukum Islam


Sumber adalah asal sesuatu. Sumber hukum islam adalah asal (tempat
pengambilan) hukum islam. Adapun sumber hukum islam adalah Alquran,
Alhadis, dan Ar-ra’yu (penalaran). 1
Alquran sebagai sumber hukum yang pertama dan utama sebagaimana
yang diungkapkan oleh Allah dalam Alquran Surah An-Nisaa’ (4) ayat 105.

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Alquran kepada engkau


(Muhammad) dengan kebenaran, supaya engkau menghukum di antara
manusia dengan apa yang Allah telah tunjukkan kepada engkau ....
Al-quran menurut kaidah hukum fundamental yang perlu dikaji
dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. Menurut keyakinan umat Islam,
yang dibenarkan peneliti ilmiah terakhir Maurice Bucaille, Alquran kitab
yang memuat Wahyu (firman) Allah, asli seperti yang disampaikan oleh
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya sedikit demi
sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 Hari, mula-mula di Mekah kemudian di
Madinah untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam
kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat
kelak. Lebih jauh Maurice Bucaille dalam bukunya Le Bible Quran Et La
Science telah membuktikan bahwa banyak ayat-ayat al-quran itu yang cocok
dengan ilmu pengetahuan modern. Karena di dalam Alquran, masih banyak
teori ilmu pengetahuan modern yang belum diungkap oleh manusia. Namun
sangat berguna bagi keselamatan atau kesejahteraan manusia di masa
mendatang.2

1
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Sinar Grafika: Jakarta,
2013) hal 24
2
Ibid, hal. 25

3
B. Macam-Macam Sumber Ajaran Islam
Sumber adalah tempat pengambilan, rujukan atau acuan dalam
penyelenggaraan ajaran Islam, karena itulah sumber memiliki peranan yang
sangat penting bagi pelaksanaan ajaran Islam. Dari sumber inilah umat Islam
dapat memiliki pedoman-pedoman tertentu untuk melaksanakan proses ajaran
Islam, tanpa adanya suatu sumber maka umat Islam akan terombang-ambing
dalam menghadapi ideologi dan bisa jadi akan berahir pada kesesatan atau
kenistaan.
Dalam pembahasan disini akan diuraikan macam-macam sumber
ajaran Islam yang diantaranya meliputi:
1. Al-Quran
2. Sunah
3. Ijtihad

C. Al-Qur’an Sebagai Sumber Utama Ajaran Islam


1. Pengertian Al-Qur’an
Alquran adalah kitab suci yang berisi wahyu Ilahi yang menjadi
pedoman hidup kepada manusia yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya.
3
Selain itu, Alquran menjadi petunjuk yang dapat menciptakan manusia
menjadi bertakwa (predikat yang tertinggi di hadapan Allah) kepada Allah
SWT. Oleh karena itu, Alquran banyak mengemukakan prinsip-prinsip umum
yang mengatur kehidupan manusia dalam beribadah kepada Allah SWT,
Alquran banyak mengemukakan prinsip prinsip umum yang mengatur
kehidupan manusia dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
meskipun kegiatan muamalah terjadi secara interaktif antara sesama makhluk,
termasuk alam semesta. Namun al-qur’an dan al-hadits tetap menjadi hukum
dasar yang harus dipedomani oleh manusia berdasarkan prinsip bahwa semua
kegiatan itu berada dalam kegiatan beribadah kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Dengan demikian, semua perbuatan manusia adalah ibadah kepada

3
Zainuddin Ali, Loc.Cit

4
Allah sehingga tidak boleh bertentangan dengan hukum Nya, dan ditujukan
untuk mencapai keridaan-Nya ( Zainuddin Ali, 2001: 95).
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan
suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun
sejak manusia mengenal tulisbaca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi AlQur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.4 Al-Quran
adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan,
semakin tampak validitas kemukjizatannya.5 Al-Qur’an dalam kajian Ushul
Fiqh merupakan objek pertama dan utama pada kegiatan penelitian dalam
memecahkan suatu hukum. Al-Qur’an meurut bahasa berarti “bacaan” dan
menurut istilah Ushul Fiqh Al-Qur’an berarti “kalam (perkataan) Allah yang
diturunkannya dengan perantaraan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
SAW, dengan bahasa arab serta dianggap beribadah membacanya”.6
Alquran sebagai pedoman yang abadi bagi kehidupan manusia
mempunyai tiga jenis petunjuk, yaitu sebagai berikut.
Pertama, ajaran yang didalamnya memberi pengetahuan tentang
struktur kenyataan dan posisi manusia. ajaran dimaksud berisi petunjuk
akhlak atau moral serta hukum atau syaria,t yang mengatur kehidupan
manusia sehari-hari ajaran itu juga mengandung metafisika tentang Tuhan,
kosmologi tentang alam semesta serta kedudukan berbagai makhluk yang
benda di dalamnya, dan membicarakan kehidupan di akhirat. Selain itu
mengandung ajaran tentang kehidupan manusia, tentang sejarah dan
eksistensi manusia serta arti dari keduanya. ia mengandung segala Pelajaran
yang diperlukan oleh manusia untuk mengetahui Siapa dirinya di mana ia
berada dan kemana ia pergi. karena Alquran adalah dasar dan hukum Tuhan
dan pengetahuan metafisika.
Kedua, Alquran berisi petunjuk yang menyerupai ringkasan sejarah
manusia baik rakyat biasa, raja, orang-orang suci, maupun Nabi dan Rasul

4
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Cet XVI (Bandung :PT. Mizan Pustaka, 2005) hal 3
5
Syaikh Manna’ Al-Qathathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Cet III (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2008) hal 3
6
Satria Effendi, Ushul Fiqh, Cet III (Jakarta: Kencana, 2009) hal 79

5
Allah SWT sepanjang zaman yang mereka ditimpa cobaan. Walaupun
petunjuk itu dalam bentuk sejarah, tetapi ditujukan kepada manusia. Petunjuk
dimaksud, diturunkan kepada manusia di masa lalu, kini dan akan datang,
meskipun mengambil tempat dan waktu yang telah lalu. Para pendusta yang
mendustakan kebenaran Alquran dan Agama Islam salah ada pada setiap saat,
begitu pula mereka yang mengingkari Tuhan ataupun mereka yang berada di
jalan lurus. Mereka yang diberi siksa-Nya dan mereka yang diberi karunia-
Nya selalu ada pada setiap ruang dan waktu. Jadi, Alquran adalah petunjuk
tentang kehidupan manusia yang dimulai dengan kelahiran dan diakhiri
dengan kematian dimulai darinya dan kembali kepada-Nya.7
Ketiga, Al Quran berisi sesuatu yang sulit dijelaskan dalam bentuk
bahasa biasa Ayat-Ayat Alquran berasal dari Firman Allah SWT,
mengandung kekuatan yang berbeda dari apa yang kita pelajari dalam
Alquran secara rasional. Ayat-ayat itu mempunyai kekuatan untuk
melindungi manusia. Itulah sebabnya kehadiran fisika Alquran sendiri
membawa berkat bagi manusia. Apabila seorang muslim menghadapi
kesulitan, ia membaca ayat-ayat tertentu di dalam Alquran untuk
menenangkan dan menghibur hatinya. Menurut ajaran Islam, membaca
Alquran adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
merupakan ibadah (H. Mohammad Daud Ali, 1991 : 73)

2. Wahyu Al-Qur’an
Wahyu adalah al-isyarah as-sari’ah, yaitu pesan-pesan Allah yang
disampaikan dengan jalan berisikan kedalam Sukma Rasulullah SAW dengan
kata-kata yang tersembunyi dalam waktu sangat cepat atau sebagian ditandai
dengan tanda-tanda fisika Wahyu dapat disampaikan dengan Gemerincing
lonceng suara lebah melalui mimpi dan melalui Malaikat Jibril yang
menyerupakan seorang laki-laki isi dari semua Wahyu hanya Rasulullah
SAW yang mengetahuinya atas dasar pengetahuan yang diterima secara

7
Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 26

6
langsung dari Allah SAW oleh karena itu makna Wahyu adalah bisikan yang
tersembunyi rahasia atau bishautin mujaradin.8

3. Isi dan Pesan-pesan Alquran


Ayat-ayat Alquran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad lebih kurang 13
tahun ketika ia berada di Mekkah (sebelum hijrah ke Madinah) dan 10 tahun
diturunkan Alquran itu sesudah ia hijrah ke Madinah.9 Alquran yang menjadi
sumber nilai dan norma umat Islam terbagi ke dalam Isi al-quran terdiri dari
30 Jus (bagian), 114 surah (bab), 6236 ayat, 74437 kalimat, dan 325345 huruf
proporsi masing-masing fase tersebut adalah 86 surat untuk ayat-ayat
Makkiyah dan 28 surat untuk ayat-ayat Madaniyah.
Selanjutnya Abdul Wahab Khalaf lebih memerinci pokok-pokok
kandungan Al-Qur’an ke dalam 3 kategori, yaitu:10
1) Hukum i’tiqadiyah,, yaitu hukum yang berkaitan dengan kewajiban pada
subjek hukum untuk mempercayai Allah malaikat nya kitab nya rasul-
Nya dan Hari pembalasan.
2) Hukum akhlak, yaitu hukum Allah yang berhubungan dan kewajiban
seorang subjek hukum untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat
keutamaan dan menjauhkan diri dari sifat yang tercela.
3) Hukum amaliyah, yakni hukum yang bersangkutan dengan perkataan
perbuatan perjanjian dan hubungan kerjasama antar sesama manusia.
Namun perlu diketahui dan dipahami bahwa Alquran pada hakikatnya
nya mengandung 5 prinsip tujuan pokok dan diturunkan Alquran kepada nabi
Muhammad SAW untuk diteruskan kepada umat manusia Yaitu untuk
menyampaikan lima prinsip yang terdapat di dalam Alquran sebagai berikut.
1) Tauhid (doktrin tentang kepercayaan Ketuhanan Yang Maha Esa)
2) Janji dan ancaman Tuhan
3) Ibadah
8
Moh. Fauzan Januri, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Bandung: Pustaka Setia,
2013) hal 129
9
Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 27
10
Ibid, hal. 30

7
4) Jalan dan cara mencapai kebahagiaan
5) Cerita / sejarah umat manusia sebelum Nabi Muhammad SAW11

4. Tujuan Al-Qur’an
Terdapat banyak dalil yang berisi motivasi untuk membaca Al-
Qur’an, merenungi makna dan mengamalkannya. Allah Ta’ala berfirman,

“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh


dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS. Shaad [38]:
29).
Bukanlah tujuan membaca Al-Qur’an hanya sekedar membaca dan
melewati ayat-ayatnya saja serta mengkhatamakan bacaannya sebanyak
sepuluh atau dua puluh kali. Bukan ini maksudnya.
Maksud dan tujuan utama adalah mengambil manfaat dari Al-Qur’an
dan mengamalkannya. Membaca Al-Qur’an merupakan sarana dan jalan
untuk mengamalkan Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an sendiri adalah sebuah
amal shalih, namun kita tidak mengkhusukan hanya membaca Al-Qur’an dan
berhenti di sana. Lebih dari itu, kita harus merenungi makna dan
mengamalkannya, sehingga kita bisa menjadi hamba yang mengambil
manfaat dari ayat-ayat Al-Qur’an.

D. Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam


1. Pengertian As-Sunnah (Al-Hadis)
As-Sunnah dalam bahasa Arab berarti tradisi, kebiasaan, adat istiadat.
Dalam terminologi Islam, berarti perbuatan, perkataan dan keinginan Nabi
Muhammad SAW. (af’alu, aqwalu, dan taqriru). Menurut rumusan ulama
ushul fiqh, As-Sunnah dalam pengertian istilah ialah segala yang
dipindahkan dari Nabi SAW berupa perkataan, perbuatan ataupun taqrir
yang mempunyai kaitan dengan hukum. Pengertian inilah yang dimaksud
11
Zainuddin Ali, Loc.Cit

8
dengan kata As-Sunnah dalam hadis Nabi: Sungguh telah kutinggalkan
untukmu dua perkara, yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang
kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Al-Hadis)
Pengertian As-sunnah tersebut sama dengan pengertian Al-Hadits. Al-
Hadits dalam bahasa Arab berarti berita atau kabar. Namun demikian, ada
yang membedakan pengertian as-sunnah dengan Al Hadis. Perbedaan
dimaksud, As Sunnah adalah sesuatu perbuatan yang beberapa kali dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW, yang kemudian terus-menerus diikuti oleh
sahabat dan dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dari zaman ke zaman
dengan jalan Mutawatir. Nabi Muhammad SAW. melakukan perbuatan itu
beserta para sahabat, kemudian hal itu Diteruskan oleh para sahabat lain dan
tabi’in, bahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga sampai
kepada kita saat ini. Adapun Al-Hadis adalah Segala peristiwa yang
disandarkan kepada Nabi, walaupun hanya sekali saja beliau mengerjakannya
sepanjang hidupnya, dan walaupun hanya seorang saja yang
meriwayatkannya. Perbedaan makna secara etimologi seperti ini, tidak
mengurangi pentingnya arti As Sunnah atau alhadis dimaksud. sebab
mayoritas ahli hadis, berdasarkan penelitian mereka menyamakan hadis dan
Sunnah. Akan tetapi, tidak semua Hadits mesti menjadi sumber hukum.
Sebab ada hadits yang maqbul (diterima) dan ada yang mardud (tidak dapat
diterima). Oleh karena itu, perlu juga diungkapkan pembagian sunnah atau
hadits.

2. Pembagian Kriteria dan Klasifikasi Sunnah atau Hadis


Sunnah atau hadits dapat dibagi berdasarkan kriteria dan klasifikasi
sebagai berikut.
1) Ditinjau dari segi bentuknya terbagi menjadi:
a. Fi'li, yaitu perbuatan Nabi.
b. Qauli, yaitu perkataan Nabi.
c. Taqriri, yaitu perizinan Nabi, yang artinya perilaku sahabat yang
disaksikan oleh Nabi, tetapi nabi tidak menegurnya/melarangnya.

9
2) Ditinjau dari segi jumlah orang yang menyampaikan menjadi:
a. Mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang
menurut akal tidak mungkin mereka bersepakat dusta serta
disampaikan melalui jalan Indra.
b. Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak tetapi
tidak sampai kepada derajat Mutawatir baik karena jumlahnya
maupun karena tidak jalan Indra.
c. Ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang
tidak sampai kepada tingkat nasional dan Mutawatir
3) Ditinjau dari segi kualitas hadis terbagi menjadi:
a. Shahih yaitu hadits yang sehat yang diriwayatkan oleh orang-orang
yang terpercaya dan kuat hafalannya materinya baik dan
persambungan sanad nya dapat dipertanggungjawabkan
b. Hasan yaitu hadits yang memenuhi persyaratan Hadits Shahih
kecuali di segi hafalan pembawaannya yang kurang baik
c. Dhaif yaitu hadis Oma baik karena terputus salah satu syaratnya
atau karena salah seorang pembawa nya kurang baik dan lain-lain.
d. Mau duduk yaitu hadis palsu hadis yang dibikin oleh seseorang dan
dikatakan sebagai Sabda atau perbuatan Rasul.
4) Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya terbagi menjadi:
a. Maqbul, yaitu hadits yang mesti diterima.
b. Mardud, yaitu hadits yang mesti ditolak.
5) Ditinjau dari segi orang yang berbuat atau berkata, hadits terbagi
menjadi:
a. Marfu, yaitu betul-betul Nabi yang pernah bersabda berbuat dan
memberi izin.
b. Mauquf, yaitu sahabat nabi yang berbuat dan nabi tidak
menyaksikan perbuatan sahabat.
c. Maqtu’, yaitu tabiin yang berbuat artinya perkataan tabiin yang
berhubungan, soal-soal keagamaan.

10
6) Pembagian lain yang disesuaikan jenis, sifat, redaksi, teknik
penyampaian, dan lain-lain. Hal dimaksud dapat diungkapkan sebagai
contoh: hadits yang banyak menggunakan kata an (dari) menjadi hadis
mu’an’an. Hadis yang banyak menggunakan kata anna
(sesungguhnya) menjadi hadits muanna. Hadis yang menyangkut
perintah disebut hadis awamir. Hadis yang menyangkut larangan
disebut hadits nawahi. Hadis yang sanad (sandarannya) terputus
disebut hadis munqathi.

3. Fungsi As-Sunnah terhadap Al-Quran


As Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Alquran
kedudukan as-sunnah adalah menafsirkan Alquran menjadi pedoman
pelaksanaan otentik terhadap Alquran.
Karena fungsi sunnah atau hadits terhadap Alquran adalah memberi
penjelasan dan atau menguatkan hukum yang ditetapkan oleh Alquran.

4. Kitab-Kitab Hadis
Kelima Kitab Hadis di bawah ini yang kemudian terkenal dengan
sebutan Al hulul khamsah atau Al quthub Al khamsah yang artinya kitab
kitab induk hadis yang lima. terbit kitab hadis (berurutan sesuai dengan
derajat kualitas keshahihannya), yaitu
a. Shahih Bukhari,
b. Shahih Muslim,
c. Sunan An-Nasai,
d. Sunan Abu Daud, dan
e. Sunan At-Tarmidzi.

E. Ar-Ra’yu (Penalaran)
Ar-Ra’yu adalah penginterpretasian ayat Alquran dan Sunnah Nabi
Muhammad yang bersifat umum.
1. Pengertian Ijtihad

11
Ijtihad adalah bentuk penalaran yang pertama sesudah Quran dan
Sunnah Ijtihad berasal dari akar kata ijtahada. Pengertian etimologinya
adalah mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha sungguh-
sungguh, bekerja semaksimal mungkin. Menurut pengertian istilah,
ijtihad ialah menggunakan seluruh kemampuan berpikir untuk
menetapkan hukum Islam.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan, bahwa
tatkala Mu’adz ditanya oleh Nabi, bagaimana engkau mesti menentukan
hukum kalau suatu perkara tidak terdapat ketentuan hukumnya dalam
Alquran dan tidak pula dalam Al-Hadits jawab Mu’adz: “Aku akan
ijtihad dengan akal pikiranku”. Jawaban Mu’adz ini dibenarkan oleh
Nabi, sampai-sampai Nabi bersabda: Alhamdulillah segala puji
kepunyaan Allah yang telah memberikan taufiq kepada utusan Rasul-
Nya.
Ijtihad Ialah perincian ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan
alhadist yang bersifat umum. Orang yang memenuhi persyaratan untuk
melakukan perincian hukum dari ayat Al Quran dan Al Hadits yang
bersifat umum disebut mujtahid.

2. Ijma’
Ijma’ adalah kebulatan pendapat fuqaha mujtahidin di antara umat
Islam pada suatu masa atas sesuatu hukum sesudah masa Nabi
Muhammad SAW.12 Secara terminologis ijma’ adalah kesepakatan semua
mujtahid dari ijma’ umat Muhammad SAW terhadap hukum syara
setelah beliau wafat.13

3. Qiyas
Qiyas secara etimologi adalah mengukur dan menyamakan. Qiyas
secara terminologi adalah menyampaikan masalah baru yang tidak
terdapat ketentuan hukumnya di dalam Alquran atau Sunnah Nabi

12
Ibid, hal. 39-40
13
Moh. Fauzan Januri, Op.Cit, hal. 140

12
Muhammad dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumannya di
dalam Alquran atau Sunnah Nabi Muhammad berdasarkan atas adanya
persamaan illat hukum.
4. Maslahat Mursalah
Maslahat Mursalah adalah memperhatikan kepentingan masyarakat
dan atau memelihara tujuan hukum Islam, mengambil kebaikan dan
menolak kerusakan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
Maslahat Mursalah adalah penetapan ketentuan hukum berdasarkan
kemaslahatan (kebaikan, kepentingan) yang tidak ada ketentuannya dari
syara’. baik ketentuan umum maupun ketentuan khusus.
5. Sadduz Zari’ah
Sadduz zari'ah ialah menghambat atau menutup sesuatu yang
menjadi Jalan kerusakan untuk menolak kerusakan. sebagai contoh,
melarang orang meminum seteguk minuman memabukkan (padahal
setugu itu tidak memabukkan) untuk menutup jalan sampai kepada
meminum yang banyak.
6. Istihsan
Istihsan secara etimologi adalah memandang suatu baik. Menurut
istilah istihsan berarti memandang lebih baik meninggalkan ketentuan
dalil yang bersifat khusus untuk mengamalkan ketentuan dalil bersifat
umum dipandang lebih kuat.
7. Istihshab
Istishab adalah menetapkan sesuatu menurut keadaan sebelumnya
sehingga terdapat suatu Dalil yang menunjukkan perubahan keadaan,
atau menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lampau secara
kekal menurut keadaan sehingga terdapat dalil yang menunjukkan atas
perubahannya.
8. Urf
Urf adalah kebiasaan atau adat istiadat yang sudah turun temurun
keberlakuannya nya di dalam masyarakat.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber
ajaran islam ada tiga macam, yaitu Al-qur’an, hadits dan ijtihad. Al-qur’an
sebagai sumber hukum Islam yang pertama yaitu Al-qu’an berisi tentang
semua kehidupan yang ada di alam, perintah, akidah dan kepercayaan, akhlak
yang murni, mengenai syari’at dan hukum dan sebagai petunjuk umat Islam.
Sedangkan Hadits itu sebagai sumber ajaran islam karena dalam Dalil al-
qur’an mengajarkan kita untuk mempercayai dan menerima apa yang telah
disampaikan oleh Rasul untu dijadikan sebagai pedoman hidup. Selain itu
dalam hadits juga terdapat pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu
wajib, bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan
menjadikan hadist sebagai pedoman hidup setelah Al-qur’an sebagai sumber
yang pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran karena melalui konsep ijtihad,
setiap peristiwa baru akan didapatkan ketentuan hukumnya Dari pemaparan
makalah kami tersebut kita tahu bahwa sumber ajaran islam sangat penting
sebagai pedoman hidup, untuk itu hendaknya apabila kita melenceng dari
salah satu sumber ajaran tersebut, maka akan menjadikan hal yang fatal.

B. Kritik dan Saran


Kami sebagai penulis merasa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan saran dari para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qathathan, Syaikh Manna’. 2008. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Cet III.
Jakarta : Pustaka Al-Kautsar
Ali, Zainuddin. 2013. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia.
Jakarta: Sinar Grafika
Effendi, Satria. 2009. Ushul Fiqh, Cet III. Jakarta: Kencana
Januri, Moh Fauzan. 2013. Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial.
Bandung: Pustaka Setia
Shihab, M. Quraish. 2005. Wawasan Al-Qur’an, Cet XVI. Bandung : Mizan
Pustaka

15

Anda mungkin juga menyukai