Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SUNNAH/HADITS DAN IJTIHAD SEBAGAI SUMBER


AJARAN ISLAM

Dosen: Amri Amir, Lc.MH

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4
DALLY USMAN (21072019)
DETRA MARTONI (21742007)
DEVILA YUNIANTI (21134021)
DINDA TRI ADISA (21062018)

MATA KULIAH WAJIB UNIVERSITAS


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
karunianya penulisan makalah tentang "SUNNAH/HADITS DAN
IJTIHAD SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM”ini dapat kami
selesaikan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen Pendidikan Agama
bapak Amri Amir, Lc.MH yang telah menjadi dosen pengampu pada
mata kuliah pendidikan agama ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pemahaman dan pengetahuan kita tentang sumber-sumber ajaran ajaran
Islam dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, bersifat membangun
dari pembaca guna perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga bimbingan dan bantuan yang serta dorongan yang telah
diberikan menjadi amal kebaikan dan diridhai oleh Allah SWT. Akhir
kata, kami memohon ampunan kepada Allah SWT dan maaf yang
sedalam-dalamnya atas segala kekhilafan yang telah kami perbuat.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kekuatan dan memberkahi semua
amal baik yang telah kita perbuat.

Padang, 9 Maret 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Macam-macam Sumber Ajaran
B. As-Sunnah
1. Pengertian As-Sunnah
2. Etimologi As-Sunnah
3. Tingkatan Hadist
4. Kedudukan As-Sunnah sebagai Sumber Ajaran & Hukum
Islam
C. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad
2. Fungsi Ijtihad
3. Jenis-jenis Ijtihad
4. Tingkatan-tingkatan Ijtihad
5. Kedudukan Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran & Hukum Islam
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Subhanahu
wa ta'ala untuk mengatur hidup umatnya dengan dasar hukum
yang jelas melalui Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi wasallam. Ini
lah cara Allah menjadikan agama Islam sebagai pegangan manusia
untuk mencapai tujuan hidup menurut islam. Agar manusia yang
ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi bisa menjaga dan
merawat kehidupan yang selamat dunia dan akirat serta tercapai
tujuan penciptaan manusia dalam islam.
Islam berkembang sangat pesat ke seluruh penjuru dunia
dengankecepatan yang menakjubkan Banyak sumber-sumber
ajaran Islam yang digunakan mulai zaman muncul pertama kalinya
Islam pada masa rasulullah sampai pada zaman modern sekarang
ini. Sumber-sumber yang berasal dari agama Islam merupakan
sumber ajaran yang sudah dibuktikan kebenarannya.
Sumber-sumber ajaran Islam merupakan sumber ajaran yang
sangat luas dalam mengatasi berbagai permasalahan seperti bidang
akhidah, sosial, ekonomi, sains, teknologi dan sebagainya. Dengan
demikian tujuan dari sumber ajaran tersebut adalah untuk
kemaslahatan umat manusia
Islam sangat mendukung umatnya untuk mempelajari ilmu
pengetahuan, terutama yang bersumber dari sumber ajaran Islam
yaitu Al Qur'an. Sunah. Ijma', Qiyas dan juga ijtihad. Begitu
sempurna dan lengkapnya sumber-sumber ajaran Islam. Namun
permasalahan disini adalah banyak umat Islam yang belum
mengetahui betapa luas dan lengkapnya sumber-sumber
ajaranislam guna mendukung umat Islam untuk maju dalam bidang
pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam sumber hukum islam?
2. Apa yang dimaksud dengan As-Sunnah?
3. Bagaimana kedudukan Sunnah sebagai sumber ajaran islam?
4. Apa yang dimaksud dengan ijtihad?
5. Bagaimana kedudukan ijtihad sebagai sumber ajaran islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Sumber Ajaran Islam
Sumber adalah tempat pengambilan, rujukan atau dalam
penyelenggaraan ajaran Islam, karena itulah sumber acuan
memiliki peranan yang sangat penting bagi pelaksanaan ajaran
islam. Dari sumber inilah umat Islam dapat memiliki pedoman-
pedoman tertentu untuk melaksanakan proses ajaran Islam, tanpa
adanya suatu sumber maka umat Islam akan terombang-
ambingdalam menghadapi ideologi dan bisa jadi akan berahir pada
kesesatan ataukenistaan. Dalam pembahasan disini akan diuraikan
macam-macam sumber ajaran Islamyang diantaranya meliputi:
a) Al-Quran
b) Sunnah
c) Ijtihad
B. As-Sunnah
1. Pengertian As-Sunnah
Sunnah (Arab: ‫ﺳﻨﺔ‬sunnah, artinya "arus yang lancar
dan mudah" atau "jalur aliran langsung") dalam Islam
mengacu kepada sikap. tindakan, ucapan dan cara rasulullah
menjalani hidupnya atau garis garis perjuangan (tradisi)
yang dilaksanakan oleh rasulullah.
Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam
Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang
disampaikan oleh para sahabat tentang sikap, tindakan,
ucapan dan cara rasulullah disebut sebagai hadis Sunnah
yang disebut sunnatullah (hukum alam).
2. Etimologi As-Sunnah
Sunnah (Arab: ‫ﺳﻨﺔ‬sunnah, plural ‫ ﺳﻨﻦ‬sunan) adalah
kata Arab yang berarti "kebiasaan" atau "biasa dilakukan
Secara istilah sunnah adalah jalan yang di tempuh oleh
rasulullah dan para sahabatnya, baik ilmu, keyakinan,
ucapan, penganut Sunni juga perbuatan. disebut maupun
sebagai Ahl penetapan. as-Sunnah Para wa'l Jama'ah
("orang-orang dari tradisi dan pengikut (dari Muhammad)")
atau Ahlussunnah untuk singkatnya saja.
3. Tingkatan Hadist
a) Sunnah Mu'akkad
Sunnah Mu'akkad yaitu ibadah yang dikerjakan
oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam secara rutin
dan kontinyu, dan diiringi dengan adanya motivasi
langsung dari lisan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Misalnya, shalat sunnah dua raka'at qabliyah subuh.
Diriwayatkan dari ibunda 'Aisyah radhiyallahu 'anha,
beliau berkata,
"Tidak ada shalat sunnah yang lebih Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tekuni daripada dua
raka'at fajar (shalat Sunnah qabliyah subuh)." (HR.
Bukhari no, 1163 dan Muslim no. 724)
Juga diriwayatkan dari ibunda 'Aisyah
radhiyallahu anha, beliau berkata, "Dua raka'at fajar
itu lebih baik dari dunia seisinya." (HR. Muslim no.
725).
b) Sunnah Ghairu Mu’akkad
Sunnah Ghairu Mu’akkad adalah ibadah sunnah
yang tidak dirutinkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, misalnya shalat empat raka'at sebelum shalat
ashar. Nabi shallallahu'alaihi wasallam memotivasi
untuk mengerjakannya, namun beliau tidak
merutinkannya.
Termasuk dalam ibadah sunnah ghairu
mu'akkad adalah semua ibadah yang terdapat motivasi
secara lisan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
namun tidak dinukil dari beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam bahwa beliau merutinkannya. Misalnya, hadits
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Lakukanlah haji dan umrah dalam waktu yang
berdekatan, karena keduanya dapat menghilangkan
kemiskinan dan menghapus dosa, sebagaimana al-kiir
(alat yang dipakai oleh pandai besi) menghilangkan
karat besi, emas, dan perak. Tidak ada balasan bagi
haji yang mabrur kecuali surga" (HR. Tirmidzi no.
810, An-Nasa'i no. 2030, Ibnu Majah no. 2887,
Ahmad no. 3060, dinilai shahih oleh Al-Albani)
Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam juga
memotivasi untuk umrah di bulan Ramadhan.
Meskipun demikian, beliau tidaklah umrah sepanjang
hidup beliau. empat umrah saja, dan satu kali
melaksanakan ibadah haji.
4. Kedudukan As-Sunnah sebagai Sumber ajaran & Hukum
Islam
Umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan
sumber hukum dan ajaran kedua setelah Al-Qur'an. Dan
tidak boleh seorang muslim hanya mencukupkandiri
dengan salah satu dari kedua sumber Islam tersebut. Al-
Qur'an dan hadits merupakan dua sumber hukum Islam
yang tetap. Umat Islam tidak mungkin dapat memahami
tentang syari'at Islam dengan benar sesuai dengan tanpa Al
Qur'an dan Hadits.
Banyak dari ayat Al-Qur'an yang menerangkan
bahwa hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-
Qur'an yang wajib diikuti, baik itu dalam hal perintah
ataupun larangan. Al-Syatibiy dalam kaitan ini mengajukan
tiga argumen. Pertama, sunnah merupakan penjabaran dari
Al-Qur'an. Secara rasional, sunnah sebagai penjabaran
(bayan) harus menempati posisi lebih rendah dariyang
dijabarkan (mubayyan) yakni Al-Qur'an. Apabila Al-
Qur'an sebagai mubayyan tidak ada, maka hadits sebagai
bayyan tidak diperlukan. Akan tetapi jika tidak ada bayyan,
maka mubayyan tidak hilang. Kedua, Al-Qur'an bersifat
qat'iy al-subut, sedangkan sunnah bersifat zanniy al-subut.
Ketiga, secara tekstual terdapat beberapa riwayat yang
menunjukkan kedudukan sunnah setelah Al-Qur'an seprti
hadits yang sangat popular mengenai pengutusan Mu'az
Ibnu Jabal menjadi hakim di Yaman. Semuanya
menunjukan subordinasi sunnah sebagai dalil terhadap Al-
Qur'an.

Berikut uraian sedikit tentang kedudukan hadits


sebagai sumber hukum Islam:

a. Dalil Al-Qur'an
Banyak dari ayat Al-Qur'an yang menerangkan
tentang kewajiban untuk dapat mempercayai dan
menerima apa saja yang telah disampaikan oleh
Rasul kepada umat beliau untuk dijadikan sebuah
pedoman hidup.SelainAllah SWT memerintahkan
agar umatnya percaya kepada Rasul juga dapat
menaati semua perintah atau peraturan yang telah
ditetapkan atau dibawa oleh beliau. Taat kepada
Rasul sama denga taat kepada Allah.Sebagaimana
firman Allah QS. Al-'Imran:32 yang berbunyi:

Artinya: "Katakanlah: Taatilah Allah


dan Rasul-Nya; Jika kamuberpaling, maka
sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang
orangkafir." (QS. Al-'Imran 3:32)
Dari banyaknya ayat Al-Qur'an ini
membuktikan bahwa dimana setiap ada perintah
taat kepada Allah, pasti ada perintah taat kepada
Rasul.
Demikian pula mengenai ancaman. Ini
menunjukkan betapa pentingnya kedudukan dalam
penetapan untuk taat kepada semua yang
diperintah Rasulullah SAW.
b. Dalil al-hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW.
Berkenaan dengankeharusan menjadikan hadits
sebagai pedoman hidup,disamping Al-Quran
sebagai pedoman utamanya, beliau bersabda:
Rasulullah SAW bersabda: "Telah ku
tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak
akan tersesat selama berpegang teguh denga dua
perkara ini, yaitu Kitab Allah (Alqur'an) dan
Sunnah Nabi SAW (Al-Hadist) Masih banyak lagi
hadits-hadits yang menerangkan tentang pedoman
maupun penetapan hukum Hadits-hadits tersebut
menunjukkan terhadap kita bahwa berpegang
teguh kepada hadits sebagai pedoman hidupi itu
wajib. sebagaimana wajib pada Al-Qur'an.
c. Kesepakatan ulama (ijma')
Banyak peristiwa yang menunjukan adanya
kesepakatan : menggunakanhadits sebagai sumber
hukum Islam, antara lain:
a) Ketika abu bakar di baiat menjadi kholifah, ia
pernahberkata "saya tidak meninggalkan
sedikitpun sesuatu yang
diamalkan/dilaksanakan oleh Rasulullah,
sesungguhnya saya takut tersesat bila
meninggalkan perintahnya".
b) Saat umar berada di hajar aswad ia berkata:
"saya tahu bahwa engkau adalah batu.
Seandainya saya tidak melihat Rasulullah
menciummu, saya tidak akan menciummu".
c) Diceritakan dari Sa'i bin Musayyab bahwa
usman bin affan berkata: "saya duduk
sebagaimana duduknya Rasulullah, saya
makan sebagaimanamakannya Rasulullah dan
saya sholat sebagaimana Sholatnya Rasulullah
Untuk mengukuhkan validitas sunnah sebagai
otoritatif hukum Islam Al- syafi'i mengajukan
analisis terhadap kata al-hikmah dalam Al-
Qur'an.
C. Ijtihad
1. Pengertian Ijtihad
Ijtihad (bahasa Arab:‫ )اﻹﺟﺘﮭﺎد‬adalah sebuah usaha yang
sungguh sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh
siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran
maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa
ijtihad sebaiknya hanya dilakukan para ahli agama Islam.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia
akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu
tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu. Orang yang
melakukan ijtihad disebut mujtahid.
2. Fungsi Ijtihad
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan
lengkap. tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia
diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu
ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan
kehidupan modern. Sehinggal setiap saat masalah baru akan
terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam
melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-
hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di
suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka
persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu
sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadist. Sekiranya sudah ada. maka persoalan tersebut harus
mengikuti ketentuan yang ada. sebagaimana disebutkan dalam
Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut
merupakan perkara tidak jelas atau tidak ada ketentuannya
dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat
Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak
membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al
Quran dan Al Hadist.
3. Jeni-jenis Ijtihad
• Ijmak
ljmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para
ulama dalam menetapkan suatu hukum-hukum dalam
agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu
perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang
dilakukan oleh para ulama dengan cara inhad untuk
kemudian dirundingkan dan disepakat Hamil dan uma
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan
ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
• Qiyas
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan
artinya menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang
baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun
memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, hahaya dan
berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga
dihukumi sama Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya
darurat, bila memang terdapat hal-hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya. Beberapa
definisi qissis (analogi)
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada
cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara
keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif
lainnya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada
penjelasan di dalam Al-Qur'an] atau [Hadis dengan
kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladi).
4. menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg
belum di terangkan oleh al-qur'an dan hadits.

• Istihsân
Beberapa definisi Istihsan:
1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang faqih (ahli fikih),
hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang faqih tanpa
bisadickspresikan secara lisan olehnya.
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima,
untuk maslahat orang banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah
kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat
terhadap perkara yang ada sebelumnya.
• Maslahah murshalah
Maslahah murshalah adalah tindakan memutuskan
masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan
kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik
manfaat dan menghindari kemudharatan

• Sududz Dzariah
Sududz Dzariah adalah tindakan memutuskan suatu
yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.

• Istishab
Istishab adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu
ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya,
contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang
perempuan menikah lagi apabila yung bersangkutan
ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas
kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah
keadaan. semula bahwa perempuan tersebut statusnya
adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi)
kecuali sudah jelas kematian suaminya atau jelas
perceraian keduanya.
• Urf
Urf adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu
adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama
kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan
prinsipal dalam Alquran dan Hadis.
4. Tingkatan-tingkatan Ijtihad
a) Ijtihad Muthlaq
Ijtihad Muthlaq adalah kegiatan seorang mujtahid
yang bersifat mandiri dalam berijtihad dan menemukan
‘illah-‘illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-
Qur'an dan sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-
kaidah dan tujuan-tujuan syara', serta setelah lebih dahulu
mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin
disiplin ilmu.
b) Ijtihad fi al-Madzhab
Ijtihad fi al-Madzhab adalah suatu kegiatan ijtihad
yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara',
dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah
dirumuskan oleh imam mazhab. baik yang berkaitan dengan
masalah-masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam
kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang
terdapat dalam mazhab tersebut, maupun untuk
memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat.
5. Kedudukan Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran & Hukum Islam
Ijtihad menempati kedudukan sebagai sumber hukum &
ajaran Islam setelah Al-Qur'an dan Hadits. Dalilnya adalah :
• QS An-Nahl 16:43 dan Al-Anbiya' 21:7
Artinya maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui
• Hadits muttafaq alaih (Bukhari Muslim) dan Ahmad
Artinya: Apabila seorang hakim membuat keputusan
apabila dia berijtihad dan benar maka dia mendapat dua
pahala apabila salah maka ia mendapat satu pahala.
• Hadits riwayat Ahmad, Daud Tirmidzi tentang dialog
antara nabi Muhammad SAW dengan Muadz bin Jabbal
ketika akan diutus jad gubemut di Yaman.
Ijtihad dilakukan jika suatu persoalan hukumnya
tidakditemukan dalam al-Qur'an dan hadis. Namun
demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihad tidak boleh
bertentangan dengan al-Qur'an maupun hadis. Hal ini
sesuai dengan sabda Rasulullah saw. Artinya: "Dari
Mu'az, bahwasanya Nabi Muhammad saw, ketika
mengutusnya ke Yaman, ia bersabda, "Bagaimana engkau
akan memutuskan suatu perkara yang dibawa orang
kepadamu?" Muaz berkata, "Saya akan memutuskan
menurut Kitabullah (al-Qur'an)." Lalu Nabi berkata, "Dan
jika di dalam Kitabullah engkau tidak menemukan
sesuatu mengenai soal itu?" Muaz menjawab, "Jika
begitu saya akan memutuskan menurut Sunnah
Rasulullah saw." Kemudian, Nabi bertanya lagi. "Dan
jika engkau tidak menemukan sesuatu hal itu di dalam
sunnah?" Muaz menjawab, "Saya akan mempergunakan
pertimbangan akal pikiran sendiri (ijtihadu bi ra'yi) tanpa
bimbang sedikitpun." Kemudian, Nabi bersabda, "Maha
suci Allah Swt. vang memberikan bimbingan kepada
unusan Rasul-Nya dengan suatu sikap yang disetujui
Rasul-Nya." (H.R. Darami)
Rasulullah saw. Juga mengatakan bahwa seorang
yang berijtihad "sesuai dengan kemampuan dan
ilmunya", kemudian ijtihadnya benar, maka ia akan
mendapatkan dua pahala, dan jika kemudian ijtihadnya
itu salah maka ia akan mendapatkan satu pahala.
Hal tersebut ditegaskan melalui sebuah hadis yang
artinya: "Dari Amr bin Ash, sesungguhnya Rasulullah
saw. Bersabda, "Apabila seorang hakim berijtihad dalam
memutuskan persoalan ternyata ijtihadnya benar, maka ia
mendapatkan dua pahala, dan apabila dia berijtihad,
kemudian ijtihadnya salah, maka ia mendapat satu
pahala." (HR. Bukhari dan Muslim)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa Sunnah /hadits dan ijtihad merupakan bagian dari
beberapa sumber ajaran islam. Sunnah / Hadits itu sebagai
sumber ajaran islam karena dalam Dalil Al-Qur'an
mengajarkan kita untuk mempercayai dan menerima apa
yang telah disampaikan oleh Rasul untuk dijadikan sebagai
pedoman hidup. Selain itu dalam hadits juga terdapat
pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu wajib,
bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah
berkenaan menjadikan hadist sebagai pedoman hidup setelah
Al-Qur'an sebagai sumber yang pertama. Ijtihad sebagai
sumber ajaran karena melalui konsep ijtihad, setiap
peristiwa baru akan didapatkan ketentuan hukumnya.
B. Saran
Begitu lengkap dan jelas sumber hukum islam.
Sungguh luar biasa mukjizat yang diberikan kepada Nabi
Muhammad saw, dimana dengan mukjizat tersebut terdapat
segala solusi dari setiap permasalahan didunia ini. Oleh
karena itu, umat islam diharapkan dan diharuskan
menjadikan sunnah/hadist serta ijtihad sebagai pedoman
hidup. Dengan demikian hidup kita akan senantiasa terarah
dan tidak ada kekacauan yang lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Maman, Elan Sumarna. Metode Kritik Hadis, Bandung
PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Ali, Mukti, Memahami Bebera Aspek Ajaran Islam, Mizan, bandung,


I996.

https://www.pelajaran.co.id/ijtihad-sebagai-sumber-hukum-islam/

Anda mungkin juga menyukai